It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Makasih dh d lnjut
@lulu_75 namanya juga sahabat, sesebel apapun kan pasti tetep inget...
@yirly sama2
jngn lupa mentionn
Ini adalah hari kedua aku memata-matai Rio. Ya, stalking. Mulai dari sepulang sekolah, sampai sore hari. Nah kalau aku mengikuti Rio sebegitu lamanya, bagaimana aku bisa tidak tahu dimana Rio tinggal sekarang?
Masalahnya begini. Kemaren sepulang sekolah, Rio langsung angkot. Dia turun di sebuah toko baju. Selang 10 menit dia keluar, dengan memakai kaos warna ijo muda dan celana jeans panjang yg ketat banget. Dia masih dengan kebiasaan buruknya. Keluar dari toko baju, dia berjalan menuju ke sebuah cafe yg letaknya nggak begitu jauh. Dia masuk ke dalam. Cafenya lumayan menarik ya, dan kayaknya yg masuk ke cafe itu kebanyakan anak-anak muda. Lumayan lah, kapan-kapan aku ajak saja Anggri ke sini. Aku menunggu cukup lama di luar. Sekilas aku ingin menyudahi kekonyolanku ini, tapi kok nanggung. Jauh-jauh aku datang ke sini, kalau nggak ada hasilnya mah percuma juga.
Tepat saat aku masih dilema dgn keinginanku untuk pulang, Rio akhirnya muncul juga. Dia dirangkul oleh seorang pria yg kutaksir usianya sekitar 27 tahun. Mereka masuk ke dalam mobil Xenia berwarna silver yg terparkir di pinggir jalan. Dan brrmm... Meninggalkan aku yg masih melongo.
Aku tidak ingin berspekulasi apapun tentang pria yg jalan bareng Rio itu. Mungkin dia sepupu Rio. Atau mungkin pacarnya yg sekarang. Atau jangan-jangan dia adalah kakak kandung Rio yang sudah lama terpisah. Fakta apapun bisa saja terjadi.
Tepat saat aku asyik (?) memperhatikan tingkah mereka berdua. Entahlah, aku merasa ada yg terus memperhatikanku dari jauh. Ketika aku menoleh kesana kemari, tatapanku berpapasan dgn seorang bapak yg berjarak sekitar 12m dariku, di belakangku. Well, dia tersenyum padaku, dan dgn polos aku membalasnya. Tapi ternyata, gara-gara aku balas senyum, dia malah inisiatif menghampiriku. Aduh, diajak ngobrol salesman di saat seperti bukanlah hal yg tepat. Tanpa kentara, aku menjauh. Aku nggak mau menarik perhatian siapapun, karena aku masih dalam misi menguntit. Dan meskipun ini di mall, dimana orang-orang tidak akan peduli apapun selain barang belanjaannya, aku yakin seorang cowok SMA yg flirting ama om-om hidung belang akan tetap jadi perhatian. Apalagi cowok ganteng macam aku .
Di saat-saat genting seperti ini, HPku malah bunyi. Cepat-cepat aku cek, ternyata ada WA, dari Anggri. Ugh, kenapa harus sekarang sih? Aku kembali fokus ke Rio. Mereka sudah selesai makan ternyata, dan akan pergi dari food court. Sip, kalau terus-terusan disini, bisa-bisa aku gila. Terlalu banyak mata yg jelalatan, bapak-bapak di belakangku ini contohnya. Perasaan cepet amat dia sampai sini, barusan kayak masih di sana tadi. Tua-tua gesit juga.
Rio dan temannya muter-muter di mall. Masuk keluar banyak toko. Dan selalu temannya yang bayar, istilahnya mah ditraktir. Kok Rio jadi gitu sih? Kesannya matre' amat. Kalau di sinetron-sinetron, Rio itu udah kayak istri keduanya om-om dgn jabatan tinggi. Mungkin cowok itu pelanggannya. Astaga, begitu kemungkinan itu muncul di benakku, mendadak semangatku untuk menguntit Rio hilang. Well, aku memang bisa menerima orientasi seksnya yg berbeda. Tapi jujur saja, aku paling benci dgn orang, entah dia cewek atau cowok, yg menjual dirinya demi uang. Apapun itu alasannya. Jadi jika benar Rio seperti itu, aku tidak tahu bisakah aku menganggapnya teman. Ah, aku lupa, secara teknis, aku kan memang sudah gak berteman lagi dengannya.
@KangBajay @Yirly @Riyand @RifRafReis sudah diupdate, silakan dibaca
aq suka krna gax mdah ktbak critamu kirain dh slsai smpe si junot doang. smangat update jeung dtunggu potensi idemu