It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@Reffyy masih kok. Bentar ya, masih males ngetiknya
.
.
.
.
Ah, halo! Aku Arka. Yuliarsyah Arka Narendra lebih tepatnya. Sekarang aku sudah duduk di kelas XII, semester 2. Nyaris setahun sejak kejadian aku bertengkar dgn Rio dan Junot. Dan sudah 7 bulan ini aku tak bertemu Rio. Ya, Rio pindah sekolah tepat ketika libur kenaikan kelas. Tanpa berpamitan denganku, apalagi teman-teman sekelas. Hanya wali kelas yang baru bercerita selang sebulan semenjak dia tidak muncul, itupun begitu ada anak yg menanyakan langsung. Wali kelasku mengira kalau Rio pasti sudah berpamitan pada kami, padahal tidak sama sekali. Laman facebooknya pun sepi, postingan terakhir hanya pasca kami bertengkar dulu. Aku tau karena status terakhirnya itu jelas-jelas menyindirku. Biasalah, ababil, jadi hobi menyindir orang lewat sosmed. Tapi aku tak peduli. Mau dia pindah sekolah tanpa berpamitan denganku padahal aku teman terdekatnya, mau dia putus dgn Vino, BFnya itu, atau apapun, itu sudah bukan urusanku. Heh! Seperti dia peduli dgn aku saja!
Kalau Junot, dia masih tetap satu sekolah denganku. Sebuah keajaiban, karna kupikir cowok seperti Junot tidak akan berani bertahan mengingat teman baiknya sudah berpaling. Aku masih tetap perang dingin dengannya. Acuh, tak mau tahu urusannya lagi. Kebetulan ketika kenaikan kemarin kita sudah tak sekelas lagi, dia dipindahkan di kelas sebelah, sesuai dgn huruf depan namanya. Soal pacarnya, aku tak tahu. Tidak mau cari tahu lebih tepatnya ya.
Hmmm... Apa lagi ya... Oh iya, Reza. Kami bersahabat sekarang. Reza adalah teman yg menyenangkan, baik di sekolah maupun utk hang-out. Meskipun kadang mulutnya minta dihajar sedikit. Dia pintar, meskipun lagaknya songong. Berpikiran terbuka, dan selalu tahu kapan waktu yg tepat utk bertanya permasalahanku. Gimana ya... Rasanya menyenangkan ketika ada cowok yg bisa sepemikiran dgnmu. Tapi bukan berarti aku naksir si Kuda Nil itu ya. Maaf aku masih normal.
Mau tahu pacarku sekarang? Anggri. Iya, cewek tomboy lain sekolah yg pernah disarankan Rio utk kenalan dgnku dulu. Meskipun tampangnya udah kayak dukun tobat, tapi pemikirannya dewasa. Kadang-kadang dia bertingkah seperti anak kecil, terus-terusan melemparkan lelucon sampai perutku sakit, marah-marah seperti bos preman, tapi dia selalu mengejutkan. Dia selalu bisa menebak pikiranku hanya dengan menatap wajahku. Tapi bukan membuatku takut, dia membuatku nyaman karena tak harus selalu menceritakan sesuatu secara gamblang, yg mungkin bisa membuatku tengsin. Dia spesial, tidak ada duanya. Mungkin wajah tak terlalu cantik-nya yg ada duanya. Hahaa..
"Ada apa, ndut?"
"Enak aja, ane gak gendut!"
"Iya, cuman agak gedean dikit...," aku menimpali. Reza menggeram. Mengarahkan bola basketnya tepat di depan mukaku.
"Lama-lama gue telenin ini bola ke mulut lo, biar susah ngomong!"
"Hahaa... Jangan dong! Lu tega amat ma gue..."
"Lu aja tega ngatain gue. Eh, gue kasih info mau gak?"
"Info apaan?"
"Tentang mantan temen lo dulu...," Reza meringis. Aku mengernyit. Mantan temen? Siapa maksudnya? Apa jangan-jangan...
"Rio?" Reza mengangguk mantap. Aku jadi tidak antusias kalau Reza mengajakku bicara tentang Rio. Apa karena ending kita berdua kurang begitu bagus? Hah, aku jadi terdengar seperti remaja labil yg tidak mau mengingat-ingat nama mantannya.
"Kemaren gue ketemu dia. Dia sih nggak ngliat gue, tapi gue yakin itu dia".
"Lantas?"
"Dia pake seragam sekolah. Dan gue tau dia pake seragam mana," Reza mesem. Aku termenung. "Gue tau sesebel apapun elo sama Rio, lo pasti penasaran kan di mana dia sekarang..." Aku terdiam. Memang itu benar. Reza hendak melanjutkan bicara, tapi berhubung ini masih jam istirahat, mana suasana masih ramai, aku buru-buru memotong.
"Bentar. Nanti aja. Pulang nanti, lo jangan pulang dulu. Tungguin gue di lapangan basket!"
Reza tersenyum, dan mengangguk mantap. "Oke!"
Reza menceritakanku banyak hal tentang Rio. Dia sering bertemu dgn Rio, tanpa disengaja tentunya, dan tanpa disadari Rio. Reza selalu memperhatikan Rio beserta gelagatnya, mengambil kesimpulan dari gerak-geriknya. Reza hampir -masih hampir- memberitahuku, karena dia pikir aku adalah teman Rio jadi pastinya aku berhak tahu.
Jadi begini, kata Reza, Rio mungkin pindah ke sekolah di pinggiran kota. Entah apa yg sedang dilakukan Rio, tapi sekarang dia hoby nongkrong di mal, ketemuan dgn seseorang, kemudian pergi. Awalnya Reza tidak yakin itu Rio. Karena Rio sekarang memakai kacamata, rambut sedikit panjang, dan selalu memakai cardigan.
Reza pernah iseng mengikuti Rio dan temannya, dan hasilnya mencurigakan utk Reza. Mereka pergi ke sebuah rumah kos-kosan, entah punya siapa, selang beberapa jam kemudian, Rio keluar dari tempat itu sendirian, (Sebenarnya aku sedikit heran karena Reza mau menunggu di luar sendirian, apalagi hanya utk alasan iseng semata). Well secara tersirat, Reza ingin mengatakan, mungkin Rio bekerja sambilan menjadi... 'sesuatu'.
GILA! Masa iya Rio segila itu?!
Please mention me klo update
dah bikn pensarn
Hhaa... Apakah kata-kataku barusan terkesan sok bijaksana? Entahlah, mendadak aku ingin merenung sedikit begitu mendengar gosip dari Reza tadi siang di sekolah. Aku pernah mengenal Rio, kami sangat dekat dulunya. Rio tahu bagaimana keadaan keluargaku, begitupun aku tahu tentang keluarganya. Ya, termasuk kehidupan kerasnya. Ayah Rio meninggal sejak lama, kalau tidak salah ketika ia berusia 8 tahun. Sejak itu, ibunya jadi pontang-panting menghidupi Rio sendirian. Memang mereka tinggal di rumah nenek dari ayahnya, namun hubungan mereka kurang begitu baik satu sama lain. Pernikahan kedua orangtua Rio tidak disetujui oleh nenek dari ayahnya, entah karena alasan apa. Hidup ibu Rio susah, menghidupi anak dgn tekanan dari ibu mertuanya. Dan mendadak ada pria muda yg menyukai ibu Rio. Mereka berpacaran, namun lagi-lagi dihina oleh neneknya. Walhasil, pria itu segera menikahi ibu Rio, agar bisa mengajak mereka keluar dari rumah neneknya.
Tapi, penyesalan selalu datang belakangan. Pernikahan yg terlalu buru-buru, dan faktor suami baru ibunya yg lebih muda dan masih kekanakan, membuat suami ibunya itu mulai membenci keberadaan Rio. Rio kerap dimarahi, dipukul, hingga menerima pelecehan seksual. Dan itu semua tanpa sepengetahuan ibunya. Hingga akhirnya semua terbongkar, tapi tetap saja ibunya tak berani melawan. Ibu Rio tak tega anaknya disakiti terus-terusan, kemudian mengungsikan Rio ke rumah nenek dari ibunya, berjanji akan mengunjungi setiap seminggu sekali. Tapi janji hanya tinggal janji, berbulan-bulan Rio tak dijenguk. Bahkan nenek dan kakeknya membiayai sendiri semua kebutuhan Rio, dengan semampunya. Hingga akhirnya, sang kakek menjual rumah mereka, dan membeli tanah di lokasi yg sangat jauh dgn tempat tinggal mereka sebelumnya. Mereka tak pernah memberitahu ibu kandung Rio, hingga detik ini.
Selain itu, semasa ayah kandungnya masih hidup, Rio memang jarang berinteraksi dgn ayahnya. Ayahnya type orang pekerja keras, sibuk mencari uang. Rio pun tumbuh jadi anak yg kurang perhatian dari ayah, membuat ia secara tidak sadar mengagumi sosok pria dewasa.
Yaahh... Rio memang jika dilihat dari sejarah hidupnya, punya alasan menjadi gay. Tidak ingin, tapi telanjur tidak bisa mengelak. Istilahnya, udah kadung, karuan aja nyemplung pisan. Tapi... Untuk menjual diri... Masa iya?
@lulu_75 belum tau juga si Arka...
@ocep21mei1996_ iya... Udah dilanjut kok, ntu di atas...
yg sbar ya rio..