It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
MybiSide : Thx. terus ikutin ceritaku ya.
pokemon : hayo pilih Topan, Billy, atau Yudha?
reefarief : Hahaha. trs ikutin yah ceritaku .
heavenstar : wah kamu lebih mengenal tokoh2nya. tetep ikutin cerita selanjutnya ea ^^
CoffeeBean : Thx tetep ikutin kelanjutan ceritaku ya...
Cuaca hari ini sangat cerah, secerah hatiku sekarang. Soalnya aku sudah baikan dengan Topan. Hehe. Walaupun ditolak sama Topan tetapi kita masih bisa bersahabat seperti dulu. Ya meskinpun sedih, cinta kan tak harus memiliki. Aku juga sudah berusaha walau membuat orang yang aku sayang nangis. Sumpah, melihat dia nangis membuatku merasa sangat jahat.
“Selamat Pagi semua!” Sapaku ketika sampai di depan pintu kelas.
Kontan semua teman-teman sekelas kaget melihat aku sudah masuk sekolah. Tetapi mereka juga senang karena aku sudah bisa masuk sekolah lagi.
“Chandra!” Dhea berteriak lalu segera berlari menghampiriki dan memelukku.
“Halo Dhea? Apa kabarnya?” tanyaku.
Dhea melepaskan pelukannya, dapat kulihat ada air mata di matanya Dhea, “Kamu buat aku khawatir. Teman-teman semua juga sangat khawatir kepadamu.”
“Hehe… Maafin aku ya, Dhea.”
Aku lihat Topan memperhatikan kami berdua. Dia tersenyum kepadaku. Aku berbisik kepada Dhea. Aku katakan kalau aku mau balik ke tempat duduk semula bersama Topan. Aku segera duduk di tempat biasanya, yakni bersama Topan.
Teman-teman sekelas juga mengerubuni aku, mereka bertanya banyak hal. Dari yang menanyakan kabar aku, bagaimana bisa masuk rumah sakit, sampai menyinggung-nyinggung pertengkaran aku dan Topan. Aku hanya bisa menjawab sekedarnya. Untung saja bel masuk sekolah berbunyi kalau tidak mereka semua akan bertanya lebih banyak lagi. Guru-guru juga senang aku bisa masuk sekolah lagi dan mengucapkan selamat datang kembali. Haha rasanya aneh, aku seperti prajuit yang terjun ke medan perang dan setelah kembali mereka semua menyambutku.
Aku beruntung mempunyai sahabat seperti Dhea, dia membuat copy-an catatan pelajaran selama aku tidak masuk sekolah. Dhea juga berjanji akan mengajariku agar tidak terlalu ketinggalan. Aku dan Topan juga sudah seperti biasanya, tapi sekarang Topan lebih banyak diam, kadang-kadang melamun. Dia jadi sedikit aneh ketika ditanya dia bilang tidak apa-apa. Aku tau kalo ada yang sedang dipikirkan oleh Topan tetapi dia tidak mau mengatakannya. Dan kembali seperti Topan yang biasanya selalu ceria.
Jam istirahat, Aku, Topan dan Dhea menuju kantin sekolah, untungnya kantin belum terlalu ramai. Kalo ramai bisa tidak kebagian tempat duduk. Sebenarnya sih aku tidak terlalu lapar, hanya saja aku harus menemani Topan dan Dhea yang belum sarapan.
Ketika sedang asik mengobrol dengan Topan dan Dhea. Kudengar ada seseorang yang memanggil namaku, setelah kulihat ternyata Yudha. Lalu Yudha menghampiri tempat kami duduk.
“Chandra, ternyata kamu anak kelas XI-2.” Kata Yudha.
“Hehe.” Aku hanya bisa tersenyum.
“Kenapa kamu tidak bilang saat itu, aku sangat malu sekali.”
“Gimana aku mau jujur kalo kamu mengatakan hal seperti itu tentangku.”
“Iya sich, kalau aku jadi kamu pasti aku bakal diam saja.” Kata Yudha, “Oia kok aku baru lihat kamu sekarang di sekolah? Kamu kemana saja?”
“Hehe, aku sempat sakit jadinya aku nggak masuk sekolah tapi sekarang sudah sembuh kok.”
“O… begitu. Ya udah aku ke sana dulu.” Kata Yudha sambil menunjuk arah teman-temannya.
“Oke.” Aku hanya bisa tersenyum.
“Chan, kamu kenal sama dia?” Tanya Topan penasaran.
“Ya begitulah, secara kebetulan kok.” Kataku.
“Dia kan anak kelas XII IPA-1, murid paling pintar di angkatannya.” Kata Dhea.
“Kamu kenal sama dia?” tanyaku.
“Nggak terlalu kenal sich, cukup tau saja. Dia pernah mengikuti Olimpiade Matematika Tingkat Dunia, membawa nama Indonesia dan sekolah kita.” Dhea menjelaskan.
Wow! Tidak aku sangka kalau aku bisa mengenal orang seperti Yudha.
“Bagaimana kamu bisa mengenalnya, Chan?” Tanya Topan masih penasaran.
Aku akhirnya menceritakan pertemuan pertama kami di bawah pohon beringin.
“HAHA…HAHA…” Topan tertawa sangat keras.
Dan Dhea juga tersenyum mendengar ceritaku.
“Topan ketawanya nggak usah ngakak kayak gitu donk.” Kataku cemberut.
“Haha… maaf, abisnya kamu lucu sich masa kamu sendiri nggak sadar kalo kamu tuh popular sih?” Topan masih berusaha menahan tawanya.
“Mana aku tau! Aku kan nggak pernah merhatiin sekitar.” Kataku. “Dhea kamu juga sudah tau, ya?”
Dhea mengangguk dan berkata, “Ya, tentu saja. Kan pernah aku bilang kalau aku memperhatikan kalian berdua.”
“Maka-nya kamu jangan terlalu cuek sama keadaan sekitar. Tapi tetap saja aku lebih popular dari kamu.” Kata Topan sambil menyentil keningku.
Aku hanya bisa diam. Cemberut. Merasa seperti orang yang tidak tau apa-apa. Topan dan Dhea masih tetap tertawa.
*****
“Kok masih di sini, Chan? Belum pulang?” Tanya Topan.
“Iya, masih nungguin Mas Billy neh, kayaknya telat deh dia datangnya.”
“Mau aku anterin sampe rumah?” Tawar Topan.
“Eh… Nggak usah, aku juga sudah SMS dia kok. Lagi pula kamu masih ada latihan paskibra kan?”
“Nggak apa-apa kok, aku bisa izin sebentar.”
“Nggak usah, Pan. Palingan bentar lagi dia datang. Sana gih latihan dulu. Nanti dimarahin lagi.”
Karena kondisi aku belum terlalu pulih, aku tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler paskibra. Untung saja guru pembimbing dan pembina paskibra mengerti sehingga aku diizikan untuk istirahat sementara waktu.
“Yeee…ngusir.” Kata Topan sambil menjitak kepalaku.
“Auw… hus…hus…hus…Weeeek…” Kataku sambil menjulurkan lidah.
“Beneran neh nggak apa-apa?” Tanya Topan Khawatir.
Aku hanya bisa mengangguk dan mengedipkan mata.
“Ih, genit! Ya udah kalo ada apa-apa kasih tau aku, ya?”
“Iya Topan sayang. Udah sana latihan dulu. Aku nggak apa-apa kok.” Kataku menggoda Topan.
Tampaknya Topan masih ragu meninggalkan aku sendirian. “Iya udah, aku latihan dulu ya. Kamu hati-hati yah.”
Akhir aku harus menunggu Mas Billy sendirian. Aku duduk di kursi taman sambil memainkan games di handphone-ku.
“Chan, kok belum pulang?”
O… ternyata Yudha sedang duduk di atas motornya bersiap mau pulang.
“Iya, aku masih nunggu kakakku menjemput.”
“O gitu, aku temenin yah?” Yudha menawarkan diri.
“Eh, nggak usah. Ntar ngerepotin.” Aku menolak dengan halus.
“Nggak ngerepotin kok cuma duduk nemenin kamu.” Kata Topan sambil memarkirkan motornya lalu duduk menemaniku.
“Aduh, aku jadi nggak enak sama kamu…Kak.”
“Kak?? Jangan pake embel-embel ‘Kak’ donk. Panggil Yudha saja.”
“Aku kan baru tau kalo kamu tuh kakak kelasku. Nggak sopan lah kalo panggil nama doank.”
“Haha, nggak apa-apa kok. Panggil Yudha aja. Kesannya tua banget kalo pake embel-embel ‘Kak’… Haha…” Kata Yudha tersenyum.
“Oke deh kalo begitu. Kalau itu mau nya kamu, Yudha.”
“Nah gitu donk.”
Kami berdua akhirnya sama-sama diam, tidak tau harus ngomong apalagi.
“Kamu…” Kataku dan Yudha bersamaan.
Akhirnya kami berdua tertawa, kok bisa kompakan gini.
“Ya udah kamu duluan, Chan.” Kata Yudha.
“By the way, gimana perkembangan kamu dengan orang yang kamu sukain?” tanyaku.
Yudha sedikit berpikir lalu berkata, “Sudah ada sedikit kemajuan. Sudah bisa banyak mengobrol dengannya.”
“Kenapa nggak menyatakan perasaan kamu ke dia?”
“Aku nggak yakin dia juga suka sama aku.” Kata Yudha sambil menatapku.
Aku merasakan ada yang aneh dengan tatapan Yudha ke aku. Mungkin cuma perasaan aku saja. Tapi kalau diperhatikan cowok berkacamata ini ternyata ganteng juga. Dheg, kok dadaku jadi berdebar-debar seperti ini. Ah, nggak mungkin aku suka padanya. Mungkin cuma sesaat saja kan yang aku suka adalah Topan bukan Yudha.
“Kamu kenapa? Mukamu merah. Apakah kamu sakit?” Tanya Yudha khawatir.
“Eh, nggak kok. Nggak apa-apa.” Kataku gugup.
Tin… Tin…Tin
Ah, itu dia Mas Billy sudah datang menjemputku. Aku lihat Ford hitam milik kakakku sudah berada di depan sekolah.
“Eh, Kakakku sudah datang, Yudh.” Kataku. “Aku pulang duluan, ya!”
“Oh, oke. Hati-hati di jalan ya. Senang bisa ngobrol dengan kamu.”
Kalau Mas Billy nggak datang, aku nggak tau harus ngapain. Jujur tadi sesaat aku merasa berdebar berdekatan dengan Yudha. Mas Billy kau penyelamatku.
*****
Di dalam mobil menuju perjalanan pulang ke rumah. Aku kesal sama Mas Billy karena dia datangnya telat kalau saja tidak telat aku kan tidak perlu bertemu dengan Yudha.
“Mas, kok telat datangnya. Aku nungguin hampir 30 menit tadi.” Kataku cemberut.
“Maaf tadi di Jalan Baru macet banget, lagi pula tadi aku lihat kamu ditemenin oleh cowok. Yang tadi bukan Topan kan?”
“Itu Yudha, temenku juga. Topan lagi latihan paskibra.” Aku masih tetap cemberut.
“Maaf, ya.” Kata Mas Billy sambil mengelus rambutku.
Kenapa sih dengan Mas Billy? Aneh nggak seperti biasanya. Mas Billy, Topan dan Yudha juga aneh. Aku merasakan sesuatu yang ganjil.
“Gimana kalau kita ke Botani Square dulu?” Usul Mas Billy.
“Mau ngapain?”
“Sebagai permintaan maaf, Mas mau mengajak kamu nonton di XXI . Mas lagi mau nonton Real Steel. Katanya film itu bagus loh!”
“Terserah Mas saja deh! Tapi bayarin ya?”
“Iya, Adekku yang manis. Hehe…”
“Jangan panggil aku manis!” Kataku kesal.
*****
Setelah selesai nonton di bioskop, Mas Billy juga membelikan aku roti di Bread Talk dan donat di Jco. Kami juga bermain di Timezone. Pokoknya hari ini aku sangat senang. Semua ini berkat Mas Billy, jadi makin sayang aku sama Mas Billy.
Kami berdua akhirnya tiba di rumah pukul 7 malam. Sampai di rumah Mbak Surti juga sudah menyuguhkan makan malam. Menu yang dibuat Mbak Surti adalah semur daging dan cah kangkung. Keduanya adalah makanan kesukaanku. Rutinitas makan malam bersama Papa dan Mama harus ditunda karena mereka sudah menjagaku sewaktu aku masih berada di rumah sakit. Tetapi aku senang karena sekarang ada Mas Billy biasanya aku harus makan malam sendirian.
Setelah makan malam bersama Mas Billy, aku kembali ke kamarku dan bersiap untuk mandi. Aku membuka baju seragamku dan memasukkan ke dalam tempat cucian kotor. Saat ini aku hanya menggunakan boxer dan bertelanjang dada. Aku mengamati badanku di cermin. Ternyata aku cukup seksi juga pikirku. Hahaha. Tiba-tiba saja pintu kamarku terbuka. Aku kaget kukira Mbak Surti ternyata Mas Billy.
“Ah, maaf.” Kata Mas Billy kemudian menutup pintu kamarku dan pergi menuju kamarnya.
Kenapa sich Mas Billy? Kalo mau masuk ke kamarku masuk saja. Eh, tapi kok kalau aku lihat tadi muka Mas Billy memerah. Kenapa ya? Apa dia malu lihat aku seperti ini? Kita kan sama-sama cowok lagipula dia itu kakakku, dulu ajah kita masih suka mandi bareng. Ah, daripada mikirin hal yang tidak jelas mendingan aku mandi saja.
*****
Ah,,, sudah jam 12 malam tapi aku nggak bisa tidur. Lebih baik aku ke kamarnya Mas Billy deh. Aku membawa bantal dan gulingku lalu menuju ke kamar Mas Billy. Aku membuka pintu kamarnya, aku lihat ternyata Mas Billy sudah tidur pulas. Aku menghampiri ranjang Mas Billy dan berbaring di sebelahnya.
“Mas…Mas Billy…” Aku memanggil Mas Billy sambil mengguncangkan tubuhnya.
Ih! Dasar kebo dibangunin nggak bangun-bangun. Gimana kalo gempa ato kebakaran, nggak bakal sadar kali. Tiba-tiba Mas Billy memelukku. Waduh… dikiranya aku guling, tangan dan kakinya Mas Billy langsung saja memelukku sehingga aku agak kesulitan bergerak.
*****
Esok paginya, Mas Billy terkejut ketika menemukanku tidur bersamanya. Aku bilang kalau aku tidak bisa tidur dan pindah ke kamarnya. Karena sekarang hari Minggu, aku ingin tidur lebih lama lagi. Tetapi aku jadi tidak bisa tidur lagi karena Mas Billy menggangguku.
“Ayo bangun, Chan. Kita lari pagi yuk di Sempur?” Kata Mas Billy.
“Males Mas. Aku masih pingin tidur. Udah ah jangan ganggu.”
Tiba-tiba Mas Billy menarik selimutku. “Ayo temenin aku lari di Sempur. Kalo nggak aku…”
Karena aku tidak segera bangun maka Mas Billy mengelitiku aku. Mau tidak mau aku segera bangun. Mas Billy segera mendorong aku untuk berganti pakaian dan bergosok gigi.
Akhirnya Mas Billy berhasil memaksaku untuk ikut dengannya. Di Sempur juga sudah sangat ramai dengan orang-orang yang ingin berolahraga atau hanya sekedar nongkrong. Aku dan Mas Billy juga sudah mengelilingi beberapa lap. Setelah berlari, cacing-cacing di perutku berteriak minta perutku diisi makanan. Oleh karena itu aku memesan bubur ayam yang terkenal kelezatannya. Aku harus mengantri karena yang memesan bubur ayam sangat banyak sekali. Tapi Mas Billy pergi meninggalkan aku sendirian karena dia bertemu pacarnya. Menyebalkan kalau seperti ini aku harusnya melanjutkan tidurku saja tadi.
“Chandra…” Aku mendengar suara cowok yang memanggil namaku.
Ketika aku menoleh, aku melihat Yudha sedang berdiri di belakangku. Entah kenapa aku selalu bertemu dengannya secara tidak sengaja.
“Sedang ngapain kamu di sini?” Tanya Yudha.
“Lagi mesen bubur ayam tapi masih ngantri.”
“Sendirian saja?”
“Nggak tadi bareng sama Kakakku tapi ketika ketemu sama pacarnya, dia meninggalkan aku sendirian.” Aku menjelaskan.
“O...”
“Kalo kamu?”
“Biasanya sama teman-teman tetapi hari ini aku sendirian. Setiap hari Minggu aku dan teman-teman selalu berolahraga di sini.” Kata Yudha lalu duduk di sebelah aku.
“Kamu sudah pesan bubur ayam?”
“Tadi aku sudah makan.” Kata Yudha sambil tersenyum.
“Maaf, Mas. Kelamaan ini buburnya.” Kata tukang bubur ayam sambil menyerahkan bubur ayam pesananku.
“Aku makan dulu ea? Apa kamu mau makan lagi?”
“Haha… masih kenyang. Ya udah kamu makan saja aku tungguin kok.”
Akhirnya aku memakan bubur ayam pesananku. Setelah habis Yudha mengajak aku untuk berkeliling. Kami berdua ngobrol banyak. Yang baru aku ketahui ternyata aku dan Yudha mempunyai banyak kesamaan, dari penyanyi favorite hingga sifat-sifat. Ternyata Yudha berbintang Scorpio sama seperti aku. Aku lahir pada tanggal 1 November sedangkan Yudha lahir pada tanggal 31 Oktober. Hanya berbeda 1 hari denganku.
Hachi
Handphone aku berbunyi tanda ada sms masuk. Aku mengambil handphone yang aku kantongi di saku celana. Ternyata dari Mas Billy.
-Mas Billy-
Maaf ya Chan, aku harus nganterin Rere pulang ke rumah. Kamu bisa kan pulang sendiri. Nanti aku turuti deh semua kemauan kamu. Maaf ya.
Ah, Mas Billy menyebalkan! Sudah ngajak aku ke Sempur malah sekarang ditinggalin. Kalau tau begini aku tidak usah ikut. Oia Rere itu nama pacar Mas Billy.
“Kenapa Chan?” Tanya Yudha melihat raut wajahku yang kesal.
“Lagi kesel sama kakakku, dia ngajakin lari malah sekarang ngaterin ceweknya pulang dan ninggalin aku di sini.” Kataku kesal.
“Ya udah, nanti aku anterin sampai rumah deh. Aku bawa motor kok.” Yudha menawarkan diri untuk mengantarku.
“Yang bener nih? Aduh jadi ngerepotin.”
“Nggak apa-apa kok, santai sajah.”
Akhirnya Yudha mengantar aku pulang, aku lihat mobil Mas Billy juga tidak ada. Itu berarti dia belum pulang. Aku dan Yudha sempat bertukar nomor handphone. Aku menawarkan Yudha untuk mampir ke rumah tapi dia menolak katanya lain kali saja mainnya.
Aku segera masuk kamar dan tiduran di ranjang. Aku segera mengeluarkan handphone di saku dan mengetik sms untuk Mas Billy.
MAS BILLY JAHAT!!! UDAH GITU JELEK LAGI. WEEEEKK.
*****
Aku masih kesal sama Mas Billy, ketika dia sampai di rumah dia langsung membujuk aku untuk memaafkannya. Tetapi aku tidak mau, aku sungguh kesal kalau saja tidak ada Yudha aku harus ngapain coba di sana. Demi menerima maafku, Mas Billy melakukan segalanya agar aku tidak marah lagi dari memijatku, membelikan aku coklat dan es krim. Memang sih harus aku akui kalau pijatan Mas Billy itu enak banget. Hehe…
Tapi tetap saja aku tidak bisa lama-lama marah sama Mas Billy. Akhirnya aku memaafkannya. Eh sudah dimaafkan malah dia mengacak-ngacak rambutku.
“Mas, pijetan Mas enak loh. Kayaknya cocok jadi tukang pijet keliling.” Ledekku.
“Sialan kamu.” Kata Mas Billy lalu melemparkan bantal sofa ke arah aku.
Pada akhirnya kami berdua malah jadi main perang-perangan bantal. Dan tertawa sesudahnya. Dia sekarang jadi jarang menggoda aku, kalau sajah Mas Billy seperti ini sejak dulu. Perhatian sama adiknya yang ganteng ini. Hehehe…
Minggu siang ini, cuaca sangat panas ingin sekali aku berenang. Karena Mas Billy sedang ada di rumah dan tidak pergi ke mana-mana. Aku mengajaknya berenang. Untungnya di rumahku ada kolam renang jadi aku tidak perlu repot-repot untuk pergi ke Jungle.
“Mas, berenang yuk? Gerah neh.” Kataku mengajak Mas Billy.
“Males ah, siang-siang gini nanti kulit jadi item.”
Idih rese, masa cowok takut jadi item kulitnya. Aku keluarin jurus maut biar Mas Billy tidak menolak ajakku. Jurus aku itu yaitu cemberut.
Melihat aku cemberut kayak gini aku yakin Mas Billy bakal nurutin kemauan aku. Ternyata jurusku sangat ampuh, Mas Billy langsung menurutiku. Hehe.
Akhirnya kami berdua berenang di kolam renang yang berada di halaman belakang. Aku menggunakan speedo berwarna biru dengan garis warna putih. Sedangkan Mas Billy mengunakan boxer
Ketika sedang asik bermain air, aku lihat Mas Billy sedang memperhatikanku.
“Kenapa Mas ngeliatin aku kayak gitu?” Tanyaku.
“Nggak kok. Badan kamu kok kurus banget ya?” Kata Mas Billy gugup.
Sialan! Mentang-mentang perutnya six pack dan bentuk badannya bagus. Bisa-bisanya meledek aku seperti itu.
Ting Tong
Suara bel rumahku berbunyi segera aku panggil Mbak Surti.
“MBAK SURTI! MBAK SURTI! ADA TAMU TUH!” Teriak aku.
Aku teruskan saja berenang, Mas Billy juga hanya duduk-duduk sajah di pinggir kolam.
“Mas Chandra, ada Mas Topan di depan.” Kata Mbak Surti.
“Suruh ke sini aja. Sekalian buatkan minuman buat kita bertiga ya, Mbak!”
“Baik, Mas.”
Tidak lama kemudian, Topan datang ke kolam renang. Kemudian dia segera duduk di kursi malas yang berada di pinggir kolam.
“Pan, ayo berenang bareng kita. Seger loh airnya.” Kataku.
Topan hanya mengangguk kemudian melepaskan kaos dan celana jeansnya. Aku hanya bisa bengong melihatnya. Dadaku berdebar sangat kencang.
“Ini Mas, Minumannya. Surti taruh di meja, ya?” Kata Mbak Surti malu-malu sambil melirik-lirik ke arah kami.
Dasar Mbak Surti ganjen, “Mbak Surti masuk ajah ke dalam rumah. Awas bintitan ngeliat 3 cowok ganteng setengah telanjang.” Ledekku.
Kami bertiga hanya tertawa melihat tingkah Mbak Surti yang salah tingkah. Kami bertiga akhirnya melanjutkan berenang. Karena aku sudah kecapaian berenang dari tadi, aku pun menepi dan duduk di pinggir kolam.
Aku sadar kalau dari tadi aku sedang diperhatikan oleh Topan dan Mas Billy. Aku jadi agak risih diliatin seperti itu.
“Kenapa sih kalian berdua ngeliatin aku seperti itu?” tanyaku risih.
Ditanya seperti itu, mereka berdua jadi salah tingkah. Lalu mereka melanjutkan berenang. Aku berpikir mereka jadi sangat aneh. Ngapain sih ngeliatin aku dari tadi. Sebenarnya seneng sih diliatin sama Topan tapi kenapa Mas Billy juga ngeliatin aku.
Dasar aneh!!
Hachi
Handphone aku berbunyi, ternyata ada SMS dari Yudha.
-Yudha-
Hei, Chan! Lagi ngapain?
Ya ampun. Baru saja ketemu tadi pagi, siangnya sudah SMS aku. Segera kuketik dengan cepat SMS balesannya.
Lagi berenang neh bareng sama Topan dan Mas Billy. Hehe
Aku lihat Topan dan Mas Billy juga sudah menepi. Mereka segera bergabung dengan aku, duduk di kursi malas.
Hachi
Yudha ternyata membalas SMS dengan cepat.
-Yudha-
O… Asik donk panas-panas gini. Ntar item loh. Btw siapa itu Topan dan Mas Billy?
Aduh Yudha ternyata sama saja seperti Mas Billy pada takut item.
Mas Billy itu kakakku, kalau Topan itu sahabat aku. Ternyata kamu tuh sama kayak Mas Billy takut item. Haha.
“Dari siapa, Chan?” Tanya Mas Billy penasaran.
“Dari Yudha, Mas.”
“Yudha?” Tanya Mas Billy. Ada nada yang aneh di suaranya Mas Billy.
“Itu yang kemarin nemenin aku nungguin Mas Billy. Yang tadi pagi juga anterin aku pulang ke rumah.” Aku menjelaskan.
Aku liat Mas Billy menatap aku dengan aneh.
Tiba-tiba Topan bertanya, “Yudha, yang anak XII IPA 1 itu?”
Aku hanya menganggukan kepala.
Sejak kapan kamu SMS-an sama dia?” Kata Topan.
Kok di nada suara ada sedikit rasa cemburu, ya? Apa cuma perasaan aku saja?
“Baru kali ini kok.”
Kenapa hari ini sangat aneh. Mas Billy dan Topan bertingkah aneh sekali. Membuat aku bingung seperti ini.
*****
cool kayaknya, bisa belajar bareng lagi huhuhuhuhuhuhuu
topan biar ma billy aja
Lanjut, Bro..
pokemon : billy kan kk nya chandra. hayooo baca lagi.
angelofgay : wah ultahnya chandra kan ultah na gw juga bro ^^
candra ma yudha aj
biar topan billy ngejailin mrk berdua
setuju ni
dhie_adram : wah anak bogor ya?? Part 5 masih dalam proses editing sabar ya bro..
hebad dagh....d(n___n)b
crita'y seru n ga neko2 ya.
ditunggu lanjutan'y ya Bro.