It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
" Jadi lu calon dokter?" tanya Alex
" yap." kata Elmo.
Alex melirikku.
" Kaca mata yang lu pake apa merknya?"tanya Alex lagi.
" Hah? Maksudnya?"tanya Elmo sambil melepas kacamatanya dan mulai mencari-cari merknya pada kacamatanya.
"Iya,soalnya kacamata lu keren banget. Gue mau punya satu."kata Alex lagi,melirikku lagi. Aku berusaha tenang.
"oh,ini murah kok. Tapi sepertinya kacamata ini tidak punya merk." jawab Elmo polos.
"murah? Tidak pake merk? boleh ku coba?"pinta Alex.
Elmo menyodorkannya tanpa curiga. Alex memakainya dan mengambil foto dengan Iphone 4S nya kemudian langsung melepas kacamata Elmo dan menyerahkannya kembali.
" lu tau Elmo... Gue rasa barang murah dan tidak bermerk ini enggak cocok buat gue."kata Alex sambil mengamati hasil fotonya di layar Iphonenya.
Aku mulai menatap tajam Alex. Ini keterlaluan.
Elmo tampak tidak terganggu. Apa dia tidak menangkap arti kata-kata Alexander atau dia berusaha tenang.
Aku menangkap wajah meremehkan Ruby. Bibirnya yang sebelah kiri terangkat. Senyum sinis ini. Tahu aku menatapnya, Ruby balas menatapku.
Aku segera pulang ke Indonesia membuat janji dengan Elmo. Rencananya aku akan makan malam bersamanya untuk melepas kangenku. Dia segera datang setelah pulang dari rumah sakit. Ternyata Alex dan Ruby disana juga. Kami berpapasan lalu makan dalam satu meja.
Ruby memang tampak kesal. Dia tidak sedikitpun mencoba ramah pada Elmo. Dia memprofokasi semua pembicaraan menyudutkan Elmo. Alexander bergabung menjadi sekutunya.
***
" Tentu saja Alex, Elmo ini tidak perlu barang-barang bermerk untuk terlihat menarik."balasku. Kutatap tajam Ruby dan Alexander bergantian.
Ruby tampak kaget. Mungkin dia kaget karena aku membela Elmo. Sedangkan Alex pura-pura tidak terganggu dengan kata-kataku.
Pesanan kami datang.
"Elmo,kamu makan yang banyak ya,kan banyak nyawa yang harus kamu selamatkan."kataku sambil menyendokkan sebagian laukku kedalam piringnya. Dari ujung mataku aku dapat melihat ekspresi kaget Ruby dan Alex. Mereka saling pandang.
"makasih Klein."kata Elmo. "Ruby dan Alex,kalian gak makan?" tanya Elmo setelah menelan sendokan pertamanya.
Ada alarm sms masuk.
"Klein... Bisa kita bicara berdua sebentar?"tanya Alex dalam sms.
"tentu."balasku. sambil tersenyum ke arah Alexander.
"aku ke WC dulu sebentar ya elmo." izinku pada Elmo sambil memberantaki rambutnya.
***
"Lu dating sama si culun itu?"tanya Alex padaku di toilet,di depan tempat mencuci tangan.
"Itu urusan gue kan? Dan gue pikir lu harusnya bisa bersikap lebih ramah sama dia."kataku datar. Mencoba menyembunyikan kekesalanku.
"Okey. Gue minta maaf."
" gue maafin." "Kita gak ada masalah lagikan?"katanya memnyodorkan tangannya. Aku menjabat tangannya. Lalu kami menuju meja kami kembali.
***
" lu apa kabar?"tanyaku saat Klein dan Alex ke kamar mandi pada Elmo.
" baik. Kalo Ruby?"
"baik juga. Lu kok bisa bareng Klein ke sini?"
" kami janjian. Klein bilang dia sudah di Jakarta tadi sore."kata Elmo.
Kenapa Klein tidak memberitahu aku bila sudah pulang ke Jakarta? Tapi dia menghubungi si culun ini. Mereka punya hubungan apa? Batinku.
"lu kenal Klein dari mana?"tanyaku lagi.
"loh? Dari waktu kejadian itu,waktu Klein dirawat."katanya lagi.
" jadi sebelumnya belum pernah kenal?"tanyaku memastikan. Elmo mengangguk dan ku suapkan pesananku ke dalam mulut. Aku menimbang-nimbang apa yang sedang terjadi. Apa Klein punya perasaan pada Elmo? Ah tidak mungkin!
Alex dan Klein kembali. Alex, Klein dan Elmo mengobrol sekedarnya. Sikap Alex berubah, dia berusaha mengakrabkan diri. Aku menatap tajam Klein. Aku merasa kesal kenapa orang pertama yang dihubunginya setelah di Jakarta bukan aku tetapi Elmo.
***
Aku mengantar Alexander ke rumahnya.
" Lu kesal banget Bi?"tanya Alex.
@rysan_80 tenang tenang
" Ya elah. Pake bohong. Percaya ama gue, hubungan mereka gak lama."kata Alexander.
"apa sih maksud lu?" bantahku. Aku melajukan BMW ku di tol. Minggu lalu saat aku mengantarkan Klein ke bandara aku merasa seminggu akan sangat lama. Tanpa bertemu Klein bahkan saat weekend minggu lalu aku berencana menyusulnya ke Singapura. Tetapi Klein melarangku. Untuk menghibur diri aku pergi dengan laki-laki dan perempuan yang terlintas di kepalaku, berharap kebosananku menunggu kepulangan Klein. Termasuk hari ini malam minggu ini aku membuat janji dengan Alexander. Tapi saat sampai di Jakarta bukan aku yang dihubunginya.
"RUBY, lu bengong!"tegur Alexander. Dia menepukku dan sadar-sadar pintu tol tujuanku sudah terlewat.
"DAMN!"umpatku.
"Ya sudah,kita jalan-jalan dikit aja."Alexander santai.
"sorry."kataku pendek.
"no big deal." kata Alexander sama santai.
Klein selalu dikelilingi makhluk indah. Ruby kupikir hanya salah satunya. Alexander, dengan wajah oriental,kulit kuning langsatnya menggunakan kemeja hitamnya yang 2 kancingnya dibiarkan terbuka. Tubuh atletisnya layaknya membuat apapun yang dipakainya tampak bagus. Ruby dan Klein tidak kalah kerennya dengan. Aku tampak kontras di antara mereka berempat. Bukan merasa minder tapi aku merasa bukan ditempat yang seharusnya.
Saat Alex mengatakan ketertarikannya pada kacamataku... Aku merasa sangat aneh. Tapi dia mengatakan bahwa aku cocok dengan kaca mataku. Entahlah aku tidak merasa itu sebuah pujian.
Mereka bertiga seperti berteman tetapi aku merasakan ketegangan.
Aku mencuri lihat tagihan makan kami berempat.
ASTAGA! Itu biaya jumlahnya sama dengan jumlah uang kiriman papa sebulan.
Duh! Mana aku makan paling banyak!
Artinya minimal aku akan bayar seperempat dari tagihan. Hikz. Aku harus berhemat bulan ini.