It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
RAGU
Minggu, 8 Februari 2004, ini artinya enam hari lagi menuju hari H dimana aku dan Mario akan pergi bersama di malam valentine, yang akan menjadi parahnya lagi di tahun ini jatuh pada hari Sabtu, hari keramat untuk para pasangan. Yaa... pagi itu fikiran ku terbuka lebih cepat daripada mataku yang saat ini masih lengket untuk dibuka. Kaki ku melangkah dengan beratnya menuju kamar mandi, tubuhku masih terasa lelah akibat semalam di paksa bangun oleh Rega yang tiba-tiba memaksa menemaninya makan nasi uduk. Padahal sudah jam 1 malam. Di kamar mandi, mataku terpaku pada sebuah cermin yang menggambarkan dengan jelas tubuh polosku. Rasanya seperti di tabok oleh sekumpulan orang-orang yang akan marah apabila mengetahui aku mulai ragu akan persahabatanku dengan Mario hanya sebatas perasaan sayang ke sahabat. Aku ragu bahwa ini lebih dari sekedar sahabat, tetapi bukan seperti perasaan sayang ke saudaranya. Perasaan ini memiliki tempat lain di dalam hati, bersanding dengan cemburu, kangen, dan nyaman. Tubuh polosku yang tergambar jelas di cermin, jelas menabok logikaku seketika. “Kami sama-sama lelaki” begitu yang di katakan bayanganku. Heran!! Saat ini yang mampu berfikir jernih hanya bayanganku di cermin, seharusnya bayanganlah yang ada di belakangku, bukan di depan seperti ini, mengingatkan pemiliknya akan langkahnya yang mungkin akan salah. Ya.. saat ini aku masih menganggapnya “mungkin salah”, karena aku masih menaruh separuh kebenaran untuk mengikuti hatiku, ketimbang mencoba menariknya dan akhirnya akan melukainya. Sudah pernah aku terluka karena memaksanya berhenti mencintai, dan aku tak ingin seperti itu lagi.
HIRUK dan PIKUK
Senin ini benar-benar tidak bersahabat dengan ku, sudah siap pergi untuk ke sekolah, ternyata motorku gak bisa nyala, entah kenapa, yang aku tahu hanya indikator bensin masih penuh, itu artinya seharusnya mesin motor bisa hidup dan bisa aku pakai. Lima belas menit aku coba untuk menyalakanya, dan berakhir dengan aku harus menggunakan angkot di pagi ini. Aku sudah coba menghubungi Rega, tetapi handphonenya gak di angkat-angkat, yang sudah pasti mengartikan dia sudah di perjalanan menuju ke sekolah. Sebenarnya nama Mario lah yang pertama kali muncul ketika tadi aku menelepon Rega, tetapi jariku sepertinya memiliki haknya tersendiri, sehingga memilih nomer Rega.
Sudah lima menit aku berdiri di halte ini, tetapi angkot yang aku stop selalu penuh, padahal lima belas menit lagi kelas akan di mulai. Aku merobek bagian tengah buku tulis, dan meletakkannya di atas sebuah batu besar yang ada di pinggir halte untuk aku gunakan sebagai tempat duduk karena lelah berdiri di halte yang penuh calon penumpang.
“Toni” tiba-tiba ada suara yang sepertinya aku kenal memanggil namaku. Ku dongakkan kepalaku untuk mengetahui siapa yang memanggil. Dengan kaget dan setengah girang aku mendapati sosok Mario di tepat di depanku, lengkap dengan motor RX king hitam, kendaraan yang selalu setia menemaninya.
“Kok disini? Motor lu kemana??”
“Motor gw gak bisa hidup Yo..” Jawabku singkat
“Yaudah, naik!!” Perintah Mario
Segera aku beranjak dari batu dan duduk di jok belakang motornya. Kali ini tidak seperti biasanya, aku menjaga jarak dudukku, dan tak ada lengan yang memeluk pinggangnya. Aku takut apabila memeluk pinggangnya seperti yang biasa aku lakukan jika berboncengan dengannya, dia bisa mendengar detak jantungku yang saat ini berdetak gak teratur. Tak ada pembicaraan di atas motor seperti yang kami lakukan sebelum hari ini jika kami berada di atas motor yang sama. Detik membungkam saraf-saraf otak, hingga lidahku kelu seolah kehilangan perintah kerjanya.
Kecepatan dan kelihaiannya mengendarai motor membuat kami berdua sudah sampai di sekolah sepuluh menit sebelum upacara senin di mulai. Siswa yang lain juga sepertinya banyak yang baru datang.
“Thanks ya Yo” Kataku sambil membenarkan tas selempangku dan beranjak lebih dulu ke kelas
“Eh... Tungguin apa, gw juga sekolah disini kali” kata Mario
“Mario” katanya lagi sambil mengulurkan tangannya layaknya orang berkenalan ketika menuju ke kelas
Aku hanya bisa diam, mencoba kembali mengolah kata-kata yang barusan di tangkap telingaku.
“Eh, kok bengong?? Nama gw Mario!! EM A ER I O!! Katanya lagi
“Gak lucu!!!” Kataku sambil menepis tangannya.
“Aduh!!, sakit tauu..” katanya sambil meniupkan tangannya, seperti anak kecil
“Lagian lu aneh banget sih hari ini!! ada apa sih?” tanyanya
“Aneh gimana?”
“Sikap lu yang aneh dari tadi”
“Sikap?? Sikap gw yang mana yang aneh??”
“Yah, sikap lu dari tadi, biasanya di boceng pegang pinggang, tadi gak, biasanya di motor bawel, tadi gak, terus biasanya ke kelas bareng, tadi lu mau duluan ke kelas” Jawab Mario
“Kaya waktu kita ketemu dulu, ketemu lagi duduk di batu, terus di jalan diem aja” Lanjutnya
“yaudah, anggap aja kita emang baru ketemu tadi”
“Nama gw Toni” kataku sambil meraih paksa lengannya dan meninggalkannya menuju kelasku
Di kelas aku melihat Rega sibuk, seperti menelepon seseorang, hingga dia gak menyadari kehadiran ku.
“Woii.. sibuk amat!!” kataku mengagetkannya
“Dari mana aja sih lu” Kata Rega
“Yaaahh.. dari rumah ke sekolah” jawabku bingung
“kenapa telpon gw gak di angkat sih... bikin panik aja” Kata Rega
“Telpon??.. Ooh.. gw vibrate di tas.. “
“Ooh.. emang tadi ada apa telpon gw?”
“Tadinya gw mau nebeng ke sekolah, motor gw gak bisa idup gak tau kenapa, padahal tadi malam masih bisa”
“Oo.. terus jadinya tadi naik apa?”
“tadi bareng sama Mario” sahutku sambil melangkah keluar kelas setelah mendengar bunyi bel, yang artinya upacara bendera akan segera di mulai
“Tunggu Ton!!” Rega menyusulku dengan setengah berlari, berusaha mengimbangi langkahku yang sudah lebih dulu meninggalkan kelas.
Seperti upacara sebelumnya aku dan Rega memilih berada di barisan belakang, bukan karena kami siswa yang tersisih, tapi barisan itulah yang tidak terkena sinar matahari yang menyengat di pagi hari. Petugas Upacara hari ini dari kelas II A, itu adalah kelas Mario, entah Mario bertindak sebagai apa. Dari belakang sini gak terlihat aktivitas di depan sana, anak-anak yang ada di depan ku terlalu besar untuk tidak menghalangi pandanganku.
“DRRRRTTTT”
“Kenapa sih??” msg received [Mario]
“Maksudnya?” msg sent
“lu kenapa?? Beda banget hari ini? marah sama gw?” msg received [Mario]
“gak kok, ada sedikit masalah aja” msg sent
“Oke deh, tapi janji yah, gw orang pertama yang lu minta membantu klo lu udah gak bisa selesaiin sendiri” msg received [Mario]
Sms dari Mario barusan membuatku tersentak, bagaimana aku bisa minta dia membantunya kalau saat ini di fikiranku sempat terbesit untuk menjauhinya, apa mungkin aku minta dia untuk menjauhiku? Apa mungkin aku ceritakan pada dirinya.. kalau saat ini aku takut mengalami rasa sayang ke dirinya, Yah, bukan rasa sayang saja, aku rasa aku mulai menginginkannya, memilikinya, dan menguasai harinya. Agar tak ada lagi rasa kesal, cemburu, atau BT ketika aku mendengar dia sedang dekat dengan cewek mana. Mungkinkah ini yang dulu di rasakan oleh Rega?
“Mantra of the day: DUNG DUNG WAAA... DUNG DUNG WAAA... yang pundung cepat ketawa ” msg received [Mario]
“YOU WELL DONE.. I’M LAUGHING NOW !!!” msg sent
“Apa yang lucu sih Ton?? Dari tadi gw perhatiin lu sms-an terus tiba-tiba senyum-senyum sekarang” Kata Rega yang ternyata memperhatikan tingkahku.
“Sms-an sama siapa sih?” tanyanya lagi
“Ooh,, ini Mario” jawab ku
“Oo.. sms apaan dah?? Coba lihat!!”
“Eghh,, bukan apa-apa kok” jawabku sambil menyimpan handphone ku kedalam saku celana
“Ada apa sih? Kayanya kalian berdua mulai banyak rahasia dari gw” sahutnya
Setelah itu di lapangan tak ada lagi percakapan di antara aku dan Rega, bahkan di kelas sampai waktunya pulang sekolah, lalu mengantarku pulang, Rega tidak pernah mengungkit masalah sms aku dengan Mario. Entah dia sudah melupakannya atau dia kecewa atas ketidakterbukaan aku tadi pagi. Rega selalu misterius seperti dulu, satu-satunya rahasia terbesar yang aku tahu adalah hubungannya dengan Mario dulu sewaktu mereka SMP. Setelah itu, Rega masih berupa gambaran abstrak bagiku, dimana hanya pemiliknya yang bisa menjelaskan.
“Nih Ga” Kataku sambil menyodorkan segelas sirup di kamarku
“Thank You” jawabnya singkat lalu meneguknya
Siang itu kami habiskan dengan bercanda dan mengobrol tentang banyak hal, lalu ketika menjelang sore kami bertanding winning eleven di PS, yang kalah harus bermain dengan berdiri satu kaki di pertandingan berikutnya. Sialnya aku yang kalah, aku harus menyelesaikan satu babak lagi untuk mengimpaskan jumlah pertandingan. Rega masih penasaran dengan skor 2:1 yang di menangkan olehku, rupanya dia ingin skor kami imbang, sehingga meminta satu babak lagi karena yakin akan menang melawanku dengan aku yang bermain menggunakan satu kaki sambil berdiri.
“DAAGGG” “BRUUK” tiba-tiba aku jatuh ke lantai karena berdiri dengan satu kaki setelah duduk itu membuat kakiku kesemutan dan gak kuat menahan bobot tubuh.
Untuk beberapa saat aku hanya mempedulikan kaki kanan ku yang masih kesemutan sehingga belum bisa bangun dari lantai. Sampai saatnya Ibu datang dan menyadarkan keadaan yang baru saja aku buat.
“Loh, Rega jidatnya kenapa berdarah” kata Ibu sambil meletakkan baki berisi dua gelas sirup dan cemilan sore.
“Ketimpa stik PS tante sama Toni” jawab Rega sambil menyeka darah yang keluar dari kening sebelah kanannya.
“Ketimpa atau di timpa?? Toni!!! Kamu itu kelewatan, temanmu sampai berdarah begini” Kata Ibu seakan tidak memperhatikan kalau aku juga sedang menahan dengkul kiriku yang langsung membentur lantai
“Gak kok tante, ini kecelakaan, Toni tadi gak sengaja jatuh pas kami lagi main PS, lalu stik PS-nya kebentur di jidatku” kata Rega menjelaskan sambil menunjukkan stik PS yang pecah, entah karena kena jidat Rega atau lantai.
“ooh,, Yasudah kalau begitu kejadiannya, tante kira kalian berantem, tante ambil obat dulu yah” “Toni!! Kamu harus mengobatinya!!”
Tidak berapa lama Ibu kembali ke kamarku membawa kotak P3K dan menyerahkan kepada ku untuk merawat luka Rega dan meninggalkan kami kembali berdua di kamar. Kata Ibu aku harus bertanggung jawab atas apa yang sudah aku perbuat, agar berikutnya bisa lebih berhati-hati dan tidak ceroboh. Aku segera menerima kotak itu dan mulai mengobati luka di keningnya Rega.
“Awwww”
“Adaauuww”
“Isshh... pelan-pelan bisa gak sih” Kata Rega
“Halaahh.. gini aja sakit!!! Katanya atlet tae kwondo!!”
“Gw bisa nahan sakit apa aja!! Tapi saat lu mulai gak peduli sama gw, saat itulah gw kehilangan siapa diri gw!!” Kata Rega sambil menyudahi aktivitasku yang sedang mengobatinya dan beranjak dari posisinya serta mengambil tas sekolahnya.
Aku yang sadar atas situasi ini langsung bertindak cepat menutup pintu kamar mencegah dia keluar dari sini dengan amarahnya seperti ini.
“Maksud lu apaan yah?? Kalau gw gak peduli gw gak obatin lu.. kenapa sih lu Ga? Gw minta maaf udah buat lu celaka, tapi kenapa lu bilang gw gak peduli??”
“Toni, dewasa dikit, gak usah segalanya gw perjelas!! Apa namanya kalau lu anggap gw sahabat tapi sikap lu tadi pagi bilang seolah-olah gw gak ada urusan untuk tahu antara lu dan Mario tadi pagi”
“hahaaha... Cuma soal itu lu ngambek kaya gini... nih handphone gw.. lihat semuanya” kataku sambil mengambil handphone dan mengajaknya duduk kembali ke kasur dan melanjutkan mengobati lukanya, sementara dia membaca isi sms antara aku dan Mario tadi pagi.
“Emang kenapa dah?? Kok kata Mario lu marah sama dia?”
“Iyah,, gara-gara tadi pagi di motor gw cuekin, gak pegangan pas di motor, terus diem aja, pas di parkiran di ajak becanda sama dia, gw respon negatif”
“Oo.. lengkap amat jawabannya”
“Iyalah,, ntar lu ngambek lagi” kataku mencandainya
“Uhh,, reseh” Katanya sambil mentoyor jidatku seraya menempelkan plester terakhir
“Dihh..nih rasa” Kata ku sembari mentoyor bagian jidatnya yang luka
“Aww,,, sakit tauu” katanya sambil meringis
“katanya kalau gw peduli jadi kuat, kok gak kuat”
“Yaaa.. gak gitu juga kali... tadi kan gw Cuma gombal”
“Ah.. ogah di gombalin lu, ntar jadi korban kaya Mario” jawab ku
“Dih.. tebalik tuh.. gw yang korbannya Mario.. Awas loh nanti lu jadi korban berikutnya” kata Rega yang membuat seketika aku berfikir
“Udah,, Cuma becanda kali gw, Mario yang sekarang kan udah beda, buktinya banyak kencan sama cewe, gw nya aja yang kejebak kaya gini” kata Rega
Yah, memang benar Mario sudah banyak kencan dengan cewek setelah putus dengan Dina, tapi justru di situ Mario menyadarkan kecemburuanku dan keserakahanku ingin memiliki dan menguasai dirinya.
DETIK “H”
Berkali-kali aku melihat HP dan jam tangan berharap tanggalnya berubah, aku butuh satu hari lagi untuk menghadapi hari ini. Yah,, sekarang hari Jumat tanggal 14 Februari, yang artinya nanti malam aku akan pergi dengan Mario sebagai partner di acara valentine party yang di adakan stasiun radio tempat dia magang. Disaat aku sudah tahu kemeja, celana dan sepatu mana yang aku kenakan nanti malam. Aku merasa belum siap menghadapi nanti malam? Hari ini benar-benar membuatku sulit membedakan siap dan tidak siap.
“Ton.. nanti malam nonton yok” ajak Rega di sela-sela pelajaran
“Umm,, gak bisa Ga, gw ada acara” kataku menjawab ragu-ragu
“Mau kemana??”
“Ummm... Mario ajak gw ke pesta radionya, gimana kalau lu ikut aja biar rame” ajak ku
“Toni... pesta di radio itu pake invitation, nah invitnya cukup untuk kalian berdua, gw gak bisa ikut lah”
“Ummm.. lu gak marah kan Ga??”
“Gak lahh... orang invitnya Cuma cukup buat lu berdua”
“Umm,, maksud gw, lu gak marah kan? Gw baru bilang sekarang”
“Gak kok... lagian gw udah tau sebelumnya, tadinya Mario kebingungan mau ajak siapa, kan dia udah putus sama Dina, kalau ajak cewek lain, takut nantinya ajakannya di salah artikan, soalnya kan ini valentine party kan??” “Makanya gw suruh dia ajak lu, biar dia gak sendir,i terus dia juga aman gak dibilang ngasih harapan palsu ke cewek-cewek itu”
“Tadi gw mau test lu aja, lu nerima ajakan dia atau gak, soalnya gak ada yang cerita sih...” “Mario juga gak kasih tau lagi kalo lu nerima ajakannya atau gak” jawab Rega panjang lebar
“Oo.. lalu kenapa gak sama lu aja Ga??”
“Hhahaha... sama gw??” “kalo sama gw, takut nanti ujung-ujungnya gw malah suka lagi sama dia” “gw gak mau dia belok lagi ah” kata Rega seraya menahan tawa karena tawanya sudah mengundang siswa lain yang sedang mencatat
Obrolan aku barusan dengan Rega sontak membuat aku dengan tenang melangkah nanti malam sekaliguss kecewa, karena Mario mengajakku hanya sebatas sahabat. Yah.. sahabat, hanya sebatas sahabat, pupus sudah harapan aku untuk tidak merasakan lagi sakit hati akibat cemburu melihat atau mendengar dia akan kencan dengan cewek mana karena aku sempat berfikir untuk memilikinya. Tapi disaat yang bersamaan aku juga bersyukur aku gak perlu bingung menatap seperti apa hubungan aku dengan Mario ke depannya. Semua sudah jelas hari ini, kami hanya bersahabat!!!. Ah.. belum menjadi Gay saja sudah seribet ini membedakan antara syukur dan kecewa. Tuhan.. tolong aku. Aku gak mau menjadi seorang Gay.
[BERSAMBUNG] *FYI: sebenernya gak enak bgt gak nempati janji di awal buat cerita, untuk selesai cepat...tapi ini seriusan sibuknya kebangetan, gak sempet nulis jadinya T.T
Btw itu salah hr ya valentinenya? Kok jd hr jumat pdhal d atas udh d bilang sabtu.. Hehehe.. Lanjutannya di tunggu..
REGA SAMA SIAPA JADINYYA??
APA MUNGKIN MASIHH TETAP SAMA MARIO???
apakah tony mampu membuang rasa yg mulai tumbuh ke mario?
dan bagaimana perasaan mario kepada tony yg sebenarnya?
dan bagaimana dngn rega?
nantikan kelanjutanny di Boyzstory dalam kisah kasih di sekolah
apakah tony mampu membuang rasa yg mulai tumbuh ke mario?
dan bagaimana perasaan mario kepada tony yg sebenarnya?
dan bagaimana dngn rega?
nantikan kelanjutanny di Boyzstory dalam kisah kasih di sekolah