It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
udahan dulu hari ini, aq cape
“haha.. ni dia ni guys, cowok homo yang bikin rusak nama kampus kita” kata seorang pemuda pada raffa yang tengah tersudut di kepungnya beserta 2 pemuda lainnya.
“maksud lu apa hah ! apa urusannya sama lu semua !” sahut raffi geram, raffa dan aldo yang mengamati dari kejauhan juga kelihatan makin panik namun raffa masih enggan ikut campur.
“hahaha, ngaku dia guys, eh maho ! jelas lu ganggu lah ! orang-orang kayak lu tuh cuman jadi sampah tau nggak di kampus ini ! aib !!!”
“emangnya orang-orang kayak kalian bukan sampah di kampus ini hah ?! Cuma taunya bikin kekacauan di kampus, jagonya mimpin rombongan sefakultas buat tawuran sama fakultas lain, kalian tuh lebih sampah tau nggak !” tantang raffi sembari mendorong pemuda berambut panjang yang sejak tadi memanas-manasinya.
“ooo.. ngelunjak lu ternyata ya, setan ! guys hajar !!!” perintah pemuda itu yang baru saja terjerembab ke tanah.
Tak terhindarkan, perkelahian pun terjadi, raffi di keroyok pemuda itu bersama gerombolannya. Melihat kakaknya semakin terpojok, raffa akhirnya mau turun tangan juga, bersama aldo mereka ikut bergumul dalam perkelahian itu. Direngkuhnya tubuh pemuda berambut panjang itu lalu ia hujani dengan pukulan bertubi-tubi yang membabi buta, sejumlah tinjuan dan tendangan sukses mendarat di tubuh pemuda itu. Sementara itu raffi dan aldo semakin kewalahan dengan lawan-lawan mereka. Raffa menuntaskan perlawanan pemuda berambut panjang dengan satu pukulan telak yang mengenai pelipisnya, pemuda itu pun terjerembab pingsan. Bersamaan dengan itu raffa juga berhasil menumbangkan pemuda tambun yang sejak tadi menjadi lawannya.
Tapi aldo ! pandangan raffi dan raffa tertuju pada aldo yang tengah tergeletak tak berdaya di hujani pukulan bertubi-tubi dari seorang lagi dari mereka, ia tak mampu melawan, pemuda jangkung itu menindih tubuhnya dan menghujamnya dengan bogem-bogem mentahnya, wajahnya terasa panas sekali melihat adegan itu. Amarah tiba-tiba menguasai raffa, dengan geram ia berlari menuju pria itu, ia tarik topi jaketnya hingga menghempas tubuh jangkung itu ketanah, dengan ganas ia menindih tubuh jangkung itu layaknya yang ia lakukan pada raffi tadi.
Ia kalap, pemuda itu sudah tak berdaya di bawah tindihannya, tangan raffa terus saja menghujami pemuda itu dengan dengan pukulan pukulan yang semakin menggila, wajah si pemuda sudah babak belur tak karuan di hajar raffi. Ia sudah pingsan, namun raffa yang geram tak menghentikan pukulan-pukulannya.
Aldo susah payah menyingkirkan raffa dari pemuda jangkung itu, sudah agak jauh, raffa terlepas dari rengkuhan aldo, ia kembali berlari menuju pemuda itu, dan kembali pemuda itu mendapat tendangan-tendangan keras dari raffa, aldo susah payah memisahkannya dari pemuda itu.
“raff udah raff !!!, dia bisa mati kalo kamu hajar terus, ayolah raff udah.. kita pergi dari sini..” aldo pun membawa raffa menjauh dari situ, masih sempat ia bertatap mata dengan raffi,begitu melihatnya ia langsung menunduk tak berani menatap raffa.
Raffi masih terduduk membisu setelah aldo dan raffa pergi, seolah merenung, ia menatapi tubuh-tubuh yang tergeletak dihadapannya, perlahan-lahan mereka bangun. Pemuda berambut panjang dan yang tambun itu memapah si jangkung yang masih tak sadarkan diri. Dia yang paling parah di hajar raffa kala itu. Mereka memapahnya menjauh dari tempat itu. Si rambut panjang masih sempat berbalik dan mengatakan sesuatu pada raffi.
“urusan kita belum selesai !”
>> SIDE RAFFA
Aku masih geram dengan pemuda-pemuda gila tadi, kalau saja buka aldo yang menghalangiku, sudah ku bunuh pemuda jangkung tadi. Aldo membawaku ke tempat parkir.
“sudahlah raff, yang penting orang-orang itu udah dapet pelajaran yang setimpal, kita pulang sekarang yah?” ujar aldo menenangkanku, hanya ku jawab dengan anggukan, kami pun melangkah ke motor masing-masing.
“arggghhh..!” tiba-tiba aldo meringis kesakitan, ia memegang erat pundakku, tubuhnya hampir rubuh.
“kkamu kenapa do ?” tanyaku panik.
“ahh.. kakiku raff, sakit banget..” jawabnya sambil terus meringis, aku
merunduk , ku singkap sedikit ke atas celana jeans aldo, mataku langsung terbelalak melihat pergelangan kaki aldo, warnanya membiru dan agak bengkak, sepertinya patah dan terjadi pendarahan dalam, sontak ak panik melihatnya.
“kaki kamu do ! kayaknya patah !” aku berteriak panik, aldo terus saja meringis menahan sakit, bagaimana bisa dia baru merasakan sakitnya sekarang.
Dengan sigap ku gendong tubuhnya lalu dengan susah payah ku naikan ke motorku. Ku biarkan motornya di parkir di kampus saja. Tanpa ba..bi..bu.. lagi aku langsung menuju rumah sakit terdekat. Aldo terus saja meringis dan mengerang membuatku semakin panik, ia meremas kuat pundakku, membuatku bergidik membayangkan rasa sakit itu. Setibanya kami di rumah sakit, sekali lagi aku harus menggendongnya menuju ruang dokter. Beberapa suster langsung menghampiri kami dan dengan sigap menangani aldo. Dengan panik aku menunggu semua selesai, erangan-erangan aldo yang menahan sakit semakin membuatku bergidik.
***
Pukul 8 malam, aldo sudah selesai di tangani, dokter sudah memperbolehkan aku masuk. Terlihat aldo sudah tertidur pulas,kaki kirinya di perban agak tebal. Aku semakin merasa bersalah melihatnya. Aku tunggui dia cukup lama, sepertinya masih di bawa pengaruh bius, ia tertidur lelap sekali. Aku baru sadar kalau belum mengabari tante maria, segera aku keluar sejenak untuk menelpon tante maria.
15 menit kemudian tante maria dan selly datang dengan panik.
“dia kenapa raff?” tanya tante maria.
“ddia.. aldo.. berkelahi tadi bu, dan sepertinya kakinya patah..” jawabku kalut.
“ya tuhan kenapa bisa begini sih?” desah tante maria semakin panik.
“udahlah ma, tenang dulu, ntar malah ganggu kakaknya yang lagi tidur, mending kita semua tenang dulu, tunggu sampe kak aldo sadar dulu” ujar selly menenangkan ibunya.
“ma..maafin raffa tan, gara-gara raffa aldo jadi kayak gini”
“udahlah raff, tante nggak nyalahin kamu kok”
***
“kakinya tidak patah kok, hanya bonggol engkelnya yang bergeser sedikit..” ujar pak dokter dengan tenang.
“tapi kenapa sampai pendarahan dalam begitu dok?” tanya tante naria panik.
“otot-otot di sekitar engkelnya robek, robekan itulah yang menghasilkan darah yang menggumpal, tapi tadi sudah kami bersihkan kok, sudah tidak ada yang serius kini, tinggal menunggu proses pemulihannya, untuk itu sepertinya dalam satu bulan kedepan dia harus menggunakan tongkat”
“wah hmm... terimakasih dok untuk semuanya..”
“ssaya boleh di rawat di rumah saja kan dok?” tanya aldo.
“hmm terserah anda saja, tapi anda jangan dulu melakukan pekerjaan berat setelah ini, itu semua untuk mempercepat proses pemulihannya, oke kalau begitu saya permisi dulu, saya harus mengecek keadaan pasien sebelah”
“baik dok, terima kasih banyak”
“sama-sama bu” pak dokter pun keluar.
“di rumah sakit saja dulu do, kamu belum pulih benar, belum juga genap 2 minggu kamu sembuh dari sakit” bujuk tante maria.
“nggak usah lah mah, aldo udah nggak apa-apa kok, di rumah saja, aldo nggak betah di sini”
“hmmhh..” dengus tante maria sebal.
“yasudahlah, kalo kamu maksa”
***
Selesai berkemas, kami pun pulang dari rumah sakit, aku membopoh aldo sampai masuk ke mobil mamanya, artinya aku akan pulang sendiri ke rumah.
“sekali lagi aku minta maaf yah do..”
“udahlah raff, nggak bosen kamu dari tadi minta maaf terus ? aku nggak apa-apa kok, malah aku yag harus minta maaf karena sudah ngerepotin kamu, aku pulang dulu yah, kamu hati-hati pulangnya, jangan ngebut..” ujar aldo sambil tersenyum.
“iya, sampe ketemu nanti yah..”
“iya..” pintu pun ditutup lalu mobil berlalu meninggalkanku, sejurus kemudian aku naik ke motorku, kemudian meninggalkan area rumah sakit, hari yang melelahkan.
##################################################################################################################################################################################################################
yg d blog tommy tuh kmren baru nympe mana sihh?? lupaaa.. jdinya baca dr awal lg dehhh.. hhe~
2 tahun lalu dalam The Past itu tidak berkaiatan dengan tahun penceritaan pada cerita intinya mas, intinya itu 2 tahun yg lalu [di masa alvin-rangga] u'r wellcome ^^
Sudah 2 minggu semenjak kejadian itu, semenjak itu pula aku dan kak raffi tak pernah bertemu lagi. Aku kangen sekali, rasanya hidup seperti kehilangan pijakan tanpanya. Aku tak berani menemuinya baik di kampus atau di rumahnya, aku takut bertemu kak raffa. Di tambah lagi sekarang om alvin sudah di rumahnya, itu semakin membuat keadaan menjadi rumit, kak raffa dan kak raffi berusaha menyembunyikan semua ini dari om alvin. Walau kak raffi tak pernah seharipun absen menelponku, tapi rasanya rindu ini tak cukup terobati, aku ingin bertemu dengannya.
“arga..?” suara mama memanggilku dari luar.
“iya ma, masuk aja...” terdengar suara pintu terbuka perlahan
“kamu kenapa nak ? akhir-akhir ini seringnya ngurung diri di kamar ? kamu ada masalah ?”
“hah.. eh.. nggak kok ma, arga cuman agak nggak enak badan aja”
“hmm.. makanya kamu jangan telat makannya, nanti bisa jatuh sakit, kamu udah makan siang ?”
“udah mah, tadi arga suruh bik lastri bikin nasi goreng”
“hmm.. kok cuman setengah piring di makannya” ujar mama sambil melirik piring yang masih berisi nasi goreng di meja belajarku.
“hmm.. arga nggak nafsu aja ma”
“...” hening sesaat.
“mah ?” ujarku sembari membaringkan kepalaku di pangkuannya.
“kenapa nak?” mama membelai lembut kepalaku.
“mama sayang nggak sama arga ?”
“kok kamu nanya gitu sayang, nggak usah di tanya lagi, kamu itu anugerah tuhan yang paling berharga dalam hidup mama, kamu nggak meragukan itu kan ?”
“i..iya mah, arga.. arga Cuma takut aja mah ?”
“takut ? takut kenapa nak” sahut mama semakin bingung, aku pun lebih
bingung bagaimana melanjutkan kata-kataku.
“mah, arga sayang sama mama” hanya itu yang keluar dari mulutku seraya kulingkarkan pelukan di tubuh mama, mama hanya terdiam, mungkin bingung dengan tingkahku, di usapnya kepalaku perlahan.
“mama nggak tahu apa yang ada di benak kamu sekarang nak, mama juga nggak maksa kamu cerita kalo memang kamu belum mau, tapi satu yang mama mau kamu tahu, mama selalu sayang sama kamu, dan selamanya akan tetap seperti itu” ujar mama yang cukup menenangkan diriku, hatiku bisa sedikit lega sekarang.
Perlahan ku turunkan lagi kepalaku di pangkuannya, aku berbaring membelakanginya, aku ingin tertidur di pangkuannya. Mama terus membelai lembut rambutku, suasana hening. Pikiranku semakin kalut, aku bingung, aku satu-satunya anak di keluarga ini, aku satu-satunya harapan buat papa, penerus nama besar keluarga kami, tapi aku sudah mengecewakan mereka. Aku kini menjadi aib tersembunyi di keluarga kami, apakah mama masih akan bisa berkata seperti tadi ? jika nanti ia tahu siapa sebenarnya anak kesayangannya ini.
Aku tak berani membayangkan hal itu terjadi, lebih-lebih papa, rasanya tak mustahil ia membunuhku bila tahu semuanya, bahwa anak kebanggaan satu-satunya miliknya adalah seorang pencinta sejenis, dan lebih parah lagi mencintai sepupunya sendiri. Aku betul-betul dihadapkan pada dilema yang begitu menyiksa kini. Aku tak mau mengecewakan mereka, tapi.. apakah salah ? jika aku hanya ingin merengkuh sedikit saja kebahagiaan untukku ? aku hanya manusia biasa, aku tak kuasa menolak rasa yang menyiksa ini. Maafkan aku ma.. pa.. aku tak mungkin membohongi hatiku.
***
Kepalaku agak sakit begitu merasakan timpaan cahaya menghantam mataku yang masih tertutup, ku halangi sinar itu dengan tanganku, lalu perlahan coba ku buka mataku. Rupanya sudah pagi, cahaya matahari terbit menembus jendela kamarku dan langsung menimpaku yang menghadap ke sana. Aku beringsut bangun dari kasurku, aku menuju kamar mandi, setelah cuci muka dan sikat gigi, aku turun ke bawah bergabung dengan mama dan papa yang sedang minum teh, hari ini hari minggu, jadi kami bisa lebih santai memulai pagi.
“udah bangun nak ? gimana nyenyak tidurnya ?” tanya papa.
“lumayan pa” jawabku sambil tersenyum, ku comot satu kue bolu buatan mama di meja.
“iyalah pah dia nyenyak tidurnya, kan di pangkuan mama..”
“ihh mama..” dengusku kesal.
“huu.. udah gede masih manja kamu ya, kalo papa mana di kasih tidur di pangkuan mama..” ledek papa.
“huu.. kalo papa udah tuwir, nggak pantes !”
“hahahaha” gelak tawa pecah di antara kami.
“oh iya, papa lupa..”
“lupa apa pa ?”
“alvin ngajak kita makan malam di rumahnya sebentar, mau ngerayain ultah papa mah” ujar papa yang sukses membuat mataku terbelalak.
“wah iya yah pa, mama sampai lupa kalo besok ultah papa”
“iya ma, kita juga udah lama kita nggak ngumpul sama-sama, di tambah lagi livia kakak andita datang ma”
DEG !
Belum habis kekagetanku dengan ajakan om alvin untuk kami makan
siang di sana, mataku kembali di buat melotot mendengar papa menyebut nama tante livia. Dia itu kakak mamanya kak raffi, aku kenal betul tempramennya, aku tak berani membayangkan nantinya kalau sampai ia tahu hubunganku dan kak raffi. Ya tuhan, aku bingung harus bagaimana, hari ini aku akan ke rumah kak raffi, bertemu kak raffa, kakek, dan yang terparah tante livia. Bagaimana nanti kalau kak raffa mengadukan semuanya ?????