It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@adacerita : iya sabar..ini masih diproses...tggu aja ya..maaf2
@amy73 : oke,,sabar ya,,neh masih dalam proses...maksudnya "aink" apaan?
*gaya chis
ayo kakak aku kangen sama cerita nya kakakkkkkkkkkkkkkkkkk
#plok# disambit sama yang punya warung pake toka#
@coolmon : wew,,nongol lagi mas
@ian_maxi ; wew, salam kenal juga. wah nrp depannya berapa?
all pembaca : maaf baru update
Part 15 Days Without You
If I should die before I wake
Because you took my breath away
Losing you is like living in a world without no air, oh
I`m here alone, didn’t wanna leave
My heart won`t move, it`s incomplete
Is there an other way I can make you understand
But how
Do you expect me, to live alone with just me
Cause my world revolves around you
It`s so hard for me to breathe
Tell me how I’m supposed to breathe with no air
Can’t live, can’t breath with no air
That`s how I feel whenever ain`t there
There’s no air, no air
Got me out here in the water so deep
Tell me how you gon’ be here without me
If you ain’t here I just can`t breathe
There’s no air, no air
No air air, No air air
No air - Jordin Sparks Feat Chris Brown
===========================================
Mario baru saja memasuki halaman rumahnya. Matanya masih sembab, akibat kejadian hari ini. Mukanya agak kusut. Entah kenapa hari ini dia terlihat sedih dan kecewa sama kenyataan yang dia hadapi. Walaupun dia masih bingung sebenarnya dia kecewa karena tahu rendra gay atau kecewa karena mendengar senior rendra itu pacaran sama rendra. Benarkah? Entahlah, mario terlihat masih kalut dengan perasaannya. Rasanya hari ini dia harus menyendiri dulu, apalagi mario juga belum tahu harus bersikap apa kepada rendra. Ingin rasanya dia tidak peduli dengan untuk membunuh perasaan sayang yang berlebihan pada sahabatnya itu. Tapi melihat reaksi fahri tadi, dia semakin mengkhawatirkan rendra. Apalagi fahri membawa kabar kalau rendra sempat pingsan saat dia meninggalkan rendra tadi di mall. Dalam lubuk hatinya dia sangat gelisah karena khawatir keadaan rendra, terutama karena morgan dan juga perubahan sikap fahri. Hal ini membuatnya kalut hingga menyita perhatian sang kakak.
“hai yo, sudah pulang?kok kusut gitu mukanya?” sapa marsha, kakak mario yang melihat mario masuk dengan lunglai.
“Gak apa-apa kok kak. Cuma ada sedikit masalah dikampus.” Jawab mario agak lunglai.
“sama teman kamu itu ya?Rendra ya namanya?”
DEG !!! Mario cukup terkejut mendengarnya.
“Gak kok. Bukan masalah itu kak.” Jawab mario agak pelan. Yang membuat kakaknya mengerutkan kening dan menghela napas.
“Yo, sebenarnya aku sudah lama ingin membicarakan masalah ini sama kamu.”
“masalah apa kak?”
“masalah kamu sama sahabatmu itu?”
“maksud kakak?aku gak ngerti.”
“Gimana perasaanmu sama rendra?”
Mario kembali terkejut mendengar pertanyaan kakaknya itu. Dia Cuma terdiam tak tahu harus berkata apa.
“Kamu gak usah bohong lagi sama kakak. Aku ini kakakmu. Aku sangat tahu betul kamu itu seperti apa. Buat kakak, perhatianmu dan tindakanmu sangat berlebihan kalau rendra kamu anggap Cuma sebagai sahabat.”
Lagi-lagi mario Cuma terdiam sambil menunduk pasrah. Walaupun dirinya sendiri belum tahu tentang perasaan dirinya sebenarnya.
“Aku sebenarnya tidak masalah jika memang itu nantinya keputusan yang kamu ambil bertentangan dengan yang aku dan ibu inginkan asal kamu yakin bisa bahagia dengan keputusan yang akan kamu ambil itu, tapi apakah kamu siap menanggung segala resiko yang akan terjadi ke depannya? Aku sebagai kakak akan mendukung segala keputusan yang kamu ambil, tapi bagaimana dengan ibu, keluarga yang lain bahkan teman-temanmu jika kamu serius menjalani hubungan itu.” Pernyataan kak marsha semakin menohok perasaan mario yang sudah kalut.
“Tapi aku belum memutuskan kak. Sampai sekarang aku sama dia Cuma sahabat. Aku Cuma merasa nyaman dengan dirinya, Aku Cuma selalu kasihan pada dirinya saat dia selalu dikerjain teman-temannya atau bahkan teman-temannya tidak ada yang peduli dengannya. Aku Cuma ingin dia bisa tersenyum bahagia karena aku akan selalu melindunginya. Cuma itu kak. Lagipula aku...tidak mengerti apa rasa ini. Apakah ini sebatas sahabat atau lebih. Tapi yang pasti aku hanya ingin dia tahu bahwa aku selalu disampingnya.” Akhirnya mario membuka suara. Lagi-lagi kak marsha Cuma menghela napasnya.
“Berarti sudah saatnya kamu harus memutuskan. Sebelum dia semakin terluka.”
Mario mengerutkan kening mendengar kata-kata kak marsha barusan dan menatap kak marsha. Dan marsha Cuma tersenyum melihat tatapan adiknya itu.
“Aku rasa rendra menyukaimu kan. Dia menganggapmu lebih dari sahabat. Aku bisa liat itu ketika dia memandangmu. Dan aku gak tahu apa kamu sudah tahu itu apa nggak.”
“Aku.....sudah tahu itu kak.” Kata mario lirih
Kak marsha cukup terkejut kalau ternyata mario sudah tahu soal perasaan rendra kepada adiknya itu, Namun detik berikutnya dia Cuma tersenyum.
“Oke, sekarang lakukanlah apa yang kamu inginkan. Kalaupun nantinya kamu akan meneruskan hubunganmu dengan rendra, kakak akan mendukungmu, termasuk ngomong ke ibu dan keluarga tara untuk membatalkan pertunanganmu dengannya. Yang penting kamu bahagia dengan pilihanmu. Tapi kakak minta pikirkan baik-baik sebelum mengambil keputusan. Pikirkanlah apa memang pilihan itu benar-benar yang kamu inginkan atau itu Cuma nafsu sesaatmu saja. Dan yang paling penting kamu harus siap, karena pilihan-pilihan itu akan membuat orang-orang disekitarmu terluka. Kakak sangat berharap padamu yo.” Ucap kak marsha sambil menatap mario dengan tatapan teduh yang membuat semakin terenyuh.
“baik kak, aku akan pikirkan dengan baik.” Kata mario sambil tersenyum. Kemudian berlalu ke kamarnya. Namun sebelum sempat melangkah masuk ke kamarnya, kak marsha memanggilnya lagi.
“Oh ya yo, tadi bapaknya tara nelpon. Katanya kamu lolos tahap 1 untuk beasiswa di singapura. Kamu tinggal ngikut tahap 2 aja langsung di singapura. Dan katanya tara dan morgan juga lolos. Pikirkanlah yo, mungkin berita ini bisa membantumu mengambil keputusanmu.”
Mario tidak mengerti dengan perkataan kakaknya lagi. Kepalanya sedang dipenuhi berbagai macam fikiran. Dia pun langsung masuk ke kamarnya. “aku harus coba jalan ini.” Gumamnya.
***
Hari ini rasanya aku sangat malas beranjak dari tempat tidurku. Kalau saja mas bimo dan kak andi tidak menggedor dengan keras pintu kamarku, aku mungkin tidak akan bangun dari tidurku. Aku benar-benar kehilangan semangat hari ini. Dan ternyata sikapku ini membuat kak andi jengkel yang langsung meninggalkan aku karena harus kuliah dan tentu saja setelah puas menceramahiku. Sementara mas bimo hanya menasihatku dan dengan sabar dia mau menungguku untuk mengantarkanku kuliah. Aku semakin malas sebenarnya begitu sadar kalau ternyata hari ini adalah mata kuliah TPB yang otomatis akan bertemu dengan mario. Rasanya aku benar-benar belum siap bertemu dengannya. Dan mungkin saja dia juga akan menghindar dariku. Tapi, aku semakin gak enak dengan mas bimo yang sudah mengorbankan jam pertama kuliahnya hanya untuk menungguku agar bisa mengantarkan aku kuliahnya. Bisa-bisa aku dicekik lalu dikubur hidup-hidup, jika lena sampai tahu hal ini. Aku pun segera bergegas setelah siap kami pun segera menuju kampus. Diperjalanan mas bimo sudah berusaha menanyakan apa sebenarnya masalah yang kuhadapi. Tapi aku Cuma bungkam selama perjalanan. Kupikir aku belum siap cerita ke siapapun masalah orientasi seksualku ini. Setelah sampai di lokasi TPB ku, ku lihat dosennya sedang berjalan menuju ruangan. Aku pun segera bergegas menuju kelas tentunya setelah mengucapkan terima kasih pada mas bimo. Begitu masuk kelas, kulihat mario sudah mengambil tempat duduk di tempat paling pojok, dia sempat menatapku sekilas namun detik berikutnya dia mengalihkan pandangannya. Selama perkuliahan aku benar-benar tidak konsentrasi menangkap rumus-rumus kalkulus yang dijelaskan oleh dosen. Sesekali aku melirik ke arah mario, kulihat dia terlihat sangat serius mendengarkan penjelasan dari dosen. Aku pun mengirimkan sms kepadanya yang meminta ingin bicara padanya. Namun sayangnya smsku tidak digubris olehnya. Setelah selesai perkuliahan aku pun mencoba mengejar mario, tapi lagi-lagi dia dengan cepat keluar kelas. Rasanya dia mencoba menjauhiku. Ingin kususul ke jurusannya tapi aku tidak punya cukup keberanian untuk disana. Lagipula status maba pada diriku semakin membuatku khawatir untuk masuk ke jurusan lain, sedangkan di jurusanku saja suasananya sudah horror, apalagi di jurusan lain. Karena tidak dapat menemui mario, akupun memutuskan ke jurusan saja untuk kembali mengerjakan tugas dari SC mengumpulkan biodata plus tanda tangan senior. Aku pun terus melangkah dengan gontai menuju jurusanku. Begitu sampai, aku langsung disambut oleh Lena yang langsung sedikit heboh melihatku. Dia langsung memberondongku dengan pertanyaannya tentu saja dengan gaya khasnya yang sedikit heboh.
“Ndra, kamu gak apa-apa?kata mas bimo semalam kamu sakit?emang kamu sakit apa?kok sampe malas makan gitu?ntar pangsan lagi lho.”
Benar-benar nih anak, ngomongnya cepat banget lagi. Melihat tingkahnya, aku sedikit melupakan sejenak masalahku dengan mario. Apalagi dia tahu keadaanku semalam. Sepertinya mas bimo memberitahu lena tentang keadaanku semalam.
“aku Cuma gak enak badan saja. ehmm....tau darimana tadi malam aku sakit?pasti dari mas bimo ya,,berarti semalam kalian telpon-telponan dong.”ujarku sedikit menggoda Lena. Kemudian wajah Lena berubah memerah dan langsung menunjukkan sikap tersipu-sipu plus wajah sok imut.
“ehm,,iya lah dari mas bimo. Emang mau dari siapa lagi. Semalam mas nya nelpon aku ngasitau keadaanmu trus juga katanya kamu kayaknya lagi ada masalah, makanya mas bimo nanya ke aku, barangkali saja tahu.” Ujar lena masih dengan tersipu-sipu dan tetap dengan wajah yang memerah.
“Bohong!!!Gak mungkin kalian Cuma bicarain aku aja. Pasti deh kalian sekalian pacaran disitu. Dasar. Memanfaatkan diriku yang sedang sakit untuk saling pedekate.” Ujarku sambil tersenyum. Jujur saja, mendengar ada progress hubungan Lena dengan tetangga kostku itu membuatku sedikit ceria hari ini dibanding tadi pagi seperti orang yang tidak punya semangat untuk hidup.
Lena menyikutku pelan, “Ih, kita gak manfaatin lho. Yah maksudku semua orang normal juga pasti akan berpikir sama denganku untuk tidak menghilangkan kesempatan untuk ngobrol dengan mas ganteng hanya untuk membicarakan keadaan temannya yang gak jelas itu.haha...”canda Lena sambil tertawa heboh. Mulutnya benar-benar minta disumbat.
“Huuu...Pokoknya kalian harus traktiran. Kalian kan sudah pacaran?”
“yee...belum kali. Nih masih pedekate.”
“halah, sama aja, bentar lagi pasti resmi. Aku minta DP sekarang. Ayo traktir.”ujarku dengan ekspresi yang dibuat-buat membuat Lena menggembungkan pipinya.
“Huh, dasar cowok gratisan. Tuh sono minta traktir sama mas bimo.”ujarnya sambil berjalan meninggalkan aku. Tapi tidak lama kemudian dia kembali datang lagi ke aku.
“Lho, kok balik lagi?kangen sama aku ya?”candaku sambil terkekeh.
“Huuu...ge er. Mending kangenin mas bimo. Aku Cuma mau kasitau aja, ntar jangan pulang dulu ya. Hari ini kita mau obeservasi lapangan untuk tugas analisa sosial. Aku sama kamu satu kelompok. Pembagian kelomponya sudah ditempel dimading. Oh ya, kita dapat lokasinya di kelompok masyarakat di sekitar TPA dekat terminal angkot. Gag terlalu jauh kok dari kampus.”
Aku Cuma manggut-manggut dengerin Lena ngomong. Paling tidak aku sekelompk sama Lena. Jadi aku bisa repotin nih anak kalau ntar ada apa-apa. “Oh ya, trus anggota kelompok yang lainnya siapa aja?”Tanyaku
“hmm...Nindy, Haris, Maya dan......”tiba-tiba lena tidak melanjutkan kata-katanya.
“dan....siapa len?”tanyaku agak penasaran. Dan ternyata ada seseorang menghampiri kami yang sedang ngobrol makanya lena langsung menghentikan kata-katanya. Dan orang itu adalah FAHRI. Mau ngapain coba orang ini kesini. Dengan memasang tampang masam dia mendekati kami.
“Jangan lupa ntar jam 3 ngumpul depan gerbang. Jangan pake alasan sakit atau apalah pokoknya harus datang semua. Aku gak mau hutang angkatan kita semakin banyak.” Ujarnya dengan nada ketus. Akupun hanya mengerutkan kening sambil memasang ekspresi tidak mengerti. “ngapain juga coba nie orang ngasitau ke kita”pikirku. Tapi fahri yang melihatku, tiba-tiba berkata lagi
“Gak usah bingung gitu. Kita satu kelompok. Aku harap kamu jangan jadi cowok manja disana. Kalau kamu pingsan, aku langsung ceburin kamu bersama limbah-limbah yang ada disana.”ujarnya dengan nada dingin. Lalu pergi meninggalkan kami. Sebenarnya aku harusnya menunjukkan rasa shock dulu tapi gara-gara kalimat terakhirnya tadi sukses membuatku manyun dan jengkel. Orang ini benar-benar tidak mau berubah. Sepertinya kelompok ini bakal jadi seru dengan masalahku dan fahri yang ternayat belum selesai. Kulirik Lena keliatan banget lagi nahan tawanya. Setelah fahri sudah pergi agak jauh barulah lena kembali bersuara.
“maksud aku itu ndra, fahri sekelompok sama kita.”
“oh..”
“Lho kok kamu gak shock?bukannya kamu sama fahri belum damai ya”tanyanya dengan polos.
“udah telat kali len. Dia tadi sudah ngomong.”jawabku gemas dengan tingkah lena yang semakin konyol.
“Oh iya ya. Hehe..ya udah yuk nyari tanda tangan senior lagi.” Ajak lena
Akupun mengangguk lalu mulai berkeliling jurusan untuk meminta biodata para senior. Dan surprise, Lena berhasil membuatku melupakan sejenak masalah mario.
***
Jam 3 kurang 15 menit aku segera berjalan menuju gerbang kampusku. Aku tidak mau kena omel fahri hanya gara-gara telat, walaupun telat 5 menit. Saat sedang berjalan, kulihat mas gilang yang sedang keluar bersama motornya dari parkiran motor. Namun begitu melihatku dia langsung memanggilku.
“Rendra.” Teriak mas gilang sambil melambatkan laju motornya. Tapi aku tidak peduli. Aku pura-pura tidak mendengarnya.
“Ndra...”Teriak mas gilang. Kali ini dia langsung menghentikan motornya. Lalu turun dan menghampiriku. Karena aku yang terus berjalan, mas gilang pun menarik tanganku sehingga dengan terpaksa aku menghentikan langkahku. Aku langsung menatap mas gilang dengan tajam.
“ada apa sih mas?” kataku dengan nada ketus.
“Aku Cuma pengen tahu keadaan kamu ndra. Aku sangat mengkhawatirkan. Apa itu salah?” Mas gilang masih mencengkram tanganku. Aku lalu segera melepaskan tanganku dari cengkramannya.
“well..seperti yang mas lihat. Aku baik-baik saja. Lagipula tidak ada yang perlu mas khawatirkan.” Kataku masih dengan nada agak dingin.
“Tapi ndra, aku Cuma...”
“Mas, tolong mas. Bersikaplah seperti senior lainnya. Mas gak tahu apa, kalau sikap mas ini terlalu berlebihan. Lagipula aku tidak ingin bertemu dulu dengan mas.”
“Ndra, kalau kamu tahu aku sangat mengkhawatirkan keadaanmu seharian ini. Aku tahu aku salah karena secara tidak sengaja telah menghancurkan persahabatanmu dengan mario. Tapi sekali lagi ndra, aku melakukan ini hanya untukmu ndra. Aku benar-benar tulus menyayangimu. Aku tidak ingin melihatmu terluka.”
“Tapi mas telah membuatku terluka.” Aku langsung memotong kata-katanya. Mas gilang langsung terdiam sambil menatapku.
“sudahlah mas. Aku lagi gak ingin membahas masalah ini. Seperti yang kubilang semalam lebih baik kita menjaga jarak dulu mas. Mungkin juga ini biar mas bisa berpikir ulang tentang perasaan mas kepadaku. Dan aku juga bisa lebih yakin tentang langkah aku selanjutnya mas. Maaf mas tapi aku harus pergi. Teman-temanku sudah menungguku” Kataku sambil menunjuk teman satu kelompokku untuk tugas analisa sosial. Lalu aku berjalan meninggalkan mas gilang yang masih mematung ditempatnya. Aku pun segera menghampiri lena dan yang lainnya. Tak lama kemudian kulihat mas gilang langsung menjalankan motornya segera meninggalkan kampus. Aku sebenarnya gak neak juga sama mas gilang. Dia benar-benar memperhatikanku bahkan tak kusangka dia berkata seperti itu kepadaku. Tidak mungkin jika mas gilang berbohong tentang perasaannya kepadaku. Tapi yang ada dipikiranku saat ini hanya mario saja. Aku gak tahu kenapa hari ini rasanya aku sangat kehilangan. Tidak ada sms darinya. Tidak ada telpon darinya. Tidak kulihat senyumannya. Tidak kulihat raut wajahnya saat mengkhawatirkanku. Hatiku benar-benar terasa hampa, padahal ini baru 1 hari. Gimana nanti hari-hari berikutnya. Aku pun akhirnya nyampe juga digerbang kampus. Kulihat sudah ada nindy, lena yang sudah bersiap di motornya,serta tak ketinggalan maya yang sudah duduk manis diboncengan haris. Tentu saja, karena mereka berdua pacaran jadi pasti haris akan memboncengi maya. Kemungkinan besar aku akan nebeng Lena. Gak mungkinkan aku harus minta nebeng ke fahri dan yang pasti dia juga pasti akan menolak mentah-mentah kalau aku minta nebeng kepadanya.
“Len, kita nunggu siapa lagi?” tanyaku
“Oh, nunggu fahri lagi konsultasi sama PSDM.”jawab lena. Yang kutahu memang fahri adalah ketua kelompok kami.
“Oh ya ndra, kok aku gak ngeliat mario ya hari ini. Dia kemana?” tanya lena
“eh,,oh,,sepertinya dia lagi sibuk len.” Jawabku sambil gelagapan. Lena langsung menatapku serius seakan curiga sesuatu.
“Apa?” aku berusaha tidak melihatnya saat menatapku seperti itu.
“Hmm,,,kalian berantem ya?”tanya lena penuh selidik masih dengan tatapan sok penasarannya.
“eh,,enggak kok..”jawabku masih dengan gugup sambil menghindari tatapannya.
“Trus, kenapa mario gak datang pas kamu sakit. Kata mas bimo, mario gak keliatan batang hidungnya di kost mu. Biasanya kalau kamu sakit dikit dia pasti langsung heboh. Nelponin aku lah nanya keadaanmu atau sampe menginap di kost mu. Hayoo, kalian berantem masalah apa sih?” lena masih lanjut bertanya.
“Enggak kok len,,aku memang gak beritahu mario kalau aku sakit.”ujarku masih mencoba mengelak. Tapi sepertinya Lena masih belum percaya.
“Bohong banget,,Gak mungkin,,kalau dia gak tahu, dia pasti akan cari tahu.”ujarnya masih dengan penuh selidik. Namun sebelum aku mencoba mengelak lagi kulihat fahri sedang melajukan motornya mendekati kami.
“Udah ah Len. Tuh fahri sudah datang.”
“Pokoknya kamu harus cerita sama aku.”bisik Lena pelan. Aku heran kenapa juga harus berbisik. Begitupun maya, haris dan nindy yang tadi asyik bercerita langsung diam begitu melihat kedatangan fahri. Harus kuakui sebenarnya orang ini punya kharisma. Hanya saja sifatnya yang acuh tak acuh itu yang membuat jengkel sebagian orang termasuk aku. Di angkatanku fahri memang dikenal tipe dingin dan misterius. Namun, sekali dia berbicara bisa membuat orang yang mendengar katanya langsung kejang-kejang. Saking luasnya wawasan yang dimilikinya serta melihat sikapnya saat berbicara mampu membius kami untuk terus melihat dan mendengarkannya. Makanya tidak heran dia sempat dipilih sebagai ketua angkatan kami. Tapi memang sifatnya yang acuh, tidak mau peduli dengan orang lain yang membuat dia terlihat kurang. Padahal dari segi fisik dia termasuk cowok yang lumayan cakep.
Kemudian saat motor fahri sudah berhenti didepan kami. Dia membuka helmnya lalu melihat kami satu persatu “sudah lengkap kan?”
“sudah kok.”jawab nindy
“ya udah ayo berangkat.” Kata fahri
Akupun langsung menghampiri lena. “Lena aku sama kamu ya?”
Belum sempat Lena menjawab nindy langsung memotong pembicaraan kami.
“kamu dibonceng sama lena, kok bukan kamu yang bawa motornya ndra?”tanya nindy dengan nada keharanan
“eh..aku...aku..gak bisa ngendarai motor nin..” spontan semua mata langsung tertuju padaku. Kulirik maya dan haris sedikit cekikan mendengar kata-kataku.
“Oh my god,,ndra...serius?” tanya lagi nindy
Aku Cuma mengangguk pasrah. Spontan saja maya dan haris langsung tertawa. Pasangan ini sepertinya minta dihajar.
“ndra,,ndra..kamu ini cowok apaan sih. Ngendarai motor aja gak bisa. Gimana nanti kamu bawa jalan-jalan pacarmu kalau kamu gak bisa ngendarai motor.” Kata haris masih sedikit tertawa
Aku Cuma menatapnya tajam. Mulai deh, bahas kayak gini aku paling nggak suka. Sempat kulihat fahri dia hanya melihatku dengan tatapan menyindir.
“Kamu gak malu apa ndra dibonceng sama cewek?kan biasanya cowok yang bonceng cewek.”
“Hmmm...bodo amat yang penting nyampe.” gumamku dalam hati. Tapi gak mungkin kan aku berkata seperti itu. “ya mau gimana lagi, aku sih berusaha cuek aja.” Akhirnya aku menjawab dengan kalimat itu.
“Hmm..ya udah...gini mending aku dibonceng Lena aja, kamu sama fahri aja. Supaya enak gitu. Ok.” Kata nindy ngasal dan tanpa menunggu persetujuanku dia sudah duduk manis dibelakang lena. Eh apa-apaan nih cewek, bisa-bisanya nyuruh aku untuk nebeng sama manusia super jengkelin itu. Aku pun langsung menatap lena dengan memasang muka memelas tapi Lena hanya memberi kode kepadaku untuk segera naik ke boncengan fahri. Akupun segera menoleh ke fahri. Dia hanya menatapku lalu berkata
“ayo naik. Kamu nunggu apa lagi.”
Akupun dengan ragu langsung naik ke motor fahri. Tumben nih anak mau bonceng aku, pikirku. Sepanjang perjalanan aku hanya diam saja. Lagipula emang aku tidak tahu apa yang harus kubicarakan dengannya. Mungkin lebih baik diam saja supaya nih anak konsentrasi mengendarai motor. Begitu nyampe di lokasi, kamipun langsung ke rumah pak RW untuk memohon ijin melakukan observasi plus wawancara dengan warga sekitar. Setelah mendapat ijin kamipun langsung segera menyebar untuk mencari data yang diperlukan. Mulai dari wawancara dengan para masyarakat disana hingga foto-foto keadaan lingkungannya. Setelah 1 jam kami melakukan pengamatan akhirnya kami pun pulang. Dan seperti perginya tadi, pulangnya pun sama fahri juga. Karena nindy memaksa pulang bareng Lena yang memang rumah mereka searah, sehingga mau nggak mau aku pulang diantar fahri, begitupun dengan fahri, keliatan banget dia terpaksa mau mengantarku pulang agar tetap menjaga sikapnya kepada teman-teman yang lain. Begitu sampai aku pun langsung turun dari motornya.
“Terima kasih ya.” Kataku
“hm mmm....huh kamu itu selalu saja merepotkan. Belajar motor napa?” gerutunya
Akupun langsung merasa jengkel, “kalau memang gak ikhlas, yah harusnya kamu gak usah ngantar.” Aku kembali berkata.. Kali ini aku tidak mau kalah lagi dengannya. Masalahku dengan mario, ditambah lagi dengan sikapnya ini membuatku semakin bad mood.
“aku ikhlas. Aku Cuma ngasitau aja, kamu itu jadi cowok jangan manja. Jangan suka membebani orang lain. Masa biar gitu saja gak bisa.” Ujarnya sok menggurui.
Sebenarnya perkataan fahri ada benarnya juga. Hanya saja dia mengatakan itu dengan nada ketus dan dingin yang membuatku semakin jengkel padanya.
“aku gak pernah bermaksud mau membebani orang lain. Lagipula kamu jangan selalu menganggap semua orang itu sama seperti yang kamu pikirkan. Udahlah, aku sedang tidak mau bertengkar denganmu. Aku sudah cukup punya banyak masalah hari ini.”
“kamu tidak berubah dari dulu”
DEG!!! Kata-kata fahri berhasil membuatku sedikit terkejut.
“apa maksudmu?”tanyaku keheranan. Kulihat dia gelagapan
“Eh maksudku dari semenjak ospek sampe sekarang kamu tetap saja bersikap seperti cowok manja...udah ah..aku mau pulang..capek.” ujarnya lalu tanpa menunggu kata-kata keluar dari mulutku, dia sudah melajukan motornya.
“dasar orang aneh.” Gumamku lalu masuk ke kost. Sebenarnya aku agak sedikit curiga tapi pikiranku tentang mario mengalahkan rasa curigaku. Aku pun segera masuk ke kamarku lalu tidur. Hari ini cukup melelahkan buatku.
***
Hari-hari berikutnya kulalui dengan sangat tidak bersemangat, hubunganku dengan mario yang semakin merenggang itu rupanya sangat mempengaruhi hidupku. Baru kurasakan amat teramat sangat aku merindukanntya. Aku benar-benar kacau. Sudah 3 hari dia tidak menegurku sama sekali, bahakn selalu menghindarku. Begitupun saat mata kuliah TPB dia hanya duduk dipojokan dan terlihat serius dikelas. Dan ketika aku bermaksud mengejarnya untukmengajaknya berbicara, dia selalu dengan cepat berhasil menghindariku dan meninggalkanku. Akhirnya akupun menyusulnya ke jurusannya karena aku tidak berani masuk jadi aku hanya menunggu didepan, setelah berjam-jam menunggu akhirnya dia keluar bersama motornya. Tapi begitu melihatku dia langsung dengan cepat melajukan motornya. Hatiku sangat sakit melihat sikapnya kepadaku. Sejijik itukah sama diriku. Sungguh aku sangat sedih sekali. Aku tidak pernah menyangka hari ini akan datang juga. Aku lebih memilih dimusuhin sama teman-teman satu angkatanku daripada harus dimusuhi oleh sama mario. Aku sudah sangat terlanjur menyayanginya. Aku benar-benar tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan tanpa dirinya. Semenjak hubunganku dengannya memburuk aku berubah kembali menjadi pendiam seperti dulu, meratapi nasibku dalam kesepianku sendiri. Berbeda denganku, mas Bimo dan lena justru semakin lengket. Kabar terakhir yang kudengar semalam mereka sudah resmi jadian. Namun, anehnya Lena justru tidak bersikap heboh seperti biasanya saat bertemu denganku. Padahal inilah adalah hal yang paling ia tunggu. Setiap bertemu denganku dia pasti langsung mencoba memaksaku untuk menceritakan masalahku. Sepertinya mas bimo selalu mengabari lena tentang keadaanku dan mungkin mas bimo jugalah yang mewanti-wanti lena untuk tidak bersikap terlalu senang denganku. Aku semakin gak enak nih dengan dua orang yang baru jadian ini. Tapi disisi lain memang di saat-saat seperti inilah aku butuh kehadiran Lena dan mas bimo untuk mensupportku. Hanya saja aku masih ragu untuk menceritakan masalahku kepada Lena dan mas Bimo tentang masalah yang kuhadapi walaupun sebenarnya aku punya firasat bahwa mereka berdua bisa menerima keadaanku. Tapi sampai sekarang aku belum pernah jujur tentang kepada dua orang ini. Mas Bimo dan lena pun tidak terlalu masalah karena aku tidak menceritakan masalahku kepada mereka, walaupun sebenarnya Lena selalu mencoba mengorek-ngorek informasi. Dan ini sudah hari keempat aku dimusuhi oleh mario. Hari jumat ini semakin membosankan dengan adanya rapat angkatan sore ini untuk membahas persiapan sesi evaluasi besok. Sesi evaluasi besok akan sedikit berbeda karena akan ada semacam diskusi dari hasil pengamatan kami langsung kepada masyarakat tentang apa masalah yang dihadapi oleh masyarakat tersebut dan bagaimana solusinya. Walaupun tidak menutup kemungkinan sesi lapangan bakal jadi kejutan buat kami. Tapi aku tidak terlalu mempedulikannya. Dan untungnya saja tugas kami telah selesai dikerjakan sejak kamis kemarin. Lena banyak membantuku mengerjakan bagianku. Mungkin dia mengerti aku lagi ada masalah. Sekarang kelompok kami hanya tinggal menunggu pembagian job desk yang akan dibagikan oleh fahri, sehingga besok kami sudah punya tugas masing-masing menjelaskan bagian yang mana. Beda halnya dengan kelompok lain yang ternyata masih ada yang belum selesai mengerjakan bahkan masih ada yang berupa data mentah. Kalau udah gini terpaksa deh kelompok yang lain harus membantu mereka karena tetap saja, kesalahan satu kelompok akan ditanggung oleh semua angkatan. Jadi setelah rapat angkatan selesai makan kami pun diinstruksikan oleh damar untuk berpencar membantu kelompok yang lain yang belum menyelesaikan tugasnya. Namun tiba-tiba saja handphoneku berdering. Akupun mengecek handphoneku dan ternyata ada nomor tidak dikenal yang menghubungiku. Akupun mengangkatnya.
“halo.”
“Hai, Homo bengek.”
DEG!!! Aku menyadari bahwa yang menghubungiku adalah morgan. Maka akupun segera menyingkir sebentar dari kerumunan teman-teman angkatanku yang masih heboh dengan tugas presentasinya. Akupun mencari tempat yang sepi untunglah kampus sudah cukup sepi karena hari sudah sore apalagi ini adalah hari jumat. Setelah sudah cukup sepi aku kembali melanjutkan obrolanku dengan morgan.
“Morgan, dari mana kamu tahu no handphoneku.”
“Itu gak penting. Hanya untuk tahu no handphonemu itu adalah hal yang sangat mudah.”
“Hmm...trus mau apa kamu menelponku?” kataku ketus.
“Santai men,, eh salah makusdku homo..” telingaku semakin panas mendengar ucapannya.
“Aku disini Cuma mau ngasitau sepertinya aku sudah tidak terlalu khawatir lagi kalau kamu akan menganggu sepupuku.” Lanjutnya
“Apa maksudmu?” tanyaku tidak mengerti.
“ya karena kalian tidak akan pernah bertemu lagi.” Kata morgan sambil sedikit cekikan menyindirku.
“apa???” aku kaget setengah mati
“Gak usah kaget. Asal kamu tahu saja mario akan pindah kuliah ke singapura. Karena dia dapat beasiswa disana. Tara dan aku juga lolos jadi aku pikir sudah tidak ada lagi yang dapat menganggu kehidupan mario. Dan kami akan berangkat minggu besok. Jadi sepertinya aku tidak perlu lagi capek-capek menerormu”
Super shock. Itulah reaksiku saat ini. Aku tidak menyangka mario akan meninggalkanku secepat ini. Kupikir dia pasti akan mengambil beasiswa itu sekaligus bisa menghindariku. Aku benar-benar gelisah. Apakah mario akan meninggalkanku dengan masalah diantara kita. Tidak terasa airmataku jatuh membasahi pipiku.
“Tapi, aku akan menghabisimu jika kamu mencoba menggagalkan mario untuk berangkat. Dan satu hal lagi yang harus kamu tahu. Tara itu adalah calon tunangan mario. Itu sudah kesepatakan antara orang tua mereka dan jangan kamu pikir mario akan menolak. Kesempatan kuliah disingapura ini akan menjadi moment yang terindah buat mereka. Dan jangan coba-coba untuk mengganggu kehidupan mereka. Orang tua tara sudah sangat baik terhadap keluarga mario, apalagi semenjak ayah mario meninggal, merekalah yang paling banyak membantu mario.”
Apa??mario dan tara akan tunangan” gumamku. Aku semakin shock. Aku sudah tidak mampu berkata apa-apa lagi. Airmata sudah tumpah bahkan mungkin lebih tepatnya dikatakan banjir.
“kamu nangis ya homo?ckckck..dasar menjijikan! Selamat bermimpi deh kalau kamu akan menjadi pacar mario. Heheh..”lanjutnya lagi sambil tertawa sinis. Sementara aku masih diam membisu.
“well..well..well..akhirnya akan seperti ini juga...sepertinya aku bakal kangen untuk menerormu. Tapi, aku punya permainan untukmu sebelum berangkat nanti. Semoga ini akan menjadi hal yang berkesan untukmu dan tidak akan pernah kau lupakan. Tunggu saja.” Kata morgan dengan sinis lalu menutup telponnya.
Aku tidak mempedulikan lagi omongan terakhir morgan. Hatiku sangat gelisah. Kenapa akhirnya harus seperti ini. Paling tidak aku harus menyelesaikan masalahku dengan mario sebelum dia pergi. Aku tahu aku sakit hati mendengar kabar ini. Tapi aku akan lebih sakit hati dan menyesal jika dia meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini. Aku pun segera berlari ke tempatku tadi mengambil tas ku lalu cepat berlari ke luar kampus untuk mencari angkot tanpa berpamitan sama teman-teman angkatanku. Sempat kudengar teriakan lena yang memanggilku tapi aku Cuma berbalik sebentar kepadanya lalu kembali berlari. Sempat kulihat fahri yang masih menatapku dengan keheranan. Aku juga melihat mas gilang yang keheranan saat lena memanngilku. Tapi aku tidak peduli. Yang ada dipikiranku segera mungkin naik angkot lalu ke rumah mario. Cuaca mendung mengiringi langkahku. Mungkin sebentar lagi akan turun hujan. Tapi tetap saja aku tidak peduli. Akhirnya setelah perjalanan yang ditempuh dengan angkot hampir selama setengah jam, aku sampai juga di kompleks perumahan mario. Aku masih harus berjalan sekitar 200 meter untuk mencapai rumahnya. Begitu akan nyampe hujan mulai turun masih rintik-rintik. Tapi aku tetap terus berjalan menuju rumahnya sempat kulihat dari jauh ibu dan kakak mario sudah masuk ke dalam mobil. Kupikir mario akan ikut juga tapi ternyata tidak. Setelah mobilnya berlalu akupun segera meneriak memanggil namanya.
“Mario..”teriakku. mario sempat melihatku. kulihat dari agak kejauhan dia agak kaget melihatku. Lalu buru-buru dia mengunci pagarnya lalu masuk ke dalam rumah. Aku segera berlari ke rumahnya begitu nyampe depan rumahnya hujan langsung berubah menjadi gerimis. Ku lihat mario rupanya masih berdiri di teras rumahnya.
“Yo, please aku mau kita bicara. Aku mau menjelaskan semuanya padamu.” Aku sudah tidak mempedulikan lagi hujan yang terus membasahi tubuhku
“Gak ada lagi yang perlu dibicarakan. Pulanglah nanti kamu sakit.” Teriak mario dari terasnya tanpa membukakan pagar.
“aku gak akan pulang sebelum bicara sama kamu. aku akan tetap disini.” Kataku sambil menangis.
Tapi rupanya mario tidak menggubrisku detik berikutnya dia malah masuk ke dalam rumahnya tanpa mempdulikan aku.
“Yo please yo..maafin aku.. aku tahu aku salah. Aku hanya ingin kau memaafkanku. Aku sangat sakit jika kamu meninggalkan aku dalam keadaan seperti ini.”teriakku masih sambil menangis. Berharap mario keluar dari rumahnya. Akan tetapi tetap saja tidak ada tanda-tanda mario keluar dari rumahnya.
“Yo please maafin aku...”kataku lirih masih berdiri didepan pagarnya. Aku sudah bertekad tidak akan pergi dari sini sebelum menjelaskan semuanya pada mario dan tentu saja mendapatkan maaf darinya. Walaupun aku merasa tubuhku mulai tidak enak. Tentu saja, aku sedang dalam posisi hujan-hujanan padahal tubuhku sangat rentan. Apalagi aku belum minum obat sore ini.
Tiba-tiba kudengar ada suara motor yang mendekatiku. Aku menoleh dan kulihat mas gilang yang datang. Ternyata dia membuntutiku sampai ke rumah mario. tak dipedulikannya hujan yang membasahi tubuhnya. Setelah itu mas gilang langsung menarik tanganku. tapi aku segera menepisnya.
“ngapain sih mas kesini.”kataku ketus.
“Ayo pulang. Ngapain sih kamu hujan-hujanan disini.” Kata mas gilang menatapku tajam. Belum pernah kulihat ekspresi mas gilang barusan.
“Gak mas. Aku gak akan pulang sebelum mario mendapatkan maaf dari mario.”
“Kamu tuh ya. Lihat wajahmu. Sudah mulai pucat. Kalau kamu pingsan gimana?” suara mas gilang sudah mulai agak meninggi.
“Aku gak peduli mas. Pokoknya aku masih mau tetap disini” Teriakku padanya
“tapi aku peduli ndra. Aku peduli padamu. Aku tidak suka melihatmu seperti ini.”
Aku sempat terdiam sebentar. “udahlah mas, Gak usah ikut campur urusanku.” Aku sudah mulai merasakan pusing gara-gara kehujanan.
Kemudian detik berikutnya dia menarikku lenganku untuk mengajakku pulang. Aku terlibat aksi tarik-tarikan dengan mas gilang.
“Lepasin mas.”
“nggak ndra, aku sudah cukup melihatmu mendrita. Ngapain sih kamu harus meminta belas kasihan pada sahabatmu itu, sementara dia saja tidak peduli denganmu bahkan kamu sudah dalam keadaan basah kuyup seperti ini tapi dia tetap tidak peduli denganmu padahal dia tahu kondisimu seperti apa. Apakah orang itu masih pantas kamu sebut sahabatmu?”
Aku tidak menggubris mas gilang. Aku hanya menangis sambil berusaha melepaskan cengkraman mas gilang “Lepasin mas...aku gak mau pergi.” Masih dengan menangis aku berusaha melepaskan walaupun ku tahu tenagaku sudah tidak mampu untuk melawannya dan aku sudah mulai merasa sesak. Mas gilang menyeretku pelan untuk mengikutinya menuju motornya yang tidak jauh dari rumah mario. Namun, belum sempat dia naik ke motornyaTapi tiba-tiba saja pandanganku mulai mengabur, kepalaku pusing dan detik berikutnya gelap.
“Rendraaaa.....”
_To Be Continued_