It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Menghayal rendra menjauh dr superman kemudian dkt sm tetangga..hahhahahha
All my life I’ve waited for the right ..
moment to let you know...I don’t wanna let you go...
But now I’ve realized... there’s just no perfect time...
To confess how I feel... This much I know is real....
So I’ll refuse to waste one more second without you knowin’ my heart....
Baby, cause I don’t need anything else but your love...
Nothing but you means a thing to me... I’m incomplete...
When you’re not there... Holding me, touching me I swear...
All of the rest could just disappear... And I wouldn’t even care...
As long as you’re there...
_ As Long As You’re There – Charice (OST Glee season 2 ) _
======================================
“Ayo Rekkkk,,,di goyang....” Teriak Alfan sambil menirukan goyang ngebor ala Inul. Spontan saja kami semua termasuk para senior yang menjadi OC tertawa terbahak-bahak. Alfan bersama teman-temanku yang lain yang datang terlambat diperintahkan untuk menjadi instruktur untuk senam pagi hari ini sebelum sesi evaluasi dimulai. Dan parahnya Alfan , temanku yang memang paling gokil dan sepertinya memang tidak punya malu, menjadi koordinator dalam memandu kami semua untuk melakukan senam pagi. Alhasil, senam pagi ini diwarnai gaya-gaya ajaib dari alfan yang menirukan berbagai macam goyangan, mulai dari goyang ngebor, goyang patah-patah, goyang ngecor, goyang gergaji hingga goyang patah tulang.. Belum lagi aksi alfan saat menyuruh kami yang melakukan senam wajah dengan gaya gokilnya yang khas yang berhasil mengocok perut kami semuanya. Seperti pada ospek sebelumnya, senam pagi pasti dilakukan sebelum ospek ataupun sesi evaluasi lapangan dilaksanakan. Ya mungkin saja maksudnya agar membuat kita nyaman dulu sebelum akhirnya nanti dibentak habis-habisan sama para senior. Walaupun suasana menjelang evaluasi lapangan sangat gembira, namun itu tidak terjadi padaku. Aku sangat tidak bersemangat pagi ini. Suasana hatiku sangat kacau. Entah kenapa, aku kembali teringat dengan ancaman Morgan kemarin. Aku tahu betul morgan itu bagaimana. Aku cukup ngeri membayangkan saat kecil saja dia sudah jahilnya minta ampun, apalagi sudah dewasa seperti saat ini. Sepertinya aku harus menyiapkan mental menghadapi morgan kali ini. Belum lagi saat mario menelponku semalam yang menceritakan jalan-jalannya bersama tara, apalagi aku juga tahu mario yang memang mempunyai perasaan yang sama terhadap tara. Semakin membuatku sakit hati. Harusnya aku tahu, bahwa aku tidak mungkin berharap lebih padanya. Harusnya aku tahu bahwa dia cuma menganggapku seorang sahabat yang selalu dia lindungi. Dan harusnya aku juga tetap bersyukur aku tidak pernah merasa kesepian, sedih serta selalu diperhatikan oleh mario walaupun Cuma sebatas sahabat. Tapi kenapa aku kecewa aku tidak bisa mendapatkan lebih dari itu?Jika memang rasa ini salah kenapa aku mempunyai perasaan ini? Aneh rasanya. Sementara di satu sisi aku juga takut kehilangan dia. Aku masih berkecamuk dengan pikiranku sampai-sampai tidak mendengarkan ocehan para OC yang sepertinya sedikit memberikan wejangan sebelum sesi lapangan dimulai. Aku baru tersadar saat edward menepuk pundakku.
“Ndra, ayo jalan..”bisik edward
“Eh?oh,,ke lapangan ya.”kataku pelan sambil berjalan beriringan dengan edward dan teman-teman lainnya
“Iya. Kamu gag dengar ya apa kata senior tadi. Kamu kenapa?sakit ya?”
“Oh gak apa-apa kok.”
“Yakin, mukamu kok agak pucat dikit. Kalau gak sanggup ngomong aja ke OC daripada ntar pingsan.”
“gak usah, aku baik-baik aja kok.”
Lalu kamipun berjalan dengan cukup hening menuju lapangan. Aku sempat berpapasan dengan mas gilang yang tetap saja memperhatikanku, walaupun menatapku dingin. Begitu sampai lapangan suasanapun berubah horror. Semua SC beserta para IC sudah menunggu kami dengan tatapan mengerikan. Setelah berbaris cukup rapi di lapangan langsung saja para SC memecah kami menjadi beberapa kelompok, begitupun dengan para IC langsung menyebar ke kelompok-kelompok kami. Setelah evaluasi perkelompok selesai kami kembali dikumpulkan satu angkatan di tengah lapangan dengan posisi masih berdiri. Saat itulah aku mulai sadar kondisiku hari ini tidak fit. Aku lupa minum obat tadi pagi. Aku mulai berkeringat padahal pagi ini belum terlalu panas. Setelah kami semua terkumpul kembali menjadi satu, para SC pun maju ke depan semua sementara para IC mengelilingi kami. Setelah itu SC Yudi pun mulai berbicara didepan kami.
“Memalukan !!!! Kalian pikir kami main-main apa. Diberi tugas gak dikerjakan dengan serius. Bahkan masih ada yang buku ospeknya belum terisi sama sekali. Apa kalian gak mau kenal sama senior kalian?gak butuh senior ta?” teriak SC Yudi. Lantas kami semua terdiam.
“Maba gak butuh senior. Sombong pek.” Beberapa IC mulai memprovokasi suasana.
Tapi kami tetap diam saja. Sepertinya tidak ada yang berani membuka suara. Sementara keadaanku masih agak pusing. Napasku mulai tidak teratur. “Ya tuhan, semoga gak disuruh push up hari ini”gumamku pelan. Aku takut kembali pingsan didepan teman-teman angkatanku.
Karena kami yang masih terdiam, akhirnya salah satu SC kembali berteriak kepada kami. Tentu saja harus teriak mengingat kami semua ada dilapangan yang terbuka agar suara mereka bisa didengar sampai ke barisan yang paling belakang.
“Woy, Maba...punya mulut gak sih?Ayo jawab!!!apa tugas ini terlalu berat buat adek-adek maba?”teriak salah satu SC yang lain.
“woy jawab dek....punya mulut kan”kembali para IC ikut menimpali untuk memperkeruh suasana. Sementara itu kepalaku makin pusing mendengar ocehan-ocehan tidak jelas dari para senior. Aku masih berusaha mengatur nafasku agar tetap teratur sambil memegang dadaku. Agak sedikit terasa nyeri. Entah kenapa saat seperti ini aku jadi kepikiran mario. Aku ingat betul pertama kali pingsan di kampus ini yang menolongku adalah mario. Begitupun 10 tahun yang lalu, saat aku pingsan karena ketakutan mario juga yang menolongku. Karena dari tadi kami diam saja, akhirnya para senior mulai masuk ke dalam barisan untuk kembali memprovokasi kami, agar mau bicara masalah tugas yang diberikan. Kulihat beberapa temanku mulai ditanya satu persatu. Oh god, aku paling benci kalau sudah sesi seperti ini. Karena disinilah kami dilihat bisa mempertahankan argumen kita atau tidak, serta bisa membantu teman-teman angkatan kita apa nggak. Dan saat ini memang rasanya aku malas meladeni senior. Pertama karena memang kondisiku yang tidak bersahabat. Kedua, aku punya pengalaman buruk saat ospek kemarin, karena memang aku yang kurang mengerti bahasa yang mereka gunakan, jadinya aku malah ditolol-tololin sama senior karena tidak menjawab pertanyaan mereka. Maklum aku baru beberapa minggu tinggal di kota ini. Maka dari itu aku terus berdoa semoga saja tidak ada senior yang menghampiriku. Sementara aku terlihat makin ngos-ngosan kulihat sekilas sepertinya mas gilang ikut menyusup dalam barisan menggunakan atribut IC. Aneh, bukannya area ini khusus SC dan IC kok bisa dia ikutan (dasar, sempat-sempatnya kupikirin). Karena keadaan yang sudah semakin carut marut maka Para SC pun kembali menertibkan barisan kami dan memberi tanda kepada para IC untuk satu komando dari SC. Kemudian kulihat damar disuruh maju ke depan, yang spontan mendapat teriakan huu dari semua IC. Damar pun disuruh menjawab pertanyaan para SC sebelumnya tentang tugas yang diberikan. Sementara itu lagi-lagi kami diprovokasi karena tidak ada yang membantu damar. Aku terus berdoa dalam hati agar damar tetap bisa mempertahankan argumennya serta tidak menyetujui push up sebagai hukumannya. Jujur saja aku tidak siap dengan kondisiku apalagi tubuhku terus berkeringat dan dadaku rasanya semakin sesak. Aku hampir sudah tidak fokus lagi apa yang dikatakan oleh para senior didepan, rasanya kepalaku semakin pusing dan napasku semakin ngos-ngosan., sampai akhirnya para SC berkata
“Ya sudah, karena Damar sebagai ketua tidak becus dalam mengarahkan kalian dalam mengerjakan tugas dari kami, maka kamu sebagai ketua harus mendapat hukuman. sekarang kamu ambil posisi push up dan teman-teman kalian yang akan menghitung.” Kata SC Yudi dengan tegas.
Lalu Damar segera mengambil posisi push up. Para senior kembali memprovokasi dengan teriak-teriakannya serta masuk ke dalam barisan sambil mengatakan “ Kamu gak kasihan ya sama ketua mu”. Ada juga yang teriak “ Ketua angkatan jadi tumbal” atau “wih,,enak rek, kalian Cuma bengong sementara teman kalian push up.” Dan sepertinya efek provokasi itu sedikit berhasil. Buktinya setelah agak lama kami cuma diam, tiba-tiba salah satu dari kami entah siapa berkata,
“mas kalau gitu kami juga harus push up untuk membayar kesalahan kami.” Lalu tanpa diperintah temanku yang entah siapa langsung push up, sehingga membuat beberapa dari kami langsung ikut mengambil posisi. Sontak saja hal ini membuat para IC langsung kembali berteriak dengan sindiran-sindirannya.
“woy, ngapain ikut-ikutan. Tadi gak mau ngomong.”
Ada juga salah satu senior yang berteriak, “ bebek,,,bebek,,,,ikut-ikutan tok.”
Keadaan semakin tidak terkendali. Sebagian besar sudah ikut push up walaupun ada beberapa yang Cuma diam tidak bergerak sama sekali. Sementara itu para IC sudah masuk ke barisan dan berusaha menghalangi kami melakukan push up sambil berkata goblok kepada kami karena melakukan tindakan tanpa berpikir dahulu. Akupun Cuma bisa mengambil posisi, rasanya tubuhku sudah semakin sulit untuk melakukan push up. Kepalaku mulai pusing sampai kemudian keadaan mulai panas ketika salah satu dari teman angkatanku beradu mulut sama salah satu senior yang sepertinya kurang menerima para perlakuan senior. Sontak saja kamipun semua berdiri berupaya menolong teman kami itu yang sudah dikerubuti senior, dan seperti biasa senior lainnya menghalangi kami yang mendekat. Detik berikutnya karena situasi yang semakin memanas antara kami dengan para senior, entah siapa yang mengkomando, tiba-tiba kedua tanganku sudah saling merangkul dengan yang lainnya dan detik berikutnya kami menjadi satu kesatuan dan terlibat dorong-dorongan dengan para senior. Aku benar-benar terjepit diantara barisan yang sibuk saling mendorong, kepalaku rasanya makin berat, aku merasa seperti kesulitan bernapas dengan baik. Dan mataku mulai berkunang-kunang, sepertinya sebentar lagi pertahananku mulai rubuh. Sempat ku melihat mas gilang yang berusaha masuk dalam barikade kami dan detik berikutnya pandanganku mulai gelap.
***
Aku tersadar beberapa waktu kemudian. Kepalaku masih sedikt pening dan dadaku terasa hangat sepertinya baru dioles minyak kayu putih. Aku menoleh ke sebelah kananku, ku lihat mas gilang sedang menatapku dengan rasa khawatir. Tatapan lembutnya beda dengan kemarin maupun tadi pagi. Sementara itu diruangan ini tidak satupun keliatan para OC yang lain.
“Kamu sudah sadar?gimana masih sesak?”tanyanya dengan nada khawatir.
“sudah agak mendingan mas tapi kepalaku masih sedikit pusing mas.”jawabku
Kemudian kulihat di wajahnya menunjukkan rasa lega “oh syukurlah” kemudian mas gilang tersenyum. Dia telah kembali seperti mas gilang yang telah ku kenal sebelumnya. Sosok senior yang hangat walaupun entah kenapa sepertinya dia selalu menunjukkan perhatiannya padaku. Kemudian aku berusaha bangun, melihatku yang agak susah untuk bangun dia pun langsung membantuku dan menyandarkanku pada tembok.
“Oh ya, kok kamu bisa tumbang hari ini, padahal baru beberapa kali push up. Apa kamu lupa makan tadi pagi?” Tanyanya lagi sambil menumpahkan air ke gelas lalu meletakkan disampingku.
“Enggak mas, tapi aku lupa minum obat.” Jawabku pelan.
“ckckckc...kamu ini.....kamu benar-benar membuatku khawatir...nih minum obat dulu. Mudah-mudahan obatnya cocok dengan yang biasa kamu minum.” Ujarnya sambil menyodorkan obat dan gelas berisi air putih kepadaku. Aku cukup terkejut mas gilang mengatakan itu kepadaku. Maksudnya apa coba. Aku pun langsung meminum obat.
“Maaf membuat mas khawatir...Tapi kenapa mas gilang sampai sekhawatir ini padaku?padahal kita nggak akrab-akrab banget mas.” Aku lalu menatap mas gilang. Tampaknya dia sedikit gelagapan.
“Eh...anu...oh...kan kamu itu kan adikku. Jadi sudah sepatutnya aku menjaga adikku supaya nggak kenapa-napa.”Katanya dengan agak gugup. Aku masih sedikit agak aneh tapi aku takut bertanya lagi nanti dia tersinggung. Lagipula apa salahnya coba. Toh aku senang, karena dulu aku ingin sempat punya seorang kakak yang bisa perhatian kepadaku. Walaupun sudah sedikit terobati dengan kehadiran supermanku, mario.
“Eh kamu,,gak usah bingung. Maksudku...”
“Aku senang kok mas gilang menganggapku adik.” Potongku cepat
“Eh?”
“aku dulu sempat ingin punya kakak. Karena kupikir kalau aku punya kakak, paling nggak aku bisa dilindungi dari teman-teman yang sering mengerjaiku dulu. Bisa membuatku nyaman dan mungkin bisa menghiburku saat sedih. Karena pasti seorang kakak akan sangat sayang kepada adiknya”
Mas gilang Cuma terdiam sambil menatapku.
“Ah, aku mulai agak ngawur ya mas. Ah sepertinya aku harus segera kembali ke teman-temanku. Terima kasih ya mas mau menjagaku hari ini dan terima kasih juga sudah mau mengkhawatirkanku.” Kataku lalu segera bangkit. Mas gilang pun membantu memapahku. Sepertinya dia masih takut kalau aku tiba-tiba pingsan kembali. Sesaat sebelum sampai ke pintu, mas gilang kembali berkata padaku.
“Rendra...”panggilnya lirih
“Iya mas.” Aku menoleh dia menatapku
“Maafin aku, beberapa hari kemarin aku sempat bersikap dingin padamu.” Aku bisa merasakan tatapan ketulusan dari matanya.
“Hmm...gak apa-apa mas. Ku kira mas gilang tidak bisa kembali seperti mas gilang yang pertama kali ku kenal.” Mas gilang pun tersenyum mendengar jawabanku.
“Ndra...bagiku kamu bukan hanya seorang adik...aku....aku sangat..” Tiba-tiba kalimat mas gilang terhenti bersamaan dengan bunyi pintu ruang kesehatan yang dibuka oleh,,fahri. Oh god, ngapain dia ke sini
“Kata SC Yudi, kamu kalau udah baikan segera kembali. “Kata fahri dengan nada ketus.
“Ya sudah ndra, kamu mending balik ke teman-temanmu.”ucap mas gilang sambil tersenyum kepadaku.
“terima kasih mas.” Akupun segera berjalan mengekor fahri.
“Aku rasa, aku tidak perlu repot-repotkan memapahmu sampai lapangan.”ujar fahri dengan nada ketus tanpa menolehku.
“Iya gak usah. Walaupun masih sedikit pusing tapi aku masih bisa jalan sendiri sampai lapangan. Lagipula, sepertinya aku harus berpikir dua kali kalau aku harus meminta bantuanmu.”Aku mengatakannya dengan ketus juga.
“Huh, kamu itu selalu saja merepotkan. Baru segitu saja sudah tumbang. Atau jangan-jangan kamu Cuma mau cari perhatian supaya orang terus merasa iba kepadamu. Ckckck..dasar lemah.”ujarnya dengan nada yang semakin dingin. Ingin rasanya aku mencincang orang didepanku ini hidup-hidup.
“Aku heran ya sama kamu. Kenapa sih kamu tidak bisa menghargai teman sendiri.”
“cih,, menghargai cowok lemah kayak kamu?gila aja..sampai detik ini aku Cuma menganggapmu cowok manja yang suka cari perhatian supaya dikasihani orang-orang disekitarmu dan selalu merepotkan mereka. Gak nyadar apa kamu itu Cuma buat jadi beban orang-orang disekitarmu.”
Kata-kata fahri barusan benar-benar membuat kupingku panas. Tapi aku mencoba tetap bersikap tenang karena kami sudah hampir sampai dilapangan.
“Think whatever you likes.” Aku setengah berbisik kepadanya. Fahri sempat menatapku tajam tapi aku tidak mempedulikannya. Aku lalu ikut duduk bersama teman-temanku yang lain, mendengarkan para SC menjelaskan tugas kami minggu berikutnya. Tugasnya adalah disuruh mengadakan analisa sosial pada kelompok masyarakat disekitar kampus, menacri tahu masalah apa yang terjadi disana dan memberikan solusinya. Untuk itu nanti kami akan dibentuk secara berkelompok, yang pembagian kelompoknya akan diberitahukan besok. Kami juga diingatkan tentang tugas-tugas kami sebelumnya. Setelah itu, acara sesi evaluasi inipun selesai. Karena ini bukan ospek, jadi memang acaranya tidak terlalu lama. Kemudian ketika akan pulang lena langsung menghampiriku.
“Ndra, kamu gak apa-apa kan?Kok kamu bisa pingsan sih.” Tanyanya
Aku tertawa geli melihat tingkahnya. Dia langsung menyikutku. “kamu ini temannya perhatian malah diketawain.” Ujar lena sedikit manyun.
“Hahaha..tumben banget nih makin perhatian...ini beneran perhatian atau takut kehilangan informan untuk mas bimo.”ujarnya sedikit menggodanya.
“Ah, tau ah.” Dia mulai ngambek sambil berjalan sedikit lebih cepat dariku.
“Hmmm...yakin nih mau ngambek..padahal tadi pagi mas Bimo nanyain kamu lho?”
Spontan lena langsung histeris dan kembali menghampiriku.”What??beneran ndra?mas bimo nanyain aku?dia nanya apa?trus kamu bilang apa?ayo jawab ndra..”Ujarnya semakin menggebu-gebu. Aku semakin terpingkal-pingkal melihat tingkahnya. Melihat reaksiku sepertinya lena langsung sadar kalau aku Cuma mengerjainya. Dia pun kembali manyun. Wajahnya memerah. Kemudian tiba-tiba ada suara yang berteriak memanggilku.
“Ndraa...”
Aku menoleh ke asal suara itu dan kulihat mario berjalan menghampiriku.
“eh, kenapa dia ada disini.”gumamku sendirian. Tapi sepertinya lena mendengarnya.
“Oh mario. Tadi dia sms aku nanyain keadaan kamu. Ya aku bilang aja kalau kamu tadi pingsan. Terus keliatannya sih, dia langsung panik gitu, trus katanya dia mau ke sini. Kirain becanda eh malah datang beneran...hmm..btw, aku masih ngambek lho sama kamu...huh..”ujarnya lalu berjalan menuju gerbang namun sempat dia menyapa mario saat berpapasan dengannya. Aku Cuma tersenyum melihat tingkah lena. Lalu aku pun mendekati mario yang mengahmpiriku..
“Kamu gak apa-apa kan ndra?aduh kok bisa pingsan sih?” tanya mario dengan nada panik
“Gak apa-apa kok yo. Aku tadi Cuma lupa minum obat.”jawabku sambil sedikit terkekeh.
“Rendra, kamu ini benar-bnar bandel deh, kamu udh tahu penyakitmu gampang kambuh,bla..bla..bla..” kalau mario sudah mengoceh tentang aku yang lupa minum obat atau masalah aku yang pingsan lagi, itu bakal susah dihentikan. Aku senang deh kalau dia khawatir seperti ini. Tapi, tunggu dulu ini masih dikampus dan daritadi kami diliatin teman-temanku yang lain gara-gara mario yang omelin aku.
“Yo, udah dong ngocehnya, malu tahu diliatin tuh..”kataku setengah berbisik kepadanya.
“Ah biarin aja, supaya kamu itu sadar sama...” belum selesai dia berbicara aku sudah menutup mulutnya lalu segera menariknya berjalan ke gerbang. Aku tahu motornya di parkir di luar. Lagi-lagi teman-temanku yang lain Cuma menatap kami aneh. Ini kali kedua setelah mario dengan santainya pernah ngamuk-ngamuk pas kami masih rapat angkatan
“Duh kamu cerewet banget jadi orang.” Kataku sambil masih menarik tangannya. Aku sempat kembali berpapasan dengan fahri yang menatapku dengan sinis. Tapi aku tidak mempedulikannya. Begitu sampai di motornya aku langsung melepas tanganku yang menutup mulutnya.
“Haduh, sakit tau ndra.”
“makanya kamu jadi orang jangan terlalu cerewet. Malu tau diliatin tadi. Ayo aku mau pulang, capek.”
“Kita makan dulu ya.”
Akupun mengangguk. Lalu sebelum ke kostku kami mampir dulu ke sebuah warung makan dekat kampus. Setelah tiba kamipun langsung mengambil makanan karena warung makan itu tipe prasmanan. Dan seperti biasanya selagi makan kami ngobrol banyak. Tapi tunggu dulu, bukannya hari ini hari minggu ya. Dan bukannya mario mau nganterin tara jalan-jalan.
“Oh ya yo, kok kamu kesini, bukannya kamu sudah bilang ya mau nganterin tara jalan-jalan.” Tanyaku penuh selidik.
“Oh,,ya aku langsung buru-buru ke sini waktu dapat kabar dari Lena kalau kamu pingsan. Aku kan khawatir. Takut teman-temanmu masih ga ada yang peduli sama kamu.” Jawab mario agak sedikit gugup.
“Trus tara nya gimana?aku jadi gak enak nih selalu ngerepotin kamu.”
“Nyantai aja kali. Kan aku dah bilang aku ini sahabatmu dan supermanmu. Lagipula aku sudah minta tolong morgan buat nemenin tara jalan-jalan. Aku tadi sudah bilang sama morgan kalau aku pengen liatin kamu yang pingsan di kampus. Untungnya tara ngerti dan morgan gak keberatan buat nemanin tara.”
“DEG!!”.apa?morgan tahu mario ninggalin tara gara-gara Cuma mau lihat keadaanku. Bisa tambah gawat ini masalahnya. Tiba-tiba saja wajahku mendadak pucat.
“Ndra, kamu kenapa sakit lagi?kok pucat lagi” dia mulai keliatan panik
“Eh, gak apa-apa kok yo. Aku Cuma kecapekan aja.”
“Ya udah kalau gitu cepetan makan. Hari ini aku temenin kamu di kost. Takut sakitmu kambuh lagi.”
“Eh kenapa kamu gak kembali nemenin tara jalan-jalan aja. Aku gak apa-apa kok yo.”
“Udah tenang aja. Udah ada morgan kok. Lagipula tara juga harus kembali ke rumah tantenya siang ini jadi kupastikan sekarang pasti mereka berdua sudah di rumah masing-masing. Besok juga aku masih bisa ketemu di bandara. Udah ah jangan bawel, Ayo kalau sudah selesai kita langsung ke kostmu.”
Begitu makan selesai, kami langsung melesat ke kost ku. Sempat berbasa basi sebentar dengan mas Bimo dan surprise dia nanyain soal Lena. Hmm...sepertinya Lena akan mendapat titik terang nih. Tidak terlalu mengobrol karena mario sudah memberi tanda untuk segera istrahat dan untungnya saja mas bimo ngerti aku yang lagi kecapekan. Saat sudah siap dalam posisi tidur tiba-tiba saja mario kembali memelukku. Aku kaget setengah mati.
“Yo,,kamu,,ngap..”aku sempat melirik ke pintu sebentar untungnya tadi udah ku kunci.
“berjanjilah padaku jangan bandel lagi ndra. Aku benar-benar khawatir padamu. Aku gak ingin kenapa-kenapa. Jarang ada orang yang mau mengerti tentang keadaanmu”
Aku Cuma terdiam. Aku semakin bersalah jika melihat perhatian mario kepadaku. Gak mungkin aku egois mempertahankan rasa cintaku pada mario. Aku semakin tak ingin kehilangan dirinya. Lalu segera melepas pelukannya.
“Makasih ya yo. Sampai sekarang kamu masih menjagaku dan masih perhatian sebagai sahabatku.”
“aku kan sudah janji. Ya sudah ayo cepat tidur.”
Lalu kamipun langsung mengambil posisi tidur dan seperti biasa saat tidur dia memelukku dari belakang. Rasanya pelukan mario benar-benar berhasil membuatku mengantuk. Sebelum terlelap aku masih sempat mendengar dia menggumam. “Ndra, superman akan selalu menjagamu. Aku sangat menyayangimu.” Setelah itu mataku langsung terpejam.
***
Sementara itu seorang cowok baru memasuki sebuah rumah. Seperti biasa dia selalu disambut oleh pembantu rumah ini yang selalu menanyakan apa sudah makan atau belum. Tapi dia langsung menuju kamarnya. Ini memang bukan rumahnya. Dia Cuma menumpang dirumah tantenya karena dia kuliah di kota ini. Kenapa dia bisa kuliah di kota ini karena dia merasa semakin jauh dari rumah maka dia semakin melupakan kenangan pahit yang pernah terjadi pada dirinya. Kenangan pahit yang berhasil mengubah dirinya. Kenangan pahit yang tak pernah bisa dia lupakan seumur hidupnya. Setelah sampai dikamarnya dia sempat berbaring sebentar kemudian dia lalu bangkit mengambil sebuah notes yang didalamnya ada sebuah foto seorang cowok. Tentu saja foto ini diambilnya dari fb milik cowok yang ada di foto itu dan untungya fb nya tidak di private sehingga dia dengan mudah mengambil fotonya walaupun di fb mereka berdua tidak berteman. Dipandanginya sejenak foto yang dipegangnya.
“Rendra....Kok bisa ya aku jatuh cinta padamu...semakin aku ingin membencimu, semakin aku menyukaimu. Sepertinya aku sudah gila, aku benar-benar ingin memilikimu. Apa aku harus memutuskan hubunganmu dengan mario supaya aku bisa memilikimu?Lagipula kalian kan emang gak pacaran” gumam cowok itu sambil menatap foto itu.. tak berapa lama kemudian cowok itu tertidur dengan masih memegang foto yang ada ditangannya.
***
Besoknya, perkuliahan pertamaku dimulai jam 9 dan untungnya saja aku bisa nebeng mas bimo yang memang kampus kami bertetangga tentu saja dengan iming-iming informasi soal Lena. Mulai dari alamat rumahnya dimana, status lena yang masih jomblo apa gak, fb, twitter, ym, no sepatu, makanan favorit hingga ukuran baju. Nah lho.ckckckc....ada-ada aja. begitupun juga ketika di kampus, Lena yang sempat melihatku diantar sama mas bimo, begitu nyampe aku langsung diinterogasi sama Lena. Yang kurang lebih pertanyaannya sama dengan mas bimo yang ujung-ujungnya minta dicomblangin. Hadeehh...Bikin repot saja nih orang. Untunglah kedatangan dosenku yang menuju kelas menyelamatkanku dan untungnya Cuma mata kuliah ini saja yang aku gak sekelas sama lena. Paling nggak aku bisa konsentrasi mengikuti kuliahku. Saat sedang kuliah mas gilang sms.
FROM : Mas Gilang
Hai ndra, apa kabar?udah baikkan?
TO : Mas Gilang
Udah mas. Nih lagi kuliah
SEND
FROM : Mas Gilang
Oh gitu. Hr ini selesai kuliah terakhir jam brapa?
TO : Mas gilang
Jam 3 mas. Ada apa mas?
SEND
FROM : Mas Gilang
Bisa temani mas nggak? Sore ini mau ke mall, mau ke toko buku sekalian jalan-jalan. Ntar mas yang traktir deh. Mas bete nih gak ada teman yang bisa diajak.
Aku berpikir sejenak membaca sms dari mas gilang. Aku benar-benar tidak enak menolak permintaan mas gilang. Aku dulu sempat menolak ketika mas gilang mau mengantarku pulang karena sudah ada mario yang menjemputku. Padahal dia sudah cukup lama menungguku. Kupikir tidak ada salahnya juga, toh mas Gilang Cuma menganggap aku adik. Lagipula, hari ini mario cukup padat kuliahnya, belum lagi dia mau nganter Tara ke bandara.
TO : Mas Gilang
Oke mas.
SEND
FROM : Mas Gilang
Makasih ya ndra. Sampai jumpa nanti jam 3.
Lalu akupun kembali fokus ke perkuliahan.
***
Setelah kuliah terakhirku jam 3 selesai aku pun langsung keluar kelas. Ku lihat mas gilang sudah menungguku didepan kelas. Dia tersenyum begitu melihatku.
“Sudah siap?”tanya mas gilang sambil tersenyum kepadaku
“Oke mas. Tapi aku ngambil helm dulu di kost ya mas.” Mas gilang Cuma mengangguk.
Lalu kamipun menuju kostku untuk mengambil helm dulu. Hari ini lumayanlah mau refreshing sebentar. Saat mau berangkat mario sempat mengirim sms kepadaku.
FROM : Mario
Ndra lagi ngapain?udah pulang kuliah?
TO : Mario
Udah. Nih nemanin mas gilang ke mall sekalian mau ke toko buku dan refreshing.
SEND
FROM : Mario
Berdua aja?aku susul ya.
“Ayo ndra, cepetan.”teriak mas gilang dari motornya
“iya mas.” Aku tidak sempat lagi membalas sms mario. Lagipula, ngapain dia mau susulin aku. Bukannya dia harus nganter Tara. Aduh jangan sampe dia minta tolong morgan lagi buat nganter Tara. Bisa-bisa morgan akan semakin menerorku. Setelah menempuh perjalanan selama 20 menit. Kamipun nyampe di mall. Tujuan utama kita adalah ke toko buku. Sepertinya mas gilang lagi nyari referensi buat bahan kuliah. Tak lupa mas gilang juga ikut membeli komik serial detective conan. Suka baca komik juga rupanya. Puas berkeliling di toko buku, kemudian sebuah dept store adalah tujuan berikutnya.
“Oh ya ndra. Tunggu bentar disini ya. Mas mau ke toilet sekalian ke ATM. Jangan kemana-mana ok.”
“Oke mas”
Mas gilang pun lalu meninggalkanku. Aku melihat-lihat disekeliling tempat menungguku. Sampai kurasa ada seseorang yang menghampiriku.
“well...well....bukankah ini manusia homo yang berpenyakitan...”Morgan kembali berkata dengan sinisnya.
“mau ngapain kamu gan?”aku cukup terkejut melihatnya. Mana mas gilang belum kembali lagi.
“ternyata kamu dari dulu tidak berubah. Memakai alasan penyakitmu untuk cari perhatian orang bahkan sampai digunakan untuk mencari simpatik mario. Aku heran bisa-bisanya dia ninggalin tara hanya mendengar kabar kalau kamu pingsan di kampus. Dasar manusia lemah, homo lagi.” Kembali dia mengatakan dengan sinis sambil menatapku dingin.
“aku bukan orang seperti itu gan. Dan yang perlu kamu catat, aku dan mario Cuma bersahabat. Dan aku tidak pernah menggunakan kelamahanku yang berpenyakitan untuk mencari perhatian orang. Kamu nya saja yang berpikiran seperti itu.” Kataku mencoba mengulur waktu agar mas gilang bisa sgera menyelamatkanku. Walaupun mataku mulai berkaca-kaca mendengar penghinaan morgan kepadaku.
“huft, dasar sok suci..kamu yah udah aku peringatkan, jangan pernah bawa mario ke dunia homomu. Kamu benar-benar cari masalah. Apa sih yang kamu lakukan padanya sehingga ia benar-benar selalu mengikuti apa kemauanmu. Dasar manusia homo brengsek.” Kata-kata morgan semakin menyakitkan
“Tutup mulutmu, jangan pernah menghina Rendra lagi..” sebuah suara mengangetkan kami.
“mas gilang.” Oh damn. Suasananya tidak tepat ada morgan disini.
“Siapa lagi orang ini? Apa ini lekong baru mu.haha..”kembali morgan menertawakanku. Aku benar-benar panik. Masalahnya ini ditempat umum. Apalagi aku benar-benar tak bisa berkata apa-apa lagi.
“Kuperingatkan padamu jangan sampai tanganku akan bersarang dipipimu jika kau masih terus menghina Rendra. Dan perlu kamu ketahui, jangan pernah ganggu rendra lagi karena dia dan mario Cuma berteman.” Kata mas gilang dengan menatap tajam pada morgan. Keliatan sekali mas gilang sedang emosi.
“Huh, tak kusangka kamu membela manusia homo ini. Apa kamu tahu rendra ini homo?”
Oh God, jantungku hampir mau copot. Mudah-mudahan saja mas gilang tidak percaya apa kata-kata morgan. Tapi rupanya yang kudengar berikutnya adalah hal yang lebih dahsyat lagi.
“Aku tahu itu dan tentu saja aku membelanya, karena rendra...pacarku..”Kata mas gilang dengan mantap.
DEG!!Apa?apa tadi tidak salah dengar?mas gilang menyebut aku pacarnya. Bahkan Morgan pun tak kalah kagetnya denganku. Wajahnya cukup menggambarkan keterkejutannya.
Tiba-tiba ada sebuah suara “ Rendra..Jadi kamu,....”
Aku langsung berbalik. Dan betapa terkejutnya aku melihat sosok yang baru datang dengan ekspresi tidak kalah kagetnya.
“Mario..”
_To Be Continued_
@Adam08 : waduh,,,jangan terlalu cepat menyimpulkan bro. kalau gilang kan emang sudah jelas dari part 11 suka rendra..kalau Morgan kan belum jelas...hehe....yup mudah-mudahan kehadiran 2 tokoh ini cukup membuat cerita ini jadi semakin seru...hehe...di tunggu lanjutannya
@iamalone89... yg semangat nulisnya ya mas...ditunggu postingan selanjutnya...
next...
@aDvanTage : hehe....di tunggu aja ya part berikutnya
@alfaharu : hehehe..waduh mas..aku emang sudah punya plan masalah cerita ini....coba nanti di baca di part berikutnya kejelasan Rendra dan orang-orang yang menyukainya..hehe