It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kang author........
@adacerita : Kak Ali...dari tadi BF nya error...sekarang mau dilanjut lagi.
@kiki_h_n : lanjut lagi ya...punten rada teu sae part anu ayeuna
@abyh : Iya ya....kapan author diajak ke singapore.Katanya mah bagus pisan.
Lanjut ya bacanya. tapi agak sedikit boring cerita di part 47
Ditunggu lanjutannya CATAR !!
@savanablue : Lanjut ya bacanya....
@4ndh0 : Siap Taruna !!!! part 47 agak boring dan panjang banget.
~Pov Oktaviandri~
Untuk pertama kalinya gw naik pesawat, dan juga untuk pertama kalinya gw pergi keluar negeri. Dalam hidup gw, belum pernah terbayang sedikitpun untuk menginjakkan kaki di negeri orang lain. Untuk kesekian kalinya gw bersyukur terhadap Sang Penguasa Alam ini. Tanpa terasa kami sudah tiba di Singapore. Gw sama sekali tidak mengetahui nama bandara ini. Namun sangat megah sekali, banyak terdapat toko-toko yang menjajakan barang-barang yang super mewah menurut gw.
Setelah mengurus imigrasi, kami pun keluar dari Bandara ini. Kulihat jam yang melingkar ditanganku pemberian Mamahnya Hendra, waktu menunjukkan pukul 10.30. Namun menurut pramugari yang memberikan pengumuman sebelum pesawat mendarat, ada perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dibanding waktu di Jakarta. Berarti sekarang sudah pukul 11.30 waktu setempat.
“Fer…kesananya pakai apa ?” Tanya Hendra
“Pake taksi aja ya, supaya cepat.”
“Siap Catar !!!”
Selama perjalanan dari Bandara Changi yang baru gw ketahui namanya setelah melihat tulisan yang terpampang di dinding kaca pintu keluar, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut gw, karena gw terlalu sibuk mengagumi Negara ini yang begitu bersih dan Indah. Dari kejauhan gw melihat ada 3 buah gedung pencakar langit saling berjejer, dan diatas gedung tersebut ada sebuah bangunan mirip sebuah kapal laut. Gedung yang sangat indah sekali. Namun sepertinya taksi ini menuju kearah gedung tersebut. Gw sangat penasaran ingin melihat gedung itu dari dekat.
Ternyat taksi yang kutumpangi berhenti persis didepan gedung tersebut. Gw lihat sebuah lobby hotel yang begitu megah. Andaikata gw punya uang banyak, gw ingin sekali untuk menginap semalam saja disini. “Oktaviandri….Ingat !!!! lo tuh bukan babu. Menghayalnya jangan terlalu tinggi.” Seperti ada yang berbisik didalam bathin gw.
“Aa…turun yuk…Kita udah sampe loh…”
“Haaa….kita berhenti disini.”Ucap gw terkaget-kaget.
“Yuk Dri…kita masuk kedalam gedung ini.”
“Fer….lo ngga akan ngajak makan siang disini kan ?” tanya gw untuk memastikan bahwa dia tidak akan mengajak makan siang di tempat super mewah ini.
“Ngga disini kok Dri….Dijamin 100%”
“Ooo ya sudah…gw lega dengarnya.”
“Aa….hotelnya bagus pisan ya….”
“Iya ya Hen…gw juga kagum banget liat bangunan ini.”
Kami bertiga pun masuk menuju lobby hotel. Gw lihat disebelah kanan gw terdapat antrian orang yang akan melakukan check in di hotel ini. Kemudian lebih dalam lagi gw lihat ada kafe yang berada ditengah-tengah ruangan ini, namun posisinya lebih tinggi dibanding lantai yang gw pijak.
Kulihat Ferdi sedang berada disalah satu loket, untuk membayar sesuatu. Sepertinya dia membeli tiket. Gw sama sekali tidak mengetahui tiket apa yang dia beli. Kemudian Ferdi mengajak kami untuk masuk kedalam sebuah lift. Ternyata gw baru tahu jika ingin menaiki lift ini, kita harus membayar 20 dolar sing per orang.
Ada seorang petugas yang berjaga didalam lift ini. Gw hanya melihat dua tombol lantai di lift ini. Kami bisa melihat keluar lift, karena dindingnya terbuat dari kaca transparant.
“Aaaahhhhh…”Jerit gw. Gw sama sekali tidak berani memandang kearah luar. Dan gw tutup mata gw dengan kedua tangan gw, karena lift ini bergerak sangat cepat, dan sangat tinggi sekali.
“Iteuh si Aa….matanya buka aja atuh A…” ucap Hendra sambil memelukku dari belakang.
“Ngga mau Hen, beneran gw takut banget.”
“ Ini udah nyampe da A….”
Perlahan gw buka mata, pintu lift ternyata sudah terbuka, gw langsung bergegas keluar dari lift ini. Gw harus menyesuaikan keseimbangan badan gw terlebih dahulu, karena sekarang posisi gw berada di atas gedung yang sangat tinggi.
“Fer….kita lagi dimana sekarang ?” Tanya gw penasaran
“Ini namanya Hotel Marina Bay Sands. Yang tadi kelihatan ada kapal di atas tiga gedung, nah sekarang kita berada diatas kapalnya.”
Gw melihat design gedung ini, memang mirip sekali dengan kapal laut. Banyak sekali pengunjung yang nampak bahagia menikmati pemandangan Negara Singapore dari sini. Gw mengikuti Ferdi dari belakang bersama Hendra.
Gw mendengar Ferdi sedang berbicara dengan salah seorang penerima tamu di Restaurant ini. Ada tulisan Ku De Ta Restaurant. Jangan-jangan Ferdi mengajak makan siang disini. Aarrrgghhhh….Jangan sampai dia mengajak makan siang disini.
“Do you have made a reservation ?”
“Yes…Ferdiansyah Putra Perdana please…”
“Ok Wait a moment please…”
“Ok…”Jawab Ferdi singkat.
Penerima tamu tersebut melihat daftar list reservation. Dan kemudian berbicara lagi kepada Ferdi.
“Please follow me…”
Kami pun mengikutinya menuju tempat duduk yang berada diluar gedung restaurant ini. Setelah duduk, gw memandang sejenak hutan-hutan beton yang sangat megah sekali.
“Fer…tadi lo bilang kita ngga akan makan disini.”
“Kamu tadi kan nanya nya waktu kita di lobby hotel. Memang kita tidak akan makan siang di kafe yang berada di bawah.”
“Iya tapi kan ini sama aja Fer….”
“Ya udah kita pesen makanan aja dulu ya Dri…Kamu mau makan apa ?”
“Gw cuma nemenin aja ya Fer….Please…please….”
“Mending kamu dikasih dua pilihan atau makan siang disini ?”
“Fer…gw berani sumpah, ampun kalau sama 2 pilihan lo. Makan disini aja deh Fer…tp lo aja yang pilihin buat gw ya.”
“Siiippp kalau gitu…”
“Hen….kamu mau makan apa ?”
“Fer…aku pengen aburai salmon shasimi sama honey-miso glazed roast australian lamb sirloin”
“Aku yang pilihin buat si Aa aja ya Fer…”
“Iya Hen…kamu aja yang pilihin, aku mau pesen crispy-sticky baby squid dan scottish salmon roasted over charcoal”
“Aa suka bebek kan ?”
“Apa aja gw suka kok Hen…”
“Fer…buat si Aa ini aja, soya braised margret duck breast”
“Dessert nya bounty cake dan selection of fresh cut fruit, kue yang lainnya ada alkoholnya”
“Dri, minumnya mineral water dan Tea ya ?”
“Iya Fer…”
“Hen….kamu minumnya mineral water sama kopi apa ?”
“Coffee latte aja Fer….kamu memang mau minum apa Fer ?”
“Aku mineral water sama tea juga kayak Andri.”
Gw sama sekali tidak mengetahui jenis makanan apa saja yang mereka pesan. Setelah makanan dan minuman tersaji Ferdi dan Hendra pun langsung menyantapnya. Gw masih canggung untuk menyantap makanan ini, karena gw tidak terbiasa makan menggunakan pisau dan garpu. Selain itu juga, arsitektur penyajian makanan begitu indah, sayang jika harus di hancurkan.
“Hen….itu daging mentahnya kok langsung dimakan sih ?”
“Ini namanya aburai salmon shasimi A….Aa cobain deh…enak pisan siah A…” Kata Hendra sambil menyodorkan daging mentah ke mulut gw.
“Aarggghhhh……”Jerit gw, karena terasa ada yang menyengat hidung gw sehingga membuat air mata jatuh dari sudut mata gw.
“Hehehehhe….nyereng ya A…”
“Iya Hen…tapi enak ya. Kok dagingnya bisa nyereng gitu ?”
“Tadi aku kasih wasabi A…yang ijo-ijo ini. Aa mau lagi ngga ?”
“Mau Hen…tapi yang ijo-ijo nya jangan terlalu banyak.”
“Dri…cobain ini deh…Aku suapin ya ?” Ucap Ferdi sambil menyodorkan makanan ke arah mulut gw.
“Enak banget Fer…ini makanan apa…..kenyal-kenyal gitu tapi renyah banget.”
“Ini namanya crispy-sticky baby squid.”
“Haaa…bayi gurita, rasanya hampir mirip dengan cumi-cumi ya Fer….”
“Aa…mau nambah lagi ngga ?”
“Nnng…nggga…Hen, udah cukup. Hen….lain kali makannya jangan disini ya ?”
“Kenapa emangnya Dri ? kamu ngga suka ya ?” Tanya Ferdi
“Gw bukannya ngga suka Fer….makanan disini enak banget, tapi gw lebih suka makan kayak tadi pagi. Ini terlalu mewah buat gw Fer…”
“Iya Oktaviandri…..lain kali aku ngajaknya ketempat lain aja ya…”
Kami pun larut dalam canda dan tawa di tengah suasana Singapore yang begitu mempesona.
“Dri….aku mau ngomong serius sama kamu.”
“Haaa…..mampus gw. Jangan bilang gw harus bayar semua ini ya Fer.” Ucap gw.
“Hen…bantuin gw dong.”
“Iteuh si Aa…mukanya meni langsung pucat gitu.”
“Iya Dri….kamu tuh kayak baru ngeliat hantu aja, aku cuma mau jawab pertanyaan kamu tentang benda yang kamu minta.”
“Haaa….kamu masih inget ? Itu kan udah lama banget Fer.”
“Atuh A…jangan tegang gitu.”
“Lo emang kasih tau ke Ferdi ya Hen ?”
“Iya A….tapi ngga gratis loh…”
“Ngga gratis gimana ?”Tanya gw penasaran.
“Gini Dri ceritanya….”
Ferdi pun menceritakan kejadiannya dari awal. Gw mendengarkan dengan seksama.
==Double Flash Back==
Mulai hari ini aku harus mencari 3 jawaban yang diminta Hendra. Aku sudah membeli ke tiga buku Harry Potter sebelum aku sampai di rumah. Oh Tuhan…..Berapa lama aku harus membaca buku-buku setebal ini. Lebih baik aku meminta sedikit bantuan kepada Hendra
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Hen…aku boleh minta bantuan ngga ?
20.36
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Asal jangan suruh baca Harry Potter loh!!!!
20.37
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Bukan itu, aku minta disemangatin dong
20.38
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Asikkkk…kamu mau di ncus…ncus sama aku ya ?
20.39
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
HENDRA HARGIANA !!!!!! BUKAN ITU. AKU MINTA DIKIRIM FOTO NYA ANDRI
20.40
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR !!!! Dikirim lewat mms
20.41
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
AKU TUNGGU 1 MENIT LAGI
20.42
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR !!!! SUDAH DIKIRIM
20.43
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Terimakasih Hendra Ganteng….
20.44
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
TIDAAKKKK…HIDUNGKU HILANG. TANGGUNG JAWAB SIAH FER !!!!
20.45
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Iya aku tanggung jawab. Cepet nungging
20.46
Hendra Hargiana
+6181828XXXX
Atuh Fer….masa aku disuruh nungging ? Duh sayang ya aku bukan Gay. Kalau iya mah, sekarang juga udah ngangkang didepan kamu.
20.47
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Dasar ngaco….Udah ya. Makasih ya Hen
20.48
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Selamat berjuang CATAR !!!!
20.49
Dasar sinting yang namanya Hendra Hargiana. Aku mulai membuka buku pertama Harry Potter karangan J.K Rowling. Oh ternyata buku ini mengisahkan seorang anak lelaki yang hidup di dunia normal bersama pamannya. Namun dia sebenarnya mempunyai kekuatan sihir yang diwarisi dari kedua orang tuanya.
Buku Pertama ini berjudul “Harry Potter and the Sorcerer's Stone” . Seorang anak yatim piatu bernama Harry potter yang dirawat perawatan bibi dan paman Muggle (bukan penyihir) –nya, Vernon dan Petunia Dursley.
Selama sepuluh tahun, mereka dan anak laki-laki mereka Dudley memperlakukan Harry dengan keras. Sederhananya sebelum ulang tahun kesebelas Harry, sebuah surat tiba, dialamatkan kepada Harry tetapi dihancurkan oleh pamannya sebelum Harry bisa membacanya. Akibatnya, setumpukan surat menghujan kedalam rumah pada celah yang terbuka, meskipun kecil, dan untuk melarikan diri, Vernon Dursleya membawa keluarganya ke pulau terpencil. Saat mereka sedang tenang, Hagrid menghancurkan pintu untuk menceritakan kepada Harry apa yang telah disembunyikan keluarga Dursley darinya: Harry adalah seorang penyihir dan telah diterima di Sekolah Hogwarts untuk tahun mendatang.
Akhirnya tamat juga buku pertama ini. Kulihat jam yang melingkar di tanganku, Astaga…sekarang sudah pukul 4.30, sudah saatnya Shalat Subuh. Tapi hari ini aku kan harus kuliah. Mana ada waktu untuk beristirahat.
Setelah pulang kuliah, aku merasakan badanku hancur lebur. Aku mencoba untuk beristirahat terlebih dahulu. Kurebahkan badanku diatas kasur. Tanpa terasa mataku langsung terpejam.
Kubuka perlahan-lahan mataku, kulirik jam yang tergantung didinding kamarku. Rupanya waktu menunjukkan pukul 12.00 malam. Semenjak aku pulang kuliah pukul 16.00, aku sudah tertidur selama 8jam. Saatnya untuk membaca buku kedua. Yang ber judul “Harry Potter and the Chamber of Secrets”.
Ternyata menarik juga cerita Harry Potter ini. Tidak heran jika banyak sekali orang yang mengaggumi cerita ini. Aku pun ikut mengagguminya. Tanpa terasa, satu bulan aku telah membaca ke tujuh buku Harry Potter. Jika aku bercermin, ada lingkaran hitam diseputar mataku.
Setiap hari aku memandang sebuah foto bergambar Oktaviandri. Aahhhhh….perjuanganku masih belum berhasil, karena aku baru menemukan 1 buah jawaban, yaitu sebuah kalung berliontin. Bentuk dan asal kalung ini aku belum mencarinya.
Pulang kuliah aku harus segera menuju ke perpustakaan Nasional yang berada di Jalan Salemba. Tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahku.
Setelah aku sampai di perpustakaan Nasional, aku segera mencari buku sejarah tentang kota Bandung. Semoga tugu golang gilig itu berasal dari kota Bandung.
Asal muasal nama kota Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan. Karena daerah tersebut asalnya tergenang air dari aliran sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu, sehingga membentuk telaga. Tapi menurut legenda orang tua di Bandung, mengatakan bahwa “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung. Perahu ini digunakan oleh Bupati Bandng, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari sungai Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota yang lama yaitu Dayeuhkolot.
Aku baru tahu kalau Bandung itu dahulunya merupakan danau. Disini ada keterangan bahwa daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman.
Aku coba cari ada berapa tugu atau monumen yang berdiri di Kota Bandung. Aku membaca kembali buku sejarah ini.
Monumen Bandung Lautan Api, merupakan monumen tertinggi di Bandung yang dibangun untuk mengenang pertempuran antara pasukan Belanda dengan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1946. Monumen ini terletak di daerah Tegalega Bandung. Haaa….berarti monumen ini dekat dengan rumah calon kekasihku ?
Monumen KM 0, ini kan yang waktu malam-malam kita makan bubur sedikit. Monumen mesin giling antik ini merupakan symbol peringatan peristiwa yang terjadi pada tahun 1810, dimana H.W. Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu menancapkan sebuah batang kayu ke tanah, tepat dimana mesin giling ini sekarang berdiri, setelah menyelesaikan sebagian dari proyek besar “Groote Postweg”. Kemudian ia juga berkata “Pastikan ketika saya kembali, saya akan melihat sebuah kota baru dibangun tepat disini.”
Monumen Mitra Kota, ini menyatakan hubungan kerjasama antara Bandung dan Suwon (Korea Selatan) yang sering juga disebut sebagai sister city. Monumen ini dibangun pada tahun 1997 di Jalan Merdeka Bandung.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, dibangun pada tahun 1995. Tingginya 14 meter. Monumen ini didirikan untuk memperingati pertempuran perang Bojong Kokosan, di Jawa Barat yang terjadi di awal kemerdekaan Indonesia.
Nah ini dia daftar nama-nama tugu. Aku mulai membaca satu per satu.
Tugu Sapi Perah yang berada di Lembang. Tugu ini didirikan hanya untuk memperkuat citra Lembang sebagai kota penghasil susu segar.
Tugu Pemain Sepak Bola yang berada di jalan Lembong ini mempunyai tinggi 2.5 M, menggambarkan seorang pemain sepak bola dari kesebelasan Bandung, yaitu Persib. Dibuat oleh seorang seniman pahat Bandung bernama Nuarta pada tahun 1990 dengan menggunakan bahan campuran tembaga dan kuningan.
Tugu Pastor Verbraak adalah sebuah tugu untuk memperingati Pastor Verbraak yang merupakan seorang pendeta militer Belanda pada tahun 1990. Tugu ini berada di taman Maluku, jalan Ternate.
Tugu Tentara, tugu ini didirikan di jalan kebon jukut dekat viaduct, bertujuan untuk menghargai pelajar Indonesia yang juga turut berjuang melawan penjajahan Belanda bersama-sama dengan tentara Indonesia.
“Mas….maaf sekarang sudah jam 18.00, kami sudah tutup. Besok silahkan datang kembali.”
“Oh iya Bu…Maaf ya, saya keasikan membaca, besok saya akan datang lagi kesini.”
Aku sedikit kecewa karena aku hanya mempunyai waktu beberapa jam saja untuk membaca buku di perpustakaan Nasional ini. Besok rencananya aku akan kembali lagi kesini.
Keesokan harinya aku kembali lagi menuju perpustakaan nasional ini. Sejenak aku berfikir, Sejarah kota mana yang akan aku baca. Aku coba mencari sejarah Bogor. Semoga ada salah satu tugu yang bernama Golang gilig.
Kota Bogor terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, luasnya kurang lebih 21.56 km persegi. Kota ini mempunyai julukan Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Pada masa kolonial Belanda Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg atau dalam bahasa Indonesia nya “tanpa Kecemasan“ atau “aman tentram”. Hari jadi kota Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai Raja dari kerajaan Pajajaran.
Bogor mempunyai tugu yang bernama tugu Kujang yang terletak di depan Botanical Square yang bersebelahan dengan kampus IPB. Tinggi tugu ini kira-kira 25 meter dibangun pada tanggal 1982. Nama Kujang diambil dari nama sebuah senjata pusaka tradisional etnis Sunda yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
Duh kok tidak ada yang menyebutkan tugu Golang Gilig. Setiap hari aku menbaca buku sejarah setiap kota-kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat, tetapi sedikitpun tidak aku temukan.
Sudah dua minggu aku rajin mendatangi perpustakaan nasional ini. Namun masih belum kutemukan juga. Apa mungkin kalung itu berasal dari Jakarta? Aku coba buka buku sejarah Jakarta.
Seminggu lebih aku membaca buku sejarah Jakarta, ternyata mengasikkan juga. Nama-nama daerah dijakarta sebelumnya mempunyai sejarah, seperti jalan Kwitang, dahulunya daerah itu dimiliki oleh seorang tuan tanah bernama Kwik Tang Kiam, kemudian sedikit demi sedikit dijual kepada pedangan asal Arab sampai tak tersisa. Oleh sebab itu daerah Kwitang banyak dihuni orang Arab.
Dan masih banyak lagi daerah yang aku baru ketahui semenjak baca buku sejarag Jakarta. Hari ini aku mencoba membuka sejarah kota Jogjakarta, siapa tau ada artikel yang membahas tugu golang gilig.
“Ehh….Ferdi goblok…..” umpatku kepada diriku sendiri. Tugu golang gilig itu kan tugu yang terkenal se Indonesia raya. Kenapa ngga terfikirkan dari dulu kalau tugu ini adalah tugu Jogja.
Setelah mandi dan mengenakan baju kasual, aku segera memacu mobilku ke bandara Soekarno Hatta. Aku tanya ke loket pembelian tiket, ternyata ada pesawat jam 06.10 menuju Jogjakarta.
Setelah proses check in, aku menunggu di ruang tunggu keberangkatan. Selang 10 menit, terdengar pengumuman bahwa seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 202 tujuan Jogjakarta dipersilahkan untuk menaiki pesawat. Aku pun bersama penumpang lainnya beranjak dari ruang tunggu untuk masuk kedalam pesawat. Perjalanan ini hanya membutuhkan waktu 50 menit untuk tiba di bandara Adisucipto Jogjakarta.
Aku hanya membawa dompet dan sebuah ponsel, sehingga aku bisa langsung keluar bandara tanpa menunggu bagasi. Di pintu kedatangan telah banyak orang yang menawarkan jasa taksi untuk mengantar penumpang yang baru tiba di kota ini. Namun aku sudah beberapa kali mendarat di Bandara ini, aku hanya perlu berjalan beberapa langkah saja ke depan bandara untuk mencari taksi. Selain lebih murah, aku bisa berolahraga sedikit untuk menghilangkan rasa pegal-pegal.
Aku mendapatkan taksi berwarna putih, aku meminta supir taksi ini melaju menuju Tugu Jogjakarta. Setelah melewati Ambarekmo Plaza dan rumah sakit Bethesda, sampai juga taksi ini di depan tugu Jogjakarta.
Aku pun mengambil gambar di depan tugu jogja dengan kamera ponsel ku. Agak sedikit malu sebenarnya, karena dipagi hari tidak ada seorang pun yang mengambil gambar didepan tugu ini. Biasanya akan ramai orang jika menjelang malam hari, terutama malam minggu.
Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 08.20. Aku ingin sarapan soto. Di Jogja soto yang terkenal adalah soto kadipiro yang berada di jalan wates. Namun aku ingin makan soto yang berada di samping terminal angkutan kota Klaten. Sebenarnya sih agak unik namanya “Soto Daging Asli”. Berarti di Klaten ada juga yang menjual soto daging palsu kalau begitu.
Aku segera mencari taksi yang akan mengantarkan aku ke kota Klaten, jarak dari Jogjakarta sekitar 30 km. Hanya membutuhkan waktu 25 menit aku sudah tiba di Klaten. Aku suruh tunggu supir taksi ini, karena dari klaten aku sama sekali tidak mengetahui cara untuk kembali ke Jogjakarta.
Tempatnya sangat sederhana sekali, aku memesan 1 mangkuk soto daging asli. Yang paling aku suka adalah tempe gorengnya, walaupun sudah kumasukkan kedalam kuah soto, masih terasa sangat renyah pada saat aku mengunyahnya.
Setelah menyantap soto daging asli yang berada di pinggir terminal, aku menyuruh supir taksi untuk kembali ke Jogjakarta. Aku melihat disebelah kananku ada Plasa Klaten, orang sini menyebutnya Matahari, dan disampingnya ada Mesjid Agung Klaten. Kemudian maju sedikit ada Toko Laris yang baru saja buka. Sebenarnya toko Laris mempunyai beberapa cabang yang tersebar di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Namun pusatnya berada di Klaten, karena pemiliknya tinggal di daerah sini.
Tadinya aku akan berhenti sejenak di jalan Pemuda Klaten untuk membeli Bakmi yu Pesek. Sebenarnya sih ngga ada namanya, aku sendiri yang menamai bakmi tersebut, karena yang jualnya seorang ibu-ibu dengan hidung mancung kedalam. Warungnya sangat kecil sekali, dan tidak ada tempat duduk untuk makan ditempat. Namun harganya yang membuat aku takjub. 1 bungkus bakmi goreng dibandrol dengan harga 50 ribu. Tetapi memang wajar sih, karena ayam yang dicampurkan kedalam bakmi goreng tersebut 1 ekor per bungkusnya. Untuk rasanya, heemmmmm….jangan tanya deh, sangat lezat.
Aku menyuruh supir taksi ini mampir di Jalan Glagah sari daerah Umbulharjo untuk membeli Bakpia Kurniasari. Selain rasanya lebih renyah, bakpianya pun tahan lebih lama. Aku membeli bakpia rasa keju dan kacang hijau untuk teman-temanku di Jakarta.
Setelah membeli beberapa cemilan lainnya, aku menyuruh supir taksi menuju Bandara Adisucipto, tidak terlalu jauh jaraknya dari Jalan Glagah Sari. Aku melihat ada gedung besar disebelah kananku dengan tulisan Jogja Expo Center, gedung serba guna ini biasanya digunakan untuk pameran komputer atau untuk acara pernikahan. Kemudian taksi ini berjalan melalui Blok O, setelah itu sampai juga di Bandara Adisucipto.
Kulirik jam yang melingkar ditanganku, saat ini pukul 11.25. Sebenarnya ada pesawat ke Jakarta pukul 11.35. Tetapi sudah tidak keburu karena gate sudah closed, akhirnya aku menggunakan pesawat pukul 12.30. Selain lebih santai, aku pun masih bisa melakukan Shalat Dzuhur sebelum meninggalkan kota Jogjakarta.
Aku pun masuk kedalam bandara untuk melakukan proses Check in. Kemudian aku menuju ke executive lounge yang berada di sudut ruang tunggu bandara ini. Setelah aku menunaikan Shalat Dzuhur, terdengar pengumuman kepada seluruh penumpang pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 210 tujuan Jakarta dipersilahkan untuk menaiki pesawat. Akupun langsung bergegas menuju pesawat.
==End Double Flash Back==
“Jadi selama ini lo itu menghilang karena sedang berjuang mencari jawaban. Gw pikir lo ngga serius waktu itu Fer…”
“Aku serius Dri….Hen, mana benda itu, dibawa kan ?”
“Dibawa dong Fer…..Nih ada di dalam kotak.” Ucap Hendra sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kepada Ferdi.
“Nah Dri….aku bukan type cowok romantis yang pintar merangkai kata-kata. Aku hanya ingin bertanya kamu mau ngga jadi pacar aku ?” tanya Ferdi. Sambil membuka kotak yang berisi kalung dengan liontin puzzle.
“Haa……gw bingung jawabnya Fer.”
“Kenapa bingung Dri ?”
“Hen…gw ngga bisa jelasinnya ?”
“Aa teh suka ngga sama Ferdi ?”
“Emmmm…suka Hen, tapi kan gw masih terikat sama lo.”
“Si Aa mah yah…Aku kan yang nyariin pacar buat si Aa. Masa Aa mau ngejomblo terus.”
“Hen…lo aja deh yang jawab pertanyaan Ferdi. Apapun yang lo putuskan, gw setuju.”
“Iteuh si Aa mah…Ya Aa yang harusnya jawab.”
“Emmmm….gini Fer, rasa sayang gw terhadap Hendra sudah melebihi dari rasa sayang terhadap pacar, dari dulu, sekarang dan sampai kapan pun gw masih tetep akan seperti itu. Yang gw takutkan kalau gw jadi pacar lo, ada rasa cemburu di hati lo kepada Hendra.”
“Aku ngga masalah kok Dri…selama ini juga aku memang sayang terhadap Hendra.”
“Hen…Gimana menurut lo ?”
“Aa…kalau aku, yang penting Aa bahagia, aku juga bahagia A….Tapi aku masih tetep nomor satu kan A….”
“Iya Hendra….lo selalu ada di hati gw.”
“Jadi kamu mau menerima aku jadi pacar kamu kan ?”
“Iya Fer…gw mau jadi pacar lo…”
“Assiiikkk…” Ucap Ferdi girang sambil beranjang dari kursinya untuk memeluk badan gw.
“Fer….kalungnya disimpan ya….Sebenarnya kalung itu ada 4 buah. Hendra, Rena dan gw yang sudah punya. Sekarang lo yang terakhir memiliki kalung itu. Tolong di jaga baik-baik ya.”
“Iya Fer…kamu jaga baik-baik ya, kalung itu menyimbolkan kita saling terkait satu dengan yang lainnya, saling menyayangi dan saling memperhatikan satu dengan lainnya.”
“Pasti Hen…aku akan menyimpannya dengan baik.”
Hari sudah beranjak menuju sore, jam tangan gw menunjukkan pukul 14.55. Berarti sekarang sudah pukul 15.55. Gw lihat Ferdi sedang membayar seluruh tagihan makanan yang kita pesan. Aaahhh…betapa borosnya dia. Ada sekitar 14 lembar pecahan 50 dollar sing yang dia berikan kepada seorang waiter.
~Pov Hendra Hargiana~
Kami pun kemudian beranjak dari KuDeTa Restaurant ini. Kulihat raut wajah Andri terpancar aura kebahagiaan. Aku sangat bahagia melihat sahabat dekatku sekarang sudah mempunyai seorang kekasih. Dulu aku berjanji untuk menunda pernikahan terlebih dahulu sebelum Andri mendapatkan seorang pendamping. Ternyata lebih cepat dua tahun dari perkiraanku menemukan seseorang untuk Andri.
“Fer kita mau kemana lagi sekarang ?”
“Masih ada waktu 3 jam lagi untuk jalan-jalan di Mall seberang.”
“Aa mau beli oleh-oleh ngga ?”
“Mau beli buat siapa Hen….Gw cuma liat-liat aja ya…”
“Siapa tau Aa mau beliin oleh-oleh buat aku.”
“Gw beliin coklat aja ya Hen, tapi pinjem dulu uangnya, kan gw cuma bawa rupiah.”
“Iteuh si Aa….itu mah sama aja dengan bo’ong. Ntar aku aja yang beliin coklat buat Aa ya…”
“Ngga usah Hen…gw udah ngga ada selera untuk makan coklat.”
“Eehhh…Maaf ya A….Aku lupa.”
“Ngga apa-apa Hen….”
“Dri…..kamu mau aku beliin jam tangan ngga, tuh ada yang bagus ?”
“Fer…kalau yang sekarang gw pake marah loh.”
“Iiy…iiyaa….aku ngga jadi beliin deh. Kamu mau apa kalau gitu ?”
“Tadi gw kan udah bilang, cuma mau liat-liat aja. Ngga ada yang mau dibeli.”
“Iya Andri ku sayang, jangan cemberut ya….Aku ngga akan beli apa-apa kalau gitu.”
“Fer….aku mau jam tangan Patek Philippe ya…Beliin aku dong..”
“HENDRA !!!!”
“Ehh..iii..iya A….aku kan cuma bercanda aja sama Ferdi. Lagian itu harga jam tangannya diatas 100jt.”
“Tapi aku mau beliin kok kalau buat Hendra Dri…Aku kan sayang juga sama dia.”
“Lo mau mutusin gw sekarang atau nanti pas udah sampai di Indonesia !!!!!”
“Ehhh….iiy…ng…ngga jadi Dri….”
“Hen….ngga boleh beliin jam tangan sama Aa kamu tuh…”
“Iya…serem kalau si Aa udah molotot gitu. Mending jalan-jalan aja yuk.”
“Oh iya Dri…kamu suka makan es krim ngga ? Ini dijamin ngga pake galak es krimnya.”
“Suka Fer, tapi gw ngga mau makan kalau harganya kayak di restaurant tadi.”
“Aku…aku…aku mau es krim.”
“Iya Hendra….makan es krimnya ngga disini, tapi di seberang sana.” Ucap Ferdi sambil menunjuk gedung yang mirip Nanas.
“Terus kesananya kita nyeberang pake sampan ya Fer ?”
“Pake taksi aja Hen…”
“Fer….janji ya, es krim nya ngga pake galak. Awas aja kalau sampe…”Ancam Andri.
“Dijamin….rasanya juga enak banget.”
“Ya udah, yuk kita kesana.”
Perlu kesabaran extra untuk mendapatkan taksi di Singapore, karena antrian orang yang ingin menggunakan jasa taksi sangat banyak. Hanya perlu waktu 5 menit kami telah tiba di gedung yang berbentuk nanas. Setelah kubaca, ternyata nama gedung ini adalah Esplanade Theatres. Tempat untuk pentas seni.
“Dri….. ini yang jual es krim nya, rasanya macem-macem. Itu ada daftar rasanya.”
“Ehh iya…ini kayak es potong kalau di Indonesia. Berapaan harganya Fer ?”
“Cuma 1 dollar kok, bisa pake roti atau pake waffle.”
“Berarti cuma 7000 rupiah aja ya Fer…”
“Aa…aku mau yang rasa durian. Aa mau yang rasa apa ?”
“Gw pengen yang rasa jagung manis. Lo mau yang mana Fer ?”
“Aku mau yang rasa coklat aja Dri…”
Kami pun langsung menyantap es potong yang berada di trotoar jalan. Rasanya ternyata sangat nikmat sekali. Kami bertiga sampai nambah 3 potong es untuk mencoba rasa yang lainnya.
“Aa….ini mah es krimnya enak pisan siah..”
“Iya Hen, Gw juga suka banget, lagian harganya juga murah banget. Dikira di Singapore ngga ada yang jualan di pinggir jalan.”
“Dri….sebenarnya kalau ada waktu kita bisa makan di china town.”
“Haaa…tapi kan kalau masakan china pake pork dan lard(lemak babi).”
“Ada yang vegetarian. Tapi bentuk masakannya kayak daging-daging gitu. Enak banget loh.”
“Lagian masakannya juga ngga pake galak. Dijamin deh…”
“Iya, masakannya ngga pake galak Fer….tapi kesininya kan mahal.” Protes Andri
“Iya ya A…tapi aku pengen nginep disini A…Aa ikut ya…”
“Iya Hen…tapi gw ngumpulin duit dulu ya.”
“Asikkkk….mau liburan lagi kesini.”
“Dri…kamu kabarin ya kalau ada waktu libur. Aku mau ngajak kamu wisata kuliner di sini, sekalian aku kenalin sama orang tua ku.”
“Haa….emang orang tua lo dimana Fer ?”
“Di sini juga, tapi tinggalnya di deket Jurong, lumayan agak jauh dari sini.”
“Gw malu kalau ketemu sama ortu lo, Fer…”
“Tapi kan mereka harus kenal sama kamu Dri….”
“Ntar kalau mereka tau aku pacar kamu gimana ?”
“Kan mereka sudah tau aku banget, jadi kadang mereka suka tanya, siapa pacar aku.”
“Haaa….Mereka udah tau ? Tapi pasti mereka ngga mau terima aku Fer. Beneran kalau ini, aku minder banget.”
“Ngga lah Dri, mereka sama kayak aku kok. Mau terima apa adanya.”
“Iya apa adanya, tapi ntar mereka tanya apa adanya, gw bingung jawabnya ?”
“Nah loh maksudnya ?”
“Gw kan ngga punya apa-apa Fer”
“Maksud apa adanya itu, ya seadanya kamu Oktaviandri….., bukan adanya rumah mewah, adanya mobil mewah, adanya tabungan dan deposito atau lain-lain.”
“Iya ihh si Aa mah….mindernya teh meni dibawa-bawa terus.”
“Kan kenyataan kalau itu Hendra….”
“Si Aa kan ada aku, jadi tenang aja atuh A….Lagian si Mamah sama si Papah juga udah nganggap Aa teh anaknya sendiri. Cuma mereka aja yang pada sibuk, jadi aja kurang perhatian sama si Aa….”
“Iya Hen….Makasih ya….”
“Ya udah kita ke bandara yuk. Udah keburu sore.”
“Pake apa Fer kebandaranya dari sini ?”
“Nyobain MRT aja yuk, supaya kamu dan Andri tau disini ada kereta bawah tanah.”
“Beli tiketnya gimana Fer, naik dulum terus kita bayar di dalem gitu ?”
“Bukan Dri…Kita beli kartu dulu, harga 1 kartunya 12 dolar sing, didalamnya udah ada 7 dolar yang bisa kita gunakan untuk naik MRT.”
“Terus yang 5 dolarnya kemana ?”
“Yang 5 dolar nya harga kartunya.”
“Mahal ya Fer kartunya.”
“Tapi kan bisa di isi ulang, kartu nya juga ngga ada jangka waktunya. Jadi bisa dipake lagi kalau kita kesini.”
“Aa….disini mah canggih ya.
“Iya ya Hen….gw ngga nyangka ada Negara yang secanggih ini. Gw pikir Jakarta itu udah canggih banget.”
Kemudian kami bergegas ke station MRT yang ada dibawah gedung ini. Setelah sampai di Bandara Changi, kami melakukan proses check in dan kembali mengantri di Imigrasi. Ruang tunggu di Bandara Changi sangat nyaman sekali. Terdapat beberapa restaurant dan toko-toko bermerk terkenal. Kami bertiga hanya berjalan-jalan saja diseputaran ruang tunggu Bandara. Terdengar pengumuman kepada seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 837 tujuan Jakarta akan segera diberangkatkan. Kami pun bergegas menuju pesawat. Tepat pukul 20.20 waktu setempat, pesawat yang kami tumpangi lepas landas meninggalkan Negara Singapore.
~End Flash Back~
Maaf ya kalau di part 47 agak sedikit membosankan dan terlalu panjang.
Tunggu part selanjutnya ya
~Pov Oktaviandri~
Untuk pertama kalinya gw naik pesawat, dan juga untuk pertama kalinya gw pergi keluar negeri. Dalam hidup gw, belum pernah terbayang sedikitpun untuk menginjakkan kaki di negeri orang lain. Untuk kesekian kalinya gw bersyukur terhadap Sang Penguasa Alam ini. Tanpa terasa kami sudah tiba di Singapore. Gw sama sekali tidak mengetahui nama bandara ini. Namun sangat megah sekali, banyak terdapat toko-toko yang menjajakan barang-barang yang super mewah menurut gw.
Setelah mengurus imigrasi, kami pun keluar dari Bandara ini. Kulihat jam yang melingkar ditanganku pemberian Mamahnya Hendra, waktu menunjukkan pukul 10.30. Namun menurut pramugari yang memberikan pengumuman sebelum pesawat mendarat, ada perbedaan waktu 1 jam lebih cepat dibanding waktu di Jakarta. Berarti sekarang sudah pukul 11.30 waktu setempat.
“Fer…kesananya pakai apa ?” Tanya Hendra
“Pake taksi aja ya, supaya cepat.”
“Siap Catar !!!”
Selama perjalanan dari Bandara Changi yang baru gw ketahui namanya setelah melihat tulisan yang terpampang di dinding kaca pintu keluar, tidak ada sepatah katapun yang keluar dari mulut gw, karena gw terlalu sibuk mengagumi Negara ini yang begitu bersih dan Indah. Dari kejauhan gw melihat ada 3 buah gedung pencakar langit saling berjejer, dan diatas gedung tersebut ada sebuah bangunan mirip sebuah kapal laut. Gedung yang sangat indah sekali. Namun sepertinya taksi ini menuju kearah gedung tersebut. Gw sangat penasaran ingin melihat gedung itu dari dekat.
Ternyat taksi yang kutumpangi berhenti persis didepan gedung tersebut. Gw lihat sebuah lobby hotel yang begitu megah. Andaikata gw punya uang banyak, gw ingin sekali untuk menginap semalam saja disini. “Oktaviandri….Ingat !!!! lo tuh bukan babu. Menghayalnya jangan terlalu tinggi.” Seperti ada yang berbisik didalam bathin gw.
“Aa…turun yuk…Kita udah sampe loh…”
“Haaa….kita berhenti disini.”Ucap gw terkaget-kaget.
“Yuk Dri…kita masuk kedalam gedung ini.”
“Fer….lo ngga akan ngajak makan siang disini kan ?” tanya gw untuk memastikan bahwa dia tidak akan mengajak makan siang di tempat super mewah ini.
“Ngga disini kok Dri….Dijamin 100%”
“Ooo ya sudah…gw lega dengarnya.”
“Aa….hotelnya bagus pisan ya….”
“Iya ya Hen…gw juga kagum banget liat bangunan ini.”
Kami bertiga pun masuk menuju lobby hotel. Gw lihat disebelah kanan gw terdapat antrian orang yang akan melakukan check in di hotel ini. Kemudian lebih dalam lagi gw lihat ada kafe yang berada ditengah-tengah ruangan ini, namun posisinya lebih tinggi dibanding lantai yang gw pijak.
Kulihat Ferdi sedang berada disalah satu loket, untuk membayar sesuatu. Sepertinya dia membeli tiket. Gw sama sekali tidak mengetahui tiket apa yang dia beli. Kemudian Ferdi mengajak kami untuk masuk kedalam sebuah lift. Ternyata gw baru tahu jika ingin menaiki lift ini, kita harus membayar 20 dolar sing per orang.
Ada seorang petugas yang berjaga didalam lift ini. Gw hanya melihat dua tombol lantai di lift ini. Kami bisa melihat keluar lift, karena dindingnya terbuat dari kaca transparant.
“Aaaahhhhh…”Jerit gw. Gw sama sekali tidak berani memandang kearah luar. Dan gw tutup mata gw dengan kedua tangan gw, karena lift ini bergerak sangat cepat, dan sangat tinggi sekali.
“Iteuh si Aa….matanya buka aja atuh A…” ucap Hendra sambil memelukku dari belakang.
“Ngga mau Hen, beneran gw takut banget.”
“ Ini udah nyampe da A….”
Perlahan gw buka mata, pintu lift ternyata sudah terbuka, gw langsung bergegas keluar dari lift ini. Gw harus menyesuaikan keseimbangan badan gw terlebih dahulu, karena sekarang posisi gw berada di atas gedung yang sangat tinggi.
“Fer….kita lagi dimana sekarang ?” Tanya gw penasaran
“Ini namanya Hotel Marina Bay Sands. Yang tadi kelihatan ada kapal di atas tiga gedung, nah sekarang kita berada diatas kapalnya.”
Gw melihat design gedung ini, memang mirip sekali dengan kapal laut. Banyak sekali pengunjung yang nampak bahagia menikmati pemandangan Negara Singapore dari sini. Gw mengikuti Ferdi dari belakang bersama Hendra.
Gw mendengar Ferdi sedang berbicara dengan salah seorang penerima tamu di Restaurant ini. Ada tulisan Ku De Ta Restaurant. Jangan-jangan Ferdi mengajak makan siang disini. Aarrrgghhhh….Jangan sampai dia mengajak makan siang disini.
“Do you have made a reservation ?”
“Yes…Ferdiansyah Putra Perdana please…”
“Ok Wait a moment please…”
“Ok…”Jawab Ferdi singkat.
Penerima tamu tersebut melihat daftar list reservation. Dan kemudian berbicara lagi kepada Ferdi.
“Please follow me…”
Kami pun mengikutinya menuju tempat duduk yang berada diluar gedung restaurant ini. Setelah duduk, gw memandang sejenak hutan-hutan beton yang sangat megah sekali.
“Fer…tadi lo bilang kita ngga akan makan disini.”
“Kamu tadi kan nanya nya waktu kita di lobby hotel. Memang kita tidak akan makan siang di kafe yang berada di bawah.”
“Iya tapi kan ini sama aja Fer….”
“Ya udah kita pesen makanan aja dulu ya Dri…Kamu mau makan apa ?”
“Gw cuma nemenin aja ya Fer….Please…please….”
“Mending kamu dikasih dua pilihan atau makan siang disini ?”
“Fer…gw berani sumpah, ampun kalau sama 2 pilihan lo. Makan disini aja deh Fer…tp lo aja yang pilihin buat gw ya.”
“Siiippp kalau gitu…”
“Hen….kamu mau makan apa ?”
“Fer…aku pengen aburai salmon shasimi sama honey-miso glazed roast australian lamb sirloin”
“Aku yang pilihin buat si Aa aja ya Fer…”
“Iya Hen…kamu aja yang pilihin, aku mau pesen crispy-sticky baby squid dan scottish salmon roasted over charcoal”
“Aa suka bebek kan ?”
“Apa aja gw suka kok Hen…”
“Fer…buat si Aa ini aja, soya braised margret duck breast”
“Dessert nya bounty cake dan selection of fresh cut fruit, kue yang lainnya ada alkoholnya”
“Dri, minumnya mineral water dan Tea ya ?”
“Iya Fer…”
“Hen….kamu minumnya mineral water sama kopi apa ?”
“Coffee latte aja Fer….kamu memang mau minum apa Fer ?”
“Aku mineral water sama tea juga kayak Andri.”
Gw sama sekali tidak mengetahui jenis makanan apa saja yang mereka pesan. Setelah makanan dan minuman tersaji Ferdi dan Hendra pun langsung menyantapnya. Gw masih canggung untuk menyantap makanan ini, karena gw tidak terbiasa makan menggunakan pisau dan garpu. Selain itu juga, arsitektur penyajian makanan begitu indah, sayang jika harus di hancurkan.
“Hen….itu daging mentahnya kok langsung dimakan sih ?”
“Ini namanya aburai salmon shasimi A….Aa cobain deh…enak pisan siah A…” Kata Hendra sambil menyodorkan daging mentah ke mulut gw.
“Aarggghhhh……”Jerit gw, karena terasa ada yang menyengat hidung gw sehingga membuat air mata jatuh dari sudut mata gw.
“Hehehehhe….nyereng ya A…”
“Iya Hen…tapi enak ya. Kok dagingnya bisa nyereng gitu ?”
“Tadi aku kasih wasabi A…yang ijo-ijo ini. Aa mau lagi ngga ?”
“Mau Hen…tapi yang ijo-ijo nya jangan terlalu banyak.”
“Dri…cobain ini deh…Aku suapin ya ?” Ucap Ferdi sambil menyodorkan makanan ke arah mulut gw.
“Enak banget Fer…ini makanan apa…..kenyal-kenyal gitu tapi renyah banget.”
“Ini namanya crispy-sticky baby squid.”
“Haaa…bayi gurita, rasanya hampir mirip dengan cumi-cumi ya Fer….”
“Aa…mau nambah lagi ngga ?”
“Nnng…nggga…Hen, udah cukup. Hen….lain kali makannya jangan disini ya ?”
“Kenapa emangnya Dri ? kamu ngga suka ya ?” Tanya Ferdi
“Gw bukannya ngga suka Fer….makanan disini enak banget, tapi gw lebih suka makan kayak tadi pagi. Ini terlalu mewah buat gw Fer…”
“Iya Oktaviandri…..lain kali aku ngajaknya ketempat lain aja ya…”
Kami pun larut dalam canda dan tawa di tengah suasana Singapore yang begitu mempesona.
“Dri….aku mau ngomong serius sama kamu.”
“Haaa…..mampus gw. Jangan bilang gw harus bayar semua ini ya Fer.” Ucap gw.
“Hen…bantuin gw dong.”
“Iteuh si Aa…mukanya meni langsung pucat gitu.”
“Iya Dri….kamu tuh kayak baru ngeliat hantu aja, aku cuma mau jawab pertanyaan kamu tentang benda yang kamu minta.”
“Haaa….kamu masih inget ? Itu kan udah lama banget Fer.”
“Atuh A…jangan tegang gitu.”
“Lo emang kasih tau ke Ferdi ya Hen ?”
“Iya A….tapi ngga gratis loh…”
“Ngga gratis gimana ?”Tanya gw penasaran.
“Gini Dri ceritanya….”
Ferdi pun menceritakan kejadiannya dari awal. Gw mendengarkan dengan seksama.
==Double Flash Back==
Mulai hari ini aku harus mencari 3 jawaban yang diminta Hendra. Aku sudah membeli ke tiga buku Harry Potter sebelum aku sampai di rumah. Oh Tuhan…..Berapa lama aku harus membaca buku-buku setebal ini. Lebih baik aku meminta sedikit bantuan kepada Hendra
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Hen…aku boleh minta bantuan ngga ?
20.36
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Asal jangan suruh baca Harry Potter loh!!!!
20.37
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Bukan itu, aku minta disemangatin dong
20.38
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Asikkkk…kamu mau di ncus…ncus sama aku ya ?
20.39
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
HENDRA HARGIANA !!!!!! BUKAN ITU. AKU MINTA DIKIRIM FOTO NYA ANDRI
20.40
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR !!!! Dikirim lewat mms
20.41
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
AKU TUNGGU 1 MENIT LAGI
20.42
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
SIAP CATAR !!!! SUDAH DIKIRIM
20.43
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Terimakasih Hendra Ganteng….
20.44
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
TIDAAKKKK…HIDUNGKU HILANG. TANGGUNG JAWAB SIAH FER !!!!
20.45
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Iya aku tanggung jawab. Cepet nungging
20.46
Hendra Hargiana
+6181828XXXX
Atuh Fer….masa aku disuruh nungging ? Duh sayang ya aku bukan Gay. Kalau iya mah, sekarang juga udah ngangkang didepan kamu.
20.47
Ferdi Love Indonesia
+6281811XXXX
Dasar ngaco….Udah ya. Makasih ya Hen
20.48
Hendra Hargiana
+6281828XXXX
Selamat berjuang CATAR !!!!
20.49
Dasar sinting yang namanya Hendra Hargiana. Aku mulai membuka buku pertama Harry Potter karangan J.K Rowling. Oh ternyata buku ini mengisahkan seorang anak lelaki yang hidup di dunia normal bersama pamannya. Namun dia sebenarnya mempunyai kekuatan sihir yang diwarisi dari kedua orang tuanya.
Buku Pertama ini berjudul “Harry Potter and the Sorcerer's Stone” . Seorang anak yatim piatu bernama Harry potter yang dirawat perawatan bibi dan paman Muggle (bukan penyihir) –nya, Vernon dan Petunia Dursley.
Selama sepuluh tahun, mereka dan anak laki-laki mereka Dudley memperlakukan Harry dengan keras. Sederhananya sebelum ulang tahun kesebelas Harry, sebuah surat tiba, dialamatkan kepada Harry tetapi dihancurkan oleh pamannya sebelum Harry bisa membacanya. Akibatnya, setumpukan surat menghujan kedalam rumah pada celah yang terbuka, meskipun kecil, dan untuk melarikan diri, Vernon Dursleya membawa keluarganya ke pulau terpencil. Saat mereka sedang tenang, Hagrid menghancurkan pintu untuk menceritakan kepada Harry apa yang telah disembunyikan keluarga Dursley darinya: Harry adalah seorang penyihir dan telah diterima di Sekolah Hogwarts untuk tahun mendatang.
Akhirnya tamat juga buku pertama ini. Kulihat jam yang melingkar di tanganku, Astaga…sekarang sudah pukul 4.30, sudah saatnya Shalat Subuh. Tapi hari ini aku kan harus kuliah. Mana ada waktu untuk beristirahat.
Setelah pulang kuliah, aku merasakan badanku hancur lebur. Aku mencoba untuk beristirahat terlebih dahulu. Kurebahkan badanku diatas kasur. Tanpa terasa mataku langsung terpejam.
Kubuka perlahan-lahan mataku, kulirik jam yang tergantung didinding kamarku. Rupanya waktu menunjukkan pukul 12.00 malam. Semenjak aku pulang kuliah pukul 16.00, aku sudah tertidur selama 8jam. Saatnya untuk membaca buku kedua. Yang ber judul “Harry Potter and the Chamber of Secrets”.
Ternyata menarik juga cerita Harry Potter ini. Tidak heran jika banyak sekali orang yang mengaggumi cerita ini. Aku pun ikut mengagguminya. Tanpa terasa, satu bulan aku telah membaca ke tujuh buku Harry Potter. Jika aku bercermin, ada lingkaran hitam diseputar mataku.
Setiap hari aku memandang sebuah foto bergambar Oktaviandri. Aahhhhh….perjuanganku masih belum berhasil, karena aku baru menemukan 1 buah jawaban, yaitu sebuah kalung berliontin. Bentuk dan asal kalung ini aku belum mencarinya.
Pulang kuliah aku harus segera menuju ke perpustakaan Nasional yang berada di Jalan Salemba. Tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahku.
Setelah aku sampai di perpustakaan Nasional, aku segera mencari buku sejarah tentang kota Bandung. Semoga tugu golang gilig itu berasal dari kota Bandung.
Asal muasal nama kota Bandung berasal dari kata bendung atau bendungan. Karena daerah tersebut asalnya tergenang air dari aliran sungai Citarum oleh lava Gunung Tangkuban Perahu, sehingga membentuk telaga. Tapi menurut legenda orang tua di Bandung, mengatakan bahwa “Bandung” diambil dari sebuah kendaraan air yang terdiri dari dua perahu yang diikat berdampingan yang disebut perahu bandung. Perahu ini digunakan oleh Bupati Bandng, R.A. Wiranatakusumah II, untuk melayari sungai Citarum dalam mencari tempat kedudukan kabupaten yang baru untuk menggantikan ibu kota yang lama yaitu Dayeuhkolot.
Aku baru tahu kalau Bandung itu dahulunya merupakan danau. Disini ada keterangan bahwa daerah terakhir sisa-sisa danau Bandung yang menjadi kering adalah Situ Aksan, yang pada tahun 1970-an masih merupakan danau tempat berpariwisata, tetapi saat ini sudah menjadi daerah perumahan untuk pemukiman.
Aku coba cari ada berapa tugu atau monumen yang berdiri di Kota Bandung. Aku membaca kembali buku sejarah ini.
Monumen Bandung Lautan Api, merupakan monumen tertinggi di Bandung yang dibangun untuk mengenang pertempuran antara pasukan Belanda dengan Indonesia pada tanggal 25 Maret 1946. Monumen ini terletak di daerah Tegalega Bandung. Haaa….berarti monumen ini dekat dengan rumah calon kekasihku ?
Monumen KM 0, ini kan yang waktu malam-malam kita makan bubur sedikit. Monumen mesin giling antik ini merupakan symbol peringatan peristiwa yang terjadi pada tahun 1810, dimana H.W. Daendels, Gubernur Jendral Hindia Belanda saat itu menancapkan sebuah batang kayu ke tanah, tepat dimana mesin giling ini sekarang berdiri, setelah menyelesaikan sebagian dari proyek besar “Groote Postweg”. Kemudian ia juga berkata “Pastikan ketika saya kembali, saya akan melihat sebuah kota baru dibangun tepat disini.”
Monumen Mitra Kota, ini menyatakan hubungan kerjasama antara Bandung dan Suwon (Korea Selatan) yang sering juga disebut sebagai sister city. Monumen ini dibangun pada tahun 1997 di Jalan Merdeka Bandung.
Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat, dibangun pada tahun 1995. Tingginya 14 meter. Monumen ini didirikan untuk memperingati pertempuran perang Bojong Kokosan, di Jawa Barat yang terjadi di awal kemerdekaan Indonesia.
Nah ini dia daftar nama-nama tugu. Aku mulai membaca satu per satu.
Tugu Sapi Perah yang berada di Lembang. Tugu ini didirikan hanya untuk memperkuat citra Lembang sebagai kota penghasil susu segar.
Tugu Pemain Sepak Bola yang berada di jalan Lembong ini mempunyai tinggi 2.5 M, menggambarkan seorang pemain sepak bola dari kesebelasan Bandung, yaitu Persib. Dibuat oleh seorang seniman pahat Bandung bernama Nuarta pada tahun 1990 dengan menggunakan bahan campuran tembaga dan kuningan.
Tugu Pastor Verbraak adalah sebuah tugu untuk memperingati Pastor Verbraak yang merupakan seorang pendeta militer Belanda pada tahun 1990. Tugu ini berada di taman Maluku, jalan Ternate.
Tugu Tentara, tugu ini didirikan di jalan kebon jukut dekat viaduct, bertujuan untuk menghargai pelajar Indonesia yang juga turut berjuang melawan penjajahan Belanda bersama-sama dengan tentara Indonesia.
“Mas….maaf sekarang sudah jam 18.00, kami sudah tutup. Besok silahkan datang kembali.”
“Oh iya Bu…Maaf ya, saya keasikan membaca, besok saya akan datang lagi kesini.”
Aku sedikit kecewa karena aku hanya mempunyai waktu beberapa jam saja untuk membaca buku di perpustakaan Nasional ini. Besok rencananya aku akan kembali lagi kesini.
Keesokan harinya aku kembali lagi menuju perpustakaan nasional ini. Sejenak aku berfikir, Sejarah kota mana yang akan aku baca. Aku coba mencari sejarah Bogor. Semoga ada salah satu tugu yang bernama Golang gilig.
Kota Bogor terletak 54 km sebelah selatan Jakarta, luasnya kurang lebih 21.56 km persegi. Kota ini mempunyai julukan Kota Hujan, karena memiliki curah hujan yang sangat tinggi. Pada masa kolonial Belanda Bogor dikenal dengan nama Buitenzorg atau dalam bahasa Indonesia nya “tanpa Kecemasan“ atau “aman tentram”. Hari jadi kota Bogor diperingati setiap tanggal 3 Juni, karena tanggal 3 Juni 1482 merupakan hari penobatan Prabu Siliwangi sebagai Raja dari kerajaan Pajajaran.
Bogor mempunyai tugu yang bernama tugu Kujang yang terletak di depan Botanical Square yang bersebelahan dengan kampus IPB. Tinggi tugu ini kira-kira 25 meter dibangun pada tanggal 1982. Nama Kujang diambil dari nama sebuah senjata pusaka tradisional etnis Sunda yang diyakini memiliki kekuatan gaib.
Duh kok tidak ada yang menyebutkan tugu Golang Gilig. Setiap hari aku menbaca buku sejarah setiap kota-kota dan kabupaten yang ada di Jawa Barat, tetapi sedikitpun tidak aku temukan.
Sudah dua minggu aku rajin mendatangi perpustakaan nasional ini. Namun masih belum kutemukan juga. Apa mungkin kalung itu berasal dari Jakarta? Aku coba buka buku sejarah Jakarta.
Seminggu lebih aku membaca buku sejarah Jakarta, ternyata mengasikkan juga. Nama-nama daerah dijakarta sebelumnya mempunyai sejarah, seperti jalan Kwitang, dahulunya daerah itu dimiliki oleh seorang tuan tanah bernama Kwik Tang Kiam, kemudian sedikit demi sedikit dijual kepada pedangan asal Arab sampai tak tersisa. Oleh sebab itu daerah Kwitang banyak dihuni orang Arab.
Dan masih banyak lagi daerah yang aku baru ketahui semenjak baca buku sejarag Jakarta. Hari ini aku mencoba membuka sejarah kota Jogjakarta, siapa tau ada artikel yang membahas tugu golang gilig.
“Ehh….Ferdi goblok…..” umpatku kepada diriku sendiri. Tugu golang gilig itu kan tugu yang terkenal se Indonesia raya. Kenapa ngga terfikirkan dari dulu kalau tugu ini adalah tugu Jogja.
Setelah mandi dan mengenakan baju kasual, aku segera memacu mobilku ke bandara Soekarno Hatta. Aku tanya ke loket pembelian tiket, ternyata ada pesawat jam 06.10 menuju Jogjakarta.
Setelah proses check in, aku menunggu di ruang tunggu keberangkatan. Selang 10 menit, terdengar pengumuman bahwa seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 202 tujuan Jogjakarta dipersilahkan untuk menaiki pesawat. Aku pun bersama penumpang lainnya beranjak dari ruang tunggu untuk masuk kedalam pesawat. Perjalanan ini hanya membutuhkan waktu 50 menit untuk tiba di bandara Adisucipto Jogjakarta.
Aku hanya membawa dompet dan sebuah ponsel, sehingga aku bisa langsung keluar bandara tanpa menunggu bagasi. Di pintu kedatangan telah banyak orang yang menawarkan jasa taksi untuk mengantar penumpang yang baru tiba di kota ini. Namun aku sudah beberapa kali mendarat di Bandara ini, aku hanya perlu berjalan beberapa langkah saja ke depan bandara untuk mencari taksi. Selain lebih murah, aku bisa berolahraga sedikit untuk menghilangkan rasa pegal-pegal.
Aku mendapatkan taksi berwarna putih, aku meminta supir taksi ini melaju menuju Tugu Jogjakarta. Setelah melewati Ambarekmo Plaza dan rumah sakit Bethesda, sampai juga taksi ini di depan tugu Jogjakarta.
Aku pun mengambil gambar di depan tugu jogja dengan kamera ponsel ku. Agak sedikit malu sebenarnya, karena dipagi hari tidak ada seorang pun yang mengambil gambar didepan tugu ini. Biasanya akan ramai orang jika menjelang malam hari, terutama malam minggu.
Saat ini waktu masih menunjukkan pukul 08.20. Aku ingin sarapan soto. Di Jogja soto yang terkenal adalah soto kadipiro yang berada di jalan wates. Namun aku ingin makan soto yang berada di samping terminal angkutan kota Klaten. Sebenarnya sih agak unik namanya “Soto Daging Asli”. Berarti di Klaten ada juga yang menjual soto daging palsu kalau begitu.
Aku segera mencari taksi yang akan mengantarkan aku ke kota Klaten, jarak dari Jogjakarta sekitar 30 km. Hanya membutuhkan waktu 25 menit aku sudah tiba di Klaten. Aku suruh tunggu supir taksi ini, karena dari klaten aku sama sekali tidak mengetahui cara untuk kembali ke Jogjakarta.
Tempatnya sangat sederhana sekali, aku memesan 1 mangkuk soto daging asli. Yang paling aku suka adalah tempe gorengnya, walaupun sudah kumasukkan kedalam kuah soto, masih terasa sangat renyah pada saat aku mengunyahnya.
Setelah menyantap soto daging asli yang berada di pinggir terminal, aku menyuruh supir taksi untuk kembali ke Jogjakarta. Aku melihat disebelah kananku ada Plasa Klaten, orang sini menyebutnya Matahari, dan disampingnya ada Mesjid Agung Klaten. Kemudian maju sedikit ada Toko Laris yang baru saja buka. Sebenarnya toko Laris mempunyai beberapa cabang yang tersebar di kota-kota kecil di Jawa Tengah. Namun pusatnya berada di Klaten, karena pemiliknya tinggal di daerah sini.
Tadinya aku akan berhenti sejenak di jalan Pemuda Klaten untuk membeli Bakmi yu Pesek. Sebenarnya sih ngga ada namanya, aku sendiri yang menamai bakmi tersebut, karena yang jualnya seorang ibu-ibu dengan hidung mancung kedalam. Warungnya sangat kecil sekali, dan tidak ada tempat duduk untuk makan ditempat. Namun harganya yang membuat aku takjub. 1 bungkus bakmi goreng dibandrol dengan harga 50 ribu. Tetapi memang wajar sih, karena ayam yang dicampurkan kedalam bakmi goreng tersebut 1 ekor per bungkusnya. Untuk rasanya, heemmmmm….jangan tanya deh, sangat lezat.
Aku menyuruh supir taksi ini mampir di Jalan Glagah sari daerah Umbulharjo untuk membeli Bakpia Kurniasari. Selain rasanya lebih renyah, bakpianya pun tahan lebih lama. Aku membeli bakpia rasa keju dan kacang hijau untuk teman-temanku di Jakarta.
Setelah membeli beberapa cemilan lainnya, aku menyuruh supir taksi menuju Bandara Adisucipto, tidak terlalu jauh jaraknya dari Jalan Glagah Sari. Aku melihat ada gedung besar disebelah kananku dengan tulisan Jogja Expo Center, gedung serba guna ini biasanya digunakan untuk pameran komputer atau untuk acara pernikahan. Kemudian taksi ini berjalan melalui Blok O, setelah itu sampai juga di Bandara Adisucipto.
Kulirik jam yang melingkar ditanganku, saat ini pukul 11.25. Sebenarnya ada pesawat ke Jakarta pukul 11.35. Tetapi sudah tidak keburu karena gate sudah closed, akhirnya aku menggunakan pesawat pukul 12.30. Selain lebih santai, aku pun masih bisa melakukan Shalat Dzuhur sebelum meninggalkan kota Jogjakarta.
Aku pun masuk kedalam bandara untuk melakukan proses Check in. Kemudian aku menuju ke executive lounge yang berada di sudut ruang tunggu bandara ini. Setelah aku menunaikan Shalat Dzuhur, terdengar pengumuman kepada seluruh penumpang pesawat Garuda dengan nomor penerbangan GA 210 tujuan Jakarta dipersilahkan untuk menaiki pesawat. Akupun langsung bergegas menuju pesawat.
==End Double Flash Back==
“Jadi selama ini lo itu menghilang karena sedang berjuang mencari jawaban. Gw pikir lo ngga serius waktu itu Fer…”
“Aku serius Dri….Hen, mana benda itu, dibawa kan ?”
“Dibawa dong Fer…..Nih ada di dalam kotak.” Ucap Hendra sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kepada Ferdi.
“Nah Dri….aku bukan type cowok romantis yang pintar merangkai kata-kata. Aku hanya ingin bertanya kamu mau ngga jadi pacar aku ?” tanya Ferdi. Sambil membuka kotak yang berisi kalung dengan liontin puzzle.
“Haa……gw bingung jawabnya Fer.”
“Kenapa bingung Dri ?”
“Hen…gw ngga bisa jelasinnya ?”
“Aa teh suka ngga sama Ferdi ?”
“Emmmm…suka Hen, tapi kan gw masih terikat sama lo.”
“Si Aa mah yah…Aku kan yang nyariin pacar buat si Aa. Masa Aa mau ngejomblo terus.”
“Hen…lo aja deh yang jawab pertanyaan Ferdi. Apapun yang lo putuskan, gw setuju.”
“Iteuh si Aa mah…Ya Aa yang harusnya jawab.”
“Emmmm….gini Fer, rasa sayang gw terhadap Hendra sudah melebihi dari rasa sayang terhadap pacar, dari dulu, sekarang dan sampai kapan pun gw masih tetep akan seperti itu. Yang gw takutkan kalau gw jadi pacar lo, ada rasa cemburu di hati lo kepada Hendra.”
“Aku ngga masalah kok Dri…selama ini juga aku memang sayang terhadap Hendra.”
“Hen…Gimana menurut lo ?”
“Aa…kalau aku, yang penting Aa bahagia, aku juga bahagia A….Tapi aku masih tetep nomor satu kan A….”
“Iya Hendra….lo selalu ada di hati gw.”
“Jadi kamu mau menerima aku jadi pacar kamu kan ?”
“Iya Fer…gw mau jadi pacar lo…”
“Assiiikkk…” Ucap Ferdi girang sambil beranjang dari kursinya untuk memeluk badan gw.
“Fer….kalungnya disimpan ya….Sebenarnya kalung itu ada 4 buah. Hendra, Rena dan gw yang sudah punya. Sekarang lo yang terakhir memiliki kalung itu. Tolong di jaga baik-baik ya.”
“Iya Fer…kamu jaga baik-baik ya, kalung itu menyimbolkan kita saling terkait satu dengan yang lainnya, saling menyayangi dan saling memperhatikan satu dengan lainnya.”
“Pasti Hen…aku akan menyimpannya dengan baik.”
Hari sudah beranjak menuju sore, jam tangan gw menunjukkan pukul 14.55. Berarti sekarang sudah pukul 15.55. Gw lihat Ferdi sedang membayar seluruh tagihan makanan yang kita pesan. Aaahhh…betapa borosnya dia. Ada sekitar 14 lembar pecahan 50 dollar sing yang dia berikan kepada seorang waiter.
~Pov Hendra Hargiana~
Kami pun kemudian beranjak dari KuDeTa Restaurant ini. Kulihat raut wajah Andri terpancar aura kebahagiaan. Aku sangat bahagia melihat sahabat dekatku sekarang sudah mempunyai seorang kekasih. Dulu aku berjanji untuk menunda pernikahan terlebih dahulu sebelum Andri mendapatkan seorang pendamping. Ternyata lebih cepat dua tahun dari perkiraanku menemukan seseorang untuk Andri.
“Fer kita mau kemana lagi sekarang ?”
“Masih ada waktu 3 jam lagi untuk jalan-jalan di Mall seberang.”
“Aa mau beli oleh-oleh ngga ?”
“Mau beli buat siapa Hen….Gw cuma liat-liat aja ya…”
“Siapa tau Aa mau beliin oleh-oleh buat aku.”
“Gw beliin coklat aja ya Hen, tapi pinjem dulu uangnya, kan gw cuma bawa rupiah.”
“Iteuh si Aa….itu mah sama aja dengan bo’ong. Ntar aku aja yang beliin coklat buat Aa ya…”
“Ngga usah Hen…gw udah ngga ada selera untuk makan coklat.”
“Eehhh…Maaf ya A….Aku lupa.”
“Ngga apa-apa Hen….”
“Dri…..kamu mau aku beliin jam tangan ngga, tuh ada yang bagus ?”
“Fer…kalau yang sekarang gw pake marah loh.”
“Iiy…iiyaa….aku ngga jadi beliin deh. Kamu mau apa kalau gitu ?”
“Tadi gw kan udah bilang, cuma mau liat-liat aja. Ngga ada yang mau dibeli.”
“Iya Andri ku sayang, jangan cemberut ya….Aku ngga akan beli apa-apa kalau gitu.”
“Fer….aku mau jam tangan Patek Philippe ya…Beliin aku dong..”
“HENDRA !!!!”
“Ehh..iii..iya A….aku kan cuma bercanda aja sama Ferdi. Lagian itu harga jam tangannya diatas 100jt.”
“Tapi aku mau beliin kok kalau buat Hendra Dri…Aku kan sayang juga sama dia.”
“Lo mau mutusin gw sekarang atau nanti pas udah sampai di Indonesia !!!!!”
“Ehhh….iiy…ng…ngga jadi Dri….”
“Hen….ngga boleh beliin jam tangan sama Aa kamu tuh…”
“Iya…serem kalau si Aa udah molotot gitu. Mending jalan-jalan aja yuk.”
“Oh iya Dri…kamu suka makan es krim ngga ? Ini dijamin ngga pake galak es krimnya.”
“Suka Fer, tapi gw ngga mau makan kalau harganya kayak di restaurant tadi.”
“Aku…aku…aku mau es krim.”
“Iya Hendra….makan es krimnya ngga disini, tapi di seberang sana.” Ucap Ferdi sambil menunjuk gedung yang mirip Nanas.
“Terus kesananya kita nyeberang pake sampan ya Fer ?”
“Pake taksi aja Hen…”
“Fer….janji ya, es krim nya ngga pake galak. Awas aja kalau sampe…”Ancam Andri.
“Dijamin….rasanya juga enak banget.”
“Ya udah, yuk kita kesana.”
Perlu kesabaran extra untuk mendapatkan taksi di Singapore, karena antrian orang yang ingin menggunakan jasa taksi sangat banyak. Hanya perlu waktu 5 menit kami telah tiba di gedung yang berbentuk nanas. Setelah kubaca, ternyata nama gedung ini adalah Esplanade Theatres. Tempat untuk pentas seni.
“Dri….. ini yang jual es krim nya, rasanya macem-macem. Itu ada daftar rasanya.”
“Ehh iya…ini kayak es potong kalau di Indonesia. Berapaan harganya Fer ?”
“Cuma 1 dollar kok, bisa pake roti atau pake waffle.”
“Berarti cuma 7000 rupiah aja ya Fer…”
“Aa…aku mau yang rasa durian. Aa mau yang rasa apa ?”
“Gw pengen yang rasa jagung manis. Lo mau yang mana Fer ?”
“Aku mau yang rasa coklat aja Dri…”
Kami pun langsung menyantap es potong yang berada di trotoar jalan. Rasanya ternyata sangat nikmat sekali. Kami bertiga sampai nambah 3 potong es untuk mencoba rasa yang lainnya.
“Aa….ini mah es krimnya enak pisan siah..”
“Iya Hen, Gw juga suka banget, lagian harganya juga murah banget. Dikira di Singapore ngga ada yang jualan di pinggir jalan.”
“Dri….sebenarnya kalau ada waktu kita bisa makan di china town.”
“Haaa…tapi kan kalau masakan china pake pork dan lard(lemak babi).”
“Ada yang vegetarian. Tapi bentuk masakannya kayak daging-daging gitu. Enak banget loh.”
“Lagian masakannya juga ngga pake galak. Dijamin deh…”
“Iya, masakannya ngga pake galak Fer….tapi kesininya kan mahal.” Protes Andri
“Iya ya A…tapi aku pengen nginep disini A…Aa ikut ya…”
“Iya Hen…tapi gw ngumpulin duit dulu ya.”
“Asikkkk….mau liburan lagi kesini.”
“Dri…kamu kabarin ya kalau ada waktu libur. Aku mau ngajak kamu wisata kuliner di sini, sekalian aku kenalin sama orang tua ku.”
“Haa….emang orang tua lo dimana Fer ?”
“Di sini juga, tapi tinggalnya di deket Jurong, lumayan agak jauh dari sini.”
“Gw malu kalau ketemu sama ortu lo, Fer…”
“Tapi kan mereka harus kenal sama kamu Dri….”
“Ntar kalau mereka tau aku pacar kamu gimana ?”
“Kan mereka sudah tau aku banget, jadi kadang mereka suka tanya, siapa pacar aku.”
“Haaa….Mereka udah tau ? Tapi pasti mereka ngga mau terima aku Fer. Beneran kalau ini, aku minder banget.”
“Ngga lah Dri, mereka sama kayak aku kok. Mau terima apa adanya.”
“Iya apa adanya, tapi ntar mereka tanya apa adanya, gw bingung jawabnya ?”
“Nah loh maksudnya ?”
“Gw kan ngga punya apa-apa Fer”
“Maksud apa adanya itu, ya seadanya kamu Oktaviandri….., bukan adanya rumah mewah, adanya mobil mewah, adanya tabungan dan deposito atau lain-lain.”
“Iya ihh si Aa mah….mindernya teh meni dibawa-bawa terus.”
“Kan kenyataan kalau itu Hendra….”
“Si Aa kan ada aku, jadi tenang aja atuh A….Lagian si Mamah sama si Papah juga udah nganggap Aa teh anaknya sendiri. Cuma mereka aja yang pada sibuk, jadi aja kurang perhatian sama si Aa….”
“Iya Hen….Makasih ya….”
“Ya udah kita ke bandara yuk. Udah keburu sore.”
“Pake apa Fer kebandaranya dari sini ?”
“Nyobain MRT aja yuk, supaya kamu dan Andri tau disini ada kereta bawah tanah.”
“Beli tiketnya gimana Fer, naik dulum terus kita bayar di dalem gitu ?”
“Bukan Dri…Kita beli kartu dulu, harga 1 kartunya 12 dolar sing, didalamnya udah ada 7 dolar yang bisa kita gunakan untuk naik MRT.”
“Terus yang 5 dolarnya kemana ?”
“Yang 5 dolar nya harga kartunya.”
“Mahal ya Fer kartunya.”
“Tapi kan bisa di isi ulang, kartu nya juga ngga ada jangka waktunya. Jadi bisa dipake lagi kalau kita kesini.”
“Aa….disini mah canggih ya.
“Iya ya Hen….gw ngga nyangka ada Negara yang secanggih ini. Gw pikir Jakarta itu udah canggih banget.”
Kemudian kami bergegas ke station MRT yang ada dibawah gedung ini. Setelah sampai di Bandara Changi, kami melakukan proses check in dan kembali mengantri di Imigrasi. Ruang tunggu di Bandara Changi sangat nyaman sekali. Terdapat beberapa restaurant dan toko-toko bermerk terkenal. Kami bertiga hanya berjalan-jalan saja diseputaran ruang tunggu Bandara. Terdengar pengumuman kepada seluruh penumpang Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 837 tujuan Jakarta akan segera diberangkatkan. Kami pun bergegas menuju pesawat. Tepat pukul 20.20 waktu setempat, pesawat yang kami tumpangi lepas landas meninggalkan Negara Singapore.
~End Flash Back~
A, aku boleh saran gak or nanya deh *takut si Aa melotot kayak ular*, eta kalung liontinnya kan aya opat yak. dan hendra n andri bilang dgn kalung liontin itu menyimbolkan bhw mereka saling terkait satu dengan yang lainnya, saling menyayangi dan saling memperhatikan satu dengan lainnya. tapi kok rena jarang yak muncul dan gabung jalan2 sama mereka.
aku teh mau tau juga perasaan rena mengenai kedekatan hendra dgn andri dan ferdi yg notabene homo.
punten atuh A. itu cuma saran aku aja. ulah pundung yak!
hidup persib!!