It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@pokemon: makasih.. ;-)
@yunjaedaughter: amiin... hehehe... dibalik duka pasti ada hikmah
@luketan: hehe.. makasih dah mau ikut nimbrung di lapakku..
iya... konfliknya masi malu2 kucing buat muncul hehe... utk sementara kita biarkan dl mereka bersenang2. hahahahahaa....
.
Jd pngn Cpt“ q Nya ...
Bca ampe Si Esa Pacran Ma Rama ..
...
hehe sabar.... dlm membangun hubungan kan harus ada prosesnya to..
part 11, 'do you feel my heart beating?'
Esoknya, Rama sudah standby di kelas. Dia menguap beberapa kali, dia mengerjakan tugas hingga pukul 11.47. tentu hal ini membuatnyakurang istirahat, ditambah lagi badan yang capai setelah kerja.
Sesekali Rama menatap jam dinding di depan kelas, sudah jam 6.35. biasanya jam segini Esa sudah datang, tapi kenapa sekarang dia belum kelihatan juga batang hidungnya? Padahal kue titipan tante eny sudah ia bawa, selain itu Rama butuh teman untuk diajak ngobrol biar ga ngantuk kayak gini.
Karena ga tahan menahan letih pada matanya, Rama pun membenamkan wajahnya pada pangkuan tangannya dan memejamkan matanya. Rasanya baru sedetik Rama memejamkan matanya, tiba-tiba pundaknya ditepuk oleh tangan seorang penganggu. Rama pun menoleh dengan tatapan protes, dilihatnya sosok yang mengusik tidurnya sedang tersenyum kearahnya.
“hei.. masih pagi kok dah loyo sih?! Ntar rejekinya dipatok ayam loh..”ujar melani yang sekarang duduk disamping Rama.
Ramapun menghirup nafas panjang sambil meluruskan punggungnya. Sejujurnya ia kurang senang dengan kehadiran melani disampingnya, dia berisik.
“eh, apa ini?”Tanya melani saat melihat sekantong plastic berisi 2 kotak dengan logo kafe imajinasi.
“oh.. itu punyanya Esa. Tantenya nitipin itu ke aku”jawab Rama.
“oh.. oh iya, katanya kamu sekarang kerja di kafenya tante Esa ya..?”Tanya melani.
Rama hanya mengangguk pelan dan memangku dagu pada tangannya.
“wah.. hebat deh.. masih muda udah bisa cari uang sendiri..”puji melani sambil meremas tangan Rama dengan gemas.
Sebenarnya Rama risih diperlakukan seperti itu, tapi dia sendiri juga sungkan untuk melarangnya. Dia hanya bisa diam dan tidak menghiraukannya.
Bel tanda pelajaran dimulai sudah berbunyi, pak agus, guru sejarah sudah memasuki kelas. Melani pun bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju bangkunya. Sejenak Rama menarik nafas lega, 'akhirnya cewek menakutkan itu enyah juga'batin rama. namun matanya terbelalak ketika melani kembali lagi ke bangku Rama sambil menenteng ranselnya.
“aku duduk sini ya?”ujarnya dengan nada centil.
Rama hanya bisa menelan ludah dan mengangguk. Dia malas membayangkan apa yang bakal dia hadapi selama 4 jam kedepan dengan seorang makhluk centil agresif yang menakutkan.
“Esa..!! sialan, kemana kamu!” batin Rama.
Bel istirahat berbunyi, para siswa berhamburan keluar kelas dan sebagian memilih tetap berada di dalam kelas sambil mengerjakan berbagai hal. Salah satunya adalah Rama, dia memilih tiduran di mejanya sedangkan melani sempat pamit padanya untuk membelikan beberapa makanan.
Dia hampir mati bosan 2 jam tanpa ada pelajaran dan 4 Jam bersama melani. Sekolah ini benar-benar ga niat ngajar apa? Gerutu Rama dalam hati.Rama bosan dengan jam kosong, dia tidak ingin menghabiskan beasiswanya hanya untuk jam kosong!
Lama-lama dia juga sudah mulai bosan tiduran di meja dengan suasana kelas yang riuh, ditambah lagi dengan kehadiran melani disampingnya yang teru saja mengoceh dan mencolek dan mencubit tubuh Rama.
Ia memilih bangkit dari kursinya,' lebih baik di taman belakang sebelum si melani datang', pikirnya.
Sebelum dia beranjak, ia teringat akan kue yang dibawanya tadi, ia pun menentengnya pergi. Setibanya di tempat yang biasa ia tongkrongi, mata Rama menangkap sosok lain disana, seorang perempuan.
Rama heran, jarang ada siswa yang mau kesini, apalagi siswi, karena gosipnya sih tempat itu angker. Hanya Rama yang berani dan biasa nongkrong disana.
Rama mendekati sosok cewek itu. Makin dekat, makin jelaslah sosok siswi itu. Cewek itu bersandar dibatang pohon besar yang biasa Rama sandari, ia memakai sewater berwarna merah gelap. Tangannya tersusun dengan anggun di atas perutnya, matanya terpejam. Tampak wajahnya yang damai seolah menikmati betul suasana dan hembusan angin disana.
Dalam diam, Rama tertegun. Cewek itu nara. Rama pun berjalan mendekat dan duduk disampingnya, bersandar pada pohon yang sama. Tampaknya nara menyadari kehadiran seseorang, ia membuka matanya dan refleks bangkit. Dengan pupilnya yang menyempit dan nafas yang tak teratur dia menatap sosok yang mengagetkannya.
“ah, ehm. Maaf nar.. aku ga bermaksud ngagetin kamu, maaf..”ujar Rama agak salah tingkah,
nara masih berdiri dengan wajah tegang lalu sedikit demi sedikit sudah tampak tenang dan tersenyum, lalu tertawa kecil, “oh, Rama.. kirain siapa.. “
Rama pun berdiri lagi, ia merasa bersalah telah mengganggu tidur nara,”i..iya.. hmm.. silahkan dilanjutin tidurnya, aku pindah ke tempat lain aja”ujar Rama yang segera berbalik sebelum akhirnya suara nara menahannya.
”gapapa ram, kamu ga keberatan kan nemenin aku disini, aku agak takut sebenernya”ujar nara agak malu-malu.
Rama tertegun sejenak lalu dengan menunduk ia berjalan lagi menuju pohon itu dan bersamaan dengan nara, duduk disana. Untuk beberapa lama, mereka dilanda keheningan, masing-masing masih terlalu malu untuk bertegur sapa hingga akhirnya nara memberanikan diri untuk memulai pembicaraan.
“eemm.. ram, kamu sering kesini ya?”tanyanya.
“iya..”jawab Rama ala kadarnya sambil masih menundukkan wajahnya.
“hmm.. soalnya aku sering liat kamu jalan ngelewati pintu seng itu. Mang kamu ngapain disini? Ga takut?”tanya nara lagi.
“hmm.. ya ga ngapa-ngapain sih.. aku suntuk aja dikelas, mending disini. Ga nyeremin juga.” Terang Rama.
Setelah itu keduanya diam lagi.
“kamu sendiri, daritadi sendiri disini? Ga takut?”tanya Rama yang entah kenapa tergelitik untuk mencairkan suasana.
“oh? O iya, aku penasaran aja sama tempat ini. Pas aku lihat sendiri, ternyata bagus. dan... akhirnya malah aku tertidur disini.”terangnya sambil menertawakan kekonyolannya sendiri.
Rama manggut-manggut mendengar penjelasan nara yang sebenarnya karangan belaka. sebenarnya Nara tidak tahan dengan perlakuan melani pada Rama. Ia memilih untuk meninggalkan ruangan dan mencari tempat dimana ia bisa sendiri melampiaskan emosinya. Disanalah ia temukan tempat yang ia pikirkan. Ia menangis dan akhirnya memejamkan matanya setelah air mata itu telah kering.
Sementara itu, keduanya saling diam lagi. Hanya suara serangga dan gesekan daun yang meramaikan suasana disana. Rama tiba-tiba teringat pada kuenya, iapun membuka kotak kuenya. Sepotong cake coklat ukuran sedang tergeletak sendiri didalamnya. Rama mengambil dan membaginya menjadi dua lalu menyodorkan bagian satunya pada nara.
“hm.. nih..”tawar Rama pada nara.
“eh? Gapapa ram, kamu makan aja..”ujar nara malu.
“nggak, aku bersikeras”ucap Rama meniru kata-kata Esa.
Nara pun dengan gugup mengambil kue yang ditawarkan Rama,”hm.. iya, makasih ya ram..”.
Rama tersenyum tipis mendengarnya, tipis sekali hingga ampir tidak terlihat namun nara masih dapat menanggkap senyum itu. Narapun tersenyum sambil menggigit kuenya. Enak,manis..
“enak..”komentar nara, Rama hanya tersenyum sambil menggigit kuenya.
“oh iya, aku denger kamu kerja di kafe imajinasi ya?”tanya nara.
Rama mengangguk. “hmm.. kapan-kapan kalo aku kesana, gratis ya..”canda nara.
Rama pun menoleh padanya sambil tersenyum, “emang aku bosnya apa? Tuh di Esa kalo mau gratis..”.
nara tertawa kecil mendengar jawaban Rama, sementara Rama masih memandanginya. Tawa nara perlahan meredup ketika tangan Rama perlahan mendekati bibinya, “e.. ram..”bisik nara.
“sebentar, ada krimnya ketinggalan disini”ujar Rama sambil mengambil krim yang tersisa di bawah bibir nara. Hingga kedua mata mereka bertemu.
Rama tertegun melihat mata nara, begitu juga sebalikya. Entah kenapa jantung Rama berdegup kencang dan akhirnya dia tersadar dan menarik lagi tangannya.
”ma, maaf nar..”ujarnya salah tingkah begitu juga nara.
“iya.. gapapa ram.”ujarnya sambil menyisingkan rambut kebagian belakang telinganya sambil menunduk malu.
Rama tampak tidak dapat menahan rasa salah tingkahnya, ia pun bangkit.
“emm.. aku duluan nar, aku ke kelas dulu ya”ujarnya sambil menenteng lagi kantong plastik tempat kotak kue Esa.
Saat Rama berbalik dan sudah beberapa langkah meninggalkan tempat itu, terdengar suara nara memanggilnya.
“Rama.. !”
mendengar namanya dipanggil, Rama dengan canggung menoleh padanya. Dilihatnya nara tersenyum dengan anggun padanya.
“terima kasih ya.. aku suka cakenya”ujarnya sambil terus tersenyum.
Sejenak Rama tertegun lalu perlahan memalingkan wajahnya sambil mengangguk canggung. Begitu ia sempurna berbalik, ia pun bergegas meningglkan tempat itu. Tampak senyumnya mengembang, dia merasa mendapatkan kesegaran dan kekuatan baru untuk menjalani harinya. rasanya seperti mesin yang baru ganti oli (heh??). Ada apa ini? Rama tidak tahu perasaannya itu, ia hanya bisa menikmatinya.
Sementara itu, Esa meringkuk di kamarnya sendirian. Selimut menutup rapat hampir seluruh tubuhnya. Hanya menyisakan kepala dengan wajahnya yang manis. Tampak wajahnya pucat dan matanya terpejam.didahinya tertempel plester penurun panas. Tak lama kemudian bi ida datang dan membawa nampan berisi makan siang.
“den.. ayo makan siang dulu..”ujarnya kalem. Esa mebuka matanya perlahan. Masih berat sebenarnya mata Esa untuk dibuka.
“hmm.. ya nanti saja bi, Esa lagi ga enak makan..”ujarnya lirih sambil merapatkan lagi selimutnya.
“aduh, aden.. tadi kan sarapan Cuma sedikit.. ayo den, makan yuk..”bujuk bik ida sambil duduk di ranjang Esa.
“hmmm..”Esa seakan mengacuhkan bujukan bi ida dan menyamankan posisinya.
Bi ida hanya geleng-geleng kepala, tuan mudanya itu memang paling susah diajak makan kalo sedang sakit. Itu yang bikin lama sembuhnya.
“ya sudah, ini makanannya bibi taruh sini ya.. “
bi ida pun meletakkan makanan Esa di atas meja belajarnya lalu meninggalkan kamar Esa. Bi ida menghembuskan nafas panjang, dia prihatin dengan kondisi tuan mudanya yang masih saja rewel. Bi ida merasa perlu mencari solusi lain. Saat bi ida sedan menuju dapur, terdengar suara bel tanda ada tamu. Bi ida pun berjalan menuju pintu depan dan membukanya.
“eh.. den Rama ya?” bi ida tampaknya mengenali sosok cowok tampan didepannya.
Rama mengangguk dan tersenyum, “iya bi, ini saya mau ngantar kue titipan tante eny.”ujar Rama sambil mengangkat kantong plastik berisi kotak kue.
Bi ida tersenyum,”oh..iya ayok masuk dulu” ujar bi ida.
Rama mengangguk dan melepaskan sepatunya lalu mengikuti bi ida.
“Esa kemana bi? Sakit ya?”tanya Rama.
“iya den.. demam.. itu semalem ngabisin es krim se bak!”terang bi ida.
Rama tertawa kecil mendengarnya terlebih lagi kata 'es krim se-bak'nya. Mereka sudah hampir sampai di kamar Esa, bi ida berhenti sejenak dan menatap Rama.
”dek.. tolong bujuk den Esa makan, daritadi ga mau makan, kasian..”pinta bi ida.
Rama mengangguk,”iya bi..”.
Lalu bi ida mengetuk pelan pintu kamar Esa. “Deen... ada temennya nih..”ujarnya.
di dalam kamar, Esa mendengar sayup suara bi ida. Matanya terbuka pelan.
“Hmm..? Siapa coba temenku? Ga tau apa kalo aku lagi sakit? Gangguin aja.”pikirnya. “siapa..?”ujarnya lirih sambil menutup matanya.
“den Rama, den..”
mata Esa mendadak terbelalak. Bagai mendapat kejutan listrik dia terbangun dari tidurnya.
“oh iya, masuk..!”teriaknya sambil menata rambut dan memastikan tidak ada kotoran di wajahnya, hehehe..maklum, belum mandi.
Pegangan pintu bergerak dan daun pintupun terbuka. Setelah itu, tampaklah sosok Rama masih dengan seragam putih abu-abunya dan sekantong plastik ditangan kanannya. Esa tersenyum memandangnya.
“ehmm.. ini, aku mau nganter kue titipan tante eny”ujar Rama sambil menyodorkan kantong plastik berisi kue tersebut.
Esa menerimanya dan mengeluarkan kotak berisi kue didalamnya. “hehe..asik.. makasih ya ram.”ujar Esa setelah melihat isi kotak tersebut. Cake cokelat kesukannya.
“ehm.. ayo ram, duduk aja.”ujar Esa sambil bangkit dan mencoba meraih kursi di meja belajarnya yang tak jauh dari ranjangnya.
Rama pun menyambut kursi itu dan menggesernya di dekat ranjang Esa. “gimana kondisimu?”tanya Rama.
“hmm.. ya gini deh. Puseeng...”keluh Esa sambil menutup matanya dengan punggung tangannya.
Tiba-tiba Esa merasakan sentuhan sebuah telapak tangan. Saat ia menyingkirkan punggung tangan yang menutupi matanya, ia melihat tangan Rama sedang menyentuh dahinya. Jantung Esa kontan berdegub kencang seperti habis ganti oli.
“hmm.. panas juga, Sa.. katanya bi ida, semalem habis ngabisin es krim se bak”
Esa hanya terdiam dan tersipu mendengar tebakan Rama.
“hehehe... itu akibatnya makan ga bagi2”canda Rama.
Esa tertawa kecut mendengarnya. “yee.. makanya sering maen kesini donk, biar makan es krim bareng!” kata Esa, mereka berdua pun tertawa kecil.
“eh, kata bi ida juga, kamu rewel makan ya? Hehe.. kayak anak kecil aja”cibir Rama.
Esa hanya merengut kEsal. “namanya juga orang sakit!”kilah Esa sambil mencari fokus pandangan lain.
ia malu untuk melihat wajah Rama yang saat ini terkekeh. Sedikit-sedikit mata Esa mencuri pandang pada Rama yang masih terkekeh. Wajahnya manis sekali...
Rama melihat nampan berisi makanan di atas meja belajar Esa, “ya dah, makan dulu sana! Ada bubur ayam spesial tuh!” mendengar gurauan Rama yang garing itu Esa tersenyum kecut lalu bangkit dari posisi duduknya.
“iya, iya... budi makan nih, tapi ini bukan dari ayam budi kan?”ujar Esa sambil meraih mangkok berisi bubur ayam itu.
Rama terkekeh,”hahaha... ngapain? Di pasar juga banyak”jawab Rama, ia melihat jam dinding Esa lalu bangkit dari kursi belajar Esa.
“mm.. sa, aku pulang dulu ya, dah hampir sore.”
Mendengar itu, Esa yang sedang meniup sesendok bubur jadi heran, “loh, kok cepet sih.. ?"
dia sedih juga, Rama tinggal hanya sebentar.
“iya, kan kerja..”ujar Rama sambil memperbaiki posisi tas pinggangnya sementara Esa manggut-manggut.
“ya deh, makasih ya ram, ati-ati!”ujar Esa sementara Rama sudah berjalan mendekati pintu.
Saat Rama sudah membuka pintu, Esa memanggilnya lagi.
“ram!”
Rama berhenti dan menoleh.
“kapan-kapan nginep di sini ya!”pinta Esa malu-malu, ia mencoba mencari fokus lain, ia malu mengatakannya.
Rama menatapnya sambil tersenyum,”hm.. iya kapan2!”
“janji ya! Aku tunggu lo!”
mendengar kata Esa, Rama hanya tersenyum kecut,”iyaa.. pegang aja kata-kataku. udah ya, aku pamit dulu. see ya” ujarnya lalu membuka daun pintu dan menghilang.
Esa sendiri lagi dengan bubur ayamnya. Esa senang Rama mau menjenguk dan menghiburnya bahkan berjanji akan menginap dirumahnya. Dia seakan mendapat semangat baru yang meledak-ledak seperti habis ganti oli (hentikan gurauan lo tentang olii..!!!).
“aseekkk......!”teriak esa kegirangan, tampaknya sentuhan tangan rama telah memusnahkan rasa sakitnya. lalu dengan semangat empat lima (jangan bilang bagai habis ganti oli, gue sambit lo), ia pun menghajar bubur ayam ditangannya.
“auuw.. huft huft huftt...panas!!”
***
Sdgkan Rama kyk'y mulai melirik nara...
Kasian esa *hug esa*..
Uhmm..bro, minta Rama pov donk, jd bs tau apa sich Ɣƍ Ada dipikiran Rama skrg ttg esa..
Thx yo ù∂ħ ∂ï mention..
Smakin lama semakin ikut kbawa suasana cerita.. NICE JOB!