It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
btw summonin sipak dokter biar tambah seru )
Tiga hari berlalu semenjak Miki bangun dan Alhamdulillah kondisinya berangsur membaik. Tapi..., Miki sama sekali gak berbicara kepada gue.
Gue gak tahu alasannya kenapa mungkin Miki masih benci gue, tapi yang pasti gue gak mau maksa Miki kalau Miki memang membutuhkan ruang dan waktu untuk sendiri gue akan memberikannya.
Akhirnya, jodoh mah gak kemana
Lanjut lagi kang...
Dokter membolehkan Miki pulang hari ini. Sudah pasti gue bahagia luar biasa. Jadwal pulang Miki sore hari dikarenakan dokternya baru akan datang setelah makan siang.
Pagi-pagi sekali nyokapnya Miki pulang terlebih dahulu untuk membereskan kamar Miki, sedangkan bonyok gue dan kakaknya Miki mencari keperluan seperti kursi roda dan alat-alat lainnya untuk membantu kepulihan Miki. Ditinggallah gue hanya berdua dengan Miki.
Sumpah suasananya kaku banget. Gue pengen banget ngomong sama Miki, tapi gue takut salah ngomong. Akhirnya gue cari-cari kesibukan bebenah ruangan Miki. Tapi..., ruangannya udah lumayan beres karena sudah dibereskan sejak malam sebelumnya. Gue garuk-garuk kepala kayak orang bloon.
Ah-ha..., gue melihat meja gerak untuk meletakkan nampan makanan berada diposisi samping tempat tidur Miki didekat tiang infusan. Bahaya kalau masih disitu bisa-bisa Miki terbentur.
Gue pindahkan mejanya keseberang tempat tidur, mendekatkannya ketembok dibawah tv. Aduh berantakan banget nih nampan, banyak tisu dan mejanya pake ada yang tumpahan segala, kasihankan cleaning servicenya kalau kayak gini.
Gue buang semua tisu ketempat sampah dan mengelap meja dengan kain lap yang memang disiapkan nyokap gue.
"Gak usah sok sibuk," Celetuk Miki dibelakang gue.
"Sss..., siapa yang sibuk?" Haduh sejak kapan gue jadi gagap.
"Semuanya udah bersih, lagian tuh meja kalo dielap terus kayak gitu bisa-bisa patah," Gue melihat tangan gue bergerak dengan sangat cepat dan kasar.
"Ini juga udah mau selesai," Malah gue jadi sewot.
Gue kembalikan kain lap ketempat asalnya dan gue berdiri kikuk disebelah meja.
Ayo mulut gerak, "Udah baikan Mik?"
"Emang gak bisa lihat sendiri," Jawab Miki dingin.
Urgh..., perasaan gue udah pernah ngalamin mirip kayak ini, dejavu? "Iya aa emang bisa lihat, maksud aa kamu masih kerasa sakit, linu atau apa gitu?"
"Lihatkan Miki udah hampir kayak mumi gini, jadi silahkan pikir aja sendiri."
Bener dejavu, perasaan gue pengen ngebuang Miki kelaut. Gue tarik napas dalam-dalam lalu keluarkan. "Iya maafin aa yah Miki."
Hening.
Musti ngomong apalagi yah?
"Bisa gak sih enggak ngehalangin TV?"
"Eh..., iya maaf Miki." Gue bergeser jauh dari TV.
Miki menghela napas, "Please a, disini ada tempat duduk atau kalau aa merasa gak nyaman aa boleh pergi seperti yang biasanya aa lakuin."
Dada gue seperti ditusuk-tusuk dengan perkataan Miki yang terakhir. Miki benci gue. Gue tahu Miki pantas membenci gue, tapi tetap saja rasanya sakit banget.
Apa yang harus gue lakukan sekarang?
Gue menundukkan kepala dan menatap lantai. Hmm..., mungkin ini yang harus gue lakukan. Gue tekuk lutut hingga menyentuh lantai tanpa menatap Miki.
"Miki, aa tahu aa udah berbuat banyak kesalahan sama Miki dan menyakiti Miki begitu aja. Aa gak mengharapkan Miki memaafkan aa karena aa sadar sudah melukai Miki terlalu dalam, yang aa ingin lakukan hanya satu meminta maaf dengan sepenuh hati ke Miki. Kalau Miki gak percaya itu terserah Miki."
Tidak ada reaksi sedikitpun dari Miki. Gue tertunduk lesu dan menghela napas panjang, tetapi pelan-pelan gue mendengar suara isak tangis. Gue mendongakkan kepala dan melihat Miki sudah berderai airmata.
Gue terkesiap. Gue bangkit dan berlari menuju Miki. "Miki kenapa?"
"Gak adil..., sama sekali gak adil."
"Gak adil kenapa?" Gue semakin khawatir.
"Gak adil setelah semua yang aa lakuin ke Miki, tapi Miki tetap gak bisa membenci aa."
Gue hanya bisa mengernyitkan dahi. "Maaf Miki," Gue bermaksud menyeka airmata Miki, tapi Miki menepis tangan gue.
"Stop!!!!" Teriak Miki. "Jangan coba-coba aa baikin Miki. Harus berapa kali aa nyakitin Miki dengan cara ini? Membuai Miki dengan kata-kata manis lalu ngebuang Miki begitu aja. Lebih baik aa pergi sekarang, pergi a..., pergi!!!" Rintih Miki.
Miki mencoba mendorong gue jauh, tapi usahanya gagal. Gue tangkap tangan Miki dan menempelkannya kewajah gue. Airmata gue mengalir ketangan Miki.
"Jangan aa pikir Miki percaya airmata buaya."
Gue tidak bergeming.
"Lepasin Miki!!!"
Gue dekatkan wajah gue kewajah Miki, lalu mencium bibir Miki. Miki yang kaget sempat tak berkutik, lalu Miki memukul-mukul dada gue.
"Aa cinta Miki," Gue menatap mata Miki.
"Bohong..., bo-" Gue mencium lagi bibir Miki.
"Miki boleh gak percaya, tapi aa cuma mengatakan sejujurnya."
Miki menatap mata gue lekat seperti berusaha mencari kebohongan dibalik tindakan gue. "Gak adil, sama sekali gak adil."
"Betul semuanya emang gak adil. Gak adil karena Miki adik aa, gak adil Miki adalah laki-laki dan lebih gak adil lagi aa mencintai Miki seutuhnya."
Miki menangis sejadi-jadinya, tapi gue gak peduli. Gue gamit bibir Miki sedikit dengan tenaga. Mencari celah untuk membuka bibir Miki. Miki merespon ciuman gue dan membiarkan bibirnya terbuka. Gue masukkan lidah gue kedalam bibir Miki dan bersentuhan dengan lidah Miki.
Belum pernah gue berciuman seperti ini bahkan dengan Tiara, jadi gue kurang tahu harus bagaimana, tapi Miki membiarkan gue mendominasi. Gue menjelajah kelangit-langit mulut Miki, memainkan lidah Miki dengan lidah gue dan sesekali mengisap lembut bibir Miki. Bibir Miki benar-benar lembut gue gak mau momen ini berakhir, tapi gue harus menyudahinya. Sebagai tanda akhirnya gue menggigit pelan bibir bawah Miki.
Gue dan Miki terengah-engah. Gue menatap Miki dan Miki menatap gue balik. Dibibir Miki tersungging senyum kecil dan ini membuat gue tertawa lalu Miki pun ikut tertawa.
"Aku cinta kamu."
"Aku tahu."
Malam semuanya dan selamat bermimpi indah.