It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Hari ini adalah hari kepulangan gue. Walau pun gue lega akhirnya gue diperbolehkan pulang, tapi ada satu hal yang harus gue lakukan. Satu hal yang sudah semestinya gue lakukan dari dahulu.
“Miki bisa tolong kesini sebentar,” Pinta gue saat Miki tengah sibuk membereskan pakaian gue.
“Ada apa?”
“Sebentar,” Gue memberikan sebuah senyuman kecil kepada Miki ketika dia menoleh kearah gue. “Duduk sini,” Gue menepuk atas tempat tidur sebelah kiri gue.
Sesaat Miki memandangi gue. Sepertinya Miki berusaha menerka apa yang mau gue lakukan. Gue tersenyum kecil.
Sedikit menghela napas, Miki akhirnya menghampiri gue.
“Apa?” Tanya Miki sambil duduk di sebelah gue.
Dengan cepat gue menyambar tangan Miki. Akhirnya… akhirnya setelah berbulan-bulan tersiksa gue bisa sedekat ini dengan Miki dan merasakan kulitnya lagi. Bukan maksud gue mendramatisir keadaan, tapi selama ini dengan kondisi rumah sakit dan ortu yang selalu ada hampir 24 jam membuat reuni gue dengan Miki tidak bisa seleluasa yang gue mau.
“Ada apa?” Tanya Miki tak sabar
“Ih ayang ketus banget sih. Memangnya kamu enggak kangen apa kita bisa sedekat ini?” Gue menutup celah diantara kita berdua. “Aku kangen merasakan jari-jari kamu disela-sela jari aku,” Jari kami saling menyatu. “Dan terutama aku merindukan ini…,” Gue tatap wajah Miki.
Ratusan malam gue memimpikan pertemuan ini, momen ini. Seringkali gue berdoa kepada Tuhan untuk tidak pernah membangunkan gue, membiarkan gue terbuai mimpi indah seperti ini. Tapi kenyataan pahit membangunkan gue, menyadarkan bahwa semuanya hanya mimpi belaka. Berusaha memejamkan mata berkali-kali pun mimpi itu hanya datang di saat gue tidak menginginkannya. Namun sekarang… hangat jemari Miki yang terhantar diantara jari gue kini nyata. Gue bisa merasakannya, meresapinya. Tatapan Miki yang menatap gue balik juga nyata. Tapi gue tidak mau terbuai lama, gue harus memastikan Miki benar-benar ada disini, dihadapan gue, hanya untuk gue.
Gue angkat jemari gue dan merasakan pori-pori kulit wajah Miki. Reaksi listrik itu masih ada, masih mengejutkan seperti pertama kali gue menyentuhnya. Gue perhatikan tiap detail, tiap lekuk wajah Miki. Meski waktu telah bergulir cepat dan memaknainya dengan serentetan tragedi, Miki gue… Miki gue masih ada disana. Ini membuat gue tak tahan untuk tertawa miris.
“Kamu masih ada.”
Miki pun ikut tertawa, “Aku tak pernah kemana-mana.”
“Haha… benar kamu tak pernah kemana-mana, jarak kita pun hanya sejengkal dan kalau aku mau aku bisa menemui kamu kapan saja,” Perih tak terhingga berdesir pelan di dada gue. “Tapi kenapa semuanya harus jadi serba sulit? Jarak yang sejengkal menjadi sejauh samudra mengijinkan.”
Miki menjatuhkan matanya dan meremas pelas tangan gue. “Aku tahu.”
“Semuanya sudah selesaikan?”
Miki hanya mencium tangan gue. Sedikit gue bisa merasakan hangat mengalir diatas punggung tangan gue.
“Kamu benar-benar kembalikan?” Tak sanggup lagi, gue membiarkan tangis ini meleleh perlahan.
“Iya,” Lirih Miki.
“Dan kita bersama lagi?” Gue tidak bisa menahan rasa putus asa diujung suara gue.
Miki menatap gue lamat. Lalu bibirnya seketika menggamit bibir gue. Lucu, semua rasa sakit itu tak lagi penting. Kini hanya ada gue dan Miki. Hanya itu… hanya itu yang penting.
Seakan mengejar waktu yang hilang kami bercumbu perlahan. Kami tak terburu-buru, menikmati segala detik yang saat ini kami miliki. Bara diantara kami masih berkobar panas, tapi kami tak berniat meleburkanya. Kami saling berpandang dan senyum merekah bebas di wajah kami. Sekali lagi bibir kami berpagutan.
Sebelum kami lanjut ke tahap selanjutnya (hehe… gak mau berhenti sih sebenernya) gue menghentikan sesi ciuman. Miki yang belum siap mengernyit hebat ke gue. Alhasil gue harus menahan tawa gue. Miki sama sekali belum berubah.
“Sebentar yah sayang sebelum kita lanjut beraerobik,” Alis gue naik turun nakal.
Gue pikir Miki akan ketawa atau mencubit pinggang gue, tapi airmuka Miki berubah suram.
“Kenapa sayang?” Jujur gue panik banget tapi gue berusaha menenangkan suara gue.
“Kamu tahukan soal masalah aku?”
“Masalah?”
Miki menggigit bibirnya ragu-ragu, “Kalau kamu baca blog aku semenjak kita berpisah kondisiku tidak seperti laki-laki normal lainnya.”
Gue berusaha mencerna perkataan Miki dan sesaat kemudian lampu di kepala gue menyala terang benderang. Gue terkekeh.
“Kok malah ketawa?” Tanya Miki heran.
“Halo, Mikiku yang paling Aa Kebo sayang di sejagad raya ini. Setelah semua yang kita lewati selama ini kamu pikir aku peduli hal remeh seperti itu? Bisa merasakan tangan kamu di wajah aku seperti sekarang ini sudah seperti rejeki nomplok buat aku. Lagi pula kalau kamu pikir baik-baik bukankah penyebab impoten kamu itu karena stress berlebihan baik secara mental dan fisik setelah perpisahan kita? Itu artinya sebenarnya seluruh jiwa dan raga kamu menolak ide perpisahan kita dan terutama menolak pria lain selain aku bisa menyentuh kamu.”
Miki tampak berpikir keras.
Gue tersenyum lebar menampakkan deretan gigi gue. “Kamu bukan pembohong yang baik Miki. Meski otak kamu berpikir rasional dan bibir kamu berucap lain, tapi hati kamu selalu hanya untuk aku. Tidak kurang, tidak lebih.”
Bulatan mata Miki menegang namun mengendur kemudian, karena menyadari kata-kataku benar apa adanya.
“Oke, kita sisihkan hal itu untuk lain waktu. Sekarang kita fokus lagi untuk hal yang mau aku bicarakan,” Aku memantapkan seluruh jiwa dan ragaku.
“Baik.”
“Aku enggak mau basa-basi panjang. Langsung to the point aja dan Miki kamu dengarkan baik-baik kata-kata aku, oke?”
Miki mengangguk pelan.
“Sekarang kita memulai lembaran baru dan dilembaran baru kita harus memulainya dengan kepercayaan tinggi. Terutama kepercayaan kamu kepada aku. Mulai saat ini apa pun yang terjadi diantara kita harus dibicarakan berdua dan kalau ada orang lain, termasuk orang tua kita berupaya memberikan masukan yang menurut mereka rasional kita harus membicarakannya berdua. Kita enggak boleh lagi membiarkan orang luar meracuni pikiran kita. Dan kamu harus percaya sama aku, percayalah Miki aku bukan Kebo yang tujuh tahun lalu yang lemah, yang gampang terguncang. Sekarang aku adalah laki-laki yang akan menepati janjinya. Aku tahu aku ini cuma manusia biasa yang punya kekurangan di sana-sini, tapi percayalah Miki aku berjanji tidak akan membuat kamu menghadapi semuanya sendirian. Apa pun guncangan yang akan menghadang, kita akan melewatinya bersama-sama. Tanpa terkecuali.”
Gue beranjak dari tempat duduk gue dan mulai membungkukkan tubuh gue kehadapan Miki.
~Dia indah meretas gundah~
~Dia yang selama ini ku nanti~
Untuk sesaat gue mendengar hentakan napas dari Miki, tapi mengacuhkannya. Satu lutut gue mnyentuh lantai dan satu lutut lainnya tertekuk di depan perut gue. Tangan gue merogoh kantung jeans belakang dan meraih kotak beludru kecil dari dalamnya.
~Membawa sejuk, memanja rasa~
Dia yang selalu ada untukku
“Harusnya aku sudah melakukan ini dari dahulu,” Gue tersenyum kepada Miki yang matanya sudah melebar dari tadi.
~Di dekatnya aku lebih tenang~
~Bersamanya jalan lebih terang~
“Miki… my love. Hubungan kita bukan hubungan normal. Tapi perpisahan kita mengajarkanku persetan dengan normalitas. Apalah artinya menjadi normal kalau kenyataannya hati ini hampa. Tidakkah kamu berpikir yang sama? Saat dunia menyama-ratakan normalitas dengan kebahagiaan aku berontak hebat Miki. Untuk apa menjadi normal ketika hati ini meraung pedih memanggil satu nama? Bersamamu mungkin dunia akan menghujat, tapi hanya bersamamulah aku bisa menjadi diriku sendiri. Aku bisa mengecap arti kebahagiaan. Dan… aku tak mau lagi kehilangan lagi rasa ini. Biarkan dunia mau berkata apa, yang terpenting hanya ini, hatiku… hatimu…tak lagi menjadi setengah.”
~Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku~
~Berdua kita hadapi dunia~
Kubuka kotak itu, “Will you married me?”
Pelupuk mata Miki mengembun seketika. Mulut Miki terbuka namun tak ada kata yang keluar dari bibirnya. Gue perhatikan tenggorokan Miki naik turun tak karuan. Dia sedang memikirkan segala problabilitas jawabannya.
~Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju~~
Bersama arungi derasnya waktu~
“Like I said Miki just trust me only. Everything will be fine from today on. Until our breath gone away from both of us we’ll go through everything together,” Ujung bibirku mengerucut bahagia. “Dear my beloved Miki will you married me?”
“Yes,” Desah Miki membuncahkan segalanya.
Bara itu membara dan sekali lagi memercikkan bara hasrat yang terlupakan.
~Kau milikku, ku milikmu~
~Kau milikku, ku milikmu~
@xchocho_monsterx ai miss yuh..
dan horeee juga abis ini angkot nya lanjut yeahhhh
I'm happy to read it. Really.
I always imagine someday i can feel what miki and kebo feel, yea, someday...
Keep writing, mrs.choco!
6 Years Later
Derai suara mengisi bising Danau Cinta ini. Dan diujung jembatan sana seorang lelaki tampan, berbalut setelan jas berdiri gugup. Hari ini bagi lelaki itu adalah tonggak sejarah bagi hidupnya. Penantiannya selama 18 tahun akan bermuara indah pada janji seumur hidup yang akan diucapkannya.
Matanya tak mampu menangkap ke arah mana dia harus melihat. Danau itu indah, keindahan langka yang tak pernah dia lihat sebelumnya. Tapi untuknya hanya kekasihnyalah yang mampu memaknai keindahan danau itu.
"Are these the only friends and family you brought?" Seorang pria paruh baya dengan rambut keemasan bertanya padanya tiba-tiba.
"Unfortunately yes," Hanya ada 5 orang temannya disana menemaninya sebagai saksi mata perhelatan itu.
Di dalam dadanya berdesir kesedihan tak berperi namun tak sanggup dia ucapkan. Mereguk ludahnya hanya satu-satu caranya menepiskan sedikit perih kesedihannya. Kini bukan saatnya bersedih, pikirnya. Meski orang tuanya tak bisa merestui pilihannya dia tak mampu mengingkari hatinya. Jika orang lain boleh diberikan pilihan untuk bahagia lalu mengapa dia tidak boleh?
"Aku ingin bahagia Mah, Pah. Bersamanyalah kebahagiaanlah bisa kuraih," Gumamnya dalam hati.
"Dia datang!" Seru seorang temannya, membuyarkan lamunannnya.
Seketika matanya mencari.
Di seberang jembatan suara kereta kuda bergemuruh perlahan.
"Semoga sukses Kebo."
"Terima kasih Rey."
Gugup yang sedari tadi berteriak liar di dadanya kini semakin jinak saat matanya menangkap satu sosok yang duduk diatas kereta kuda itu. Sudut bibirnya mengembang tanpa batas dan gugupnya pudar tak berbekas. Kehadiran sosok itu memberikannya asuransi semua akan baik-baik saja. Sosok itu adalah kekasih hatinya, pujaan hatinya, cinta pertama dan terakhirnya.
[sixze=2]~Di dekatnya aku lebih tenang~
~Bersamanya jalan lebih terang~[/size]
Kereta kuda itu berjalan pelan-pelan, menikmati waktunya. Diatas sana seorang penumpang manis jantungnya sedang berkebat-kebit tak karuan. Apakah ini keputusan terbaik? pikirnya gugup. Jangankan salah dia berpikiran seperti itu. Walau lelaki diujung jembatan itu kekasih hatinya, tetapi ikrar seumur hidup yang akan mereka ikrarkan akan mengikat jiwa dan raganya selamanya. Mampukah dia memegang janjinya? Adalah pertanyaan penting baginya.
"We're here!" Sang Kusir memberitahunya.
Dia tolehkan matanya kepada pria pujaannya di seberang jembatan sana.
Semua pertanyaanya menghilang, tak penting lagi karena jawabannya sudah ada di sana. Selangkah dia keluar dari kereta kuda, lalu selangkah lagi menuju cintanya.
~Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku~
~Berdua kita hadapi dunia~
Jika manusia diberikan kemampuan untuk membaca pikiran maka kawan. kalian tak akan mau membaca pikiran dua anak manusia itu.
Dalam kepala lelaki di seberang jembatan dia memuji dan memuji keindahan, keanggunan kekasihnya.
~Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju~
Sedangkan di dalam kepala kekasih yang perlahan berjalan menuju lelaki di seberang jembatan berdecak kagum atas keberanian dan kegagahan lelaki itu telah memilihnya di atas segalanya.
~Bersama arungi derasnya waktu~
Lelaki itu mengulurkan tangannya dan kekasihnya yang hanya tinggal sejengkal saja meraihnya tak sabar. Senyum bahagia saling menyambut. Tangan kekasihnya direngkuhnya dan diletakkan erat di atas lengannya. Kekasihnya pun menutup semua jarak diantara mereka berdua.
Pria baruh baya di depan mereka berdeham keras untuk meminta perhatian mereka. Lelaki dan kekasihnya yang sempat terbuai menatap malu kepada pria itu dan sedikit terpaksa mereka fokuskan perhatian kepada pria itu.
"Dearly beloved, we have come here today to celebrate love. It is with thoughtfulness and a deep realization of their commitment to each other, that Kebo and Miki have chosen to stand before you to make this declaration of love and loyalty.
As we gather to share this most important moment in their lives, let us surround them with our love and best wishes for them, their wedding day and their journey in their new life together."
"Who brings Kebo to be given into this union?" Pria itu bertanya.
"I, Vira on behalf of his parent." Seorang wanita muda menjawab pertanyaan tersebut.
"And who brings Miki given into this union?" Pria itu bertanya lagi.
"I, Fadli on behalf of people whom love him the most." Lelaki tinggi menjawab pertanyaannya.
Mendapatkan jawabannya pria itu melanjutkan "Kebo and Miki, you have chosen to be married and this ceremony serves to symbolize the magic of two hearts joining as one. It represents two people in love. It speaks of passion and fire, of hearth and home, and creates a new light and space within which you both will live.
This light burns bright and hot much like a flame, and is imbued with a unique spirit which characterizes both of you, and when fused together shines twice as bright. May the eternal flame of your love continue to burn brightly for as long as you both shall live.
This wedding ceremony is, by your intent, both a celebration of your love for each other and an exchange of commitments to each other. You two are a good pairing and complement each other. Your enjoyment of life together is more than it is when you are apart. With the love you have for each other, everything is possible.
Moreover, a marriage means that two people have come together. It says and shows that they love each other. There are four things that a marriage should have. They are skill, commitment, trust, and communication. That is the foundation of a successful partnership and this couple has those characteristics.
Now it’s time to exchange your vows. You are about to make promises to each other. These vows are beautiful words representing even more beautiful intentions. No other human ties are more tender. No other vows more important than those you are about to pledge. The miracle lies in the path you have chosen to take together, and the true magic of love is the ability to stay the course."
Lelaki itu menghirup dalam oksigen yang mampu dihirupnya.
"I... Kebo take you... Miki to be my partner in life and my one true love. I will cherish our union and love you more each day than I did the day before. I will trust you and respect you, laugh with you and cry with you, loving you faithfully through good times and bad, regardless of the obstacles we may face together. I give you my hand, my heart and my love, from this day forward for as long as we both shall live. Entreat me not to leave you, or return from following after you. For where you go I will go, and where you stay I will stay. Your people will be my people, and your God will be my God. And where you die, I will die and there I will be buried."
~Bila di depan nanti~
~Banyak cobaan untuk kisah cinta kita~
~Jangan cepat menyerah~
~Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu~
Kekasihnya tak kuasa menahan rasa bahagia di dadanya. Ia mencoba mereda tangisannya dan gilirannya mengucapkan janji.
"I... Miki take you... Kebo to be my partner in life and my one true love. I will cherish our union and love you more each day than I did the day before. I will trust you and respect you, laugh with you and cry with you, loving you faithfully through good times and bad, regardless of the obstacles we may face together. I give you my hand, my heart and my love, from this day forward for as long as we both shall live. Entreat me not to leave you, or return from following after you. For where you go I will go, and where you stay I will stay. Your people will be my people, and your God will be my God. And where you die, I will die and there I will be buried."
Pria paruh baya itu mengambil alih kembali acara. "Now it's time to exchange rings. You have chosen to exchange rings as a sign of the promises you are making today.
From the beginning of time, the ring has symbolized many kinds of human relationships. Kings wore them to express their imperial authority while friends exchanged them as expressions of their good will.
Today however, the giving and receiving of rings symbolizes your love for one another, which like the circle, knows no end.
Kebo do you have the ring?"
Wanita muda tadi menyerahkan kepada lelaki itu sebuah cincin emas putih sederhana. "Yes"
"Please place the ring on Miki finger and repeat after me. With this ring I wed you and pledge my faithful love. I take you to be my partner and promise to share my life with you, to speak the truth to you in love. I promise to honor and tenderly care for you forever."
"With this ring I wed you and pledge my faithful love. I take you to be my partner and promise to share my life with you, to speak the truth to you in love. I promise to honor and tenderly care for you forever."
Pelan-pelan dia memasukkan cincinnya ke jari manis milik kekasihnya. Tawa kecil keluar renyah dari bibirnya.
"Miki, do you have the ring? Place the ring on Andy’s finger and repeat after me."
Lelaki muda menyerahkan pasangan cincin yang telah bertengger manis di jarinya. "Yes."
"With this ring I wed you and pledge my faithful love. I take you to be my partner and promise to share my life with you, to speak the truth to you in love. I promise to honor and tenderly care for you forever."
"With this ring I wed you and pledge my faithful love. I take you to be my partner and promise to share my life with you, to speak the truth to you in love. I promise to honor and tenderly care for you forever."
Dan cincin itu pun bertengger juga di jari manis lelaki itu.
"Please face each other and take each others’ hands so that you may see the gift that they are to you.
These are the hands of your best friend, strong and full of love for you, that are holding yours on your wedding day as you promise to love each other today, tomorrow and forever.
These are the hands that will passionately love you and cherish you through the years, and with the slightest touch will comfort you like no other.
These are the hands that will give you strength when you need it, support and encouragement to pursue your dreams, and comfort in difficult times. And lastly, these are the hands that even years from now will still be reaching for yours, still giving you the same unspoken tenderness with just one touch."
"May this day shine eternally in your lives. May you care for each other in all sadness. May you give cheer and strength to each other. May your life together be a source of inspiration to yourselves, your families, your friends, and to all whose lives you touch.
You have expressed your love and commitment through the vows you have taken today and with the exchanging of rings. It now gives me great pleasure to pronounce you joined in this sacred union. Please share your happiness with each other now and kiss."
Mereka saling berpandangan dan cinta mereka melebur menjadi satu saat bibir mereka bertaut menjadi satu kesatuan.
Pria paruh baya itu merekahkan senyum suka cita di wajahnya. "With the power of Belgium ministry, I pronounce you as husband and husband."
~Kau milikku, ku milikmu~
~Kau jiwa yang selalu aku puja~
Dia indah meretas gundah
Dia yang selama ini ku nanti
Membawa sejuk, memanja rasa
Dia yang selalu ada untukku
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu
kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau milikku, ku milikmu
Di dekatnya aku lebih tenang
Bersamanya jalan lebih terang
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Bila di depan nanti
Banyak cobaan untuk kisah cinta kita
Jangan cepat menyerah
Kau punya aku, ku punya kamu, selamanya kan begitu
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupku
Berdua kita hadapi dunia
Kau milikku ku milikmu kita satukan tuju
Bersama arungi derasnya waktu
Kau milikku, ku milikmu
Kau jiwa yang selalu aku puja
~TULUS - TEMAN HIDUP~
Makasih yah udah baca kisah Miki dan Kebo. Dan sampai jumpa di kisah-kisah lainnya.
\:D/
xoxo
choco
#huaaaaaa.....tepar.... @-)
tinggal tunggu angkotnya jalan..
tapi gpp drpd enggak sama sekali,
saia suka endingnya, hope i could get that ending khu khu
thx buat agan @xchoco_monsterx buat ceritanya,
cerita ini bikin saia jumpalitan dan galau, tp saia bhagia endingnya menyenangkan.g
terima kasih udah berbagi cerita yg luar biasa ini
Akhirnya kebo ma miki bersatu juga ..
Perjuangan yg kebo lakukan jd ga sia-sia ..