It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@yuzz : Kasih tau author dong, kalau ada hal yang menarik lagi tentang jogja....
@AwanSiwon : Terimakasih ya sudah mau baca cerita ini...
Lanjut lagi ya bacanya
@bi_ngung : Udah ditambahkan tag line nya. Terimakasih ya koreksinya.
Nanti author akan tanya tentang bahasa Jawa. Bantu ya...
@Adam08 : Siap !!!!
Semoga semangat sampai tamat
@hikaru : Jogja bikin kangen terus nih...
@DItyadrew2 : Pasti bisa bayangkan lokasinya kan.....Ada beberapa nama yang disamarkan. Tapi kalau tinggal di Jogja, pasti tau nama tempatnya.
Lanjut ke part 2 ya...
2
SANMOR
“Mas….bangun, udah siang nih…”
“Jam berapa sekarang Ben ?”
“Gue masih ngantuk.”
“Udah jam 8 pagi.”
“Katanya pagi ini mau ke sanmor ?”
“Hmmm…iya, loe udah mandi belum ?”
“Belum mas, mandi bareng aja ya…”
“Ok Ben…”
Dengan malas, aku bangkit dari tempat tidur. Kepalaku terasa agak sakit, akibat dari minuman alkohol yang kutenggak semalam. Rutinitas yang biasa kulakukan bersama Beni Rabu dan Sabtu malam untuk bergaul di café yang menyediakan minuman beralkohol dan musik yang kencang. Istilah yang biasa dikenal adalah dunia gegap gempita atau disingkat menjadi dugem.
Seperti minggu pagi sebelumnya, kami selalu sarapan pagi di depan gedung serba guna UGM bernama Graha Saba Permana. Istilah yang biasa kita kenal dengan nama sanmor. Sebenarnya sanmor merupakan singkatan dari Sunday Morning. Karena tempat ini hanya buka pada hari minggu pagi saja. Layaknya pasar kaget, selain makanan, disini pun juga menjual berbagai macam pernak-pernik.
Kutanggalkan seluruh baju yang melekat pada tubuhku ini. Aku berjalan menuju kamar mandi yang berada di dalam kamar kosnya Beni. Aku pun bergabung dengannya yang sudah terlebih dahulu membasahi badannya di bawah guyuran pancuran yang terdapat di kamar mandi ini.
Posisi kami saat ini saling berhadapan. Tanganku sudah terlebih dahulu melingkar di pinggangnya. Dia mulai menjulurkan lidahnya kedalam mulutku. Secara otomatis aku meresponnya dengan mengulum lidahnya itu. Kami menikmati pergumulan di pagi hari ini. Saling menjilati inci demi inci untuk memberikan kepuasan yang semakin lama menjadi permainan terlarang mengasikkan.
Tubuhku terasa bergertar dengan hentakan-hentakan yang kulakukan. Beni pun merasakan hal yang sama. Hubungan tanpa lisan yang jelas dengan komunikasi desahan dan erangan berakhir dengan suara “Arrrgghhhhhhhhh…..”
Setelah benih-benih kehidupan dari dalam tubuhku dan tubuhnya Beni berceceran di lantai kamar mandi ini, aku dan Beni pun membersihkan badan untuk selanjutnya berangkat menuju Grha Sabha Pramana.
Tempat langganan kami berada di ujung jalan dekat dengan gedung serba guna, yang menjual kari tengkleng*.
(Tengkleng = tulang sapi yang masih ada daging dan sumsumnya)
Sudah ada Indra bersama kedua temannya yang datang terlebih dahulu. Yang satu bernama Gerald dan yang satunya lagi aku belum mengenalnya.
“Dra….loe udah lama disini ?” sapaku.
“Baru aja Gam…pesen dulu sana.”
“Ben…duduk sini.”
“Iya Mas…” Ucap Beni sambil duduk disamping Indra.
Aku memesan 2 lontong kari tengkleng dan 2 es teh manis. Kemudian aku kembali menuju Indra berada.
“Gam…kenalin, ini Gerald, yang ini Rico.”
“Eeh…Agam.” Sahutku sambil menyodorkan tanganku kepada mereka.
Aku berpura-pura tidak mengenal Gerald di hadapan Beni. Padahal aku sudah sering melakukan komunikasi lewat sms ataupun telephone. Namun sampai saat ini kami belum pernah bertemu secara private. Kami sedang merencanakan waktu dan tempat yang tepat untuk saling menyalurkan hasrat seksual.
Sudah bisa dipastikan jika ada Indra yang selalu menjadi pusat perhatian, topik pembicaraan tidak akan jauh dari seputar selangkangan pria. Entah esok, lusa, tulat, tubin, hal seputar selangkangan masih tetap menjadi topik yang sangat menarik bagi Indra. Tidak terkecuali aku dengan bakat yang jalang, sundal dan cabul. Beni, Gerald dan Rico pun ikut menikmati pembahasan ini.
“Heh Gam…..Semalem yo…aku ke Hotel Seleksi, banyak tukang pijat yang baru-baru”
“Haaa…..Hotel Seleksi itu di mana Dra ?”
“Di jalan Sosrowijayan, sebelah kiri jalan. Tulisannya warna merah. Agak masuk dikit dari jalan Sosrowijayan.”
“Pijat kayak gimana Mas Indra ?”
“Pijatnya dari kaki sampai ujung kepala Ben..”
“Ntar habis dipijat, kamu bisa minta service tambahan. Dijamin biji-bijian dan sisilia* kamu disapu bersih sama tukang pijitnya….”
“Kamu cuma merem melek aja Ben….”
*sisilia berasal dari kata silit = bahasa jawa yang artinya anus
“Yang bener mas ?”
“Bayarnya berapa ?”
“Antusias banget loe Ric ?”
“Heh Gam….kamu harus coba juga.”
“Kalau cuma pijat, bayarnya 50ribu, tapi kalau plus-plus, nambah 50ribu lagi.”
“Cakep-cakep ngga orangnya ?”
“Lumy* lah Ger…”
*Lumy = singkatan dari lumayan
“Mas Indra….aku pengen liat orangnya kayak gimana.”
“Ya udah abis makan kita liat kesana aja Ric, aku kenal kok sama induk semangnya.”
“Kamu ikut juga ya Gam.”
“Mau ikut ngga Ben ?”
“Terserah mas Agam aja.”
“Ok Dra, gue juga pengen liat orangnya kayak gimana aja.”
Setelah kami selesai melakukan sarapan pagi di sanmor, kami bergegas menuju jalan Sosrowijayan yang tidak jauh dari malioboro mall. Indra, Gerald dan Rico menggunakan mobilnya Indra, sedangkan aku dan Beni menggunakan mobilku sendiri.
Mobil aku parkirkan di pinggir jalan Sosrowijayan, sesuai dengan yang dibicarakan Indra, disebelah kiri jalan ada plang bertuliskan Hotel Seleksi berwarna merah. Ada sebuah jalan sempit yang hanya bisa dilalui 1 mobil saja, kemudian kami belok lagi ke kanan, masuk kedalam gang yang lebih sempit. Terlihat ada sebuah bangunan sederhana dengan tulisan Hotel Seleksi. Walaupun tertuliskan hotel, namun kamar-kamarnya tidak lebih baik dibanding kamar kosnya Beni.
Indra mengetuk salah satu kamar yang berada di Hotel ini, pintu kamar pun terbuka. Terlihat lelaki setengah baya dengan perut sedikit membuncit. Dia hanya mengenakan kaos oblong putih dan bercelana selutut.
“Mas Joko….ini teman-temanku. Itu Agam, Beni, Gerald dan Rico”
“Saya Joko…”Ucap induk semang yang akhirnya kami panggil Mas Joko.
“Mas Joko, gue boleh liat koleksinya ?” ucapku penasaran.
“Boleh…boleh….silahkan masuk.”
Kami berlima pun masuk kedalam kamar hotel yang berukuran 5mx5m ini. Hanya terdapat kasur berukuran king size dan sebuah meja lengkap dengan kursinya. Ada sebuah tv 14inc model tahun 90an. Ada 3 orang lainnya di dalam kamar ini. Umur mereka aku taksir sekitar 18 tahun. Setelah kami melihat-lihat, kemudian kami berlima keluar dari kamar ini, dan berbicang-bincang di teras kamar hotel.
Dalam hatiku berkata, tanpa harus membayar, aku sudah bisa mendapatkan kepuasan dari berbagai macam lelaki yang kuinginkan. Tapi suatu saat mungkin aku akan mencobanya hanya untuk menghilangkan penasaranku.
Hanya sebentar kami berbicang-bincang di teras hotel ini, kemudian kami berpamitan kepada mas Joko.
“Gam…Dari sini kamu mau kemana ?”
“Gue mau nganter Beni, lalu pulang Dra…Gue ada tugas kuliah yang harus dikumpul hari senin”
“Loe mau kemana lagi ?”
“Mau ke mall dulu, sekalian cuci mata.”
“Ok Dra…sampe besok ya…”
Aku dan Beni berpamitan kepada Indra, Gerald dan Rico. Setelah itu kupacu mobilku menuju kosnya Beni. Dan hanya mengantar sampai depan gerbang kosnya.
Sambil menyetir mobil menuju rumahku, aku menghubungi Gerald melalui ponselku.
Tut…Tut….Tut…
“Halo…” Terdengar suara Gerald dari seberang telepon.
“Hei Ger….Agam nih.”
“Iya Gam, aku tau kok.”
“Loe besok ada acara ngga ?”
“Aku kuliah sampai jam sebelas siang aja kok.”
“Emang kamu besok libur ?”
“Sama, kuliah juga. Tapi sampai jam satu siang.”
“Pulang kuliah, gue main ke tempat kos loe ya…”
“Ok Gam…Aku tunggu loh…”
“Sippp kalau gitu. Sampai ketemu besok ya Ger.”
“Udah ngga sabar nih.”
“Iya Gam….Aku juga udah ngga sabar kok.”
“Dengar suara kamu saja, sudah membuat celana dalamku terasa sempit.”
“Loe tu jangan buat gue ngga bisa tidur dong malam ini.”
“Memang kamu horny juga Gam ?”
“Sumpah demi Wolfgang Amadeus Mozart komponis musik klasik Eropa, gue horny berat Ger…”
“Iya Gam….ngga usah pake sumpah, aku cuma perlu seni gerak tubuhmu saja kok.”
“Sippp Ger…gue akan lakukan yang terbaik deh besok.”
“Sampe ketemu besok ya. Sekitar jam dua siang gue udah nyampe kos loe.”
“Ok Gam….aku tunggu.”
***
Akang is the best lah.
Diambil dari bahasa sanskerta :
Grha = rumah/gedung
Sabha = pertemuan
Pramana = pengetahuan
banyak yang salah mengartikan grha (griha/griya) dengan graha.
padahal arti sesungguhnya graha = roh jahat/buaya.
Makasih kang udh di mantion..
Ditunggu lanjutannya..
Btw... cariiin aku pacar kaya andri (caj) gitu dong hahaha
eta kang lucu sumfah na lah, meni lucu, sumfah demi mang ujang pemilik toko sebelah. hehehe..
kabarin ya kang klo dah update..
Hal yg menarik..? apa ya..?hemm...