It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@primexx : Hehehehe....nanti bakal sering muncul Ipungnya
@darkrealm : Siap...Bentar lagi mau di lanjut
@jakasembung : di Journal udah dibilang kalau Agam punya pacar di Bandung. Tapi andaikata nantinya bakal berpisah, ngga akan seperti cerita di Journal kok
@Hendry_13 : Hehehehe...Gilang ganteng banget, tapi kok ngga kayak abangnya ya...(Ngarep)
@the_yanuars : Bentar lagi mau di upload kok ceritanya. Agam mah bandelnya bukan sama obat dan ganja. Cuma sama laki bandel banget
@revian97 : Siap...siap....
@Dhika_smg : Nah yang bakal di gang bang siapa ya...hehehehehe
@pahlevy_roni : Senyum juga ah....
@black2_gemini : Yang sekarang lebih dikit lagi (
@danze : Hahahah...Normal banget dia mah.
Bentar ya, mau di upload part 5 nya
Dear all readers :
Maaf ya kalau hari ini postingnya agak malam. Tapi bisa dibaca besok pagi kok. Hehehehe...
Lanjut ya ke part 5.
Hari berikutnya di sekolah, Indah sangat penasaran apa yang telah aku lakukan ketika aku bertemu dengan Rahmat. Aku akan menjelaskannya ketika pulang sekolah nanti. Pada saat jam istirahat terakhir, aku akan menemui Rahmat terlebih dahulu.
Aku berjalan menuju belakang sekolah tempat biasa Rahmat nongkrong. Seperti biasa, kulihat Rahmat bersama beberapa temannya sedang mengganggu wanita-wanita yang melintas di depannya. Bukannya aku takut untuk berbicara dengan Rahmat di depan teman-temannya, tapi aku merasa tidak ada kepentingan dengan mereka semua. Dan menurutku tidak ada yang menarik untuk dilihat.
“Rahmat….!!!” Panggilku dari jarak sekitar 15 meter tempat dia nongkrong.
Rahmat memalingkan mukanya ke arahku, kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan menuju tempatku berdiri. Dengan penampilan standard menurut pemikirannya yang akan terlihat macho, tiga kancing baju dia biarkan terbuka dan ujung baju seragamnya tidak dia masukkan kedalam celananya. Namun setelah aku melihat kemaluannya Rahmat tepatnya kemarin sore, aku sudah tidak bersemangat lagi untuk memperkosanya.
“Aya naon Gam ?” Tanya Rahmat keheranan. Tetapi perlakuannya saat ini agak sedikit lebih sopan dibanding sebelum aku mengenalnya.
(Ada apa Gam ?)
“Loe kapan mau ketemu lagi sama Ipung ?”
“Tiap hari juga ketemu Gam. Emangnya kenapa Gam ?” Tanya dia heran.
“Sabtu ini gue main ketempat loe lagi ya, loe ngga kemana-mana kan ?”
“Tapi malam minggu aku mau ke BKR, pada ngumpul disana.” Ucap Rahmat sambil menggaruk-garuk kepalanya yang mungkin tidak terasa gatal.
“Ya udah gue ikut juga ke BKR.” Ucapku antusias. Aku memang sangat penasaran dengan markasnya yang pernah dia sebut kemarin.
“Boleh lah kalau gitu. Mau ketemu di kos atau langsung dari sekolah ?”
“Gue ganti baju dulu di rumah, setelah itu gue jemput loe di kos.”
“Siippp lah…”
Aku sudah tidak sabar untuk bertemu kembali dengan Ipung yang membuat jantungku berdegub kencang kemarin. Dia juga yang selalu muncul dalam bayanganku sepanjang sore hingga malam sehingga membuat aku sulit untuk memejamkan mataku. Aku tidak terima dengan kemunculan bayangannya yang sampai detik ini pun selalu menari-nari di dalam pikiranku. Akan aku kejar kemana pun dia berlari untuk membalas dendamku, dia harus bertekuk lutut di hadapanku.
Ketika aku berada di kamarku bersama Indah setelah pulang sekolah, aku menceritakan seluruh kejadian yang aku lakukan terhadap Rahmat dan Ipung kemarin sore.
“Yang bener Gam ? Masa punyanya Rahmat kecil banget ? Kalau punya kamu gede ngga ?”
“Deeuhhh…Jangan tanya dosa kalau itu sih, punyaku jauh lebih besar dari punyanya Rahmat.”
“Aku mau liat dong Gam…”
“Husss…enak aja. Yang diijinkan melihat hanya manusia yang berjenis kelamin sama dengan gue.”
“Ayo dong Gam…aku kan penasaran.” Ucap Indah sambil menggerayangi tubuhku. Sontak saja aku langsung berdiri dan dengan cepat aku berlari menuju pojok ruang kamarku.
“Heh…nenek lampir !!! Loe kan lagi ada dibawah sumpah, ngga boleh memperkosa gue.” Ucapku geram sambil menunjuk mukanya Indah.
“Hehehehehe…..iya..iya, aku ngga akan memperkosa kamu. Takut bener sih….”Ucap Indah sambil nyengir kuda.
“Awas loh kalau tangan loe gerayangin tubuh gue lagi. Pokoknya gue ngga akan terima, dan gue bakal lapor loe ke Komnas Ham.”
“Hahahaha....Kamu tuh yah. Sekarang mana majalahnya ?” Ucap Indah
“Ada di laci meja belajarku. Ntar….” Ucapku sambil berjalan menuju meja belajarku dan mengambil majalah porno yang aku beli di Cikapundung.
Indah sepertinya sudah tidak sabar ingin segera melihat majalah punyaku. Dia berdiri dari kasurku dan hendak berjalan ke arahku.
“Loe di kasur aja, ngga usah deket-deket gue…”
“Ya ampun, ni orang ketakutan amat sih….Aku sumpah ngga akan memperkosa kamu.” Ucap Indah sambil mengangkat tangan kanannya dengan dua jari dia acungkan ke atas.
“Ya udah, loe duduknya jauh-jauh dari gue.”
Kemudian Indah kembali duduk di ujung kasur, sedangkan aku berseberangan duduknya dengan Indah. Majalahnya aku taro di antara kami berdua. Indah mulai membuka satu persatu halaman majalah ini. Dia benar-benar sangat antusias melihat isinya. Kemudian dia menjerit ketika melihat dua orang lelaki sedang melakukan hubungan intim. Seorang lelaki dengan kulit putih dan bertubuh kekar berpose terlentang di atas sofa. Kedua kakinya diangkat oleh seorang lelaki berkulit hitam dan tubuhnya pun sama kekarnya. Kemaluan lelaki hitam ini sedang tertancap di antara kedua selangkangan lelaki putih. Ekspresi keduanya begitu menghayati dan menikmati momen tersebut.
“Wuaaa….gede banget ya Gam ?” Ucap Indah sambil menarik majalah itu ke arah mukanya agar terlihat lebih jelas lagi.
“Hehehhehe….keren kan ?” ucapku sambil mengambil bantal untuk menutupi selangkanganku yang sepertinya mulai mengembang.
“Misalnya suatu saat kamu berhubungan intim, kamu mau pilih posisi yang mana ?” Tanya Indah yang masih melihat majalah itu tanpa melihat kepadaku.
“Gue ngga tau Dah…Yang jelas misiku sekarang harus mendapatkan Ipung ?”
Tok….tok…..tok….
Kudengar pintu kamarku ada yang mengetuk. Aku segera menyuruh Indah untuk menyimpan majalah itu di bawah bantal.
“Siapa ?”
“Bang Agam….Pintu kamarnya kenapa dikunci ?” Terdengar suara Gilang dari balik pintu kamar.
Akupun beranajk dari kasur dan berjalan menuju pintu kamar untuk membuka pintunya.
“Kenapa Dul ?” Tanyaku. Kulihat Gilang yang masih menggunakan seragam sekolah berdiri di depan kamarku. Dia sedang memegang buku tulis yang entah isinya apa.
“Lagi ngapain sih ? Pasti lagi mesum ya ?”
“Sembarangan kalau ngomong. Loe mau ngapain ngetok pintu kamar gue ?”
“Bantuin aku ngerjain soal kimia.” Ucap Gilang sambil menyodorkan bukunya ke arahku.
“Ya udah masuk ke kamar, sekalian gue kenalin sama temen gue.” Ucapku sambil menyuruh Gilang masuk ke dalam kamarku.
Aku mengambil buku yang disodorkan oleh Gilang, kemudian aku berjalan menuju meja belajarku sambil memperkenalkan Indah kepada Gilang.
“Loe duduknya jangan jauh-jauh dari gue.” Perintahku kepada Gilang. Dia kemudian duduk di kasur dekat denganku. Sedangkan Indah kembali duduk berseberangan dengan Gilang.
“Ini beneran adikmu ya Gam ?”
“Ya iya lah….masa adiknya tetangga gue sih.”
“Kok ngga mirip ? Lagian cakepan adiknya dibanding kakaknya.”
“Dul….Ati2 ama temen gue yang satu ini. Ganas banget…” Ucapku sambil mulai mengerjakan tugasnya Gilang.
“Heheheheh…Pacarnya Bang Agam ya ?”
“Amit-amit deh kalau disuruh pacaran sama nenek lampir.”
“Sekolah dimana Lang ?” Tanya Indah kepada Gilang
“Di SMA BPI 1 Ka…” Jawab Gilang. Merekapun terlibat obrolan-obrolan ringan. Sedangkan aku berkonsentrasi mengerjakan tugasnya Gilang. Sedikitpun aku tidak menemui kesulitan. Hanya membutuhkan waktu 20 menit, aku telah selesai mengerjakan tugasnya Gilang.
“Ni udah beres Dul…” ucapku sambil memberikan buku catatan kepada Gilang yang sedang asik mengobrol dengan Indah.
“Makasih ya Bang…”
“Loe keluar sana. Baca lagi jawabannya, supaya loe tambah pinter.” Ucapku sambil mendorong Gilang keluar dari kamarku.
“Kak Indah, saya keluar dulu ya…”
“Iya Lang…Kapan-kapan jalan sama kakak ya…”
“Iya Kak….”Sahut Gilang yang sudah berada di luar kamarku. Kemudian kututup dan kukunci pintu kamarku.
“Gam….Adik kamu cakep banget ya. Aku mau dong…”
“Enak aja….Loe ngga boleh ngerusak adik gue. Dia anak baik-baik.” Ucapku sambil duduk di atas kasur berseberangan dengan Indah.
“Kan aku juga anak baik-baik Gam…”
“Dia masih kecil Dah….Lah loe kan udah tante-tante. Udah ngga pantes loe jalan sama adik gue.”
“Enak aja udah tante-tante, aku masih perawan tau…”
“Gue ngga peduli loe masih perawan atau ngga, yang penting loe ngga boleh merusak masa depan adik gue.”
“Ya udah kalau ngga boleh sama adik kamu. Tapi kalau aku perkosa kamu boleh kan…?” ucap Indah sambil mendekat ke arahku. Sontak aku berdiri dari kasur dan berlari ke arah pojok kamarku.
“STOPPP !!!! Loe kan udah sumpah ngga akan memperkosa gue !!!” Ucapku sambil menutup kemaluanku dengan kedua tanganku.
“Hahahahaha…..Aku baru nemu ada lelaki takut diperkosa wanita. Udah duduk lagi sini.” Ucap Indah sambil menyuruhku duduk kembali di kasur. Dengan ragu aku mengikuti perintahnya untuk kembali duduk di atas kasur.
Indah kemudian mengambil majalah yang ia taro di bawah bantal. Masih dengan antusiasnya dia membuka halaman demi halaman.
“Gam….kamu udah baca artikel tentang boneka Bob Gay belum ?”
“Udah, boneka yang pertama kali dibuat tahun 1977 itu kan…”
Aku memang sudah membaca artikel tentang boneka yang mirip dengan boneka barbie, namun boneka ini khusus gay. Boneka ini diciptakann oleh mantan eksekutif periklanan Harvey Rosenberg dan mulai dipasarkan di sebuah perusahaan bernama Gizmo. Boneka ini juga pernah mendapatkan penghargaan “ Dubious Achievement Award” oleh majalah Esquire pada tahun 1978.
Sebenarnya hampir sama dengan boneka Barbie yang bisa berganti baju dan aksesoris lainnya, namun boneka ini menggambarkan lelaki yang macho mengenakan baju flanel kotak-kotak dan celana jeans biru. Jika celananya dibuka, akan terlihat kemaluannya yang setengah berdiri dengan posisi ke bawah. Terdapat kalung rante berwarna kuning emas melingkar di lehernya, sedangkan ditelinga kiri ada sebuah tindikan dengan anting berwarna biru.
“Aku mau beli boneka ini Gam…” Tanya Indah sambil tangannya menunjuk ke gambar boneka yang berambut pirang.
“Gue lebih suka yang rambutnya hitam Dah….” Ucapku sambil menunjuk ke arah boneka yang berwarna coklat dengan kumis yang melingkar bersatu dengan jenggot.
“Kamu suka orang yang kulitnya coklat ya Gam ?”
“Iya Dah….Kan gue udah putih, jadi gue lebih suka yang kulitnya coklat.”
“Di Gramedia ada ngga ya boneka ini ?”
“Kayaknya sih ngga ada, gue kan cari majalah ini aja harus ke Cikapundung. Emmm….atau gue tanyain aja sama si abangnya. Siapa tau dia jual boneka kayak gitu.”
“Kalau ada aku mau sepasang ya Gam.” Ucap Indah memohon kepadaku.
“Siap lah….Ntar gue beli dua pasang deh.” Ucapku bersemangat.
Kami berdua memang benar-benar ingin memiliki boneka itu. Setelah pulang sekolah keesokan harinya, aku sempat berganti baju dan membawa majalah ini dari rumahku, kemudian aku langsung menuju jalan Cikapundung melalui jalan Merdeka dan berbelok ke arah jalan Tamblong.
Aku memperlambat laju motorku karena lampu berwarna merah sedang menyala di perempatan jalan Lembong dan Naripan. Kulihat ada seorang bapak-bapak setengah baya menggunakan jaket hitam tengah berdiri di pinggir perempatan tersebut. Sebelumnya pun aku sudah pernah melihat bapak-bapak tersebut berdiri dengan posisi yang sama. Motorku pun tepat berhenti di depan bapak-bapak tersebut. Dia tersenyum kepadaku sambil berucap :
“Istri* Sep… Gareulis pisan.”
(Wanita Sep….Pada cantik banget)
*Istri dalam bahasa Sunda halus adalah wanita
Akupun berusaha menjawab dengan bahasa Sunda yang agak sedikit janggal.
“Alim ah Pak…” ucapku sambil tersenyum.
“Ieu mah sepecial pisan lah sep….Harga mah teu langkung da…”
(Ini sih spesial banget lah sep….Harga sih ngga mahal…)
“Abdi mah alim istri. Pameget aya teu Pa ?”
(Saya ngga mau wanita. Lelaki ada ngga Pa ?)
“Ah si kasep mah sok aya-aya wae…” Katanya sambil menggaruk-garuk kepalanya.
(Ah si kasep suka ada-ada aja….)
“Nya mun teu aya mah…teu janten ah…”Ucapku sambil berlalu dari hadapannya, karena lampu berwarna hujau baru saja menyala.
(Ya kalau ngga ada sih….ngga jadi ah…)
Setelah tiba di jalan Cikapundung, aku mencari abang penjual majalah ini. Rupanya dia sedang duduk-duduk di pinggir gerobaknya.
“Bang….Gue mau beli sesuatu…” Ucapku sambil mengeluarkan majalah yang aku simpan di dadaku.
“Eh si kasep….bade milarian naon ?” Tanyanya bersemangat.
(Eh si kasep….mau cari apa ?)
“Ini Bang…gue lagi cari boneka kayak gini. Abang jual ngga ?” tanyaku sambil membuka majalah untuk mencari gambar boneka “Bob Gay”. Setelah ketemu aku tunjukkan kepada si abang penjual buku. Kemudian dia melihat gambar yang aku maksud.
“Wuuaaa…..yang ini mah Mamang ngga punya Cep…”
“Ya udah kalau ngga punya, payah nih si abang. Segala ngga ada !!!” ucapku sambil merebut majalah yang sedang ia pegang.
“Eh…si kasep mah meni pundungan gitu. Mamang udah pesen majalah yang kayak gitu. Tapi minggu depan baru datangnya. Si kasep mau beli ngga ?”
“Mau bang…..Minggu depan gue kesini lagi. Awas loh kalau ngga ada, gue ceburin ke sungai Cikapundung.”
“Siap lah Cep…..pasti ada ini mah.” Ucapnya dengan penuh semangat.
Walaupun aku merasa kecewa, namun agak sedikit terobati karena minggu depan aku akan memiliki koleksi majalah terbaru. Dengan riang aku lajukan motorku kembali ke rumahku yang berada tidak jauh dari toko kaset Aquarius yang berada di jalan Dago (IR. Haji Juanda).
***
Lanjut..