It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@bi_men : Lanjut ya ke part 7
@str8 : Hehhehehe....maaf baru upload lagi part 7. Ngga akan lama2 kok updatenya
@gr3yboy : Yang kemarin ada dialog yang dihapus, karena mengandung unsur SARA. Jadinya loncat deh temponya... (
Yang ini kayaknya lebih parah lagi. Koreksi yang detail ya.....
@ken89 : Sarua itu artinya sama, contohnya sarua jeung urang. Artinya sama dengan saya.
Dear All Readers :
Maaf banget baru di upload hari ini. Beberapa hari kemarin diperkosa melulu sama si Bos.
Lanjut ya ke part 7.
Matahari Terbit Bulan Tenggelam
Ketika aku baru masuk ke dalam kelas di senin pagi, sudah ada beberapa siswa yang datang terlebih dahulu. Indah pun sudah duduk di bangkunya sendiri. Tetapi ada sesuatu hal yang membuat jantungku berdegub lebih kencang, kulihat Fajar sedang bercengkrama dengan Rina yang duduknya sejajar denganku, namun beda dua baris.
Sambil berjalan menuju tempat dudukku, pandanganku tak lepas dari sosok yang sangat menarik menurut mataku. Andaikan Fajar putus dengan Rina, aku siap untuk mengganti posisinya Rina.
“Gam….Matamu itu loh, kayak mau nerkam aja.” Ucap Indah menghardikku.
“Eh…Gue mauuuuu…”Ucapku tanpa harus menjelaskan apa yang kumau. Indah sudah pasti tau apa yang kumaksud.
“Iya…Aku tau kok. Tapi liat dulu dong sebelahnya ada siapa.” Bisik Indah sambil mendekatkan kepalanya ke arahku ketika aku meletekkan pantatku di bangku kelasku.
“Iya..iya…Gue ngejar yang lain aja kalau gitu.”Kataku sambil membalikkan badanku ke arah Indah.
“Jumat kemarin jadi ketemu sama Ipung ?”
“Jadi dong….Eh gue juga punya kenalan baru. Mantan napi.”
“Haaa….serem banget sih kenalan kamu ? Siapa Gam ?” Tanya Indah penasaran. Aku pun menceritakan tentang perkenalanku dengan Babeh, kemudian aku menjelaskan kenapa Babeh bisa jadi narapidana. Tidak lupa juga aku menceritakan tentang Zabeth dan prilakunya yang langsung kontradiksi denganku.
“Kamu mesti hati-hati Gam…..Terus kenapa Zabeth seperti itu ya ?”
“Gue juga ngga tau Dah, kenapa dia langsung bersikap seperti itu. Atau gue kepret aja kali ya…”
“Husss….Kamu tuh ya, ngga semua masalah bisa diselesaikan dengan kekerasan.”
“Iya sih…padahal pertama gue liat, lumayan juga mukanya. Tapi masih jauh lah dengan Ipung.”
“Lumayan gimana Gam ?”
“Lumayan buat dipukulin sampai babak belur. Hehehehe…..”
“Kebiasaan berantem melulu…Kapan lagi mau ketemu sama Ipung ? Aku pengen tau orangnya seperti apa. Cakepan mana dengan itu tuh ?” Tanya Indah sambil memberikan isyarat mata dengan melirik ke arah Fajar.
“Ehmmm…Walaupun dua-duanya menarik, tapi kalau Ipung keliatan macho banget. Nanti siang rencananya gue mau ke rumah si Babeh lagi. Ipung biasanya nongkrong disana.”
“Si Rahmat tau ngga kalau kamu lagi ngedeketin Ipung ?”
“Ngga Dah…Gue belum kasih tau dia.”
“Pasti dia kaget banget ya kalau tau kamu lagi ngejar si Ipung.”
“Eh tapi si Rahmat itu sebenernya baik orangnya. Perlakuannya di kos dan di sekolah beda banget.”
“Tapi dia suka mabok Gam….Kamu ngga boleh ikut-ikutan.”
“Mungkin cuma pelarian aja Dah, gue sih liat sepertinya ada masalah yang dia sembunyikan. Tapi gue males ikut campur urusan orang lain.”
Sedikit demi sedikit aku mulai mengenal Rahmat. Memang hanya penampilan luarnya saja dan kelakuan di sekolah yang urakan, namun di dalam hatinya seperti menyimpan suatu beban yang aku sendiri tidak tahu.
Sepertinya akan menjadi kegiatan rutin setelah pulang sekolah, aku langsung menuju jalan BKR bersama Rahmat. Tujuanku selain ingin mendengarkan cerita dari Babeh tentang kehidupan di penjara, aku juga mempunyai misi untuk menaklukkan Ipung agar dia mau bertekuk lutut dihadapanku.
Sesampainya disana kulihat Babeh sedang menghembuskan asap rokok sambil menonton berita yang disiarkan oleh salah satu televisi swasta.
“Siang Beh…”Sapaku sebelum masuk ke dalam rumah. Sedangkan Rahmat langsung masuk ke dalam rumah dan duduk di ruang tamu.
“Masuk Gam…”Ucapnya mempersilahkanku untuk masuk ke dalam rumahnya. Kemudian Babeh beranjak dari ruang tengah dan duduk di kursi ruang tamu. Dia hanya mengenakan sarung dan kaos oblong putih yang nampak sudah belel.
“Beh…Zabeth kemana ?” Tanya Rahmat yang mulai menyalakan sebatang rokok kretek filternya.
“Tadi sih bilangnya mau ke Kosambi, tapi cuma sebentar katanya. Berangkatnya juga sama Ipung kok.” Ucap Babeh. Mendengar kata Ipung, jantungku selalu berdegub kencang.
“Ipung mau ngapain ke Kosambi Beh ?” Tanyaku sigap.
“Katanya mau ada yang dibeli. Paling ngga jauh dari boat atau cimeng. Susah dilarang mereka berdua. Kamu juga sama aja Mat, dikasih tau Babeh, ngga pernah mau ngegugu. Gam, kalau mau minum, ambil sendiri di dapur ya…”
“Iya Beh…Nanti saya ambil sendiri.” Ucapku. Sedangkan Rahmat hanya memamerkan giginya yang putih bersih kepada Babeh.
“Kamu mau minum apa Gam ?” Tanya Rahmat sambil beranjak dari kursi.
“Air putih aja Mat…”Jawabku.
Rahmat kemudian berlalu dari kami menuju ke dapur. Sedangkan Babeh masih terus menghembuskan asap rokok melalui hidung dan mulutnya.
“Kamu udah makan siang belum Gam ?” Tanya Babeh.
“Udah Beh, tadi pas jam istirahat terakhir. Beh…cerita dong kehidupan di dalam penjara itu seperti apa ?” Ucapku penasaran.
“Penjara itu seperti hutan belantara, siapa yang kuat dia yang menang. Ngga ada istilah yang gratis di sana. Hak hidup kita disana ditentukan oleh uang atau kekuatan.”
“Kalau yang ngga punya uang gimana Beh ?”
“Ya terpaksa jadi gelandangan di dalam penjara, dan biasanya menjadi pesuruh napi yang lebih berkuasa.”
“Ini kopinya Beh…”Ucap Rahmat sambil memberikan secangkir kopi hitam. Kemudian Rahmat memberiku segelas air putih.
“Makasih ya Mat…” Ucapku sambil tersenyum kepada Rahmat. Dia kembali duduk di posisi semula.
“Katanya Babeh pernah di tahan di Nusa Kambangannya ya ?” Tanya Rahmat
“Iya Mat…10 tahun Babeh ngedekem di sana.”
“Beh…Nusa Kambangan itu satu pulau penjara semua ?”
“Ya ngga Gam…Di sana ada beberapa penjara, Babeh waktu itu dimasukkin ke LP Permisan.”
“Pasti serem banget ya Beh...?”Tanyaku
“Hanya tempatnya aja yang angker, tapi kalau untuk ketenangan, jauh lebih tenang dibanding LP yang ada di kota-kota. Di sana ngga ada keributan antar genk, tapi memang yang masuk kesana biasanya napi yang hukumannya lama-lama.”
“Angker itu banyak hantunya ya Beh ?”
“Biasanya kalau ada orang yang baru masuk sel, ada perkenalan dulu dengan penghuni sel yang sudah lebih dahulu berada di situ. Istilahnya perpeloncoan. Biasanya sih suka dipukulin atau disuruh macem-macem, terutama kalau kasusnya pemerkosaan, disuruh onani dengan menggunakan balsem. Nah kalau di Nusa Kambangan, jarang ada perpeloncoan seperti itu, tapi napi yang baru bisa tiba-tiba ada yang mukul dari belakang dan kelontar sekitar 3 meter.”
“Haaa……Siapa yang mukul Beh ?” Tanya Rahmat kaget.
“Mungkin makhluk penunggu sana Mat...”
“Dulu Babeh diplonco juga ?”
“Babeh kan kasusnya pembunuhan, jadi ngga ada yang berani deketin Babeh. Waktu di Nusa Kambangan juga Babeh ngga dipukul kok sama makhluk penghuni sana.”
“Beh, kalau dipenjara gitu disediain wanita ngga ?”Lanjut Rahmat.
“Ya ngga lah, kecuali kalau istrinya datang berkunjung. Biasanya ada sejumlah uang yang harus dikeluarkan untuk menyewa tempat.”
“Lah kan Babeh belum nikah, terus kalau kepengen gimana Beh ?”
“Kalau Babeh mah gampang Mat….Kan kalau di penjara itu ada istilah matahari terbit bulan tenggelam. Nah tinggal cari aja mataharinya.”
“Haaa…..istilah apaan itu Beh ?”tanyaku penasaran.
“Gini Gam, yang namanya manusia itu pasti diberi naluri untuk berhubungan intim. Berhubung di sana ngga ada wanita, mau ngga mau ya berhubungannya dengan sesama tahanan.”
“Terus maksud matahari terbit bulan tenggelam itu apa Beh ?”Lanjutku
“Kalau matahari terbit itu orang yang disodomi, sedangkan bulan tenggelam itu orang yang menyodomi.”
“Ooo…aku tau Beh…Matahari terbit itu seperti lubang anus, sedangkan bulan tenggelam itu penis yang masuk ke dalam lubang anus. Bener ngga Beh ?”
“Kayak gitu deh Mat…”
“Berarti Babeh dari dulu jadi bulan tenggelam ya ?”
“Pertamanya sih seperti itu Gam, tapi Babeh penasaran bagaimana rasanya menjadi matahari terbit. Babeh coba sekali….Eh malah ketagihan.”
Aku langsung membayangkan adegan-adegan sensual yang pernah Babeh lakukan seperti gambar yang ada di majalah yang aku beli di Cikapundung. Muka preman dengan kumis tebal dan ada tatto di beberapa bagian tubuhnya, tapi nungging. Hhhmmmmm…..keren juga. Ipung harus menjadi matahariku.
Lamunanku buyar oleh suara motor yang berhenti di depan rumah Babeh. Aku coba melihat ke arah depan rumah ini melalui jendela yang tirainya sudah sangat kusam. Rupanya Zabeth yang mengendarai motor tersebut, sedangkan Ipung duduk di belakangnya.
Setelah motor terparkir sempurna, Ipung terlebih dahulu turun dari motor dan kemudian masuk ke dalam rumah, sedangkan Zabeth melirik ke arah motorku sejenak.
“Udah lama Gam ?” Tanya Ipung sambil menyunggingkan senyuman yang menawan.
“Belum lama kok Pung, abis dari mana ?” Tanyaku
“Tadi dari Kosambi, cuma mau muter-muter aja.”
Kulihat Zabeth menyusul masuk ke dalam rumah. Dia menatapku tidak suka selama beberapa detik. Kuberanikan diri untuk membalas tatapannya yang aku sendiri tidak mengetahui kenapa dia begitu benci kepadaku.
“Beth…masuk kamar sana…”Ucap Babeh membuyarkan tatapan tajam Zabeth kepadaku.
Tanpa ada satu patah kata pun, Zabeth langsung masuk ke dalam kamar tengah.
Braakkkk !!!!
Terdengar suara pintu kamar tersebut dia banting secara kasar. Aku sempat terlonjak karena kaget mendengar suara tersebut.
“Mat, Pung…temenin Zabeth sana di kamar.” Suruh Babeh kepada Rahmat.
“Iya Beh…”Ucap Rahmat dan Ipung berbarengan. Mereka berdua pun berlalu dari ruang tamu ini menuju kamar dimana Zabeth berada. Setelah mereka masuk ke dalam kamar, Babeh kembali berkata :
“Gam…Ngga usah dimasukkan ke dalam hati ya… Zabeth kadang seperti itu.”
“Memangnya salah saya apa ya Beh ?”Tanyaku penasaran.
“Kamu sih ngga salah Gam, tapi dia cemburu sama kamu.” Bisik Babeh
“Haaa…..!!! Cemburu kenapa Beh ?”
“Sebelumnya Babeh mau tanya, tapi kamu harus jujur jawabnya.”
“Iya Beh….Babeh mau tanya apa ?”
“Emmmm…..Kamu suka sama Ipung ya ?”Tanya Babeh sambil berbisik.
“Loh kok Babeh bisa tau ? Jangan-jangan Babeh cenayang ya ?”Tanyaku kaget.
“Babeh kan udah minum asam garam lebih lama dari kamu Gam, jadi Babeh bisa tau cara kamu memandang Ipung itu sangat berbeda.”
“Hehehhehe……Babeh tau aja. Terus apa hubungannya dengan Zabeth Beh ?”
“Babeh juga ngga tau cara berfikir Zabeth seperti apa, dia mau sama Rahmat, tapi sama Ipung juga mau.”
“Haaa…..Beh, memangnya Ipung dan Rahmat suka lelaki juga ?”
“Mereka berdua sukanya obat dan cimeng. Kalau urusan cinta sepertinya mereka ngga perduli. Babeh sih udah jelasin waktu itu ke Zabeth, kalau mau jangan kedua-duanya, pilih salah satu.”
“Terus yang dipilih Zabeth siapa Beh ?”
“Dia masih ngga bisa jawab.”
“Beh…Mereka berdua tau ngga kalau Zabeth suka sama mereka ?”
“Kayaknya sih ngga tau Gam, Zabeth mana bisa bilang suka. Gengsinya terlalu tinggi. Kamu harus hati-hati sama Zabeth kalau suka sama Ipung.”
“Kalau saya sih ngga takut sama Zabeth Beh, yang saya pikirkan gimana caranya Ipung bisa bertekuk lutut di hadapan saya.”
“Eh…Tapi Zabeth nekat loh orangnya.” Ucap Babeh sambil menyalakan kembali batang rokok yang entah sudah berapa batang dia bakar semenjak tadi siang aku berkunjung kesini.
“Mmmmm…..Beh, boleh minta ijin ngga ?”
“Minta ijin apa Gam ?”
“Tapi Babeh jangan marah ya sama saya.”
“Iya, Babeh ngga akan marah. Kamu mau minta ijin apa ?”
“Saya mau bicara sama Zabeth, Mmmmmmm pake ini.” Ucapku sambil mengepalkan tanganku yang kutunjukkan kepada Babeh.
“Kamu yakin menang lawan Zabeth ? Kalau yakin sih, Babeh ijinin.” Ucap Babeh sambil tersenyum.
“Saya yakin. Makasih ya Beh…” Ucapku sambil beranjak dari ruang tamu menuju kamar tengah. Perlahan kubuka pintu kamar ini, terlihat mereka bertiga sedang mengisap rokok yang aromanya sama seperti rokok yang dihisap Ipung di kosnya Rahmat. Aku yakin itu yang dinamakan ganja.
“Beth…gue mau ngomong sama loe. Tapi ngga disini !!!”Ucapku ketus.
“Sia dek ngomong naon ?”
(Kamu mau ngomong apa ?)
“Gue tunggu loe di lapangan persib sekarang.” Ucapku sambil mengepaklan tangaku. Aku memilih Stadion Persib karena lokasinya sangat sepi dan tidak jauh dari rumah Babeh.
“Sia ngajak gelut ka aing ?” Ucap Zabeth dengan pandangan mata yang sangat tajam.
(Kamu ngajak gelut sama saya ?)
“Gitu deh….”Ucapku santai. Rahmat dan Ipung hanya memandangku tanpa bisa mengucapkan sepatah katapun. Sedangkan Zabeth langsung loncat dari kasur, dan bergerak cepat hendak menyerangku. Dengan sigap, kubanting pintu kamar ini. Kudengar makian Zabeth dari dalam kamar yang pintunya sudah tertutup.
“ANJINGGG !!!!!”
Aku berlalu dari depan pintu kamar dan berjalan menuju ruang tamu.
“Hehehehe….udah Beh, tuh kedengeran kan lagi menggonggong.”
“Kamu hati-hati sama Zabeth ya Gam. Zabeth sangat tangguh dalam berkelahi. Tapi Babeh juga bisa lihat kalau kamu juga lawan yang sepadan dengan Zabeth.”
Braakkkkk!!!!
Terdengar suara pintu kamar dibanting Zabeth. Dengan amarah yang tak terkendali, dia hendak menyerangku. Namun dengan sigap Babeh menahan tubuhnya Zabeth.
“Beth…bertengkarnya jangan disini. Ngga enak sama tetangga. Sana ke lapangan Persib, Babeh tunggu aja di sini.”
“Iya Beh…Sia geura mantog. Kuaing ditungguan di lapangan Persib.”
(Kamu cepat keluar. Saya tunggu di lapangan Persib)
“Siap bos….” Ucapku sambil mengangkat tangan kananku kearah pelipis kepala seperti orang melakukan hormat pada saat upacara bendera.
”Beh….saya berangkat dulu ya…”Lanjutku sambil berlalu dari hadapan mereka berdua tanpa menghiraukan Zabeth yang sedang memaki-maki ke arahku.
Kulajukan motorku menuju stadion Persib yang berada di jalan Ahmad Yani. Hanya membutuhkan waktu kurang dari 10 menit, aku telah tiba di lapangan ini. Kulihat hanya ada beberapa pedagang yang menjajakan minuman dingin dan aksesoris berlogo Persib yang didominasi warna biru laut. Kuparkirkan motorku tidak jauh dari pintu masuk stadion. Sesuai dugaanku, tempat ini jarang sekali dikunjungi jika tidak ada pertandingan bola.
Dengan santai akupun masuk ke dalam staion ini. Tempat ini berbeda sekali dengan Stadion Siliwangi yang berada di jalan Aceh yang begitu megah dan terawat. Stadion Persib ini agak sedikit usang. Tidak beberapa lama aku berdiri di pinggir lapangan bola, ada seseorang yang menghardikku.
“Sia dek paeh ?” Ucap Zabeth dengan amarah yang sama seperti kulihat di rumah Babeh.
(Kamu mau mati ?)
“Coba aja kalau loe sanggup.” Ucapku santai. Zabeth kemudian memasang kuda-kuda untuk menyerang ke arahku. Memang betul apa yang dibilang Babeh, Zabeth sepertinya mempunyai keahlian bela diri. Aku bisa melihat dari cara berdiri dan posisi kepalan tangannya.
Tanpa menunggu dia bereaksi, aku dengan sigap mengarahkan tinjuanku ke arah mukanya. Namun sebenarnya perutnya dia yang akan dijadikan sasaranku dengan tangan kiriku. Sedangkan tangan kananku hanya untuk mengalihkan perhatiannya saja.
Bukkkk !!!!
Tanganku berhasil memukul keras perutnya, namun aku juga lengah dengan serangan tangan kirinya yang mengenai pipi kananku. Aku terhuyung ke belakang, pandanganku agak sedikit berkunang-kunang. Kurasakan ada cairan amis yang berada dalam mulutku. Sepertinya gusiku berdarah karena pukulan Zabeth yang lumayan kencang.
Setelah pandanganku sedikit pulih, kucoba melihat keadaan Zabeth. Dia sedang berusaha untuk berdiri. Rupanya dia tersungkur pada saat tangan kiriku menghujam ke ulu hatinya. Kutunggu dia sampai benar-benar pulih, kemudian aku melakukan serangan kembali.
Aku berlari ke arahnya. Sekitar satu meter tepat berada di depan Zabeth, aku loncat untuk menyerang kepalanya. Dengan sigap dia menangkis tangan kananku. Namun sekali lagi dia lengah dengan serangan kaki kananku yang kuarahkan menuju selangkangannya.
Bukkkk !!!!
Untuk kedua kalinya Zabeth tersungkur di tanah sambil memegang selangkangannya yang terkena tendanganku. Tanpa harus menunggu, aku arahkan kepalan tanganku tepat ke arah mukanya.
Bukkkk !!!!
“Heeeeh’…..!!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulutnya Zabeth disertai dengan darah segar yang menetes melalui ujung bibirnya.
“Cuma segitu doang ?” ucapku sambil memegang pipiku yang mulai terasa sakit. Sepertinya gigiku ada yang patah.
Tidak ada suara yang keluar dari mulutnya Zabeth. Sepertinya kesadarannya agak sedikit terganggu akibat hantaman yang lumayan keras mengenai pipi kirinya. Akupun merebahkan diri disamping Zabeth yang masih terkapar.
Sekitar 5 menit kemudian, terdengar erangan dari mulutnya Zabeth. Rupanya dia sudah mulai sadar dan merasakan sakit yang menjalar dari selangkangan menuju perut. Badannya dia tekuk untuk menghalau rasa sakit yang dia derita.
“Mau lanjut lagi ngga Beth ?”Tanyaku santai sambil kemiringkan badanku ke arahnya.
“Errrghhhh…..”Hanya suara itu yang keluar dari mulutnya Zabeth.
“Iya…iya…gue tau. Mau dipukul dibagian mana lagi ?” Tanyaku. Dengan perlahan dia hanya menunjukkan kelima jarinya kearahku menandakan dia sudah menyerah. Aku kembali keposisi semula menghapad ke atas sambil menunggu Zabeth pulih kembali.
Tidak beberapa lama kemudian, Zabeth berbicara dengan bahasa Sunda sambil tergagap.
“Sia tong ngadeukeutan si Rahmat. Eta nu aing…”Ucap Zabeth terbata-bata.
(Kamu jangan deket dengan si Rahmat. Itu punya saya)
“Memangnya loe udah bilang sama Rahmat kalau loe suka dia ?”
“Belum…”Jawabnya singkat.
“Mmmm….Tenang aja, loe ambil tuh si Rahmat. Gue lebih suka si Ipung.”
“Si Ipung ge tong dideukeutan. Eta ge nu aing.”
(Si Ipung juga jangan dideketin. Itu juga punya saya)
“Loe juga belum bilang kan sama si Ipung ?”
“Belum juga…”
“Jadi orang itu ngga boleh serakah. Lagian hari ini loe yang kalah. Berarti dua-duanya boleh dong buat gue.” Ledekku. Zabeth pun terpancing amarahnya akibat ledekanku. Dia hendak berdiri, namun tenaganya tidak sebanding dengan amarahnya.
“Anj*ing siah…Langkahan mayit aing heula.”
(Anj*ing siah….Langkahin dulu mayat saya)
“Heheheheh…gue ngga sekejam itu kali. Loe ambil aja si Rahmat. Gue udah ngga ada selera sama si Rahmat. Tapi loe ngga boleh serakah ya. Si Ipung gue ambil. Deal ngga ?”
“Si Rahmat geus dikumaha wae ku sia ?”
(Si Rahmat udah diapain aja sama kamu ?)
“Gue cuma liat kemaluannya aja kok. Ngga lebih dari itu. Masih sakit ngga ? Kalau udah ngga sakit, pulang yuk”
“Lumayan, aing teu bisa balik sigana.”
(Lumayan, saya ngga bisa pulang kayaknya.)
“Sini gue papah aja. Loe bonceng motor gue. Motor loe ntar gue yang urus.” Ucapku sambil bangkit, dan mencoba mengangkat tubuhnya Zabeth.
“Errrghhh…..Lalaunan, nyeri pisan siah…”
(Errgghhh….Pelan-pelan, sakit banget siah…)
“Loe tuh ya, kalau udah gini aja, keluar deh manjanya.”
“Nyeri anj*ing….”
(Sakit anj*ing…)
“Heehhh !!!! kalau ngomong sama gue, pake bahasa Indonesia aja. Lagian loe ngomongnya kasar banget. Untung aja gue ngga bilang kalau loe itu bencong.”Kataku sambil memapah tubuhnya Zabeth menuju motorku. Saat keluar dari stadion ini, ada pedangang minuman yang menghampiriku.
“Cep…kunaon nepi ka babak kitu ?”Tanya pedagang ini sambil membantuku memapah tubuhnya Zabeth.
(Cep…kenapa bisa sampai babak belur gitu ?
“Biasa Bang….Rebutan laki. Gini nih jadinya.”
“Ahhh…si acep mah kalakah ngabodor.”
(Ahhh…si acep mah malah ngebanyol.)
Jelas pedagang minuman ini merasa aku sedang melawak, karena dia melihat Zabeth dengan tatto disekujur tubuhnya dan bertampang macho yang hampir tidak mungkin berkelahi hanya untuk memperebutkan lelaki.
“Bang…Gue titip motor yang itu. Jangan sampe ilang ya.”Ucapku sambil menunjuk ke arah motornya Zabeth. Kemudian aku mengeluarkan selembar kertas bertuliskan 10.000 dan diberikan kepada pedagang minuman tersebut.
“Siap Cep…” Ucapnya ceria.
“Loe pegangan yang kenceng. Awas kalau sampe jatoh, gue ngga mau nolongin loe lagi.” Ucapku sambil mulai melajukan motorku dengan kecepatan sedang. Tangannya Zabeth melingkar di perutku yang membuatku sedikit bergairah.
Tidak beberapa lama kemudian, aku tiba di rumahnya Babeh. Kulihat Babeh bergegas menuju motorku.
“Tuh bener kan ? Pasti yang menang mah si Agam. Hebat lah tebakan Babeh mah.” Ucap Babeh pongah.
“Beh…bantuin si Zabeth dulu turun dari motor. Ntar kalau saya tambah konak, bisa gawat kan. Hehehehe…”Candaku
“Ya udah, kalian pacaran aja kalau gitu.” Saran Babeh sambil memapah Zabeth turun dari motor. Sesaat kemudian Ipung dan Rahmat keluar dari Rumah untuk membantu Zabeth masuk ke dalam rumah.
“Mmmmmm…bau masakan. Pasti lagi masak nasi goreng ya.”Tanyaku
“Iya Gam…si Rahmat sama Ipung tadi lagi buat nasi goreng. Eh motornya Zabeth ditaro di mana Gam ?”
“Di lapangan Persib Beh….”
“Pung…tuh urus dulu motornya Zabeth, sama Rahmat aja ngambil kesananya.”Perintah Babeh
“Iya Beh…” Teriak Ipung dari dalam kamarnya Zabeth.
“Itu muka kamu sampe biru-biru gitu. Gimana nanti kalau orang tua kamu tau ?”
“Udah biasa kayak gini dari dulu. Paling mereka marah sebentar, abis itu juga normal lagi kok.”
Kulihat Rahmat keluar dari kamarnya Zabeth diiringi dengan Ipung yang berada dibelakangnya.
“Gam…pinjem motor dulu ya.”Pinta Rahmat.
“Nih kuncinya…”Ucapku sambil memberikan kunci motorku kepada Rahmat. Kemudian mereka berlalu dari hadapanku menuju motorku yang kuparkirkan di depan rumah Babeh. Aku pun menyusul Babeh menuju kamarnya Zabeth.
Kamar ini sangat sederhana sekali, dengan kasur kapuk yang ditaro diatas ranjang besi yang sudah nampak karat dibeberapa bagiannya. Di sudut kamar ini terdapat lemari baju yang catnya sudah pudar. Melihat kondisi seperti ini, aku mulai kasihan terhadap Zabeth yang harus istirahat di kamar yang sesumpek ini. Dia pasti saat ini sangat menderita akibat pukulan dan tendanganku.
“Tuh ya…makanya jadi orang teh jangan sok jago.” Ucap Babeh menasehati Zabeth sambil membersihkan mukanya Zabeth dengan handuk basah.
“Sorry ya Beth….Gue yang salah.”
“Iya Gam….Tapi kamu jangan deketin Rahmat ya.”
“Tenang aja, gue cuma mau sama Ipung kok. Loe juga ngga boleh deketin dia.”
“Nah gitu, jangan rebutan. Lagian juga belum tentu mereka mau.”
“Kalau masalah itu mah gampang Beh….”Ucap Zabeth.
“Loe istirahat aja dulu Beth, gue mau pulang kalau mereka sudah sampai. Beh, saya tunggu di luar ya.”
“Iya Gam….”Ucap Zabeth. Kemudian aku berlalu dari kamar ini menuju ruang tamu sambil menunggu Rahmat dan Ipung kembali kesini.
Beberapa saat kemudian Babeh keluar dari kamarnya Zabeth. Kemudian dia duduk kembali sambil menyalakan sebatang rokok.
“Beh…si Zabeth perlu dibawa ke rumah sakit ngga ?”
“Ngga perlu, ntar juga sembuh sendiri kok.”
“Besok saya kesini lagi ya Beh, kalau Zabeth belum sembuh, saya langsung bawa ke rumah sakit.”
“Nyantai aja Gam…Babeh mah udah biasa nanganin hal kayak gini.”
“Oh iya ya Beh…dulu pasti Babeh sering berantem ya.”
“Hehehehe….namanya juga masih muda, wajar kalau suka berantem. Tapi Babeh belum pernah sih berantem gara-gara rebutan lelaki.”
“Beh…gimana ya caranya kalau mau ngedeketin Ipung ?”
“Kalau Ipung agak susah Gam…Dia juga sama kayak Zabeth, temperamen tingkat tinggi. Tapi Babeh sih punya cara lain.”
“Caranya gimana Beh ?”
“Buat aja dia merasa nyaman dekat sama kamu. Setelah dia nyaman banget, baru deh kamu bilang suka sama dia.”
“Terus kalau dianya ngga mau gimana Beh ?”
“Emmmm……Tapi ini jalan yang terakhir ya…”
“Gimana…gimana Beh ?”Tanyaku penasaran.
“Cekokin aja, pasti dia kan tidur. Kamu kan bisa apa-apain dia.”
“Yaaa….kalau gitu sih ngga asik Beh…Tapi saya punya ide lain Beh…”
“Apaan tuh Gam…”
“Gini Beh…Mmm…..” Belum sempat aku meneruskan pembicaraanku, terdengar suara motorku dan motornya Zabeth yang berhenti persis di depan rumah Babeh.
“Nanti saya kasih tau ya Beh…Ngga enak ada mereka berdua.”
“Iya Gam…Pokoknya Babeh harus tau cara kamu seperti apa.”
“Siiipppp….Beh, saya pamit pulang ya…Si Rahmat suruh nginep aja di sini, nemenin si Zabeth.”
“Harusnya seperti itu…”Ucap Babeh.
Kulihat Rahmat dan Ipung masuk ke dalam Rumah. Akupun meminta ijin kepada mereka untuk pulang terlebih dahulu.
“Mat…loe temenin si Zabeth ya. Gue mau pulang dulu.”Pintaku kepada Rahmat.
“Siap Gam….”
Setelah berpamitan, aku melajukan motorku menuju rumahku. Sepanjang perjalanan, aku merasakan pipiku mulai membengkak dan sedikit perih. Gusiku juga sepertinya membengkak. Kulajukan motorku dengan kecepatan tinggi agar cepat sampai di rumah.
Sesampainya di rumah, kedua orangtuaku masih belum ada yang pulang. Tapi kulihat motor adikku sudah terparkir di tempatnya. Aku mengendap-endap masuk ke dalam kamarku agar tidak terlihat oleh adikku. Pasti dia akan bercuap-cuap jika melihatku dalam keadaan seperti ini.
***
alah eta stadion persib..
panasarn ini mah sama idenya agam...
hehehe c agam emank byk akal euy, jd panasaran langkah slanjutnya...
hmmm... kang mo nanya jg nich, kn c babeh gk keliatan ad istrinya, sedangkan die jg termasuk matahari terbit bulan tenggelam knz? (heuheuy deuh jd mesem-mesem). jd ap domz hubungan ank2 tu ma babeh? #ngarep sin yg bikin ngiler.. plakz :-P
Like this story so much..
Kiki pasti deh penonton paling depan