It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ada istilah “don’t judge the book from the cover”. Istilah itu juga berlaku pada diriku sendiri. Orang banyak mengira kalau aku ini anak baik-baik yang tidak suka berkelahi, rajin belajar dan menurut perintah orang tua. Wajarlah mereka mengira demikian, karena aku mempunyai kulit putih bersih dengan tinggi sekitar 175cm dan berat proposional. Selain itu juga aku mempunyai wajah yang cukup menarik.
Aku memang tidak suka berkelahi, namun jika ada yang mengusikku, tidak segan-segan aku akan menghajarnya.
Aku juga tidak rajin belajar, hanya keharusan saja untuk mengerjakan tugas sekolah. Tetapi aku selalu mendapatkan rangking pertama. Terkadang aku heran dengan teman-temanku, apakah mereka sama juga sepertiku yang tidak suka belajar.
Dan yang terakhir, siapa bilang aku orang yang penurut. Aku hanya terpaksa mengikuti kehendak orangtuaku saja. Jika tidak diikuti perintah mereka, selain aku tidak bisa mendapatkan uang saku, aku juga diancam akan dimasukkan ke asrama.
Aku membayangkan harus berbagi kamar dengan orang lain. Aku juga harus menycuci bajuku sendiri. Makan ala kadarnya. Setiap malam dilarang menyalakan televisi, dan tentunya aku tidak bisa sepuasnya bermain bersama teman-temanku.
“Tidak…tidak…tidak…”
Lebih baik aku mengikuti kemauan mereka daripada hidupku lebih sengsara.
Saat ini aku duduk di bangku kelas 3 SMA yang berada di jalan Dago Bandung. Di sekolah, aku termasuk siswa yang digemari oleh para wanita, tidak terkecuali Indah, salah satu teman dekatku. Dari kelas 1 hingga kelas 3, Indah selalu duduk di belakangku. Kebetulan kita sama-sama sekelas selama di SMA.
Pernah pada saat kita masih kelas 2 akhir menjelang kenaikan kelas 3, dia hendak menyatakan cintanya kepadaku.
“Gam….kamu sibuk ngga ?”
“Ngga Dah…Memangnya kenapa ?”
“Aku mau bicara serius sama kamu.”
“Memangnya loe mau bicara apaan ?”
“Loe hamil ya ?”
“Bukan itu….”
“Aku mengenalmu sejak kelas 1.”
“Tapi sampai sekarang aku belum pernah lihat kamu punya pacar.”
“Padahal kamu kan ganteng.”
“Jangan-jangan kamu belok ya..” ucapnya sambil memberikan isyarat tangan pada saat mengucapkan kata “belok”.
“Sembarangan loe ngomong.”
“Gue normal tau.”
“Bahasa inggrisnya straight.”
“Terus kok sampai sekarang kamu belum punya pacar ?”
“Memang belum ada yang cocok aja Dah…”
“Ada sih kecengan, tapi gue belum berani deketinnya.”
“Haa….Siapa ?”
“Cantik ngga ?”
“Anak kelas berapa ?”
“Cantikan mana denganku ?”
“Loe tadi pagi minum jus cabe rawit ya ?”
“Mulut loe kok jadi kayak beo sih ?”
“Kamu kayak ngga tau perasaan wanita aja.”
“Aku kan agak sedikit cemburu.”
“Haaa….Maksudnya ?”
“Yaaa…..masa sih ngga tau.”
“Oooo….gue tau sekarang.”
“Loe suka sama gue kan ?”
“Iya lah….siapa sih cewek disini yang ngga suka sama kamu ?”
“Heheheheh…”
“Maaf….maaf…..baru tahu.”
“Tapi permasalahannya beda Dah.”
“Kalau gue sampai pacaran sama loe, itu namanya sebuah penyimpangan.”
“Haaa…..”
“Aku kan perempuan…”
“Dari sisi mana penyimpangannya ?”
“Tadi kan gue udah bilang Dah, kalau gue ini normal, straight.”
“Nah kalau sampai pacaran dengan perempuan.”
“Berarti gue belok dong.” Ucapku sambil memberikan isyarat tangan sama dengan yang Indah lakukan.
“Aku bener-bener ngga ngerti ?”
“Maksud kamu itu apa sih ?”
“Semenjak gue brojol nih, gue udah suka sama lelaki.”
“Haaa…..”
“Tadi kamu bilang kalau kamu straight ?”
“Iya Dah…”
“Maksud gue Straight to the gay.”
“AGAM PRATAMA…..!!!!”
“SERIUS KALAU NGOMONG !!!!”
“Busyet deh nih cewek.”
“Bikin nyawa gue keluar 5 meter dari raga gue.”
“Untung aja nyawa gue balik lagi.”
“Kamu sih ngelantur melulu kalau ngomong.”
“Tapi memangnya kamu gay ya Gam ?”
“Masa gue ngomongnya mesti pake bahasa Sunda sih ?”
“Nih ya…Demi ibu Dedeh guru Bahasa Sunda kelas 1, gue straight alias normal.”
“Sinting !!!”
“Kok kamu bisa jadi gay sih ?’
“Loe mau tau jawabannya ?”
“He..eh”Ucap Indah polos sambil menganggukkan kepalanya.
“Loe sekarang ke mushola, terus ambil wudlu.”
“Abis itu loe shalat.”
“Lalu…?”
“Setelah itu, tinggal tanya deh sama Tuhan, kenapa gue gay.”
“Hehehehe…..kamu tuh ada-ada aja.”
“Loe juga nanyanya ada-ada aja.”
“Terus kamu udah pernah pacaran sama laki-laki ?”
“Belum lah…”
“Masih taraf keceng mengeceng aja.”
“Siapa kecengan kamu Gam ?”
“Ada sih, anak kelas 3 J”
“Dari kelas 2, gue selalu perhatiin dia melulu.”
“Anak sosial maksudmu ?”
“Siapa namanya Gam ?”
“Namanya Fajar…”
“Haaa…..”
“Dia kan pacarnya Rina, temen sekelas kita.”
“Maka dari itu Dah, gue ngga berani deketin si Fajar.”
“Gue ngga enak sama Rina.”
Tetapi semenjak Indah tau statusku, dia semakin akrab denganku. Tidak jarang juga kami menghabiskan malam minggu berdua.
Banyak orang yang mengira jika kami ini sepasang kekasih yang sangat serasi, tidak terkecuali kedua orangtuaku dan adikku.
Terkedang aku jengah juga sih kalau ditanya “Kamu serasi banget sama Indah.”
***
lanjut2, tapi pengen tahu akhirnya agam ma sapa?
Seru juga ni cerita,
next...
“Iya Dah…”
“Maksud gue Straight to the gay.”
Bukankah ini speakernya cuma 1tokoh. Mending jadikan satu kalimat. Aku menganggap ini dua speaker, soalnya ganti kutipan dialog itu sejatinya berganti tokoh. Mendiing jadikan satu saja saran saja..
"km cocok sama henny.." wtf..hahhahaa
pengen liat lanjutannya...
suka lah kiki mah..
tp teu acan aya bahasa sunda na nya..
lanjut kang..
Lanjut lg atuh kang, jangan lupa dimention atuh
bagus, agamm yg dicerita journal ya?
Aduh,
@digorya : Makasih ya udah mau baca ceritaku.
Bentar lagi mau di lanjut