It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
bagian dari rencana jahatnya , HAHHAA *TAWA SETAN*
Gw gak maen di sini kok, gw cuman ngawasin nih anak buah satu ini supaya gak ngelaba kemana-mana kalo di sini. Ini kan salah satu tugas bos B-)
Gue menghela nafas berkali-kali, berusaha untuk menenangkan diri gue. “Ya, udah, sekarang apa salah gue ke elo,” kata gue sok lembut.
“Nanti sore, abis pulang kuliah lo ikut gue!”
Gue hanya mangguk-mangguk. Kak Dirga menghempaskan tanganku dan berlalu dari hadapanku. Mukaku kini memerah. Semua orang pada ngeliatin gue. Gue hanya menundukan kepala dan berlari kecil menuju kelas.
Gue benar-benar tidak fokus mendengarkan kuliah yang disampaikan didepan. Pikiranku terus menerawang jauh. Memikirkan perkataan-perkataan Kak Dirga.
Drttt...drttt...
Hp-ku bergetar, 1 pesan diterima. Kubuka pesan tersebut. Nomornya tidakku kenal.
“EH, CEPET GUE TUNGGU LU DIKANTIN, ABIS ITU LO IKUT GUA, NANTI!
DIRGA”
Gue tercengang membaca pesan Kak Dirga. Darimana dia tahu nomor Hp gue?
Gue mengurungkan niat gue untuk ketemu dia hari ini. Lebih baik gue menghindar saja dari dia. Toh, gue juga nggak kenal sama dia.
Begitu dosen mengakhiri perkuliahan siang itu, gue segera keluar dengan mengendap-endap agar Kak Dirga nggak melihat gue. Samapai di depan kampus gue mencari angkot yang lewat. Tiba-tiba sebuah mobil berhenti didepan gue.
“Masuk!” kata seseorang dari dalam mobilnya.
Aku tidak menghiraukannya.
“Cepet, ngapain diluar!”
Aku masih bergeming.
“Gey, masuk, aku anter kamu pulang!” katanya sambil membuka pintu mobil disebelahnya.
“KAMU!!!” kataku kaget.
Aku mengangkat sebelah alisku, lalu berjalan masuk kedalam mobil.
Selama diperjalanan kami hanya diam. Sibuk dengan dunia masing-masing. Mataku terus menyapu semua yang ada di luar jendela. Mobil perlahan berhenti. Ternyata kami sudah berada di depan kostan aku. Aku masih bergeming, tidak ingin turun. Kupaksakan kakiku untuk turan dari mobil, tanpa melihat kearah mukanya.
“Grey!” ujarnya cepat sambil menarik tanganku.
“Iya!” kupaksakan bibirku untuk membentuk sebuah senyuman.
“Mukamu tadi ngga kenapa-kenapa, kan?” tanya Marcel sambil matanya mengawasi setiap sudut mukaku.
Kok dia bisa tau, kalo aku tadi di pukul Kak Dirga, apa dia melihatku? Apa dia mengikutiku? Apa dia ada hubungannya dengan kak Dirga? Apa dia bersekongkol? Begitu banyak pertanyaan yang mucul di otakku seketika.
“Kok kamu tau?” tanyaku heran.
“Tadi siang, aku juga mau ketemu kamu, tapi aku lihat kamu seperti sedang berantem dengan seseorang, dari luar,” jelasnya. “Mukamu nggak kenapa-kenapa, kan?” tanyanya lagi.
“Nggak, lagi pula sudah biasa,” aku nyengir.
“Kamu masih saja bodoh, seperti dulu,” katanya sambil nyengir.
“Kamu masih saja pengecut seperti dulu!” balasku sambil tersenyum sinis.
Raut wajahnya berubah seketika. Dia menundukkan kepalanya.
“Aku hanya bercanda!” ucapku sambil kupukul bahunya pelan.
Dia terersenyum lagi.
“Sel, ada perlu apa kamu sama aku?” tanyaku pelan.
Marcel memberikan senyumnya lagi yang dulu seutuhnya pernah buatku. “Aku...ee.. Cuma mau kasih ini,” katanya sambil menyodorkan sesuatu yang dibungkus didalam plastik putih.
“Hanya ngasih ini,” kataku tidak yakin.
“Iya!” jawabnya meyakinkan. Kuambil bungkusan itu dari tangannya.
“Apa ini?”
“Foto kita dulu, itu foto yang paling kamu suka, kan. Sengaja aku cuci fotonya...., buatmu” katanya ragu.
“Aku suka!”Aku tersenyum, kemudian menggeleng. “Tapi, sekarang nggak berguna. Buang saja!” kulemparkan bungkusan itu kepadanya.
Dia tertunduk lesu. Aku kasihan padanya. Tapi kupikir, jawabanku tadi tepat. Tidak salah.
“Maaf...., maaf!” katanya lirih.
“Kamu nggak salah!”jawabku tegas.
Kemudian dia turun dari mobilnya lalu menghampiriku, beberapa saat kemudian tubuhnya sudah ada dalam dekapanku. Dia memelukku.
Marcel tidak berkata apa-apa. Tapi kurasa, bagian bahu bajuku sedikit basah.
“Sudah, Sel!” kataku sambil kulepaskan pelukannya lalu aku berlari ke dalam kostanku. Kukunci pintunya rapat-rapat. Beberapa saat kemudian, suara mobil terdengar kian menjauh.
Kini kurasakan kesegaran mulai menjalari tubuhku. Ku biarkan diriku berbaring sambil menatap langit-langit kamar yang mulai tak terurus lagi olehku. Tiba-tiba saja air mataku mengalir. Aku tak mengerti.Tapi ku biarkan semuanya terjadi. Aku tak sanggup lagi untuk membendung air mata ini.
@FirmanE okeoke..
@lockerA Hoammm *gigitgigit tangan locky. :-SS
@lockerA huaahaha, kok nyuruh aku gigit yg 'disitu' , wkwk
*timpukin sendal masjid*
@pahlevy_roni wah knape, bro ??
semoga @AkselEE gak kabur kaya grey.
Besok harus ada lanjutannya. Oke?