It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
alif dan antoni....akankah alif bisa mendapatkan kebahagiaan hati setelah kematian antoni....
akhirnya alif meninggalkan rumah dan bergabung di panti sesuai ramalan elise ya
kisah cinta terlarang akan berganti suasana dan hati yg lain semoga.....
Mati de...
Sekuat apa pun berusaha tuk mencapai suatu keinginan, tapi jika takdir berkata lain maka kita tak dapat menyangkal dan menghindari segala yg telah ditetapkanNya.
Good job, cerita yg sungguh2 menarik, dan mkasih dah di mention.
Karena.... Antoni manusia.... (ng?) --_--
(:|
hahaha..... yang pasti ceritanya masih belom selesai...
akhirnya alif meninggalkan rumah dan bergabung di panti sesuai ramalan elise ya <
mmmm.... sepertinya kau masih harus lanjut membaca.... hehehe.... :P
:-*
jangan terkejut ya dengan kisah selanjutnya....
>- )
tapi aq kok merasa kematianya Antoni terlalu cepat coz hubungan mereka juga terlalu singkat n konflik2 kcl dlam hbngan mereka gag d sajikan langsung saja dngan konflik yang besar sehinga feel dri hbngan mereka trlalu sngkat dpatnya, pdahal law menurt q ini bgus lo to d kmbngn sdkt, tpi apapun it q tetap suka ma cerita kamu ini, ditungu ya update slanjtnya n mention q jga ya.
semoga antoni bereinkarnasi jadi antoni lagi o:
muehehehe
#mention aku yaa,makasih
Senin yang sama, jam 15:30
Rumah sakit Cipto Mangunkusumo yang terkenal dibilangan Jakarta itu tengah mendapatkan laporan jenazah yang masih segar akibat korban kecelakaan. Diruangan itu terdapat seorang dokter wanita dan seorang perawat pria yang kala itu ditemani dua orang polisi pria yang berbeda usia. Polisi itu bertugas untuk meminta hasil laporan sebab kematian dan hasil laporan otopsi.
Di sebuah ruangan otopsi tersebut, sang dokter dan perawat langsung saja `mengobok-obok` tubuh jenazah yang masih baru itu. Kaos yang dikenakan di robek begitu saja sehingga membuat tubuh jenazah yang basah itu tampak polos dan hanya ditutupi selembar kain.
Sementara si perawat melepaskan kaos jenazah, sang dokter menyiapkan alkohol untuk membersihkan luka-luka yang berada di kepala dan rusuknya. Selain itu, ia mengeluarkan sebuah gunting bedah, penjepit, mengenakan sarung tangan dan masker, baju untuk otopsi dan beberapa peralatan bedah lainnya!
Seorang polisi yang lebih muda tampak terlihat panik dan segera memalingkan wajahnya dari peralatan bedah didekat jenazah tersebut! Sang polisi yang lebih tua, tampak tegas dan berwibawa yang sepertinya adalah inspektur kepolisian, tersenyum melihat yuniornya yang sepertinya phobia dengan pembedahan!
“Kau takut…” Ejek sang Inspektur kepada yuniornya.
“Aku hanya tak menduga ternyata otopsi itu berarti pembedahan.” Kata sang senior. Sang dokter yang mendengar percakapan kedua polisi itu tersenyum geli.
“Tenang saja! Ini bukan pembedahan, koq! Sepertinya lukanya tidak terlalu dalam jadi kami tidak perlu membedahnya hingga kebagian vital. Lagipula, ini hanya untuk melihat sebab kematiannya, apakah ia meninggal karena rusuknya patah, atau karena kepalanya hancur.” Kata sang dokter. Polisi yunior itu menganggukkan kepalanya namun tak bisa menutupi bahwa ia masih panik dengan keadaan itu.
“Boleh kutahu bagaimana kejadiannya?” Tanya sang dokter untuk mencairkan suasana.
“Korban sepertinya hendak menyelamatkan kekasihnya saat kekasihnya nyaris tertabrak!” Kata si polisi yunior.
“Apa kau melihat dibagian mana ia tertabrak?” Tanya sang dokter lagi.
“Tubuh sebelah kanannya.” Kata polisi yunior yakin.
“Pantas rusuknya patah!” Kata sang dokter sambil memeriksa rusuknya. Si polisi yunior memalingkan wajahnya.
“Tapi kenapa kepalanya juga ikut hancur?” kali ini kata si polisi senior.
“Sepertinya hantamannya sangat keras! Hingga mementalkan bagian kepalanya ke kap mobil dan membuat tengkoraknya sedikit retak, tapi sukses memecahkan pembuluh darah di otaknya!” Kata sang dokter. Si polisi senior memperhatikan jenazahnya.
“Sepertinya, ini bukanlah luka tabrak lari ataupun kecelakaan. Tapi, pembunuhan yang disengaja!” Gumam seorang perawat yang sedari tadi diam. semua mata tertuju pada gumamam sang perawat itu.
“Kenapa kau berfikir seperti itu?” tanya sang dokter heran.
“Lihat!” tunjuk sang perawat kearah luka dirusuk korban. Sang dokter melihat kearah yang ditunjuk perawatnya. Matanya tampak terfokus dibalik kacamata berbingkai emasnya. Untuk sesaat ia mengernyitkan dahinya.
“Inspektur Jaka, sepertinya anda harus tahu ini.” Kata sang dokter.
“Kenapa?” tanya sang polisi senior.
“salah satu tulang rusuknya patah sekaligus menggeser drastis dari tempat normalnya!” Kata sang dokter.
“Lalu?” tanya sang senior. Sang dokter melirik kearah polisi itu untuk sesaat. Dan kemudian ia terdiam.
“Jika kecelakaan itu tidak disengaja, kemungkinan tulang rusuk tidak akan menggeser terlalu jauh dari tempat asalnya. Karena dorongannya akan berhenti mendadak dan hanya akan memberikan efek nyeri atau keretakan saja.
Namun jika itu disengaja, dorongan terhadap tabrakan akan memberikan efek keretakan dan pergeseran permanen akibat dorongan dari luar yang sangat kuat dan memang diarahkan ke tubuh korban!” Kata sang dokter. dua polisi itu masih tampak belum mengerti dengan bahasa yang dipakai sang dokter.
“dengan kata lain… ini pembunuhan!!” Kata sang perawat menyimpulkan. Semuanya terdiam sekaligus terkejut!
Inspektur itu menatap sang jenazah dengan tatapan kosong
.
“Hubungi Kartika untuk segera kesini!” Suruh sang inspektur kepada si yunior. yunior itupun mengangguk dan melakukan apa yang diperintahkan atasannya.
Semuanya masih terdiam. Jenazah tersebut ternyata sengaja dibunuh! Tak ada yang mengira modus dibalik pembunuhannya. Dan begitulah keagungan Tuhan terhadap pembuktiannya lewat jenazah! Sekuat apapun pelaku pembunuhan menyembunyikan kejahatannya, ataupun menyembunyikan mayat korbannya, suatu saat nanti mayatnya akan muncul untuk memberikan kabar kematiannya dan memberitahukan pelakunya!
Dan itulah yang terjadi saat ini, kabar itu tersimpan didalam tubuh mayat yang ternyata korban pembunuhan!
“Sayang sekali. Padahal usianya sama dengan putriku.” Kata polisi senior. Untuk sesaat semuanya hening.
Tiba-tiba, pintu terkuak pelan. Beberapa mata menoleh pada pintu tersebut yang perlahan memperlihatkan seorang polisi wanita yang masih muda, cantik, namun tegas dan berwibawa dan tampak dewasa.
Polisi wanita itu terlihat jenjang dengan rambut yang digelung asal dan sebuah penjepit rambut murahan tampak menghiasi rambutnya yang hitam lebat.
“Kartika…” Sapa seorang polisi yunior kepada wanita jenjang yang dipanggil `Kartika` itu.
Kartika memberikan seulas senyumnya.
“Aswan…” Sahut Kartika membalas sapaan pria muda yang dipanggil Aswan itu. Aswan memberikan seulas senyum simpul.
Diruangan itu Kartika dapat melihat beberapa orang dengan tugasnya masing-masing.
“Baiklah Aswan, aku tak bisa berlama-lama disini! Jadi, mana sesuatu yang katamu sepertinya akan membuatku tertarik?” Tanya Kartika to the point.
Aswan tersenyum simpul sambil menunjuk santai kearah jenazah seorang laki-laki muda.
Kartika baru menyadari bahwa baju Aswan tampak basah dan sedikit bernoda merah?!
Kartika mendekati jenazah yang terbujur kaku diatas sebuah dipan. Lampu sorot diatas dipan membantunya melihat setiap goresan pada tubuh sang jenazah. Kartika tersenyum mendapati jenazah yang tampak sangat muda dan tampan.
Belum lagi tubuhnya yang setengah telanjang memperlihatkan pahatan maha sempurna dari tubuh seorang lelaki!
“Dia tampan…” Gumam kartika. Aswan tersenyum mendengar pujian Kartika terhadap seorang jenazah.
“Ya… dan juga seorang gay.” Kata seorang inspektur kepolisian yang senior. Di dadanya tertera nametag bertuliskan `Zakaria`.
Kartika menoleh dan sedikit terkejut kearah inspekturnya.
“Tuan Jaka…” Gumam Kartika. “Bagaimana kau bisa mengetahui tentang status seksualnya?”
“Kekasihnya bersamanya di TKP saat dia meninggal. Dan kekasihnya seorang pria…” Kata Jaka enteng. Kartika menatap lagi jenazah yang tampak membeku tapi terlihat sempurna dimatanya.
“Nama dari sang jenazah adalah Antoni Hendrawan, itu teridentifikasikan dari Kartu Tanda Pelajar yang juga berada di tempat kejadian perkara! Sebab kematiannya sampai sekarang adalah kecelakaan lalu lintas…” Kata Aswan.
“Kau berada ditempat perkara saat kejadian itu berlangsung?” Tanya Kartika.
“Ya. Aku juga yang memanggil ambulans untuk segera datang.” Jawab Aswan.
“Pantas saja bajumu tampak bernoda merah…” Kata Kartika.
“Ini…” Tunjuk Aswan pada noda bajunya. “Oh, aku terkena noda ini saat aku menahan kekasihnya yang sudah secara langsung memeluk jasad korban yang bersimbah darah!” kata Aswan. Kartika terdiam.
“Dimana kekasihnya?” tanya Kartika.
“Diruang pemeriksaan.” Kata Aswan.
“Keluarganya?”
“Sedang dihubungi.” Kali ini Jaka yang menjawab.
“Oke, jika ini adalah korban kecelakaan atau tabrak-lari, maka dimana bagian kasus untukku? Aku inikan polisi bagian pemecahan kasus! Bukan untuk menangani jenazah yang sudah mati!” Kata Kartika.
“Justru disitulah aku mengharapkanmu untuk menangani kasus ini.” Jaka berbicara sambil melipat kedua tangannya didada. Kartika mengeryitkan dahi.
“Maksudmu?” Tanya Kartika.
“Luka ditubuh jenazah, di bagian paling fatal adalah dibagian kepala dan rusuk!” Kali ini seorang dokter wanita yang tampak seperti karyawan itu kini ikut nimbrung.
“Namun yang paling mencurigakan adalah, luka dirusuknya… letaknya terlalu dalam!” Kata sang dokter.
“Lalu?” tanya Kartika.
“Luka seperti itu harusnya tidak terjadi jika seandainya disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas ataupun tabrak lari. Karena itu sama saja dengan luka yang tidak disengaja! Tapi… jika lukanya terlalu dalam, seolah-olah… kecelakaan itu disengaja!” Kata seorang perawat pria yang tengah memeriksa bagian rusuk jenazah yang benar-benar terluka parah!
“Dengan kata lain, kecelakaan itu hanyalah bagian dari modus pembunuhan yang disengaja?!” Kartika berasumsi.
“Itu perkiraan sementara yang tidak memiliki alasan kuat! Sepertinya pelaku memang beraliansi untuk menghabisi nyawa korban!” Kata Jaka.
“Tapi dari laporan para saksi, korban mencoba menyelamatkan kekasihnya saat mobil pelaku nyaris menabrak kekasihnya. Alhasil, nyawa korbanlah yang menjadi penggantinya!” Kata Aswan mencoba menyelidik dengan laporan para saksi yang diterimanya.
“Jadi sebenarnya, pelaku ingin menghabisi nyawa kekasih korban! Tetapi yang terkena malah korban itu sendiri!” Kartika lagi-lagi berasumsi.
Hmmm… semuanya tampak masih gelap didalam pikiran masing-masing polisi tersebut. Kartika, Aswan dan Jaka tampak bermain-main dengan pikirannya.
“Baiklah Kartika, sepertinya ini akan menjadi kasus baru yang rumit bagimu. Apakah kau mau mengurusi kasus percintaan sesama jenis ini?” Tanya Jaka akhirnya.
“Ini sedikit menantang menurutku, karena ada sedikit aliansi pembunuhan disini. Hmmm… baiklah aku akan coba pecahkan kasus ini!” Kata Kartika mantap. Jaka tersenyum.
“Baiklah kalau begitu. Mulai sekarang kau mendapat kasus baru untuk dipecahkan! Segala laporan forensik dari para saksi, bisa kau terima dari Aswan.” Kata Jaka. Kartika hanya memberikan seulas senyum simpul namun matanya menyorotkan keyakinan yang mantap.
Untuk sesaat, dia teringat dengan seseorang yang mungkin bisa membantunya dalam masalah ini! `ya, dia pasti mau membantunya!` Pikir Kartika.
“Tuan Jaka, aku ingin merekomendasikan seseorang untuk membantu kasusku. Sepertinya dia lebih mengerti tentang hal-hal yang berbau psikologis seperti ini.” Kata Kartika.
Jaka mengernyitkan dahi.
“Siapa?” Tanya Jaka.
“Anak kuliahan… Fabian Aldiano…” Kata Kartika sambil tersenyum penuh arti.
*****
lanjut gan