It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hhahaha
sudah..!! sudah..!!
di sebelah si @idhe_sama yg ngambeg.. di sini malah si @totalfreak yg kebakar emosi
@silverrain,ingatlah sama @yuzz!! dia masih setia padamu.. jangan buat totalfreak salah paham :P
kmana aja lama ga kliatan?
#mengalihkanpembicaraan
@idhe_sama kabur2 cepetann!!!
@masdabudd ahh
iya nih
saaya disalah pahami,,,,
#merenungsedih
halo @totalfreak , kangen deh...
#cipokbasah :-*
mlam ini apdate gak bang? nungguin nih
@yuzz, kngen jga. eh kmrn akun fbmu sama @masdabudd komen2an di fanpage fb? akunnya familiar soalnya
mlam ini apdate gak bang? nungguin nih
@yuzz, kngen jga. eh kmrn akun fbmu sama @masdabudd komen2an di fanpage fb? akunnya familiar soalnya
emang akun fbnya @masdabudd yg mana ya @totalfreak ?
sekalian dong fb mu apa? kl boleh sih nomer hapenya sekalian..
".... sais...."
"Uhhh...."
Aku mengerjap, membuka mataku perlahan, wajah pucat Sierra adalah pemandangan pertama yang kulihat setelah aku membuka mataku.
Wajahnya terlihat sangat kuatir, tapi begitu melihatku membuka mataku, wajahnya langsung terlihat tenang.
"Lord Arsais, anda yang terakhir sadar..."
Sierra bergumam sambil menuangkan sesuatu dari dalam poci kecil ke gelas keramik dan memberikannya padaku.
Aku memandangi cairan kecokelatan itu sejenak.
"Teh....?"
Sierra mengangguk sambil tersenyum senang. Aku mendekatkan gelas itu ke mulutku dan meminum sedikit isinya.
"Teh Mandragora berumur 3000 tahun yang aku simpan di bawah tanah, aku campur dengan rambut ekor kuda dan sedikit potongan Zombie Slug dari hutan Greenhill."
Aku segera menyemburkan cairan yang terasa begitu asam di lidahku itu setelah mendengarnya membeberkan seluruh kandungan di dalam tehnya.
Sierra tampak masih terkejut, dan senyumannya masih belum lenyap dari wajahnya walau aku berhasil menyemburkan seisi minuman itu ke wajahnya.
"Ehh, aku, maaf, maksudku..."
Sierra tersenyum manis, dan menutup matanya.
"Moon Rune, Show me your Power...."
"WUAAA~!!!!!!!"
=======================================
"Ah, Kevin? Kamu sudah sadar...?"
Senyuman manisnya segera menyambutku begitu aku membuka pintu kemah.
Aku mengangguk dan tersenyum padanya.
Dia merapikan jubah beludru hijau toskanya, dan mengurut kerah tingginya agar tidak menutupi mulutnya.
"Ahh, baguslah, ngomong ngomong itu luka kenapa?"
Axel menunjuk ke arah jubah bishopku yang terkoyak, menampilkan luka di tanganku.
"Ah, tadi ada sedikit masalah dengan Sierra dan dia menyerangku..."
"Ahh? Kok bisa? Mistress Sierra bukannya selalu ramah ya?"
"Aku semburin teh ke mukanya..."
Axel terhenyak mendengarku.
".........................."
"BHAHAHAHAHAHAHAHAA!"
Axel tertawa sampai terjatuh dari kursinya, dia menyeka airmata yang muncul di sisi matanya, kemudian berjalan ke arahku.
"Lain kali hati hati ya! Cyclone, Healing Wind!"
Axel menyentuh bagian lukaku, dan aku bisa merasakan aliran angin sejuk perlahan mengaliri lukaku.
"Nah, sudah..."
Axel melepaskan tangannya, dan luka luka yang tadi ada di tubuhku telah menghilang sempurnya.
"Enak ya jadi kamu, bisa pakai semua sihir..."
Axel tertawa
"Enggak juga! Aku harus hapal semua tongkatku punya kekuatan apa! Coba bayangkan kalau tadi aku salah dan ga sengaja ngambil Thunder Rune!"
Axel bergidig dengan ekspresi lucu ke arahku.
Aku mencubit pipinya, membuatnya memanyunkan bibirnya.
"Ahahahaha!"
Axel memukuli tanganku dengan kepalan tangannya sambil terus mengomel ga jelas.
"Ah, gimana dengan dia...?"
Aku melirik ke arah Rex yang masih tertidur.
Axel ikut melirik, kemudian menghela nafasnya dan segera mengambil tempat duduk semula di samping Rex.
"Tidak ada perubahan, aku ga bisa menyembuhkan lukanya kalau dia belum sadar. Begitu juga dengan dia..."
Axel menunjuk ke arah Cardinal yang keadaannya tampak lebih buruk.
"Mereka berdua menggunakan kekuatannya sampai pada batasnya. Akibatnya mereka jadi benar benar kecapekan. Yahh, Semoga segera sadar.."
Axel bergumam sambil melihat ke arah Rex, sesekali kelebatan cahaya obor menciptakan bayangan di wajah manisnya.
"Ahh, lama banget sih sadarnya, padahal aku mau liat reaksi mereka kalau tiba tiba bangun abis tidur berduaan seranjang begini...!"
Axel mengumpat dengan sebal sambil menatap kedua orang yang tertidur pulas di atas kasur.
Sudah kuduga, alasan sebenarnya kenapa dia mau berlama lama disini pasti karena ada maksudnya!
"Ahh, Yasudahlah..."
"Kamu mau pergi keluar ga Ax?"
Axel melirik ke arahku, dan mengucek matanya.
"Boleh juga! Aku lumayan bosen nunggu disini! Ayo!"
Axel segera berdiri, dan membawa serta seluruh tongkatnya di punggungnya, Ia tersenyum ke arahku.
"Ayo pergi!"
Axel berjalan lebih dahulu, ia mendahuluiku pergi keluar dari tenda.
"Aaahh.... Sudah lumayan malam..."
Axel meregangkan tubuhnya di luar tenda, kemudian mengamit tanganku.
"Ayo kita ke padang di dekat sini! Tempatnya lumayan luas..."
Axel berlari menarik tanganku.
Dia membawaku ke sebuah padang rumput luas tempat kami tadi di kepung oleh kawanan Golden Wolves.
"Ahh, padahal tadi waktu perang tempat ini serem banget ya! Tapi kalau sekarang rasanya enak banget...!"
Axel meregangkan tubuhnya, dan duduk di atas sebuah batu besar di tengah padang rumput luas itu.
Kali ini aku setuju dengan pendapatnya.
Central Distric memang terkenal karena keindahan alamnya, walaupun kelima distrik lain juga terkenal karena keunikannya masing masing, seperti Floating Castle milik Wyatt, dataran penuh gunung berapi milik Pixel, Langit mendung dan berpetir abadi di Distrik Wyatt, dan Tanah tandus milik Arsais.
Well.
Okay, harus kuakui tidak ada yang spesial tentang tanah tandus itu, tapi itu sudah jadi ciri khas tersendiri bagi Valerie.
Jadi.
Masih bisa dihitung keunikan kan?
Dan Central, mungkin bisa dianggap sebagai salah satu daerah paling normal dari semuanya.
Memiliki daerah yang rata rata terdiri dari daerah perbukitan dan padang stepa, serta memiliki langit yang cerah setiap saat.
Indah bukan?
"Ahh, rasanya enak banget..."
Axel merebahkan tubuhnya di batu besar itu. Aku memilih untuk duduk sambil memeluk kakiku.
"Rasanya damai ya, padahal kita lagi perang.."
Aku memandangi wajahnya, tampak begitu santai, dan begitu tenang.
"Yeah... Padahal rasanya baru kemarin kita bersenang senang di Valerie, sekarang Valerie sudah hancur..."
Aku bergumam lirih sambil memandang rerumputan yang bergerak tertiup angin.
"Tapi mereka membangun benteng baru di Valerie kan...?"
Axel melirik ke arahku.
"Yeah. tapi tetap bukan Valerie yang sama...."
Axel hanya terdiam, tampaknya tak bisa membalas perkataanku.
"Kevin..."
"Ya...?"
"Kalau perang ini selesai, gimana kalau kita pergi berkeliling dunia? Aku belum pernah melihat seisi suikoworld dengan mataku. Aku sering liat sih di buku perpustakaan Crystal Temple, tapi tetap aja aku mau liat sendiri..."
Axel berkata dengan nada merengek padaku.
"Ide bagus..."
Senyumannya segera mengembang saat aku setuju dengan kata katanya.
Ia bangkit dan duduk di sampingku sambil menyandarkan kepalanya di bahuku.
"Sebentar lagi perang ini beres, setelah ini kita jadi orang bebas. Aku mau bertualang mencari tujuan baru. Kamu gimana Kev...?"
Aku melirik ke arahnya.
"Selama Alvin perlu bantuannya Kevin, Kevin akan terus ada disisinya..."
Dia terhenyak, kehilangan kata katanya, tapi akhirnya tersenyum kembali.
"Kalau gitu aku udah ketemu tujuan baruku..."
Aku melirik ke arahnya.
"Aku...?"
"Ihh Ge er banget!"
Axel menjitak kepalaku dengan tongkat kayunya.
"Tapi bener kok. Tujuan baruku abis perang ini, aku mau ikut Kevin, kemana aja Kevin pergi..."
Axel mengalungkan tangannya di tangan kananku, mendekapnya di dadanya.
"Gombal ah..."
Axel segera melepaskan pelukannya dan memukulku dengan kuat.
"Kevin ahh! Aku serius ini! Masa Kevin ga percaya?!"
Aku meliriknya senyuman masih terukir jelas di wajahku.
"Percaya kok! Kevin percaya apapun yang Kennyku bilang..."
Wajahnya tampak memerah karena perkataanku, dia menepuk nepuk pipinya sendiri dengan ekspresi lucu.
Aku merangkul bahunya, menariknya ke tubuhku.
"Esok perang besar, bukan tidak mungkin salah satu dari kita terbunuh esok. Walaupun begitu, rasanya Kevin tetap merasa tenang kalau begini..."
Wajahnya tampak semakin memerah mendengar kata kataku, ia menyimpan wajahnya di dadaku.
"Sebentar lagi, semuanya selesai, habis ini semuanya pasti kembali damai kayak dulu. Kalau itu sudah terjadi, mungkin kita bisa minta izin ke Alvin buat pergi berdua, keliling dunia, melihat banyak hal di Suikoworld..."
Aku merasakan dia mengangguk kecil di dadaku.
Aku tak bisa menyembunyikan senyumanku, dan mengusap rambutnya.
"Esok pasti semuanya lewat, esok kita pasti bisa lihat Rex berdiri di atas Great Temple, dan kita semua bersorak dalam kemenangan. Kamu percaya?"
Axel kembali mengangguk.
"Sehabis ini kita bisa kembali bersantai di Bar Leona kayak dulu, Ngobrol bareng sama Iria, Stevan, Geedy..."
"Mereka semua udah mati kan, Kev...?"
"....................ya..............."
"........................"
Aku mengusap rambutnya perlahan dia masih menenggelamkan wajahnya di dalam dadaku.
"Mungkin kita sudah kehilangan banyak sahabat kita, sudah merasakan rasa sakit kehilangan banyak orang karena perang ini, tapi kita masih bisa berjuang disini, menciptakan kedamaian baru, supaya tidak ada lagi yang merasakan apa yang kita rasakan..."
Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa kata kata itu meluncur dari mulutku, karena aku sendiri bahkan tidak mengerti apa yang sudah aku katakan.
Axel kembali menegakkan posisinya, dia melirik ke arahku.
"Ya, kita harus membantu Rex!"
Aku mengangguk dan tersenyum mendengarnya.
"Tapi, menurut Kevin, ini perang yang sulit kan...? Ya, untuk Rex, umm, harus memilih ada di pihak siapa? Christ, Rio..."
Axel tampak kesulitan merangkai kata katanya, tapi aku mencoba memahaminya
Memang benar, dari kami semua, mungkin yang paling merasakan kebimbangan dan denial paling besar adalah Alvin, karena esok dia harus berhadapan dengan Christ yang notabene adalah orang yang dulu disukainya, dan sekarang adalah orang yang menyukainya, tapi akhirnya mereka harus saling membunuh demi selesainya perang ini.
"Menurut Kevin, apa yang bakal dilakukan Rex esok...?"
"Entahlah, tapi aku yakin apapun yang dipiihnya adalah yang terbaik..."
"Uh Hum..."
"............................"
"Coba ini semua ga perlu terjadi ya Kev? Mungkin sekarang Alvin masih jadi Arsais, dan dia pasti sekarang ada di Great Temple untuk meeting bulanan para bishop, atau mungkin lagi menghancurkan pasar bareng Arvyn...?"
Aku tersenyum mendengar kata katanya.
"Ya, dan mungkin kita sekarang lagi duduk duduk di barnya Leona, minum minum sambil ngobrol sama orang orang disana...?"
"Iyah, pasti! Aku kangen banget sama susu cokelatnya tante Leona, katanya dia pake 11 bumbu rahasia buat bikin susu cokelatnya! Masa sih ya? kayak bikin ayam goreng aja! Aku sih yakin buat bikin susu coklat itu harus pake susu dikasi coklat! Bener kan...?"
Aku terdiam, tak bisa menanggapi kalimat bodoh yang barusaja diucapkan olehnya.
begitu polos, tanpa beban, tapi justru kata kata yang keluar apa adanya, bukan kata kata penuh dusta seperti yang biasa diucapkan orang orang yang sering kutemui.
"Andai ya Kev, semuanya ga kejadian..."
Axel merapatkan tubuhnya padaku, tampak sedikit menggigil karena kedinginan.
Aku merapatkan tubuhnya, menyandarkannya pada bahuku sekali lagi.
"Yahh, tapi yang pasti kita harus bisa menyelesaikan semua kekacauan ini..."
Aku memejamkan mataku.
Aku pun selalu berharap semua perang ini tidak terjadi, semua kekacauan yang sudah mengambil banyak sekali sahabat sahabat kami.
Mungkin ini memang hanyalah permainan, dan semua yang ada di sini adalah imajinasi belaka, tapi yang kusadari, semua yang terjadi di sini adalah nyata. Semua persahabatan, perasaan, dan berbagai ikatan yang terjadi di dunia maya ini, semuanya terasa begitu nyata, dan kami berperang pun semata mata demi mempertahankan hal hal nyata di dalam dunia maya ini.
"Nanti setelah semuanya selesai, kamu mau pergi kemana aja Ken?"
"Kenny?"
"Zzz Zzz Zzz...."
Aku merasakan dengkuran kecil di sampingku.
Ah?
Dia tertidur?
Semakin lama aku semakin sulit membedakan kehidupan nyata dan maya.
Ya, seperti ini, kami memang kadang tertidur di dalam game pada hari sabtu dan minggu, tanpa khawatir akan terlambat ke sekolah, dan biasanya kami menjalankan kehidupan layaknya dunia nyata di game pada saat musim liburan.
Tidur, beristirahat, makan, berperang, semuanya kami lakukan di dalam dunia game, karena game ini juga mendukung fitur yang memberikan kami istirahat seperti tidur sebenarnya.
Tentu saja untuk makan kami tetap harus keluar dari game dan makan secara normal.
Aku menggendongnya perlahan, dan membawanya kembali ke perkemahan.
"............."
Aku mendaratkan kecupan ringan di dahinya, dan terus memandangi wajahnya sepanjang perjalananku menuju tendanya.
=======================================
"AH! Arsais! Kamu juga bermalam di game?"
Pixel menoleh ke arahku saat aku berjalan masuk ke tenda para Bishops
"Yeah, aku mungkin ga bisa tidur malam ini, esok perang besar... Kalian ga keluar dari game?"
Wyatt mengangkat bahunya sambil menggeleng.
"Esok minggu, kami semua juga libur, apa salahnya kalau hari ini bersantai sejenak disini. Mungkin dari kita ada yang akan terbunuh esok, jadi kenapa tidak kita nikmati sisa waktu kita? Ah, coba panggil cewek cewek dari Alma Kinan itu! Mereka benar benar seksi!"
Wyatt mengedipkan sebelah matanya sambil mengacungkan jempolnya padaku.
Dasar lelaki hidung belang!
"Lord Greg? Anda juga tidak keluar dari game?"
Greg menggeleng, kemudian kembali asyik dengan sebuah buku tua bersampul kulit di tangannya.
"Hei, hei, Greg, jangan cuma membaca terus dong! Sia sia malam ini kita ada disini kalau kamu cuma diam membaca di pojok!"
Wyatt dengan sebal menarik buku dari tangan Greg.
Greg hanya menatapnya sesaat, kemudian perlahan kembali mengambil buku itu dan membacanya.
".........................."
"Sudahlah, lupakan saja tembok satu ini..."
Ujar Wyatt dengan sebal. Ia kemudian mengambil tombaknya.
"Akhirnya kita menghabisi The Beast Rune, dahulu padahal kita cuma menyegelnya di Underground Altar, tapi sekarang kita berhasil menghabisinya...!"
Wyatt tersenyum senang sambil memperhatikan mata tombak miliknya.
"Entahlah, kupikir malah lebih baik dia disegel. Kalau dia cuma dikalahkan seperti ini, dia akan kabur, dan mungkin akan muncul kembali entah dimana..."
Pixel dengan tidak setuju berbicara pada Wyatt, Greg yang sedaritadi memperhatikan akhirnya menutup bukunya.
"Tidak, dia sudah dihancurkan dan kehilangan kekuatannya, kalaupun dia akan menjelma kembali menjadi Silver Wolf, aku bertaruh dia tidak akan sekuat sebelumnya..."
Ujar Greg tenang.
"Begitukah? Ngomong ngomong, bagaimana dengan Cardinal dan Rex?"
Pixel menoleh ke arahku, senyuman ramahnya selalu terukir jelas di bibirnya.
"Masih belum sadar, semoga esok pagi mereka sudah sadar, kalau tidak kita terpaksa bertempur tanpa mereka..."
Ujarku getir.
"Yeah, aku yakin mereka pasti benar benar kelelahan! Bayangkan saja! Rex mengeluarkan serangan yang bisa menghancurkan seluruh serangan Great Temple dalam sekali serang, sedangkan Cardinal, Membunuh Silver Wolf sendirian. Aku masih tidak habis pikir sebesar apa kekuatan mereka sebenarnya!"
Pixel bergidig ngeri, entah apa yang sekarang sedang dibayangkannya, tapi aku yakin tidak jauh dari apa yang baru dikatakannya.
"Ya sudahlah, hei, kenapa kita ga bersenang senang saja sekarang? Esok perang besar, jadi apa salahnya kita saling mengakrabkan diri sekarang?"
Wyatt mengangkat beberapa botol arak dari meja.
"Aku sudah jadi temanmu selama 6 tahun lebih dan kau masih perlu lebih akrab denganku...?"
Pixel mengernyitkan keningnya, tapi Wyatt menudingkan jarinya ke araku.
"Dia! Bishop baru kita! Semenjak perang ini kita berlima belum pernah ngobrol akrab kan? Hei Arsais ayo duduk sini! Greg, ayo maju sini!"
Wyatt mengebaskan tangannya memanggilku ke arahnya.
"Yahh, bukan ide buruk!"
Pixel mengangguk dan tersenyum kemudian mengambil tempat duduk dua kursi dari Wyatt.
"Arsais, sini!"
Pixel menepuk kursi di sampingnya, memanggilku untuk mendatanginya.
"Ahhh, ya begitu! Ngomong ngomong dimana Arvyn?"
Wyatt menuangkan cairan bening dengan uap menusuk hidung itu ke cawan kecil di depanku.
"Entahlah, tadi dia pergi keluar, aku ga ngeliat dia lagi dimanapun..."
Pixel meneguk isi gelasnya, kemudian mengarahkannya ke Wyatt yang segera mengisinya kembali.
"Mungkin pergi....."
Greg berbicara sepatah, kemudian menelan minumannya.
Aku menatap isi gelasku.
"Kenapa ragu! Ayo! Kau tidak akan mabuk karena minum di game kan? HAHAHAHAHA! Ah! Aku perlu mengasah tombakku!"
"Wyatt kau sudah mulai mabuk..."
Aku menutup mataku dan menenggak isi gelasku.
Terasa begitu panas di tenggorokan, meningatkanku pada peristiwa saat aku mabuk dan ditolong oleh Alvin.
"Ahh! Itu! Siapa yang datang?"
Wyatt menoleh ke arah tirai saat tirai itu tersibak.
Sosok Arvyn beringsut masuk ke dalam tenda.
"Darimana saja kamu? Kami mencarimu daritadi...!"
Wyatt bergumam sambil mengasah tombaknya saat Arvyn memasuki tenda.
"Aku punya seseorang yang ingin bertemu dengan kalian..."
Arvyn berbicara perlahan, seakan takut seseorang mendengar perkataannya.
"Siapa? Mana dia...?"
Pixel bertanya dengan antusias, sambil melirik ke arah pintu.
Arvyn mengangguk, kemudian membukakan pintu, menampilkan sosok seseorang berpakaian putih dengan ukiran dan lambang keemasan memenuhi pakaiannya.
Kami berempat ternganga menatapnya.
"APA MAKSUDMU, ARVYN!"
Pixel berseru dengan tegas, sambil terus mengawasi orang itu dengan hati hati.
"Bagaimana bisa dia ada disini?!"
Wyatt tampak tak kalah terkejutnya, dia segera berdiri dari kursinya.
Aku segera mencabut kedua belatiku, dan menatapnya dengan hati hati.
Greg berdiri, menatap orang itu dengan tajam.
"Lord Marty....."
Sosok itu menatap ke arah kami.
"Aku harap aku tidak merusak kesenangan kalian..."
Sosok itu tetap berdiri, dan Arvyn berdiri di sampingnya.
"Arvyn kau... Kau berkhianat!"
Aku meraung marah, tapi Arvyn tetap berdiri tegap, menundukkan kepalanya.
"Bukan, Arvyn tidak bersalah apapun, dia bertemu denganku saat berjalan jalan, dan aku memintanya membawaku kemari. Ini sedikit mempermudahku untuk bertemu dengan kalian..."
Lord Marty melepaskan Mitra keemasannya, kemudian meletakkannya di dadanya.
"Apa yang kau mau? Apa ini salah satu dari rencana licikmu...? Aku akan memanggil penjaga!"
Pixel menatap sinis ke arahnya, Wyatt yang wajahnya memerah tampak tetap mempertahankan kesadarannya dan sekarang sudah menghunuskan tombaknya dengan mantap.
"Tidak perlu tegang, dan tidak perlu penjaga, aku hanya akan berbicara, setelah itu aku segera pergi..."
Ujarnya.
Jubah Keemasannya berkibar tanpa tertiup angin, wajah teduhnya masih terus menatap kami dengan ramah.
"Apa yang kau inginkan? Bicaralah..."
"Tidakkah gaya bahasamu sedikit kasar untuk seseorang yang pernah menjadi atasanmu, Wyatt?"
"Jangan bertingkah Marty!"
"Kalau aku mau, aku bisa membunuh kalian semua disini sekarang, tapi bukan itu yang jadi intensiku saat ini..."
Ujarnya sambil merapikan jubah putihnya.
"Apa yang kau mau...?"
Pixel kembali bertanya. Aku bisa melihat lambang Fire Runenya menyala.
"Circle Rune! Put down all of their power, and set them to sleep!"
Lambang rune Pixel segera meredup.
"Aku sudah bilang jangan ada kekerasan, Pixel, anakku, bisa kau turunkan senjatamu? Kau juga, Greg, bisa kau berhenti mencoba menggorok leherku?"
Marty dengan santai menyentuh pedang Greg yang saat ini mengalungkan pedangnya dari belakang Marty.
"Aku datang tidak untuk bertarung, tapi untuk minta bantuan kalian...."
"Apa maksudmu bantuan? Kau tahu siapa dirimu dan kau masih berani meminta bantuan pada kami...?"
"Walaupun kalian melawanku sekarang, tapi ingatlah, lambang Harmonia yang tercetak di dada kalian, aku masih kepala negara kalian, dan aku tidak meminta sesuatu yang sulit, aku hanya akan meminta satu hal terakhir sebagai Pontiff dari kalian, Bishops Council. Bisakah? Setelah itu aku akan pergi..."
Pixel mengangguk, kemudian memberikan aba aba pada yang lain untuk menurunkan senjata mereka.
"Bicaralah, kami mendengarkan..."
=======================================
@Just_PJ @adhiyasa
@princeofblacksoshi @littlebro
@danielsastrawidjaya
@hwankyung69
@ularuskasurius @rulli arto
@congcong @Dhika_smg
@seventama @prince17cm
@rarasipau @catalysto1 @fian_pkl
@marvinglory @chachan
@idhe_sama @totalfreak
@rarasipau @bb3117
@sigantengbeud
@adywijaya @adinu @dewaa91
@nero_dante1 @003xing
@reyputra @masdabudd
@FeRry_siX
DIAPDETT
*tinggaltidor*
@totalfreak,emg akunnya yuzz apaan?? FP yg memuat ceritamu?? aku jarang komen ko'!! akun itu aja jarang dibuka
@yuzz, PMin id fbmu donk,, nti Q PM in idQ jg, ok??
iyaa itu fbQ @totalfreak,, bf,fb,twit, emg pake ini smua ppnya ,tpi yg itu jarang dibuka
emg itu fbny @yuzz ya?? tapi kalo ga salah itu nama cewe' deh??
ayo jalan aku mau satee
@masdabudd @yuzz @totalfreak aiz ini pada ngapaen sih
#bete.karena.gapunya.fb
@rarasipau gedeg knp rara???
>__<