It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
HaHaHaHa
*evil scary laugh
"MOVE...!"
Arsais berteriak lantang dari depan kami.
Axel segera mengangguk pelan dan memberikan aba aba pada pasukan di belakangnya.
"KITA JUGA.....!"
Aku berteriak sambil mengangkat tangan kananku
"OOOO!!!"
Orang orang dibelakangku merespon dengan bersemangat.
"JAGA NYAWA! PRIEST BERSIAP! TIDAK ADA YANG BOLEH MATI HARI INI...!"
Arsais mengangkat sebelah belati lemparnya ke udara, kemudian mengarahkannya ke rombongan monster yang berderap ke arah kami.
Pasukan Arsais segera berbaris mendekati Arsais
"MAGE! BERSIAP SERANG!"
Axel segera memimpin sepasukan orang berjubah dengan tongkat di tangannya.
"MULAI SIAPKAN MAGIC! TAHAN!"
Kerumunan orang yang sudah berbaris rapi tersebut mengarahkan tongkatnya ke langit, dan kilatan kilatan cahaya berbagai bentuk tampak mulai berdatangan entah darimana. Pasukan depan tampak sibuk merapalkan berbagai mantra. Keadaan pasukan saat ini penuh dengan gumaman bagai dengungan lebah. Berbagai kilatan cahaya itu kini berkumpul di depan kami. Axel tampak memperhatikan dengan serius ke arah monster yang semakin mendekat. Dia tampak menganalisa komposisi monster yang datang dan mempertimbangkan jenis mantra yang akan dipakainya.
Peluh menetes dari keningnya. Pakaian hijaunya berkibar kibar ditiup angin. Sejenak dia menutup matanya.
"SIAP! Musuh kita UNDEAD! CHARM FLOOR! READY..... ARAH JAM 1, 600 meter, TEMBAK!"
Sebuah tembakan sinar dari beberapa orang yang memiliki skill tersebut beterbangan ke depan arah kami, membentuk ukiran mantra di lantai dan tiang sinar yang segera menghancurkan rombongan Zombie yang terseok2 berusaha mencapai kami.
"HARPY DI ARAH JAM 12! BOLT OF WRATH! 650 meter! NOW!"
Kilatan Petir meringsek menerjang pasukan musuh. Beberapa musuh yang terbang langsung terjatuh dan menghilang.
"KURANGI JUMLAH MEREKA SEBISANYA! YANG SUDAH RECHARGE SKILL API! AREA! SISANYA PAKAI SKILL DOT! (Damage Over Time) BERSIAP! CHARGE! TAHAN!"
Axel mengangkat tangannya memberi aba aba untuk menahan sambil menunggu jarak musuh bisa dicapai.
"TEMBAK!"
Berbagai bentuk lidah lidah api bermunculan dan menabrak rombongan monster, Beberapa segera terkapar, sedangkan beberapa monster lain masih terus bertahan, Jumlah mereka sudah berkurang hingga seperempatnya. Arsais terlihat melipat kedua tangannya dan menonton dengan santai dari depan pasukan pemanah. Saat ini mereka sudah berada tepat di belakang pasukan yang dipimpin Axel.
Axel menghela nafas lega saat tugasnya telah terselesaikan dengan baik. Dia melempar kedelapan tongkatnya ke udara, dan kedelapan tongkat itu menancap dalam sebuah garis lurus.
"Itu tandanya! Pasukan Mage sudah mundur! Lindungi Axel!"
Aku berteriak lantang.
Axel berjalan mundur sampai mendekati pasukanku. Dia memilih tempat untuk duduk dan memejamkan matanya. Kedelapan tongkat itu berpedar dan mengeluarkan cahaya bulat di lantai. Pasukan Arsais tampak sudah bergerak hingga tepat di belakang tongkat itu.
"LONGBOW KE GARIS DEPAN!"
Sekumpulan orang dengan panah panjang segera berbaris dan menarik anak panahnya. beberapa panah tampak dipasangkan secara bersamaan di panah mereka.
"Bersiap! Panah! Charge sekarang!... Tahan! ...Tahan! TEMBAK! SKILL PANAH DIPAKAI!"
Para pemanah menarik panah mereka dan segera melepaskannya ke udara. Langit tiba tiba menjadi gelap karena anak panah menutupi matahari, dan berjatuhan menghantam monster di hadapan kami.
"LONGBOW MUNDUR! Archer Magi! Cast ThunderStorm! Tarik panahnya!"
Segerombolan pemanah berjubah merapalkan mantra sambil menarik anak panah mereka. Archer Magi adalah serombongan penyihir yang menggunakan anak panah untuk melancarkan serangan mereka.
"TEMBAK!!"
Mereka menembakkan panahnya lurus ke hadapan kami, dan dalam sekejap panah itu bagai diselimuti cahaya kebiruan.
BLARR!
Aku menutup mataku, kilatan petir terlihat sangat dekat dengan kami, menerjang tepat ke arah monster di hadapan kami.
"SIAL! Mereka ga ada habisnya!"
Arsais mengumpat marah
"CROSSBOW! KURANGI JUMLAH MEREKA! SISANYA TEMBAK DARI BELAKANG CROSSBOW!"
Pasukan besar membawa Crossbow segera maju dan berlutut kemudian mengarahkan senjatanya ke depan pasukan. Mereka menghujani pasukan musuh dengan panah. Jumlah monster yang datang tampak sudah berkurang jauh dari saat pertama kali datang.
"MUNDUR MUNDUR! KITA SUPPORT DARI BELAKANG!"
Arsais memberikan aba aba mundur pada pasukannya. Pemanah itu segera berhamburan mundur hingga ke depan Axel.
"Akhirnya Giliranku! WARRIOR! SIAP!"
Kami menghunus pedang kami dan segera berbaris ke garis depan. Malaikat raksasa bersayap delapan dengan pedang dan perisai muncul di atas kami, tanda Alvin sudah memberikan perlindungannya dari belakang, sekaligus tanda para Priest sudah siap untuk melindungi. Berbagai mantra perlindungan dan penguatan bermunculan di sekeliling kami. Kami terus berdiam menunggu sampai musuh berada tepat di depan kami. Aku menatap sekeliling. Tongkat Axel masih berpedar pelan. Tongkat itu memberikan tambahan kekuatan pada mereka yang berada di dalam Areanya, karena itulah kami menjaga agar pertarungan tetap di dalam areanya untuk mengurangi korban.
Arsais sudah berdiri berdampingan denganku di depan pasukan jarak dekat. Dia menyeringai pelan ke arahku
"Priest! Jaga pasukan jangan ada yang mati! Pasukan dua lindungi Axel jangan sampai konsentrasinya pecah.."
Aku menatap ke arah Axel. Dia duduk bersila sambil memejamkan matanya. Nafasnya tampak memburu. Tampaknya dia cukup lelah mengontrol kedelapan tongkatnya.
"SIAP! MEREKA DATANG!"
Dalam sekejap semua orang seperti kesetanan, semua orang berteriak, menghunus dan mengayunkan senjata mereka. Arsais menerjang hingga ke tengah barisan musuh dan menyerangnya dari dalam.
Dua jam kemudian Area Pertempuran kami sudah berubah jadi area pembantaian. Bekas bekas pertarungan masih terlihat dimana mana. Tidak ada korban yang jatuh dari pasukan kami. Arsais membantai habis semua pasukan tengah mereka, memberikan cukup waktu untuk kami menghabisi pasukan depan.
Arsais masih mengatur nafasnya. Dia terlihat sangat kelelahan.
"Sial, ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini, Kenapa monster tampak berdatangan kemari semua!"
Umpatku sambil merapikan gulungan rambutku. Axel berlari lari kesana kemari mengumpulkan tongkatnya yang tadi menyebar di medan perang.
"Entahlah..."
Alvin menyeka bekas darah dari wajahnya. Dia melepas sarung tangannya dan memberi aba aba pada pasukannya.
"Perang sudah selesai, beristirahatlah. Semoga tidak ada serangan lagi setelah ini. Silahkan ambil item yang kalian mau, terimakasih,...."
Dia berlalu pergi ke arah Kastil. Axel tergopoh gopoh mendatangiku.
"Sir Caesar! Ayo kita juga pergi!"
Aku mengangguk pelan dan membelai rambutnya. Dia mengalihkan wajahnya dariku.
"Lihat kesini dong, sampai kapan kamu mau terus menyembunyikan wajahmu?"
Axel mengangguk pelan, dan menampakkan mukanya yang bersemu merah ke arahku.
Aku tersenyum pelan, dan kembali membelai rambutnya.
"Ayo, Bishop pasti memerlukan kita!"
Axel mengikuti langkahku ke dalam Kastil.
"Kerja bagus di perang tadi! Kamu belajar darimana komando magic seperti itu? Hampir sempurna!"
Wajah Axel memerah, dia menutup mulutnya dengan tangan kirinya.
"Bishop yang mengajariku. Akhir - akhir ini dia banyak mengajariku dan membawaku berlatih. Sir Caesar jarang online jadi jarang ketemu..."
Aku mengangguk walau ada perasaan sebal di dadaku.
Axel berduaan dengan Alvin?
Apa Alvin sedang berusaha merebutnya dariku?
Kututup dalam dalam perasaan sebal ini, dan kami memasuki aula utama, Arsais sedang menatap kosong dari salah satu jendela di dekat takhtanya.
"Apin! YO! Kita sukses!"
Arsais tersenyum singkat. Dia berjalan mendatangi kami, dan menatap ke arah Axel.
"Axel, ini hadiah untuk keberhasilanmu. Kamu berhasil menerapkan semua yang kuajarkan.."
Arsais memberikan delapan tongkat berwarna hijau kepada Axel, yang terbelalak menerima hadiahnya.
"WAOW! Keren! Makasi Bishop!"
Dia memeluk Arsais dengan kuat
Arsais cuma menyeringai pelan saat Axel memeluknya. Tatapannya seakan menantang ke arahku. Segurat kesal kembali menyeruak di dadaku.
"Mulai saat ini, Kamu adalah Commander dari 5th Harmonian Royal Army, dan artinya, kamu akan memimpin pasukanku.."
Aku terbelalak menatapnya barusan
"Axel? Komandan?"
Alvin mengangguk. Axel tampak terkejut dengan keputusan itu.
"Lord Arsais!"
"Kamu mampu untuk mengatasinya..."
Axel terdiam
"Tapi... soal kekuatan dia akan jauh dibawah orang lain! Apa itu ga jadi masalah?"
Aku menolak dengan lantang. Aku takut Axel akan jadi sasaran saat perang.
Alvin menatap tajam ke arahku. Axel juga menatapku dengan tatapan kecewa.
Aku baru saja sadar dengan apa yang aku katakan. Aku baru saja meremehkan Axel. Padahal aku mengatakan hal itu karena aku kuatir dia akan jadi sasaran di medan perang.
"Maaf..."
Arsais menggeleng pelan, dan mengelus rambut Axel.
"Jangan dipikirkan..."
Axel masih menundukkan kepalanya, tangannya bergetar kuat. Dia tampak menahan emosinya.
"Aku permisi dulu..."
Axel beranjak pergi meninggalkan kami.
"Axel..!"
Aku berusaha memanggilnya, tapi Axel tampak tidak menghiraukan kata kataku.
"SIAL!"
Aku meninjukan tanganku ke lantai, Aku sendiri kecewa dengan tindakanku. Kenapa aku selalu begini?
"Kenapa kau meragukannya..?"
Arsais menatap tajam ke arahku.
"Aku tidak meragukannya, hanya saja, komandan pasukan dengan pengalaman bertarung minimum seperti Axel? Kamu mau dia jadi sasaran empuk?"
Arsais menggeleng pelan.
"Dia tidak lemah, aku sudah memperhatikannya di medan perang, Kamu juga strategist, tapi kau ga bisa menganalisa kekuatan orang lain? Dan kau meremehkan Axel? Mungkin kamu memang ga pantas untuknya...."
Arsais kembali menyeringai kepadaku. Dadaku terasa panas. Kenapa dia selalu mengejekku?
Arsais beranjak pergi dari Aula Utama. Aku masih berpikir sejenak.
"Jangan jangan Axel...?"
Aku kembali teringat kejadian saat dia pergi ke Collosus's Hall
"SIAL!"
Aku segera berlari keluar dari Aula Utama, dengan langkah lebar aku menyusuri lorong demi lorong di Kastil Valerie. Langkahku terhenti saat aku berada di belokan depan kamar Arsais.
Arsais? Dengan baju Priestnya lagi? Mau kemana dia...?
Wajah datarnya tidak berhasil menyembunyikan raut bahagianya. Dia tampak bergegas pergi meninggalkan ruangannya.
Hmm... Dia pergi lagi.
Sejenak aku ragu.
Mengejar Axel? Atau mengikuti Arsais?
AH! Axel jelas lebih penting!
Akhirnya kubalikkan badanku, dan aku bergegas pergi.
Alvin! Lain kali pasti aku ikuti! Tunggu saja~! Akan kuungkap rahasiamu.
Aku mengeluarkan pedang kecil dari tasku, dan pergi keluar dari Valerie.
=======================================
Silver's View
Pilar kebiruan menghiasi Ruangan besar itu. Seorang pria dengan jubah putih itu menatap ke arah mejanya. Sebuah meja catur, dengan berbagai pion terlihat di hadapannya.
"Kelima Bishop bertemu secara diam diam...?"
Hmm...
Dia mengangkat lima buah pion bergambar Rune Earth, Wind, Lightning, Fire, dan Water, menaruhnya di meja caturnya menghadap ke sebuah pion emas berkepala salib
Mungkin penghalang akan bertambah banyak...
"Tapi aku sudah mempersiapkan pionku..."
Sebuah pion salib lain berwarna merah diletakkannya di tengah - tengah meja.
"Dan untuk keempat Bishop lain..."
Beberapa pion lain diletakkannya di sekeliling pion Bishop.
"Aku sudah punya rencana untuk mereka....."
Lelaki itu tertawa lepas. Kekelaman hatinya terukir jelas di wajahnya yang tampak berwibawa.
Dia menghentikan tawanya, dan segera mengatupkan kedua tangannya di meja.
"Tapi yang jadi masalah..."
Dia meletakkan kembali dua buah pion masing masing berbentuk pedang dan tongkat.
Dia menyandarkan wajahnya di kedua tangannya.
"Hmm...."
=======================================
Silver's View
"Hai...!"
Arsais menyapa pelan.
"Ah! Hallo...!"
Yue yang dari tadi duduk menghadap ke danau segera berdiri dan menyambut kedatangan kekasihnya. Senyuman lembut tersungging di wajahnya.
Arsais mengambil tempat duduk di samping Yue. dan Yue segera mengikutinya duduk.
"Kau terlihat lelah? Banyak masalah?"
Arsais menggeleng pelan
"Tidak, hanya tadi kami baru saja berlatih, jadi mungkin aku agak kelelahan."
Yue tersenyum pelan.
"Kalau memang ada masalah, ceritakanlah..."
Yue mengamit pundak Arsais lembut. Arsais memejamkan matanya, dan menghela nafas.
"Aku heran, di dunia ini banyak banget orang bodoh yang ga menyadari kalau ada orang yang benar benar mencintainya."
Yue terdiam sejenak, kemudian mengecup lembut keningnya.
"Yeah, tapi aku beruntung bertemu denganmu.."
Arsais menghela nafasnya pelan.
"Gombal..!"
Yue tertawa ringan.
"Kamu memang ga ada romantis romantisnya ya~! Ahh, aku mau bertemu kamu di dunia nyata. Seperti apa wajahmu..?"
Arsais hanya manatap jauh ke seberang danau. Yue yang sudah memahami karakternya hanya tersenyum kecut.
"Jyo..."
"Hmm...?"
Yue membalik tubuhnya menghadap Arsais.
"Aku mau, apapun yang terjadi, kamu percaya kalau aku setia padamu..."
Sejenak Yue terdiam mendengar kata katanya. Tapi seakan mengetahui kalau Arsais tidak akan membuka mulutnya lebih dari ini, dia akhirnya mengangguk pelan.
"Aku percaya padamu..."
Yue memeluk tubuh Arsais lembut. Arsais menyandarkan dirinya di pelukan Yue, dan menutup matanya, melepaskan semua lelah dan bebannya di pelukan orang yang disayanginya.
=======================================
Ahahahaha
Tenang, mereka cuma karakter pembantu, nanti mereka bakal ada ceritanya sendiri, tapi disini cuma jadi karakter sampingan yang muncul beberapa kali!
Hehehhehehe
Sudah Apdett!
Hahahaha
#pergitidur
maaf gbs apdet dl mpe esok mlm
heheheh
lg liburan ke solo~
khakhakhakha~
@yuzz tarik tgn axel
jgn mau! sma om jin
sni ikut aq aja
#bawalaripergi
@littlebro
makasi kk!
maaf gbs apdet dl mpe esok mlm
heheheh
lg liburan ke solo~
khakhakhakha~
@yuzz tarik tgn axel
jgn mau! sma om jin
sni ikut aq aja
#bawalaripergi
@littlebro
makasi kk!
@.@ #barutau
esok k jgj sama mama
XD
ahh, permen sekarung?
kuraaang?!
@.@ #barutau
esok k jgj sama mama
XD
ahh, permen sekarung?
kuraaang?!
#meras