It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
#ambil botol minyak tawon
haaa? ternyata kau yg menyuruhhnya!!!
padahal ga ktmu
XP
mungkin org suruhanmu belok kerumah Axel
("ㄱ,ㄱ)
("ㄱ,ㄱ)
terharuu
terharu krna ga ngerti, hahaha
wkwkwk
buset pagi2 ol..?sono bocah sekolah.. tp jangan lupa apdet dulu... )
emm, ga tau juga kenapa ? -_-"
#buka tutup botol
lagi istirahat kok
@littlebro iya nih gatau
kenapa ya
#makingaje
mohon maaf kmren ga post cerita, ada tmenku mndaddak nginapp
>,<
XD
"Jerat kakinya, Axel! Jerat kakinya!"
Kuhunjukkan tongkat dari punggungku, dan sebuah tali berbentuk sarang laba laba langsung menjerat kaki makhluk di depan kami. Makhluk itu meraung ganas.
"Caesar! Maju! Aku Assist!"
Lord Arsais mengangkat tangan kirinya dan sesosok malaikat besayap delapan muncul diatas kami bertiga. Itu adalah lambang perlindungan dari Lord Arsais yang dipergunakan untuk meningkatkan serangan pasukannya.
Sir Caesar dengan sigap menghunus pedang besarnya. Dia menebaskannya beberapa kali ke monster itu.
Monster raksasa itu meraung kencang dan melepaskan dirinya dari ikatan jaringku. Sir Caesar segera mundur dan mengganti pedangnya dengan dua buah belati panjang.
Monster berbentuk banteng itu meraung keras dan segera berlari kencang ke arahku. Aku yang tanpa persiapan segera mencoba melancarkan mantra pengikat lagi.
"Axel! Lari!"
Monster itu berlari dengan kecepatan tinggi ke arahku. Aduh! Aku deg degan! Tapi mau gimana lagi! T_T
Bruak!
Sir Caesar tiba tiba berlari ke arahku dan menahan monster itu. Tapi, karena terlalu kuat hentakkannya langsung melemparkan Sir Caesar.
"Sir Caesar...!"
Aku terpekik pelan. Sir Caesar terhempas beberapa kali sampai akhirnya dia kembali berusaha berdiri.
Monster itu kembali mengarahkan matanya kepadaku. Dia mendengus beberapa kali, kemudian mengangkat kapaknya tinggi dan berlari ke arahku. Lord Arsais tampak merapalkan mantranya. Keringat mengucur deras dari keningnya.
Monster itu dengan ganas mengayunkan kapaknya ke arahku
Hiks, Kenapa selalu aku jadi sasaran kapak sihh T_T
Syash!
Terdengar suara kapak membelah keheningan. Aku tahu kapak itu sudah terbenam, tapi tidak di tubuhku. Aku membuka mataku pelan
Wajahku basah oleh darah, dan Sir Caesar berdiri di hadapanku. Pedangnya sudah dilemparkannya untuk mempercepat larinya, dan saat ini dia menahan kapaknya dengan badannya. Kapak itu menancap kuat membelah pinggangnya.
Darah mengucur deras dari pinggangnya.
"Sir.. Caesar...?"
Dia menoleh, dan menatapku dengan tatapan lemah, Tatapan hangatnya kembali bisa kurasakan. Aku merasakan kembali debaran kuat di dadaku saat wajah kami bertemu.
Dia tersenyum lemah, Dari mulutnya mengucur segaris tipis darah. Dia terbatuk pelan, mengeluarkan darah dari mulutnya.
"Dengan begini, kami impas...! Aku sudah melindungimu!"
Aku masih ternganga menatapnya. Aku terpesona, sekaligus ketakutan. Tubuhnya masih tergantung lemas di kapak monster itu, Dia memeganginya dengan kencang agar monster itu tidak bisa mengayunkannya.
"Sir Caesar, apa maksud anda..?"
"Divine Wrath!"
BLARR!
Sebuah tiang cahaya besar menghantam monster itu dan menghancurkannya tanpa sisa. Lord Arsais mengatur nafasnya yang tersisa dan segera berlari ke arah kami. Tampaknya sihir barusan cukup menguras tenaganya.
"Caesar! Bodoh! Heal!"
Luka luka di tubuh Sir Caesar sedikit menutup, tapi jumlah darah yang keluar tidak berkurang. Dia terbujur lemas di hadapanku. Wajahnya penuh dengan senyuman
"Sial! Lukanya terlalu parah! Axel! Support aku!"
"AXEL!"
Aku tersadar dari lamunanku. Air mata tampak sudah mengalir dari mataku
"Support AKU! KAMU MAU DIA MATI?!"
Aku segera mengangguk panik, aku ambil sebuah tongkat dari punggungku.
"Nature's Guidance!"
Cahaya hijau menyelubungi Lord Arsais, dia menutup matanya dan segera membuka kedua tangannya
"Prayer's Sanctuary! Heal Area! Divine Blessing! Heal! Grand Heal!"
Dia mengucapkan sederetan mantra dan berbagai skill segera menyembuhkan luka Sir Caesar.
"Cukup, dia sudah tidak apa apa..."
Aku menatap Sir Caesar. Luka lukanya sudah sepenuhnya tertutup, Aku masih memegangi kepalanya dengan kedua tanganku. Kurasakan dia bergerak, dan ia perlahan membuka kembali matanya.
"Kukira udah mati!"
Ujarnya sambil nyengir nyengir kuda.
Lord Arsais cuma tersenyum dingin kepadanya, kemudian ia membereskan perlengkapannya.
"Cukup, kita pulang sekarang! Persediaan kita sudah hampir habis! Axel, Aku kehabisan MP, jadi aku serahkan kepadamu untuk melindungi kami, karena Caesar juga sudah terlalu lemah untuk bertahan."
Aku mengangguk cepat, kemudian segera mengambil Crossbow dari punggungku. Senjata ini baru kubeli kemarin, karena Lord Arsais mengajakku dan Sir Caesar untuk berburu Minotaur. Sudah Kuduga! Sekarang bergunya! Hyee~
Lord Arsais membalik tubuhnya dan mendahului kami pergi.
"Arsais!"
Sir Caesar tersenyum ke arah Lord Arsais. Dia menunjuk ke arah Lord Arsais
"Kita impas sekarang! Aku ga akan menyerahkannya..!"
Lord Arsais hanya menyeringai singkat, kemudian segera membalik tubuhnya
Waduh! kayaknya terjadi sesuatu pas aku lagi ga online nih! Dan kayaknya itu soal aku deh! >,<
Kami pun meneruskan perjalanan kami ke Valerie. Hmm, sebenarnya apa yang mereka maksud! Aku nanya ke Sir Caesar deh nanti!
=======================================
Sepasang penjaga segera membukakan gerbangnya saat kami tiba.
Aku segera menurunkan semua peralatan kami dan menyerahkannya kepada NPC gudang untuk disimpan.
Kami menyusuri lorong panjang Kastil Valerie sampai akhirnya berhenti di depan kamar Lord Arsais
"Yahh, Aku mau Logout sekarang! Kalau ada apa apa sms aja!"
Lord Arsais melambaikan sebelah tangannya dan segera masuk ke dalam ruangannya.
Sir Caesar hanya mengangguk kemudian segera berjalan pergi dari depan kamar Lord Arsais.
Aku, umm, mau kemana ya?
Oh Iya!
Aku harus nanya soal yang tadi!
"Sir Caesar!"
Sir Caesar yang baru berjalan beberapa langkah pergi berbalik dan menatap ke arahku
"Ya? Ada apa Axel..?"
Hayaa! Muka itu lagi!
Nervous Nervous Noervous!
AKu menghela nafas, aku dongakkan kepalaku menatapnya
Ga kuaatt
X3
Segera kutundukkan lagi kepalaku.
Aku memulai pembicaraanku dengan ragu ragu...
"Sir Caesar, untuk yang tadi, terimakasih, sudah melindungiku..."
Dia tersenyum pelan dan menatap ke arahku.
Aku kembali meneruskan kalimatku.
"Umm, Sir Caesar masih marah padaku...? Sir Caesar bisa maafin aku..? Aku salah apa, kasi tau nanti kuperbaiki.,," Aku masih tidak berani menatap ke arahnya
Sepii
>,<
Aku jadi ga enak sendiri, kayaknya Sir Caesar benar benar marah kepadaku!
"Maaf..."
Aku membalik badanku perlahan dan berlalu pergi, saat dia tiba tiba memeluk tubuhku dari belakang
"Sir, Sir Caesar...!"
Dadaku berdegup kencang, kurasakan debaran dadanya di belakangku berlomba dengan degupanku. Aku menutup mataku. Lututku rasanya lemas!
"Axel, Aku yang minta maaf.."
Sebuah suara lemah tapi lembut membelai telingaku
Dia masih belum melepaskan pelukannya dari tubuhku. Wajahku sudah terasa mau terbakar, aku gatau mau ngapain lagi! Dadaku rasanya mau meledakk!
Aku menganggukkan kepalaku pelan, dan memutar tubuhku ke arahnya, kemudian memeluknya perlahan.
Sir Caesar tersenyum pelan, dan kembali meneruskan pelukannya kepadaku. Rasanya damaaai banget!
=======================================
Silver's View
Dari balik pintu besar, Arsais masih menyandarkan dirinya di belakang pintu. Dia masih belum meninggalkan permainan, Ia menyaksikan semua yang terjadi di balik pintu itu.
Matanya menerawang ke atas, wajah dinginnya tidak menampilkan raut apapun. Dia hanya mengetuk ketukan kaki kanannya ke lantai.
"Caesar... Jadi sudah waktunya untuk perlombaan kita dimulai...? Aku, atau Kamukah, yang lebih dahulu menang?"
Dia berjalan perlahan meninggalkan kedua guru dan murid yang masih berpelukan di depan kamarnya.
"Siapapun yang menang, keduanya akan menang...."
Ujar Arsais lagi sambil membuka jendela kamarnya.
Matanya memandang jauh ke langit jingga di kejauhan.
Sejenak ia mengerutkan keningnya.
"Perasaan buruk apa ini....?"
Dia memegangi dadanya dan menghela nafas, kemudian kembali membenamkan dirinya dalam lamunannya.
=======================================
"Cardinal menolaknya?"
Lelaki berwajah tampan berpakaian putih itu kembali mengelus dagunya.
"Ya, dia tidak ingin ada kekacauan lebih lanjut. Aku sudah bilang, Cardinal adalah orang yang cinta damai, dan dia tidak akan mau memulai perang..."
Lelaki berjubah putih itu menghela nafasnya pelan.
"Dia tidak mau memulai perang? Bukankah kau kemarin berhasil menghasutnya untuk menyerang Harmonia?"
Seagent menggeleng pelan.
"Begitu pasukan depan kami dihabisi Arsais, Dia langsung memerintahkan penarikan pasukan. Penyerangan itu dimulai tanpa sepengetahuan dia. Jendral yang bertanggung jawab atas hal itu pun segera di usir dari Aronia karena hal itu..."
Lelaki berjubah putih mengetuk ketuk pelan meja kayu di hadapan mereka.
"Bagaimana, kalau Harmonia yang menyerang lebih dulu, apakah Aronia akan menyerang balik...?"
Seagent menatap lelaki berjubah putih itu dengan bingung.
"Maksudmu...?"
Lelaki berjubah putih itu tersenyum simpul.
"Aku sudah mencoba kekuatan perang Arsais dengan Harpy kemarin, aku sudah mengantisipasi hal ini..."
Seagent mengangguk angguk walau wajah bingung masih menghiasi wajahnya.
"Jadi rencanamu?"
"Bawa Jendral yang diusir itu kehadapanku secara diam diam..."
=======================================