It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dah ayo buruan apdet! #bawa golok
Aku terbangun saat seberkas sinar matahari menggelitik wajahku perlahan.
Kukerjapkan mataku.
Loh, ini dimana ya?
"Humm......................."
Oh iya! Ini kan di rumah Mama!
Aku mematikan AC kamarku dan pergi keluar kamar.
"Pagi Ken, laper?"
Mamaku sedang sibuk memindahkan makanan yang ada di bungkusan ke piring di meja
"Wah, mama beli makanan diluar yaaa...!!!"
Aku segera mengambil sebuah makanan yang aku gatau namanya. Pokoknya bentuknya panjang trus ada isinya. Kayaknya sih dari nasi! Ah, gatau deh, pokoknya enak! :9
"Mama kok ga masak aja ma??"
Mamaku tersenyum malu malu mendengar perkataanku
"Iya nih, Mama kesiangan juga soalnya. Oia, hari ini Mama harus pergi ke rumah Tante Keshia, kamu mau ikut mama atau enggak?"
Yahh! Baru juga aku dateng, kok udah ditinggal ama mama sih
(-.-)
Aku memasang muka masam, dan menggelengkan kepalaku dengan kuat.
Mama tampaknya mengerti, kemudian ia menyentil dahiku pelan
"Eits, Mama kesana soalnya mau ambil pesanan barang untuk kamu juga! Jangan ngambek gitu dong, kan kamu udah SMA."
Ups!
"Hehehe..."
Aku menggaruk belakang kepalaku pelan. Gatau kenapa, mendadak gatel aja
"Yasudah, Kenny nanti pergi aja ke Mall gimana? Mama turunin kamu di Mallnya nanti. Mau? Lagipula kan kamu belum pernah liat Mall disini kan?"
Mamaku melanjutkan kata katanya dengan mengagung agungkan satu satunya Mall yang ada di kota kami. Yahh, sebenarnya sudah banyak Mall berdiri di kota kami, tapi yang kudengar semuanya tutup setelah buka beberapa tahun.
Orang disini pelit pelit kali yah??
Hufh!
Akhirnya aku mengangguk pasrah pada Mamaku.
Sebenernya lagi ga mau jalan jalan sih! Masi capek! Kalo bisa sih mau tidur aja dulu . Tapi daripada aku kurang gerak, kan kalo kata dokter nanti bisa numpukin lemak di badan.
"Aku siap siap dulu ya Maa!!!"
Mamaku mengangguk pelan menanggapi perkataanku.
Aku segera membasuh wajahku, dan menyikat gigiku, kemudian keluar dari kamar mandi.
Sejenak aku pandangi wajah mamaku yang terkejut melihatku. Ck, kok kayak liat hantu aja!
"Ma, kenapa ma? Kok kaget gitu?"
Mamaku menggeleng pelan dan kembali melihatku.
"Kenny, Mandi....."
Ups!
=======================================
Graukk~
Kugigit lagi Roti berlapis Vla yang aku tadi beli di toko di pojokan mall.
Langkahku ga jelas mau kemana. Yang penting pokoknya aku ngelepasin bete ku aja disini!
Hmm...
Permen!!!
Aku segera berlari ke sebuah stand yang menjual permen berwarna warni dengan beragam bentuk.
"Kak! Beli permennya!"
Aku tersenyum pelan pada seorang cewek yang usianya keliatan sedikit lebih tua daripada aku.
Cewek itu menatap ke arahku
"Wahh! Mau beli yang mana Maniss?? Hehehe, Mamanya mana? Kok keluyuran sendirian??"
Hyekz!
Oke! Saya Sewot!
"Kak! Aku udah SMA ya! Enak aja masa udah SMA jalan jalan ama Mamanya! Udah ah! Beli yang ini! Nih!"
Dengan sewot aku mengambil sebuah lolipop berwarna kuning dan menyerahkan sejumlah uang sambil mesem.
Kakak yang aku ajak bicara malah tertawa pelan
"Iya deh, makasi ya Anak SMA"
Igh! Dia bercanda lagi sama aku!
Aku langsung dengan sewotnya membuang muka dan pergi menjauh.
Kugigit permen yang tadi aku beli.
KESEEELLL!!!!
Agh.
Aku kembali menyusuri mall ini.
Saat ini aku berada di lantai teratas dari mall ini.
"Huahh...!"
Ahh! Gara gara aku melamun, hampir aja aku ketabrak kereta.
Eh! Kereta? Hmm...
Bukan sih! Cuma kereta api kecil untuk ngebawa anak anak jalan keliling lantai atas kayaknya.
Bikin kaget aja! Grr...
Aku berjalan ke arah Food Court yang disulap oleh pemilik mall nya menjadi beragam ruangan dengan berbagai tema.
"Woaa~"
Keren juga!
Setelah lamaaaa banget bingung ama makanan yang dijual disini, aku mutusin untuk beli seporsi steak dari sebuah stand yang ada disana.
"Yumm...."
Enak steaknya! Walau bumbunya masih terasa aneh di mulutku. Tapi gapapa deh.
Kusandarkan pelan badanku.
Masih pegel nihh!
(T_T)
Ahh...
Kusibakkan pelan rambutku yang emang selalu menolak untuk jatuh dan selalu berantakan ke berbagai arah.
Hmm...
Gimana keadaan mereka sekarang ya?
Hmm....
Ah! Nikmatin yang ada dulu aja!
Kupotong sedikit steak dan kumasukkan ke dalam mulutku.
Emm.........
Daritadi...
Aku ngerasa diliatin ama orang sekitar sini
Bener ga sih? jangan jangan aku yang ke GR an lagi...
Ga lama habis aku mikir gitu, mendadak ada beberapa cewek datang ke arahku.
Dandanannya sih ga banget kalo buatku! Hieh, Burung merak aja pasti bilang mereka norak deh!
Ck
"Haii, Hello Hello, Nice to meet you..!!"
Mereka bicara kepadaku dengan Bahasa Inggris
Apaan sih!
Biarin!
Aku kembali menyuapkan makananku dengan sebal. tanpa menghiraukan pandangan mereka. Tapi makin lama mereka malah makin menjadi jadi
"Yah, ni bule cakep cakep sombong amat! Mentang - mentang masi kecil kali yahh?"
Telingaku memanas. Aku mulai merasa risih disini.
Mama, ayo cepat sinii!
(T^T)
Aku pindah ke meja yang ada disebelahku, tapi mereka malah meringsek duduk di kursi yang semeja denganku
ASTAGA! Ini cewek liar amat!
"Hai, Hello, You are Handsome Helloo~!"
Waduh, inggrisnya juga ga banget! Lebih baik aku ga buka suara pake Bahasa Indonesia daripada mereka tambah SKSD
Ahh! Aku gerah!
Aku mulai menatap panik ke segala arah, tapi tampaknya tidak ada yang berniat menolongku.
Tolooong!
Brugh!
"Woi! Siapa lu? Sok banget mendadak duduk disini!"
Satu dari cewek cewek itu dengan sewot langsung nyemprot seseorang yang barusaja duduk di depanku. Aku masih menundukkan kepalaku karena risih.
"Dia temanku..."
Ehh? Temenku? Seingetku aku ga bawa teman deh!
Aku menatap orang di hadapanku
Eh!
Dia kan cowok yang ada di Airport kemarin!
Kok dia bisa disini!
Salah satu dari rombongan cewek itu menatap sewot ke arahnya, kemudian melancarkan omelannya
"Jangan sok deh! Jelas jelas ni bule sendirian kesini! Sok kenal banget sih!"
Cowok harajuku di depanku tampak tidak menggubris perkataan dari cewek di hadapanku. Dengan asiknya dia memencet mencet HP nya sambil mendengarkan musik dari headset hijaunya.
"Pergi..."
Ucapnya datar
Cewek cewek itu tampak masih belum mau mengalah. Tapi entah karena merasa terintimidasi, atau merasa bosan, aatau entah kenapa deh!
Pokoknya mereka akhirnya minggat dari mejaku.
Aku sudah ga nafsu lagi ngeliat steak yang masih separuh di mejaku.
Cowok di depanku memasukkan satu persatu french fries yang dibelinya ke dalam mulutnya sambil tetap diam.
"Err,,,, Terimakasih..."
Cowok didepanku cuma melirik sebentar, kemudian kembali asik dengan HPnya.
"Terimakasih sudah mengusir mereka..."
Si Harajuku di depanku akhirnya melepaskan headset yang selama ini menutupi telinganya.
Mata coklatnya beradu pandang dengan mata hijauku.
"Bisa bicara ternyata..? Aku cuma lagi pengen duduk disini, dan mereka memenuhi kursi, jadi ya kuusir..."
Dia kembali menyuapkan sepotong french fries ke dalam mulutnya.
Aku memandang sekelilingku.
Banyak banget kursi kosong! Ni anak aneh kayaknya!
"Jalan jalan..?" Aku mencoba mencairkan suasana
Cowok dingin di depanku cuma menatapku sebentar, kemudian mengangguk pelan
Aduh! Susah banget sih ngomong sama orang ini!
Kayaknya dia ini es batu deh, cuma mirip aja ama manusia!
Ck.
"Steakmu dingin, habiskan..."
Wew! Dia memerintahku! Tapi entah kenapa tanganku langsung bergerak melakukan hal hal yang dia minta!
Tanganku secara otomatis memotong daging steak dan menyuapkannya ke mulutku, sedangkan dia sekarang sedang asik berkutat dengan komik yang keliatannya baru dibelinya dari toko buku di lantai bawah
Ahh, Mama! Ga jadi deh! Jangan datang dulu! Nanti aja! Aku masi mau ngobrol nihh!
"Sayaaang...! Udah mama duga kamu di Food Court!~"
MAMAAA!!! Giliran aku maunya lama lama aja dia langsung datang. Pas tadi dia malah ga datang datang!
Grr!
"Wah, kamu punya teman baru? Siapa ini?"
Mamaku tersenyum manis pada Cowok di depanku.
Cowok didepanku cuma menatap ke arah mamaku, kemudian langsung berdiri dan berjalan pergi sambil memasang headsetnya kembali
Mamaku tampak terkejut dengan perlakuannya
"Waduh! Mama bikin temenmu marah ya?"
Mamaku menutup mulutnya dengan tangan.
"Enggak Ma, Lagian aku juga ga kenal sama dia...."
Mamaku menatap bingung ke arahku
"Terus? Kok bisa duduk semeja? Loh? Loh?"
Aku cuma mengangkat bahuku pelan
Aku aja bingung! Mama nanya aku, Aku nanya siapa?
Ckckckck
Mamaku menggeleng pelan dengan wajah semakin bingung
Akhirnya aku menceritakan semua hal yang barusan terjadi.
"hmm....... Anak aneh.."
Mamaku mangguk mangguk pelan sambil mengelus dagunya.
"Ah, yasudah! Ayo kita pulang! Mama masih punya banyak kerjaan! Oia, Kita juga perlu belanja untuk keperluan sehari harimu! Dan nanti, pulang kamu susun kamarmu menurut keinginanmu. Oke!"
Aku masih megap megap denger perkataan mamaku barusan
"Mamaaa! Kecepetan! Aku ga ngertii!"
Mamaku tertawa kecil sambil mengacak acak rambutku
"Haah, emang anak Mama! Kamu centil ya! pake kunciran segala!"
Kutepis tangan mamaku, aku menatapnya sambil memanyunkan bibir
"Biar dong, kan jadi ciri khasku!"
Mamaku menggeleng pelan, kemudian memutar badannya dan berjalan menjauh.
Aku segera membereskan tas tas cemilanku dan berjalan mengikuti Mamaku.
=======================================
Silver's View
Sinar matahari memasuki sebuah ruangan dengan karpet merah dan di tengah ruangannya.
Sebuah mata dari seorang pemuda tampan berambut perak panjang menyapu seluruh ruangan, menatap orang orang dengan pakaian merah yang menundukkan kepala tanpa berani menatapnya.
Dia membuka suaranya pelan
"Jadi, apa alasanmu..?"
Seorang lelaki dengan wajah keras dan dingin yang tak asing menatap dengan bangga ke arahnya.
"Cardinal! Menurutku, kita sudah terlalu lama diam, bukankah sebaiknya kita sedikit menunjukkan kekuasaan kita?!"
Pemuda dengan pakaian putih kebiruan itu menatap ke arah lelaki sombong itu dengan tatapan yang sulit dimengerti
"Maksudmu, kau menginginkan perang?"
Lelaki itu menyeringai pelan.
Pemuda itu berdiri dan menatapnya dengan mata peraknya
"Apa yang kau inginkan? Kita negara damai. Karena kamu lah kemarin kita kehilangan banyak dari Harmonia, dan sekarang kau meminta lebih banyak korban?"
Lelaki itu kembali menyeringai
"Karena itulah, jangan sampai kerugian kita sia sia..."
"Maksudmu?"
"Kita kibarkan bendera merah pada Harmonia.."
Pemuda itu menggeleng pelan
"Tidak, Kamu tahu, Harmonia adalah aliansi kita yang paling loyal sampai sekarang. Karena Lord Arsais selalu menjaga hubungan diplomasi dengan negara ini. Walaupun aku belum pernah bertemu dengannya, tapi aku yakin dia orang yang baik. Dan menurutku Harmonia tidak memiliki alasan untuk diserang."
Lelaki itu menggertakan rahangnya
"Seagent, kau tahu pembicaraan ini tidak ada gunanya untukku, kenapa kau menggangguku dengan ide konyol ini?"
Lelaki itu kembali menggertakan giginya, kemudian ia memaksakan dirinya untuk tersenyum.
"Baiklah, Cardinal, kalau begitu saya mohon diri dulu..."
Seagent membungkuk pelan dan meninggalkan ruang pertemuan tanpa menoleh ke belakang."
Pemuda itu menghela nafasnya perlahan
"Keith..."
Seorang berbaju merah dengan lambang Aronia pada punggungnya membungkuk dan maju ke hadapannya
"Perintahkan seseorang untuk mengawasi Seagent. Pastikan semua gerak geriknya terlacak."
Pemuda bernama Keith itu segera membungukkan badannya dan pergi.
Sejenak Cardinal muda itu menghela nafasnya.
"Ada apa....."
Wkwkwkwkwk
ahhmm...
Segini dl ya
Istirahat dl
Esok Sekolah
T_T
@yuzz om jin botol @adhiyasa si fans jeanne @princeofblacksoshi si nama panjang @danielsastrawidjaya @greyboy @revian97 @DItyadrew2
udah apdet niiihh
Slamat membacaa
2thumbs
apdetnye malem",
@Silverrain enak aja om jin botol.. #bacok nih
@PrinceOfBlackSoshi Jgn bingung gt dong.. Minta pnjelasan Silverrain, kl prlu culik aja skalian. Hahaha ;;)
idih yg satu mau bacok yang satu mau culikk
-.-
#kaburduluan
@princeofblacksoshi padahal bnernya smua orang di crita d atas udh ngenalin dirinya sblmnya lohh
hahaha!
Sudah 3 hari ya?
Sepi juga...
Hari ini sudah 4 hari Axel ga online, aku gatau apa alasannya, dia cuma kirim message bilang gabisa online sementara waktu.
Langkah demi langkah berlalu, aku berjalan tanpa tujuan. Hari ini sebenarnya giliran pasukanku untuk pergi berlatih untuk berperang, tapi hari ini aku sengaja tinggal di Kastil karena hari ini adalah hari pertemuan Alvin dengan 4 Bishop lainnya.
Entah kenapa, semenjak kejadian Warlord's Suit itu, aku jadi sendirian. Axel ga pernah lagi mengajakku pergi atau berlatih. Alvin juga hanya memanggilku kalau ada hubungannya dengan urusan kenegaraan.
Aku berjalan ke arah taman, aku menengadahkan kepalaku ke atas beranda.
Alvin sedang berdiri di beranda dan menatap jauh ke arah tanah tandus di lingkungan sekitar Kastil. Dari wajahnya tampaknya ada sesuatu yang dipikirkannya. Entah sejak kapan, dia selalu menutup tangannya dengan sarung tangan. Aku juga ga pernah menanyakan, kenapa dia sering merintih kesakitan akhir akhir ini. Hubunganku dengannya benar benar sudah menjauh.
Aku mendudukkan diriku di pohon yang berada sedikit tersembunyi dari beranda Alvin, tetapi dari sini aku bisa dengan leluasa memandang ke arahnya.
Alvin, Lelaki yang dulu sempat menarik perhatianku. Dialah laki laki pertama yang membuatku tertarik. Padahal sebelumnya aku tidak pernah suka pada cowok manapun. Aku juga ga pernah berpikir tentang orientasi seksualku. Tapi saat ini, hal itu tampaknya perlu aku pertanyakan.
Alvin tampak menulis sebuah surat lewat jendela messagenya, kemudian mengirim pesan itu.
Senyum?
Sejenak Alvin tersenyum pelan saat pesan itu terkirim.
Aku memicingkan mataku.
Dia tampak tersenyum senang, tampaknya surat barusan benar benar penting untuknya. Kemana surat itu dikirim?
Axel kah?
Deg!
Mendadak segaris luka di dadaku yang sejenak terlupakan mulai terbuka. Aku meremas dadaku. Terasa sangat panas...
Semua perlakuanku pada Axel kembali berputar di kepalaku.
"Sialan..!"
Aku membenturkan kepalaku ke batang pohon yang kusandari
"Sial.. Sial.. Sial...!"
Aku menoleh ke arah Alvin.
Dan dia sedang menatap ke arahku.
Alvin menyeringai pelan saat pandangan kami bertemu.
Apa dia menertawakanku?
Mengapa harus dia yang berbuat begini kepadaku? Tak bisakah aku tetap menyukainya?
Alvin masih tetap menatap tajam kepadaku. Sejenak kemudian ia sudah berlalu masuk ke dalam Kastil.
"Caesar? Mana bosmu?"
Seorang pemuda dalam setelan merah dengan ikat kepala putih menepuk pundakku pelan
"Bishop Pixel? Anda berjalan kaki kemari?"
Pemuda yang tampak berusia 17an itu menyeka peluh di lehernya. Dia mengangguk pelan dan tersenyum.
"Ya! Sekalian latihan. Kalian tahu! Monster di daerah sini memang mengerikan!"
Aku tertawa pelan mendengar perkataannya
"Silahkan masuk. Kurasa Bishop lain juga segera tiba..."
Kami berjalan beriringan memasuki Kastil sambil berbincang bincang.
Orang yang ada di hadapanku memiliki kekuatan yang sama seperti Alvin, Seorang Elemental Bishop. Hanya saja, selama ini Alvin ga pernah menggunakan kekuatannya.
"Kudengar kalian bertengkar? Tapi kenapa kelihatannya baik baik saja?"
Aku hanya tersenyum simpul.
"Tidak, aku dan Lord Arsais baik baik saja..."
Baru beberapa langkah kami berjalan di lorong, tiba tiba sebuah terpaan angin kencang dan seberkas sinar berbentuk sabit melayang ke arah kami
Aku dan bishop Pixel langsung menghindar. Pixel hanya menepuk dahinya pelan sambil menggeleng.
"Pasti "dia" sudah datang..."
Aku meringis pelan. Aku sudah tahu siapa yang dimaksudnya.
"KAU! BERANINYA MEMANGGILKU! SIAPA KAMU KIRA DIRIMU! Storm Cutter!"
Seberkas angin setajam silet menebas ke sekeliling Aula yang baru kami masuki, beberapa benda terbelah menjadi dua.
Alvin yang menjadi sasaran serangan itu langsung menepisnya dengan dinding tanah
Arvyn tampak tersenyum mengejek
"Heh! Earth Bishop, tapi ga bisa pakai True Earth Rune? Malah cuma pakai Mother Earth Rune?"
Alvin tampak terhina dan melemparkan seberkas pilar batu ke arah Arvyn
Arvyn langsung bergerak mundur dan membelah Pillar itu menjadi dua
"Mana mungkin Rune murahanmu bisa menang melawan True Wind Rune?"
"Diam!"
Alvin tampak sangat terhina. Entah kenapa, kalau didepan Lord Arvyn, dia jadi seseorang yang sangat berbeda.
Dalam sekejap didepan kami sudah berlangsung pertempuran seru antara Arsais dengan Arvyn
"Heh! Kudengar kamu ngambil True Earth kan? Kenapa ga dipakai? Ga bisa mengendalikannya?"
Arvyn masih terus memanas manasi Arsais sambil terus menghindar dan menyerang.
Benar juga, selain kemarin untuk menolong Axel, dia tampaknya ga pernah menggunakan Rune nya. Apa dia ga mau Runenya ketahuan?
Pertempuran seru itu masih terus berlanjut. Memang selalu begini. Setiap dua bocah ini bertemu, mereka pasti langsung berusaha saling bunuh...
Mendadak pertempuran berhenti. Mereka tampak terhenti di tempat. Getaran getaran kecil terlihat dari badan mereka.
Arvyn mendengus kesal
"Badanku... Kesemutan. Greg! Pasti kau! Keluar!"
Seorang Bishop lagi dengan pakaian Cokelat muncul dari belakangku sambil mengangkat tangan kanannya di samping tangannya.
Alvin ikut menatap ke arah Greg
"Greg? Badanku kesemutan. Lightning Rune?"
Alvin memegangi tangannya
Greg mengangguk pelan, kemudian menurunkan tangannya.
Arvyn langsung melesat ke arah Greg, dengan cincin angin di sekelilingnya. Alvin langsung mengejar rivalnya melaju ke arah Greg.
Arvyn baru membuat sekumpulan sabit dari cahaya saat mendadak badannya terpatri dalam sebongkah es, begitu juga dengan Alvin, yang kakinya tertahan dengan es yang tiba tiba muncul di hadapannya
Wyatt dengan senyum jenakanya muncul dari pintu di samping kami.
"Maaf, telat!"
Dia tertawa jenaka melihat hasil karyanya.
Alvin cuma berdiri mematung sambil memandangi kakinya, sedangkan Arvyn tampak tak berdaya dalam kurungan esnya
"Arsais, Arvyn, kalian memang pasangan paling akur deh!"
Wyatt kembali tertawa senang sambil berjalan melewati mereka
"Kalian benar benar mematahkan hatiku!"
Dia tertawa pelan kemudian berdiri di belakang Alvin dan Lord Arvyn
"Pixel, giliranmu..."
Pixel yang daritadi hanya asyik menonton mengangguk paham.
Pixel menjentikkan jarinya dan sebuah api berbentuk naga muncul dari sisinya, dan menabrakkan dirinya ke lantai.
Seberkas tiang api berwarna biru berjalan maju dan membakar Alvin dan Arvyn yang terkurung es.
"SIALAN! AKU DIBAKAR!"
Arvyn yang baru lolos dari kurungannya mencak mencak dan memaki maki ke arah Pixel.
Pixel hanya menatap dengan wajah yang mengesankan seakan akan dia berkata "Ups" kemudian terkekeh pelan.
Alvin tampaknya tidak perduli dengan semua yang sudah terjadi. Dia hanya memberikan isyarat kepada semua orang untuk masuk ke dalam ruang pertemuan.
Kelima bishop lain dan aku segera bergerak masuk ke dalam Aula utama.
=======================================
Caesar's View
Aku berdiri tepat di belakang Alvin yang sedang duduk berkutat dengan keempat rekannya. Wajah mereka semua tampak serius dengan pembicaraan mereka.
"Aku tidak percaya... Apa kau ada bukti untuk perkataanmu ini?"
Pixel mengerutkan keningnya seraya meminta jawaban ke Arsais.
Arsais hanya menggeleng pelan.
"Tidak ada bukti pasti, ini hanya perkiraanku, tapi kalian seharusnya melihat, keanehan yang terjadi di Central Distric. Orang yang aku kirim ke Central sampai sekarang belum kembali..."
Keempat bishop lain berpandangan
Arvyn menghela nafas pelan
"Aku sudah mengirim mata mata ke daerah mereka. Shrine Templars tampaknya berkurang jumlahnya hingga mencapai setengah dari jumlah yang ada. Sedangkan pasukan Central Guard tampaknya dikirim untuk berlatih. Untuk saat ini, Central dalam keadaan yang sangat rapuh,,,"
Arsais mengerutkan keningnya.
"Kenapa bisa, aku tidak tahu akan hal ini..."
Greg tampak serius melihat ke arah keempat Bishop lainnya.
"Kalau kalian mau tahu, kemarin serombongan besar Central Guard dikirim ke Rakutei Mountain melewati daerahku. Kupikir rutenya cukup jauh daripada melewati daerah Pixel..."
Pixel mengannguk angguk tanda setuju
"Bila melewati daerah Greg, Palatian Distric, kupikir mereka melewati jalan memutar dan medannya sulit. Tidak mungkin mereka bisa kembali sebelum dua bulan..."
Wyatt sedari tadi hanya tertegun mendengarkan pembicaraan kami
"Kemarin aku menghadap Lord Marty, dia tampak tidak menyadari semua keadaan ini. Dia juga tidak membahas tentang Mercenary di sekitar Central Distric. Apa mungkin ada orang dalam yang berencana menjatuhkan Lord Marty?"
Arvyn menggelengkan kepalanya pelan.
"Sulit, tidak mungkin. Apapun yang terjadi, selemah apapun Central, bila mau menyerang Central mereka otomatis akan berhadapan dengan salah satu dari kita. Kupikir Lord Marty pasti mempertimbangkan hal itu."
Arsais mengepalkan kedua tangannya dan menggunakannya untuk menyandarkan dagunya di atas meja.
"Sebaiknya, kita mulai bergerak tanpa diketahui. Kupikir kita harus siap mempertahankan diri sekarang. Saat ini mayoritas pasukanku sedang pergi berlatih, otomatis daerahku akan terbuka. Begitu juga dengan kalian saat gilirannya tiba. Untuk sementara semua orang sebaiknya membagi pasukannya untuk daerah yang terbuka. Walaupun hanya berbatasan dengan daerah aliansi, tapi kita harus tetap waspada."
Keempat Bishop lain mengangguk setuju.
"Bagaimana dengan Central? Apa kita perlu melibatkan Central?"
Arsais menggeleng.
Biasanya Central selalu mengirimkan pasukan ke Distric yang sedang berlatih. Tapi saat Districku sedang berlatih, mereka sekarang mengirim pasukan mereka untuk berlatih. Bukankah itu aneh? Dan mata mata yang kukirim tidak juga kembali, sedangkan mata mata Arvyn kembali. Bukankah aneh?"
Keempat bishop lain mengerutkan keningnya.
Wyatt menggeleng kuat seakan tak percaya.
"Maksudmu, mereka berusaha menyingkirkanmu..? Kamu, Bishop dengan kekuatan perang terkuat di Harmonia? Apa motif mereka?"
Arsais menggeleng pelan.
"Alu mencurigai hal ini, tapi aku juga belum bisa menebak motif dari pergerakan ini. Ditambah lagi, sepertinya aku dan pasukanku diawasi. Sementara akan berbahaya bila orang orang Valerie berada di Central Distric. Aku sengaja mengirim pasukanku berlatih untuk menguji teoriku. Dan menurutku, teori itu terbukti sekarang..."
Keempat pemuda lain menatap Arsais dengan pandangan bingung. Mereka tampak disibukkan dengan pikiran mereka masing masing.
"Tolong..!"
Seorang penjaga, dari seragamnya tampaknya dia adalah Penjaga perbatasan. Luka luka tampak di sekujur tubuhnya
Arsais merebahkan penjaga itu ke lantai. Wyatt tampak merapalkan rune untuk menutup lukanya.
"Apa yang terjadi?"
Alvin menatap sayu ke arah penjaga itu
"Aria! Ada apa! Kau kenapa! Bertahanlah!"
Penjaga wanita itu terbatuk darah
"Harpy.... Mereka menyerang. Segerombolan besar.... Kami sudah menahannya, tapi gagal... Maaf Lord Arsais. Mereka sedang merusak di perbatasan barat...."
Penjaga itu kembali terbatuk batuk. Alvin menatapnya dengan takut.
"Monster? Monster Raid? Event kah? Tidak mungkin! Aria, bertahanlah!"
Wanita itu tersenyum pelan
"Alvin... Sudahlah... kalau aku mati, aku masih bisa membuat karakter baru kan...?"
Alvin mengguncang badan wanita itu dengan kuat.
"Kamu pasti bisa! Bertahanlah!"
Wanita itu menggeleng pelan
"Tidak... Alvin, Senang pernah berperang denganmu. Aku senang aku adalah salah satu orang yang bertempur untukmu."
Alvin berkali kali meneriakkan Heal, tetapi tampaknya karakter Aria sudah menerima damage yang cukup keras sehingga tidak bisa disembuhkan.
"Sampai Jumpa!"
Sosok wanita yang berada di tangan Arsais menghilang perlahan, menyisakan bercak darah di sarung tangan dan lantai tempatnya tadi terbaring. Karakternya sudah menghilang.
"Dia... Salah satu teman seperjalananku saat aku masih awam..."
Alvin menggertakkan giginya. Dia melepas sarung tangannya dan mengambil sabuk pisau lemparnya
"Caesar, bisa kau kumpulkan pasukan? Kita maju berperang."
Dia mengepalkan tinjunya.
"Kupikir tidak perlu..."
Wyatt mengedipkan sebelah matanya ke arahku.
Pixel, Arvyn, dan Greg tampak sudah mengeluarkan senjata mereka masing masing.
"Kamu, cukup liat, ga perlu pusing cari pasukan" Ucap Arvyn kepadaku.
Aku mengerjap tak percaya.
"Kita maju berenam...?"
Pixel tersenyum pelan.
"Kamu cukup melihat dari jauh. Kelima Bishop ada disini. Kaupikir kami lemah?"
Aku berjalan perlahan mengikuti mereka yang bergerak ke arah luar Kastil.
Di luar kastil, kami melihat kepulan asap dan bayangan hitam bergerak ke arah Kastil.
"Wah wah, untuk Monster Raid, gerakan mereka sangat tertata ya? Bahkan bisa menyerang lurus langsung kemari."
Arsais sejenak menoleh ke belakang, kemudian segera melesat maju, diikuti keempat Bishop lainnya.
Aku maju dengan tergopoh gopoh.
"Water, Confuse everything that against my way! Fog of Mist!"
Wyatt merapalkan Runenya dengan lantang. Dalam sekejap kabut pekat menyelubungi kami. Para Harpy tampak kebingungan dalam kabut, tapi kami bisa melihat mereka dengan jelas.
"Arsais, perhatikan bagaimana Elemental Bishop berperang! makanya belajar sebelum mengambil rune!"
Arvyn tertawa kemudian menunjukkan telunjuk kanannya ke arah Harpy
"Wind of Fury, Tempest that move like shadow! The Shreeding!"
Dua pisau raksasa bergerak maju dan memenggal kepala harpy dalam jumlah besar.
Arvyn tertawa senang dengan serangannya. Dia tersenyum bangga ke arah Arsais.
"Thunder! Slow the enemy and bring them to their knee! Static Field!"
Greg menciptakan sebuah area raksasa mengelilingi para Harpy, dan membuat semua harpy berhenti terbang dan menapak di tanah.
Arsais terlihat hanya bertempur dengan belatinya.
Pixel menatap tajam ke arah harpy.
ia menutup matanya dan membuka kedua lengannya
"Rage of earth that explode..."
Duam!
Sejenak Pixel terdiam karena getaran yang sangat besar.
Arsais memukulkan tangan kanannya ke dalam tanah.
"Earth that bring life, Earth that take your Flesh, Earthquake!"
Kami berlima ternganga dengan pemandangan di depan kami.
Tanah yang dipijak para harpy serta merta bergetar dan terbuka, menelan Harpy tersebut satu persatu ke dalam lubang di tanah.
BLAM!
Tanah yang terbongkar mendadak tertutup dengan kencang. Cipratan darah langsung beterbangan ke segala arah. Seluruh Harpy tampaknya habis dalam satu serangan.
Keempat bishop lain memandang ngeri ke arah Arsais yang berjalan ke arah mereka dengan pandangan datar.
Greg menggeleng pelan
"True Earth Rune? Mengerikan..."
Arvyn menatap ngeri ke arah Arsais.
Sejenak Arsais tampak limbung, dia terus berjalan ke arah kami, sampai akhirnya dia mendadak roboh ke tanah.
"Alvin!"
Teriakku pelan. Aku segera mengangkatnya dan membawanya.
Darah? darah harpy? Bukan! Darah keluar dari mulut dan hidungnya. Tangannya juga tampak mengeluarkan darah.
Ada apa ini? Rasanya dia tidak terluka sama sekali dalam pertarungan tadi!
=======================================
Keempat bishop lain berdiri menatap ke arah Arsais.
"Panggil GM! Lady Leknaat pasti mengerti apa yang terjadi!"
Arsais masih terbaring tak sadarkan diri. Darah dari tangannya sudah mulai berhenti, tapi masih tetap menetes sedikit demi sedikit.
"Aku mendengar..."
Sesosok wanita mendadak muncul di hadapan kami.
"Lady Leknaat! Kenapa dengan karakternya?"
Wanita itu menatap ke arah Arsais, dia memeriksa tangannya, kemudian kembali mengarahkan pandangannya ke arah kami.
"Dia, Karakternya tampak memiliki kelainan dengan karakter lain. Karakternya tidak bisa menyesuaikan diri dengan Rune di tangannya."
Kami menatap bingung
"Kelainan? Runenya tidak sesuai? berarti?
Aku masih belum puas dengan jawaban darinya
"Artinya, mungkin dia tidak bisa terus menggunakan rune ini, atau nyawanya akan terancam. Aku tidak tahu apa efeknya di dunia nyata. Tapi yang pasti disini itu akan mengancam nyawa karakternya!"
Kami semua terdiam mendengar perkataan wanita berwajah teduh di hadapan kami. Seorang Earth Bishop yang tidak bisa menggunakan Earth Rune?
=======================================
Udah Apdet
Selamat membaca
Semoga nanti malam bisa apdet lagii
abis pulang jalan
cemungut" eaak, hahaha