It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Penulis izin bertapa beberapa waktu!
Untuk mencari ilmu supaya ceritanya membaik!
Hehehehehe
XD
Dua part terakhir sudah diperbaiki!
Thanks 4 Reading!
Please Comment and Review!
Thanks
#bunguk
"Lord Arsais! Aku ikut!!!"
Axel berlari lari mengikuti Arsais yang sedang berjalan sambil merapikan arah topi biru besarnya.
Arsais menatap ke arahnya sejenak kemudian mengangguk sambil terus melanjutkan langkahnya.
Sejenak dia berhenti, kemudian menatapku tajam.
Apa maksud tatapannya?
Dia tidak lagi menatapku dengan tatapan meremehkan atau menantang seperti dahulu, hanya tatapan dingin dan tidak dapat dimengerti.
Apa yang ingin disampaikannya? Alvin memang bukan orang yang terbiasa menyampaikan isi hatinya, tapi biasanya apa yang ingin dia sampaikan akan terlihat dari kelakuannya.
Sudah hari ketiga semenjak aku memeluk Axel di ruang Strategi, dan semenjak saat itu sikap mereka berdua berubah menjadi sangat dingin kepadaku.
Aku memang pantas menerimanya. Gimana enggak? Aku sudah menarik Axel, dan kembali membuatnya menyukaiku, tapi pada saat dia menanyakan kejelasan hubungan kami?
Aku tidak bisa memberikannya apa yang dia mau, walaupun aku sebenarnya menginginkannya, tapi aku laki laki, dan instingku sebagai laki laki menolak untuk memberikan hatiku padanya.
"Caesar..."
Aku tersentak, menoleh ke arah Arsais.
Dia menatapku tajam, Axel berdiri di sampingnya dan membuang pandangannya dariku. Dia seakan menjaga agar tidak bertemu pandang denganku. Dia mulai membangun benteng untuk memisahkan kami berdua.
Aku paham perasaannya saat ini. Dan aku juga tidak mencoba menghalanginya untuk melakukan hal itu, apalagi sekarang dia menjadi lebih dekat dengan Arsais. Kupikir Alvin orang yang cukup baik untuknya, dan dia pasti tidak akan menyia nyiakan Axel seperti aku.
"Aku ga ikut! Kalian aja pergi..."
Aku tersenyum lembut kepada mereka, aku melayangkan pandanganku ke arah Axel, sejenak mata kami bertemu.
"Hati hati dijalan..!"
Dia membalikkan mukanya, kemudian dia mengangguk pelan.
Arsais kembali melanjutkan langkah kakinya kearah luar dengan diikuti Axel.
Aku berjalan menaiki tangga kastil menuju ke beranda atas.
Dari jauh masih bisa kulihat sosok dua sahabatku berjalan menjauh dari kastil.
"Aku seorang pecundang..."
Kata kata itu melesat keluar dari bibirku, seakan mengatai tuannya sendiri.
Aku tidak mengelak, memang benar, aku seorang pecundang.
Seorang pecundang yang tidak berani mengakui perasaanku sendiri karena aku menganggapnya tabu.
Memang benar, kalo aku mengatakan aku menyukainya itu adalah tabu. Tapi, apa perasaanku membohongiku?
Aku memandang jauh ke arah mereka, dari jauh aku masih bisa melihat tangan Axel menggandeng punggung baju Arsais sambil berjalan.
"Dasar bocah..!"
Aku tersenyum, walau rasanya senyum itu hanya menyayat hatiku sendiri.
Semua karena akukah? Hubunganku dengan Axel hancur?
Hubunganku dengan Alvin juga memburuk. Dia tampaknya mengetahui apa yang sedang terjadi, tapi tampaknya tidak mau ikut campur dengan masalah ini. Begitu juga denganku, yang tetap menutupinya seakan tidak terjadi apa apa walaupun sebenarnya aku tahu kalau dia bisa membaca semuanya dari dalam mataku.
Alvin adalah orang yang pandai, dia tidak mungkin tidak bisa membaca keadaan yang sedang terjadi. Jika dia memilih untuk diam, hal itu berarti dia memberikan isyarat bahwa dia tidak mau ikut campur lagi.
Di sekolah juga hubungan kami tetap berjalan seperti biasa, walaupun aku dan dia sama sama canggung karena memang menutupi hal hal yang sama sama kami ketahui.
Atau mungkin akhirnya dia memutuskan untuk sepenuhnya merebut Axel?
Aku tersenyum kecut karena pikiranku sendiri.
Yah, kalau memang itu yang dia mau, kupikir dia memang berhak. Aku juga benar benar merasa ga pantas untuk tetap mengharapkan Axel...
Aku menyandarkan bahuku di batuan dinding kastil. Aku menutup mataku. udara dingin dari dinding itu menjalari punggungku, menambah perih sayatan di dalam dadaku.
"Sial..."
Air mataku lagi lagi tak bisa aku kuasai. Untuk kedua kalinya aku berada di dalam keadaan ini.
=======================================
Axel's View
"Bagus, Pertahankan, awas sebelah kiri!"
Hyat!!
Dengan sigap aku segera menghunus tongkatku ke arah kiriku, tepat saat seekor leopard raksasa menerjang ke arahku
"Prism Beam!"
Leopard itu terbungkus dalam gumpalan api raksasa. Aku mengayunkan tongkatku dan menjatuhkannya agar tidak menabrakku. Aku menatap ke depanku. Lord Arsais sedang asik mengayunkan belatinya ke arah sekumpulan hewan liar yang mengepung kami. Gerakannya terlihat sangat lihai, padahal senjata bishop seharusnya tongkat kan, bukan belati. ckckck
"Heal! Axel! Serangan Area!"
"Siap Bishop!"
Kami terus bergerak masuk ke tengah hutan sambil bertempur menghabisi berbagai monster yang bisa kami temukan. Aku memang sering melakukan ini dengan Lord Arsais dan Sir Caesar, walaupun kami adalah jajaran komando pasukan, tapi waktu begini memang harus ada!
Selain buat peregangan, juga untuk sasaran berlatih kami. Kalo kami ga berlatih, bisa bisa kami bisa jadi payah trus jadi sandsack di medan perang (-_-")
Aku berlatih superserius akhir akhir ini. Sasaranku supaya bisa sejajar dengan kemampuan Lord Arsais! Entah kapan deh tapi. Soalnya ketangkasan kami memang kayak bumi dan langit!
"Hosh hosh! Bagus! Cukup!"
Lord Arsais menarik nafasnya seakan dia belum pernah bernafas samasekali dari lahir.
Dia mengambil posisi duduk di akar sebuah pohon besar. Aku mengikutinya dan duduk tepat di sampingnya.
"Sampai kapan kamu mau terus ngikutin aku hmm?"
Aku cuma nyengir menghadapi kejutekan bosku yang satu ini. Orang macam dia pasti bakal jadi Bujang Tua, ya ga?
Galak sihh
"Gapapa kann! Lagipula tempat duduknya enak, masa aku ga ikutan!"
Lord Arsais menghela nafas kemudian menyeka peluh dari keningnya
"Bukan itu. Maksudku sampai kapan, kamu mau terus ngikutin aku kemanapun dan menghindar dari Caesar?"
Jlebb! Jeder!
Satu kalimat simple, tapi nancep dan nyambar tepat banget ke hatiku. Yaa, emang sih, aku dari kemarin memang selalu ikut kalo Bishop pergi kemana mana supaya ga ada waktu berdua sama Sir Caesar, karena aku takut kalau kejadian di Strategy Room terulang lagi. Jujur aja, hatiku ga bakal kuat kalo dia melakukan hal kayak kemarin lagi!
"Eng... Eng..."
"Kenapa? Gabisa jawab?"
Lord Arsais kembali menghela nafas dan menyandarkan badannya di akar pohon.
"Kamu masih menyukainya?"
Aku tersenyum kecut. Menyukainya? Masih! Sangat!
"Enggak..."
"Bohong....."
Aku langsung meringis mendengarnya. Bishop sih, nanya hal yang ga perlu dijawab! Begitu dijawab malah dibilang bohong! Tapi memang bohong sih!
Aku mengangguk pelan
"Aku masih menyukainya, tapi dia ga menyukaiku.. Jadi aku harus bisa ngelupain dia..."
"Itu juga bohong..."
Senyum kecut kembali mengembang di bibirku. Bishop orangnya emang terlalu to the point!
"Dan dia juga berbohong...."
"Ha..?"
Aku terkesikap mendengar perkataannya barusan.
"Ya, dia cuma lari dari perasaannya..."
"Mungkin iya, tapi kalau dia ragu, kenapa harus diteruskan? Benar kan?"
Bishop menutup matanya kemudian menyandarkan tubuhnya di batang pohon. Dia tampak tidak menghiraukan perkataanku barusan
Ck! Aku dikacangin nih!
"Ya, kalau dia memang ga mau sama aku, kenapa harus diteruskan, ya kan?"
aku kembali menanyakan pertanyaan yang sama, tapi Bishop kayaknya pura pura ga denger sama perkataanku barusan.
"Bishop..."
Dia membuka sebelah matanya.
"Kamu boneka?"
"Maksudnya?"
Sebulir keringat menetes dari keningku.
"Kamu ga punya perasaan?"
Aku semakin ga nangkep sama perkataanya barusan.
Bishop kembali menyandarkan kepalanya di batang pohon tua yang sudah berlumut dimana mana.
"Dia ragu, dan kamu membohongi perasaanmu sendiri. Gimana kalian bisa terus?"
Aku menggaruk pelan belakang kepalaku walau tidak terasa gatal. Benar yang dibilang Lord Arsais! Aku juga menimbun dalam dalam perasaanku begitu dia mengatakan ketidaksanggupannya, Aku juga mengerti kalau dia ragu. Tapi aku memang ga boleh memaksakan kehendakku kan?
"Memang, tapi kan hubungan begini sudah salah, kalau dia ragu bukannya labih baik jangan dipaksa...?"
Campuran rasa takut dan ragu mengisi dadaku sambil menunggu jawabannya. Sebenarnya aku ingin berharap dia berkata tidak. Tapi perkataanku barusan tampaknya memang pasti disetujui semua orang normal di dunia ini.
"Bohong lagi..."
Kyaaahh
>,<
Orang ini! Mau kasih nasihat tapi juteknya minta ampun! Mana aku ngerti dia mau kasih nasihat apa!
Bishop kemudian berdiri dan membetulkan posisi topi birunya.
Ck Topi biru segede gitu dipakai, heran juga dia bisa tetap bergerak leluasa dengan topi itu!
"Ayo lanjut berburu.."
Aku berdiri, kemudian berjalan ke arahnya.
"Bishop, aku mau logout sebentar lagi. Aku mau jalan jalan keluar, udah lama ga pergi pergi."
Dia menganggukkan kepalanya kemudian menarik kedua belatinya dari pinggangnya. Beberapa belati lain tersimpan rapi di samping selongsong kosong belatinya, Bishop selalu membawa banyak persediaan belati karena dia terkadang melemparkan belatinya ke tempat yang tidak bisa dijangkau.
"Every single persong deserve happiness..."
Aku terhenti dari langkahku, kemudian aku menatap ke arahnya, tapi dia sudah tampak asik bertarung dengan seekor serigala raksasa.
"Yeah, So do I..."
Sepatah kalimat sederhana itu hanya dibalas dengan anggukan pelan darinya yang sedang asik bertempur.
Aku kemudian membuka jendela option, dan logout dari game.
=======================================
Kenny's View
"Maa! Aku pergi ke Mall yaaa!"
"Iya sayang, kamu udah mandi kaaann??"
"SUDAH LAAAH!"
Ihh! Mamaku! Kenapa selalu nanya soal mandi! Aku kan sekarang selalu mandi kemanapun aku pergi!
Aku mengenakan sepatu sport kesayanganku dan bergegas keluar dari dalam rumah
"Baang! Bang Bokir...!"
"Iya neeng~!"
"Sate seratus tusuk bang"
Pak Yahya, Sopir mamaku datang dari samping rumah sambil tertawa tawa. Akhir akhir ini aku memang selalu bercanda seperti itu dengannya. Kadang mama meliat sampe geleng geleng geli sambil memegangi perutnya
"Sinyo bisa aja!, Sinyo mau kemana?"
"Ke mall pak, Anter Kenny ya?"
Sopirku mengangguk, kemudian segera berlari dan membukakan pintu mobil
Aku duduk manis di bangku belakang sambil ngeliat ke arah jalan. Ahh! Hari ini mesti refreshing!
Perjalanan berlangsung sangat cepat, tanpa terasa aku sudah berada di lobby untuk ngedrop tamu.
"Mau dijemput jam berapa?"
Sopirku bertanya saat aku melompat turun dari mobil karena mobilku memang tinggi banget.
"Nanti Kenny telpon pak! Makasi ya!"
Pak Yahya tersenyum lebar menampilkan giginya yang kuning keemasan oleh rokok.
"Ihh! Ampe kuning gitu giginya! Jangan ngerokok terus nanti Kenny kasitau mama!"
Sopirku meringis pelan, kemudian ia membungkuk pelan dan segera melajukan mobilnya meninggalkan area mall.
Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh isi mall, sambil berjalan pelan. Hmm, mau kemana ya!
Aku terus berjalan tanpa berpikir sambil melihat kekiri kekanan, sambil sesekali berhenti kalau ada sesuatu yang menarik perhatianku, kayak permen, cokelat, kue kue. Aku sempat lama tertegun di depan stand orang yang membuat permen dengan tangan.
Woaah! Permennya banyak banget itu!
:9
Nanti minta mama beli!
Aku terus berjalan hingga tanpa sadar kakiku (perutku) membawaku ke foodcourt di lantai 4 Mall.
Hmm....
Bau makanan di sekelilingku mulai menguasai hidungku.
Krukk~!
Perutku bunyi! >,<
Akhirnya aku memutuskan untuk memilih milih makanan yang aku mau.
Mau apa yaa? Umm, Steak bosen, Mie gasuka, apa ya....
"Hmm..!"
Sejenak pandanganku terpaku pada sesosok orang yang aku kenali sedang duduk termenung memandang ke arah jendela.
Sebenarnya aku gamau ndeketin dia sih. Tapi kasian juga, mukanya kayaknya stress banget! Nanti dia malah lompat dari jendela lagi (gamungkin sih)
(=_=')p
Aku berjalan mendatanginya dari arah belakang, kemudian menepuk punggungnya pelan
"Hei!"
Dia menoleh ke belakang dan tampak terkejut dengan keberadaanku.
"Ehh! Kenny..?"
UdDhH Di3 Upd4t3 nNicCHh K4w4nD kaw4ndh...
C3mungUdDhh...!!!
panjang euyyy... tp tetep aja rasa kurang...huhuhu....
kowawa !
Kurang apa nihh?
Masi kurang apanya?
@LittleBro iya nih, kan udah lama ga update
Ceritamu juga manteff
(*o*)b
Td ku pikir Axel mati bneran, eh trnyata cm latihan. Wajar sikap caesar (kevin) msh ragu2 mnjalin hubungan dgn axel. Pasti bntar lg dah mulai yakin & mulai dech adegan romantisnya. hehe
Yg bahunya ditepuk kenny di mall itu kevin ya?
"Ehh! Kenny?!"
Dia tampak masih belum sadar sepenuhnya, mulutnya melongo melihat kearahku
Ini orang kenapa sih
("= 3=)
"Sendirian Kev...?"
Kevin mengangguk pelan kemudian kembali menatap ke arah luar. Idih, ni anak daripada ke Mall lebih baik ke gunung kek! Ngapain ke mall kalo yang diliat malah pemandangan!
"Hmm...."
"Sroot sroot..."
"Hmm...."
"Sruuuuuuttt..."
"Ken, itu udah habis...."
Ups~!
Aku menghentikan sedotanku dari gelas plastik yang tadinya berisi teh susu, kemudian kupamerkan deretan gigiku ke arahnya.
Kevin melirikku sejenak, kemudian menghela nafas dan kembali asik menatap ke arah luar.
"Kamu mau...?"
Aku menghunjukkan sebatang cokelat yang tadi aku bawa dari rumah.
Dia menatap sejenak, kemudian kembali mengalihkan pandangannya dari hadapanku
"Ihh! Ga sopan! Masa daritadi buang muka terus dihadapanku!"
Menyebalkan! Humph!
Aku menggelembungkan pipiku, sambil masih menggerutu aku mengupas cokelat yang tadinya aku mau kasih ke dia lalu kukunyah dengan kencang.
Nyutt~!
Aduhh! Gigiku ngilu!
T_T
"Aduhh aduhh... gigiku..."
Aduhh! Sakit banget! ngilunya masuk ke dalam gusi rasanya!
"Pfft.. Bhahahahahaha!"
Akhirnya Kevin membuka mulutnya dan tertawa melihatku.
Aku kembali menggelembungkan mulutku
Nyutt!
"ADUUHH"
Sakit banget! Setetes airmata keluar dari pinggiran mataku karena rasa sakit yang menusuk gigiku.
"Ahehehehehe..."
Kevin berjalan pergi dari hadapanku sambil terus tertawa. Aku masih menjilati gigiku yang sakit untuk menghilangkan bekas cokelat.
Aduhh Sakit bangett
T_T
"Nih, minum..."
Kevin menaruh sebuah gelas karton biru di hadapanku, kemudian kembali duduk didepanku. Apaan nih? Obat ya?
Hmm...
Tanpa pikir panjang aku langsung menyedot kuat sedotan yang terhunjukk ke arahku.
"PANAASS!"
Panas! Isi kartonnya ternyata teh panas! Bibirku terasa merekah karena teh panas itu segera membakar mulutku. Lidahku pun terasa matirasa karena panasnya
"Aduh! Dasar bodoh! Jangan langsung diminum begitu! Sedikit sedikit sambil dikenain gigi yang ngilu nanti pelan pelan hilang!"
Kevin terlihat panik sampai dia segera melepaskan gelas soda yang dibelinya bersamaan dengan teh hangat ini
"Kamu ga bilang! Panas tauk!"
Aku memanyunkan bibirku dan mengikuti petunjukknya. Perlahan lahan aku menghisap minuman panas itu dan melewatkannya di gigiku yang sakit.
"Ehh! Hilang...!"
"Wahahahahah!"
Kevin yang sedaritadi memperhatikanku langsung pecah dalam tawanya.
"Kenapa lagi sih kamu!"
Aku meletakkan minumanku dan segera membuang muka dari hadapannya
"Ahahah! Aduh, aduh, kamu tadi lucu banget. Ya nggak sih, kamu emang selalu lucu daridulu! Aneh!"
What! Aneh? Kamu ama Alvin tuh yang aneh! Kok bisa aku dibilang aneh! Tapi ya udahlah! daripada dia murung kayak tadi, kalo sekarang kan udah lebih baik!
Akhirnya aku memutuskan untuk memasang cengiran lebar daripada manyun manyun. Lagipula, kata dokter kan kalo senyum bisa lebih awet muda!
"Nahh, gitu dong, kan lebih enak daripada mukanya ditekuk tekuk!"
Kevin nyengir lebar, kemudian memperhatikan sekeliling. Kayaknya dia lagi cari bahan obrolan yang cocok buat kami.
Gruyukkk~!
"Ehh.."
Perut begoo! Bikin maluu!
Aku tutupi perutku dengan tanganku untuk mencegahnya bunyi lagi. Aku kemudian mengalihkan tatapanku ke arah Kevin.
Dia tampak melongo ke arahku, tapi ga berapa lama kemudian
"Bhwahahahahahah!"
"Keviin!"
Kevin memegangi perutnya sambil tertawa lepas, dia menyeka airmata yang muncul di tepian matanya.
"KEVIN AHH! GA LUCU TAU!"
Kevin kemudian kembali memasang cengiran lebar sambil melihat ke arah sekelilingnya.
"Kamu laper ya?"
Aku mengangguk lemah. Ya iya lah! aku ga ada makan apapun daritadi siang! Cuma coklat doang dua bungkus sih
"Yaudah ayo kita makan! Tapi jangan disini! Lagipula, daritadi kita ribut bikin semua orang pada ngeliat kesini! Ga enak kan!"
Aku melihat ke sekeliling, hampir semua orang, baik pengunjung maupun penjaga stand melihat ke arah kami.
>,<
Kayaknya tadi aku teriak terlalu kencang ya?!
"Yaudah deh, ayo kita makan..."
Kevin ketawa kecil, dengan suara dipelankan supaya ga semakin menarik perhatian
"Aduh, Kenny, kamu terlalu konyol! Ayo kita makan!"
Dia segera beranjak berdiri dan meninggalkan foodcourt. Aku memanyunkan bibirku dan segera mengikutinya pergi dari foodcourt.
Kevin membawaku keluar dari mall ke sebuah tempat makan di pinggiran sungai besar.
"Wew, tempatnya bagus..."
Aku memandang ke sekeliling, beberapa kursi ditata di tengah tengah restoran, sementara di pinggiran sungai terdapat beberapa meja dengan bangku menghadap sungai.
"Kita disini aja!"
Kevin memilih sebuah tempat duduk dipinggir sungai yang berada agak jauh dan tertutup dari keramaian.
Aku segera duduk di samping Kevin, karena kursinya memang hanya satu baris dan menghadap ke arah aliran tenang sungai. Sesekali perahu kecil dengan pengemudinya tampak terombang ambing melewati kami.
"Kakap Asam Manis, sama Es Lemon Tea, Kenny kamu apa?"
Barusaja menu akan diberikan oleh mas mas penjaganya, Kevin udah maen mesan aja
"Kakapnya abis mas..."
". . . . . . . . . . . . . . . . . ."
Kevin terdiam. Mamfoz! Makanya nanya dulu.
Aku gabisa menahan tawaku saat pesanan yang dipesannya dengan penuh percaya diri ditolak mentah mentah oleh penjaganya
"Yaudah sini menunya!"
Kevin dan aku akhirnya sibuk membolak balik menu, memilih makanan yang menarik perhatian kami
"Aku mau Egg Sandwichnya deh, sama Milk tea~!"
Mas mas waiternya segera mencatat pesananku, kemudian dia beralih memandang ke arah Kevin.
"Aku, hmm, Omelet Jamur sama Ice Lemon Tea deh..."
Aku menahan tawa melihat raut muka pasrahnya saat memesan makanan barusan
"Kamu suka Kakap Asam Manis disini?"
"Iyah, suka banget! kamu mesti coba! Enak banget disini!"
Aku mangguk mangguk menanggapinya.
"Hei, kamu udah ngerjakan pr biologi kemaren?"
"Belum sih. Bingung juga ngerjakannya, paling nanti aku nanya ke Ardian..."
"Hmm...."
Waiter yang tadi menerima pesanan kami datang dengan nampan kecil berisi dua gelas minuman.
"Maaf, untuk makanannya nunggu sebentar lagi ya, kak!"
Dia kemudian sejenak memandang ke arah kami sambil senyum senyum kecil ke arah kami
"Kenapa...?"
Kevin bertanya sambil menyeruput Lemon Teanya.
"Ah, Gak, Gapapa..."
Pelayan itu bergegas pergi meninggalkan kami, aku mereguk sedikit milk tea yang barusan aku pesan
"Wah! Kev! Ini enak!"
Kevin tersenyum kecil.
"Memang! Makanan disini memang enak enak! Makanya aku suka disini! Selain itu tempatnya juga enak!"
Aku mangguk mangguk sambil terus meneguk minumanku.
Kevin menoleh ke arah belakang, kemudian dia menghela nafas.
"Sialan, mentang kita duduk berduaan disini, mereka pasti pada mikir macam macam!"
Aku menoleh ke belakang. Benar saja, Waiter yang tadi tampak melihat ke arah kami bersama dengan beberapa staff yang lain.
"Kita pindah aja!"
Kevin kemudian beranjak ke sebuah kursi yang berada di titik buta restoran. Weh! Kalo di kursi ini kayaknya waiter waiter itu bakal pusing nganter makanannya deh!
Ternyata beberapa saat kemudian mas mas pelayannya mengantarkan pesanan kami dengan sukses tanpa bingung sedikitpun!
"Silahkan..."
Ucapnya lembut sambil memberikan pesanan kami.
"Jadi gimana Ken! Soal Kemaren pertandingan kita sama Yujii juga! Kami hebat kan?"
Kevin mengawali pembicaraan panjang kami. Pembicaraan kami kemudian berlanjut membahas tentang banyak hal, mulai dari game hingga urusan sekolah.
"Oia!"
"Hmm...?"
"Aku belum sms Pak Yahya kalo aku nanti bakal dianter kamu. Nanti bisa kacau kalo dia nyari ke mall!"
Kevin tertawa pelan
"Kamu ngapain sih ke mall tadi?"
"Ga ada apa apa sih! Cuma mau jalan jalan! Kan kalo dirumah bosen sendirian. Kamu sendiri kenapa melamun sendirian di foodcourt?"
Raut mukanya mendadak berubah serem!
Dia langsung mengalihkan pandangannya ke arah sungai.
"Ma... maaf deh Kev..."
Kevin tersenyum kecut, kemudian menatap ke arahku.
"Nevermind. Hanya merenungi kebodohanku.."
"Maksudnya?"
Aku memandangnya penuh harap. Kevin menatap ke arahku, kemudian menyunggingkan senyumannya. Senyuman yang membuatku tertegun. Benar benar seperti senyuman yang sangat aku kenal dan rindukan.
"Hanya karena takut melanggar batas, aku tidak berani mengakui perasaanku, dan menyakiti orang yang aku sukai..."
"Wah wah! Kevin jatuh cintaaa! Ama siapa tuhh!"
Kevin menatap tajam kearahku, membuatku langsung menciut
"Yeah, aku menyakitinya, aku hanya tidak yakin, apakah cintaku ini wajar..."
Aku mengerutkan keningku. Kuseruput sedikit Milk Teaku
"Kenapa tidak wajar..?"
Kevin menopang dagunya dengan tangannya dan menerawang jauh ke arah laut.
"Karena kami berbeda. Kami tidak bisa bersatu..."
Aku tertegun menatapnya.
=======================================
Kevin's View
"Yeah, kami ga mungkin bisa bersatu, karena memang pada dasarnya, kami berbeda..."
Kenny tampak termenung mendengar perkataanku. Dia masih menggerak gerakkan rahangnya perlahan.
"Karena itukah...?"
Sebuah kata mendadak meluncur dari mulutnya.
"Maksudmu?"
"Aku sudah pernah mengalaminya, Mengalami penolakan, karena dia bilang kami ga mungkin bersatu. Seperti yang barusan kamu bilang..."
Aku tertegun sejenak
"Kupikir egois memang memaksakan kehendakku, tapi, kupikir, tidak ada yang salah dengan menjadi sesuatu yang berbeda, selama kamu menikmatinya, orang lain ga berhak mencampurinya..."
Kata katanya menusuk dalam didalam hatiku. Dia meremas kedua genggamannya di atas celana pendek kotak kotaknya.
"Mungkin kamu hanya merasakan kebingungan dan keraguan. Tapi dia yang saat ini kamu tolak, aku paham perasaannya. Rasanya Sakit! Sakit bagaimana rasanya kamu diberikan kesempatan, tapi kemudian dia kembali mengambilnya karena keraguan..."
Dadaku yang tadi bagaikan ditusuk sembilu terasa bagai dihujam berkali kali dari perkataannya barusan.
Setitik airmata membasahi celana pendeknya. Dia mengangkat wajahnya, kemudian memaksakan tersenyum ke arahku.
Sejenak aku tertegun. Aku ingat wajah itu. Wajah itu mengingatkanku pada Axel saat aku mencekiknya padahal dia diam diam mencarikan Warlord's Suit untukku.
Perasaan perih kembali mengiris dadaku.
"Aku tahu kami berbeda, tapi perasaan itu, tumbuh, gatau darimana, dan aku gabisa menahannya! Karena aku yakin hubungan kami tidak akan terus ke arah yang baik, aku awalnya memang tidak berharap padanya, aku cuma mau melihat senyumnya, sudah cukup. Tapi ternyata dia membalas perasaanku."
Axel menghela nafas dengan berat, seakan akan nafas itu adalah nafas terakhir untuknya.
"Aku senang, benar benar senang. Dan aku memberikan seluruh perasaanku padanya."
Dia diam sejenak dan mengatur nafasnya. Bulir bulir bening masih terus berjatuhan dari mata kecilnya.
"Tapi kemudian dia bilang dia gabisa! Aku serasa hancur. Sekarang aku cuma bisa mengambil jarak darinya, aku menyesal. Andai aku bisa mengulang waktu, aku ga bakal berharap terlalu banyak, kalau aku tau dia bakal menyerah pada akhirnya.."
Bahunya bergetar hebat. Airmatanya mengalir deras. Dia tampak sangat terpukul dan terguncang. Beginikah keadaan Axel sekarang? Aku ga memikirkannya sama sekali....
Tanpa sadar aku sudah mendekapnya di dalam pelukanku. Dia tampak terkejut dan berusaha menghindar, tapi aku terus menahan sampai akhirnya dia menyerah.
"Terimakasih, nanti orang orang bakal aneh ngeliat kita.."
Aku melihat sekeliling, tapi tampaknya orang orang sedang asyik dengan kegiatan mereka. Sekumpulan anak muda tampaknya cukup membuat riuh dan menarik perhatian tamu.
"Ga, ga ada yang liat, kamu udah menyadarkanku tentang perasaan dia, terimakasih...."
Kenny tampak tak berbicara sedikitpun. Dia memecahkan tangisannya di dadaku. Tangisan pilu yang diredam oleh suara air, dan suara musik dari dalam cafe.
Beginikah perasaan Axel? Aku memang egois, karena aku merasa takut melewati batas, aku bahkan menyakiti dia yang sudah dengan percaya diri melangkahi batas itu mendahului aku. Apakah aku masih punya waktu untuk menebusnya?
Aku memejamkan mataku, sayup musik terdengar lembut di telingaku.
Back in Time
By : Lyn
2nd Verse
Jeojeodeun bitgireul ttaraga
Hamkkehan chueogeul dorabwa
Heuryeojin bitmure tteooreun geudaega
Nae nunmul sogeseo chaollawa
Galsurok jiteo jyeogan
Geuri ume jamgyeo
Shiganeul geoseulleo galsun eopnayo
Geuttae cheoreomman
Geudae nal anajumyeon
Gwaenchanheul tende ijen
Heuteo jyeoga
Nawa isseojudeon
Geu shigando
Geu moseubdo
Dashi geuttae cheoreomman
Geudaereul anaseo
Shiganeul geoseulle galsu eopnayo
Hanbeon irado
Majimak iljirado
Gwaenchanheul tende
TRANSLATE:
Aku mengikuti jalan berliku yang basah
Mengingat kembali memori kita bersama
Dalam hujan yang mengaburkan pandangan, aku memikirkanmu
Dalam tangisanku, kamu muncul dalam pikiranku
Semakin menguat
Terkunci dalam nostalgia
Dapatkah aku memutar waktu
Kembali ke waktu dimana kamu memberiku sebuah pelukan
Sekarang semuanya bukan masalah
Semua dihamburkan,
entah apakah ini adalah
waktu yang kita habiskan bersama,
atau melihat kita pada waktu itu
Marilah kembali ke waktu dimana aku dalam pelukanmu
Takbisakah aku memutar waktu
Bahkan jika itu satu satunya kesempatannya, atau mungkin kesempatan terakhir
Bukanlah masalah
=======================================
SUDAH APDETTT
#Tidur abis semalaman ga tidur
Abang panjangin dehhh
Asoy~
@danielsastrawidjaya
Welcum~
Ahahahha
Lama ga keliatan disini
aku juga ngosngosan baca ceritamu!
X.x
Ngebut banget ampe g sempat comment
Waktunya kerja
#Killkenny
@adhiyasa Tidaak nanti kena banned
Lolz
Lagipula...
Kenapa harus di game
=_="