It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Jgn lupa dimention ♡≈Ўªãª≈♡ klo Ũϑåђ update.
Jgn lupa dimention ♡≈Ўªãª≈♡ klo Ũϑåђ update.
Jgn lupa dimention ♡≈Ўªãª≈♡ klo Ũϑåђ update.
Jgn lupa dimention ♡≈Ўªãª≈♡ klo Ũϑåђ update.
Jgn lupa dimention ♡≈Ўªãª≈♡ klo Ũϑåђ update.
lolz
pantes notif banjir wkwk
welcome in my lapax!
wkwk
@yuzz omjin ambilin minum omm
#peace om @yuzz
#takutdicambuk
@just_pj welcum to my lapax!
khakhakha
smoga bisa turut meramaikan bareng omjin @yuzz
om yuzz mna yehh
#colek @yuzz
galak bgt see
#pecut! Ctarr!!
"KEEEEENYYY!!!!!!!!!!!!!!!!!"
"WUAAAAAA!!!!!"
Kaget!
Aku langsung melompat dari kasurku, mengerjap, dan mencari kekiri kekanan
"Apa.. apa!!"
Aku menoleh ke arah pintu, Mama lagi sembunyi di belakang pintu sambil cekikikan gajelas
"Pagi sayang, kaget??"
Mamaku menjulurkan lidahnya sambil ketawa semakin keras
Igh!
Moga lidahnya kegigit
Amen!!
"Mama AH! Teriak teriak segala kirain ada apa! Emang jam berapa sih sekarang?"
Mamaku melirik ke arah jam tangannya, kemudian memicingkan matanya sambil menatap ke arahku.
"Jam 6 sayaang, pagi ya?"
". . . . . . . . . . . . . ."
Tanpa berbicara sepatah katapun lagi aku segera berjalan menuju kamar mandi dan menutup kamar mandiku.
"Hmph!"
Mamaku mengetuk pelan kamar mandiku sambil memanggil manggil namaku
"Kenny, ngambek yaa? Kenny...."
Huh! Biarin aja! Makanya jangan bikin aku ngambek!
Aku menyalakan shower dan membasahi sekujur tubuhku
Dinginn!
>,<
"Kennyyy...Kenny,,,,"
Huh! Mamaku manggil manggil, ngerasa bersalah ya?
Rasain! Makanya jangan usil!
Aku menjulurkan tanganku, memencet pelan knop sabun di kamar mandi
@_@
Kok kosong?
......................
"MAAAAAAAMAAAAAAAAA!!!!"
Mama langsung cekikikan diluar, disambung dengan gelak tawa nyaring dari luar kamar mandi
"Makanya kalo dipanggil nyaut dong, hampir aja Mama tinggal sabunnya!"
Mamaku menjulurkan lidahnya sambil menyodorkan ampul sabun ke arahku.
Pantes aja ga ada isinya, isinya diambil semua ama Mama!
Sumpah aku punya Mama usil banget.
Ckckckck
Hmph!
Aku mengecek semua perlengkapan mandiku sebelum aku melanjutkan ritual mandiku, kalau kalau ada lagi barang yang dibawa lari oleh Mama.
Hmph!
"Mama, lapar..."
Aku berjalan keluar kamar dan memasuki pintu dapur. Mama segera menyambutku dengan senyuman lebar dan kantong plastik putih di tangan kanannya.
"Mama, beli makanan diluar lagi pasti!"
Mamaku cuma meringis pedih sambil menuangkan isi kantung ke piring.
Mama nih! Kebiasaan! Semua pasti dibeli diluar, yahh, tapi mending sih, soalnya kalo mama masak pasti ga enak sama sekali
(peace maa v v)
Aku ngelirik ke arah makanan yang baru dituang Mama.
"Wah, bubur nih ma? Nyabu kita ya pagi ini"
Mamaku langsung nyengir lebar
"Iya dong say, pagi ini kita nyabu sampe teler! Bang Bokir dipanggil sana! Ikutan nyabu biar teler semua!"
Aku dan Mama langsung tertawa dan segera menyelesaikan sarapan kami, karena jam dinding sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
"Kenny, nanti kamu mama jemput telat ya, Mama ada janji ama tante Rika, jadi kamu tunggu sebentar ga apa apa kan?"
Aku mengangguk mantap.
Sekarang kami sudah di perjalanan menuju sekolah, Mama duduk di samping Pak Yahya, sementara aku menguasai bangku belakang.
"Oh iya, nanti jangan lupa bilang kalo kamu tunggu ditempat Yujii atau temanmu ya! Jadi Mama ga bingung!"
Aku mengangguk mantap kembali.
"Oia, say, ngomong ngomong kamu ketemu dimana temen kayak Yujii?"
Aku menatap bingung ke arah Mama.
"Kenapa emangnya Ma? Emang Kak Yujii kenapa?"
Mamaku menoleh sambil memamerkan deretan giginya yang putih bersih karena baru digosok tadi pagi kemudian berbicara sambil terus tersenyum
"Abis anaknya manis bangeeet! baby facenya! Ya ampuun! Coba dia anak Mama yaa! Nanti Mama mau titip oleh oleh buat Yujii kamu kasih yaa!"
Mamaku memegangi kedua pipinya sambil berbicara dengan bersemangat.
"Erhh, engg...."
Aku menggaruk kepalaku pelan, kulihat Pak Yahya sesekali melirik ke arah mamaku
"Ma, malu dong, sampe dilihatin Bang Bokir tuhh!"
Pak Yahya yang sadar kalau perbuatannya aku perhatikan langsung terbatuk batuk lalu sok sibuk nyetir sambil mengerutkan keningnya
"Ya Biarin doong, Mama jadi fans Yujii aja deh! Coba anak Mama secakep itu yah..."
Mamaku menghela nafas pelan
"Mama ah! Aku kan juga cakep!!"
Mamaku kemudian nyengir pelan dan mencubit pipiku
"Iya iyaaa.... Anak mama cakep kok.."
Mamaku kemudian memutar tubuhnya ke arah depan
"Tapi kalah cute ama Yujii"
"Apa ma?"
"Eh, enggak itu kamu udah sampe, ayo turun!"
Aku mendengus sebel dan langsung melompat turun dari mobilku, kemudian melambaikan tangan pada Mama yang segera pergi meninggalkan area sekolah
"Salam buat Yujii yaaa!!"
Astaga! Mama teriak kayak gitu di sekolah. Aku langsung salting dan celingak celinguk melihat sekelilingku
ga ada kak Yujii kan? Atau kak Marco?
Fyuhh!
Ga ada!
Aku segera berjalan masuk ke dalam sekolah, dan menaiki tangga menuju ruang kelasku.
Aku berjalan pelan memasuki ruang kelasku yang sudah riuh karena rebutan pr sana sini oleh teman teman sekelasku
Hmph, ga jera juga mereka, setelah kemarin Bu Marry mendadak masuk dan menjatuhkan murkanya (Aiz bahasanya) ke mereka, sekarang udah pada ngerjain pr di sekolah lagi
ckckck
Aku memutar pandanganku ke sekeliling kelas
WHATZ!
Ga mungkin!
Aku segera berjalan ke arah kursiku, menatap lemas ke orang yang duduk di sampingku.
"Alvin... kok kamu?"
Alvin hanya melirik sebentar, kemudian kembali asyik menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Headset hijaunya sudah setia menggantung di telinganya, memberi isyarat kalau dia tidak akan atau tidak mau mendengar celotehanku.
Aku menoleh ke arah depan.
Edwin tampak menatap naas ke arahku sambil mengatupkan kedua tangannya didepan wajahnya seakan meminta maaf padaku.
Aku menggembungkan pipi, kemudian mengambil kursiku.
"Hei, Kev! Kok diem aja sih!"
Aku menegur Kevin yang sedari tadi tampak termenung di mejanya.
"Ehh, iyah, ga kok. Eh..."
Hmm? Kok semua orang bertingkah aneh sih?
Apa ada sesuatu terjadi tadi pagi ya?
Entahlah.....
=======================================
(=_=")
Memang ada yang aneh!
Alvin sih emang udah aneh dari lahir, tapi Kevin yang biasanya periang dan responsif hari ini kayak baru dicabut separo nyawanya. Dia ga sekalipun menatap ke arah guru yang menjelaskan, matanya cuma menerawang kosong ke arah depan
Ada apa sih ini!
konsentrasiku mendadak terbuyarkan oleh suara bel yang mendadak meraung dari pengeras suara di kelasku
TEEEET TEEEET TEEEET!
"WOOOOOO!!!!"
Seisi kelas mendadak riuh saat bel tiga kali pertanda istirahat berbunyi. Beberapa anak tampak langsung melesat keluar dari ruangan.
"Edwin, aku mau ke kantin, kamu ikut gak?"
Aku merapikan buku bukuku, kemudian menatap ke arah Edwin di depan.
"Eh, enggak Ken, aku di kelas aja."
Edwin tampaknya masih sibuk berkutat dengan soal yang diberikan oleh guru barusan. Memang susah ya kalo anak pinter.
Ckckckck
(- 3-)
"Aku ikut."
Aku terperanjat menatap ke sampingku.
Alvin? Ikut ke kantin? Sama aku?
Mau ga mau aku terpaksa mengangguk mengiyakan permintaannya kemudian menatap ke arah Kevin
"Aku ga ikut."
(= 3=)
Baru juga mau ditanya, udah langsung nolak aja. Aku mencibirkan bibirku ke arahnya, kemudian segera berdiri, dan berjalan mengikuti Alvin ke kantin.
"Alvin, ada apa sih?"
Saat ini kami sudah di kantin sekolah, dan Alvin sedari tadi ga menyentuh makanan apapun, dia cuma duduk bersandar di pojokan kursi, sambil mendengarkan musik dari Ipodnya.
"Alvinn! Denger lagu apa sih!"
Aku segera mencomot satu buah earplugnya dan memakainya di telingaku.
"Kok ga ada lagunya sih??"
Aku memanyunkan bibirku ke arahnya, sedangkan Alvin segera merebut earplug itu dan memakainya kembali di telinganya.
" . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ."
(-_-*)
Ni anak, nyebelin banget coba!
Agh!
Aku dengan sebal segera menyeruput habis mie yang baru saja aku pesan, dan dalam satu tegukan menghabiskan teh botolan yang sengaja aku pesan untuk menemani makan siangku yang sekarang sudah rusak oleh patung es di sebelahku.
"Aku duluan yah!"
Nyebelin!
Ngomong kek, ga juga! Masa punya mulut dijadiin pajangan doang sih! Tadi bilang mau ikut ke kantin, tapi begitu sampe di kantin malah ngacangin aku. Terus dia make headset kosong gitu, maksudnya biar aku ga cerewet gitu ya?
Aku mencibir sewot dan mempercepat langkahku ke dalam kelas, meninggalkan Alvin yang masih asik duduk di kantin. Kelihatannya dia bakal balik dari kantin begitu istirahat selesai deh. Atau mungkin sampe bel pulang? Who care?
Aku menghempaskan tubuhku ke kursi dengan sebal.
"Hei, Kenny, mukanya ditekuk gitu kenapa? Ada apa sih?"
Aku mendengus sebal, kemudian menoleh ke arah Edwin yang tadi memanggilku
"Alvin tuh! Masa pake headset kosong pas ngobrol sama aku! Nyebelin gak! Kalo mau aku ga ngomong ya tinggal bilang kan apa salahnya."
Brukk!
Aku hampir loncat dari kursiku saat Kevin mendadak menoleh ke belakang.
"Dia pakai Headset kosong?"
Kevin menatapku dengan tatapan tajam penuh selidik.
Aku mengangguk sambil takut takut. Dia menatapku seakan aku adalah seorang penjahat kelas kakap, engg, kelas mujair deh, gedean kan. Yang lagi diinterogasi.
"Iya.. Nyebelin kan.."
Kevin menghela nafas berat, kemudian menatapku dengan pandangan sayu
"Dia pakai headset, bukan karena dia males sama kamu, tapi karena dia memang sedang ada masalah...."
"Umm....."
Aku dan Edwin mengangguk angguk kompak.
jadi Alvin sedang ada masalah ya? Mungkin ada hubungannya ama keanehan sepanjang pagi ini?
Barusaja aku akan bertanya lebih banyak, mendadak Alvin masuk ke dalam kelas dengan tatapan dinginnya yang selalu menghiasi wajahnya.
Kami bertiga segera membetulkan posisi kami seakan tidak melakukan apa apa.
Kalo ketahuan Alvin kami baru aja ngomongin dia, mungkin kami bakal dibunuhh!
(>.<)
Sejenak kemudian bel tanda masuk berbunyi, dan pelajaran kembali berlanjut seperti biasa. Tidak ada hal aneh sama sekali yang terjadi selama pelajaran, kecuali Alvin yang sama sekali ga ketiduran di dalam kelas. Untuk standar Alvin, satu hari ga ketiduran di kelas itu mungkin sama ama aku dapat juara umum satu propinsi deh! Sepanjang pelajaran dia tampak hanya menyandarkan kepalanya di sandaran kursi dan tampak sibuk dengan dunianya sendiri.
=======================================
TEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEET!
Satu bel panjang berbunyi, disambut dengan sorakan bahagia dari teman teman satu kelas.
ya jelas lah! Bel yang barusaja berbunyi itu pertanda kalau baru saja kegiatan belajar mengajar untuk hari ini selesai.
Satu persatu murid pergi meninggalkan ruangan kelas, kecuali beberapa yang memang bertugas untuk membersihkan kelas.
Aku juga segera mengemasi bukuku agar bisa segera pulang.
Capeek, pegel! Tapi mesti nunggu Mama jemput lagi.
Tap tap tap
Aku menatap ke sampingku, Alvin tampak sudah selesai mengemasi buku bukunya dan segera melangkahkan kaki keluar dari kelas.
Bruk bruk bruk!
Kevin yang tadinya masih bersantai santai membereskan buku segera dengan panik melempar bukunya ke dalam tas dan berlari keluar
(=_=")
Ada apa sih ama dua orang aneh itu, kelakuan mereka selalu diluar praduga manusia. Kalau tiba tiba ada berita yang bilang mereka alien dari pluto, aku ga bakal kaget!
Aku menyandangkan tas di punggungku, dan menoleh ke arah Edwin.
"Hei, Kenny! Pulang duluan ya?"
Aku cuma nyengir lebar ke arahnya
Pulang apaan! Mesti nunggu nih!
Nunggunya ngapain ya?
Jalan jalan keliling sekolah aja deh! Kan aku belum pernah!
Aku segera melangkah ringan memulai petualanganku untuk menyusuri sekolah.
=======================================
Alvin's View
"Alvin!"
Aku menoleh ke belakangku, tapi sebelum aku sempat menoleh, sebuah tangan sudah terlebih dahulu mengamit tanganku dan menyeretku.
"Kevin...?"
Kevin menarik tanganku dengan kuat, tanpa peduli beberapa pasang mata yang menatap ke arah kami. Kevin membawaku ke belakang sekolah, tempat yang biasa dijadikan tempat ujian lompat jauh pada pelajaran olahraga.
"hhh...hhh...hhh...."
Nafasnya tampak terengah engah, dia tampak mengerahkan segenap tenaganya untuk membawaku ke tempat ini. Aku hanya menatapnya dengan pandangan penuh selidik.
"Apa...?"
Dia masih tampak terengah, sambil memejamkan sebelah matanya dia berusaha menatap ke arahku.
"Aku tidak akan jadi pecundang lagi..."
Aku mengernyitkan dahiku ke arahnya
"Maksudmu?"
Dia mendadak membungkuk di hadapanku, kemudian memegang kedua tanganku
"Aku mohon, maafkan aku!"
Aku hanya menatap dingin ke arahnya. Jujur saja, aku masih belum bisa menerima perbuatannya kemarin. Aku masih berdiri tegak. menunggu kalimat berikutnya darinya.
Dia memegang kedua bahuku, kemudian meremasnya perlahan.
"Alvin, kumohon...."
Aku menghela nafas perlahan, kemudian aku melepaskan pegangannya.
"Apa yang terjadi denganmu...?"
Dia sejenak ragu ragu dengan jawabannya, kemudian menatapku lekat.
"Aku, Axel..."
Dia tampak kehilangan kata katanya, tapi dari perkataan dan bahasa tubuhnya aku sudah bisa membaca apa yang terjadi.
"Bertengkar..?"
Kevin mengangguk lemas, dia menundukkan kepalanya.
"Dan dia jadi lebih dekat padamu, kupikir itu baik awalnya..."
Aku mengernyitkan dahiku.
"Dan aku melihatmu, bermesraan dengan wanita itu, di Midlake, dan aku berusaha memberitahu Axel, tapi dia menghardikku, dia salah paham, dan..."
Kevin terbata bata saat menyampaikan kata katanya, Dia tampak sangat kesulitan menyusun kosakatanya, dari gelagatnya aku tahu kalau dia benar benar tertekan.
"Dan kamu minum...?"
Dia mengangguk kemudian menatapku tajam.
"Kenapa kamu mempermainkan Axel...?"
Aku mengernyitkan dahiku dan menatap ke arahnya.
"Kenapa kamu mendekati Axel, padahal kamu tidak, ahem, gay..."
Aku akhirnya paham dengan semua yang sudah terjadi. Aku berdehem pelan.
"Aku tidak pernah menyukainya, dan aku tidak pernah mendekatinya."
Kevin ganti menoleh ke arahku, sambil mengerutkan dahinya
Aku mengangguk pelan, kemudian menepuk pelan pipinya.
"Aku melakukannya agar kau menyadari perasaanmu, dan untuk membuatmu memperjuangkannya. Tak ada sedikitpun maksudku untuk mempermainkannya"
Dia ternganga sambil menatap ke arahku.
"Jadi, selama ini, kamu mendekatinya untuk membuatku cemburu?"
Aku mengangguk pelan
"Kamu terlalu naif, Kevin, aku sudah memberimu langkah, tapi kamu melewatkannya. Kamu sadar kamu cemburu? Kenapa kamu masih bersikukuh dengan pendapatmu?"
Kevin mundur beberapa langkah, keraguan tampak mulai menguasainya kembali.
"Aku mengerti dengan semua perjuangannya, dan setelah kau menjelaskan ini, sekarang aku sadar semua orang berusaha memberiku langkah yang hanya tinggal kujalani. Tapi tetap, aku ga bisa menyukai laki laki..."
Aku menghela nafasku, kemudian menamparnya tepat di pipinya. Dia terkejut, dan melotot ke arahku
"A..Apa masudmu!"
"Bodoh... Masih tetap bodoh ya. Aku tanya, Kamu menyukainya? Kamu Mencintainya?"
Kevin mengangguk ragu, bibirnya tampak bergumam pelan, tapi tidak terdengar olehku.
"Kenapa kamu tidak mau mencoba memberinya kesempatan? Dia bahkan berani melangkah ke dunia gay demi menyukaimu. Kenapa kamu bergitu egois? Aku tahu ini pilihan yang berat, jadi aku ga memaksamu. Pikirkan, perasaanmu selama ini, dan buat keputusanmu."
Kevin menundukkan kepalanya, tampaknya dia masih belum memutuskan apapun.
Aku menghela nafas, kemudian memutar tubuhku dan bergerak meninggalkannya.
"Alvin..."
Aku terdiam karena sepasang tangan tiba tiba memelukku dari belakang, aku memutar tubuhku, dan membalas pelukannya.
"Terimakasih. Kupikir, aku sudah membuat keputusan, kuharap keputusanku tepat..."
Aku merapikan rambutku yang tadi sempat teracak karena Kevin menabrakku dari belakang.
"Kamu memutuskan untuk mencoba dengannya sekali lagi?"
Kevin mengangguk pelan. Sesuai perkiraanku. Dia hanya tidak menyadari perasaannya selama ini.
"Tapi, kupikir, dia sudah membenciku sekarang. Apa masih ada kesempatan?"
"Yeah...."
"Jadi kamu memaafkanku juga?"
"Yeah....."
"Bisa kamu ga judes gitu kalo ngomong?"
"Gak......."
". . . . . . . . . . . ."
Kami sejenak berpelukan, aku perlahan merasakan getaran di tubuhnya sedikit demi sedikit menghilang, aku yakin dia sudah lebih tenang sekarang.
"Kenny, kamu ngapain disini? .... Eh!"
"Woah woah woah woah!"
Kami segera melepaskan pelukan kami dan menoleh ke asal suara.
Sial!
Dua orang kakak kelas yang cukup terkenal, tapi aku tidak kenal namanya tampak berdiri terkesima menatap ke arah kami dari seberang bak pasir.
Seorang dengan kacamata putih dan rambut cepak menunjuk ke arah kami sambil melongo, sementara yang seorang lagi menatap kami dengan dahi berkerut.
Dan yang lebih buruk.
Kenny!
Teman sekelas kami itu tampak berdiri menatap ke arah kami. Wajahnya menunjukkan reaksi yang benar benar aneh. Aku bahkan tidak bisa menebak apa pikiran yang bisa memunculkan raut muka itu. Dari pembicaraan barusan, aku yakin dia sudah berdiri cukup lama disana.
Apa saja yang dia dengar?
Ah Damn!
=======================================
Sudah APDETT
HAPPY READING!