It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tp kok akhirannya jd melow? N kesannya buru2?
@henry_13 hehe ini belum lagi, cerpen2ku yang baru alurnya kata orang sih sudah ada kemajuan tapi nanti saja aku post... nikmati dulu cerpen2 lamaku... ya susahnya bikin cerpen itu ya suka alurnya lari
By: Yanz (FB: yanzjaejoong@yahoo.com)
Annyeonghasaeyo, moshi-moshi, gue Yanz kembali lagi, kali ini dengan cerita pendek satu part tamat. Sebelumnya gue berterimakasih sama senior gue Ichikawa Show, Aikawa Saki yang sudah ngasih gue inspirasi buat cerita kali ini, semoga cerita gue kali ini juga ngehibur kalian, wokeeh mendingan kita mulai ceritanya…
Cerita bermula saat seorang cowok muda bernama Rio baru masuk SMA,bokap dia nih adalah seorang master taekwondo, sedangkan dia sendiri sudah sabuk hitam dalam martial art tersebut, nah jadi dia niatnya mau meninggalkan dunia kekerasan karena dia mau jadi anak baik-baik di SMA, mau hidup normal tanpa kekerasan.
Karena banyaknya siswa-siswi baru, para senior dan guru pun pada sibuk mempromosikan club alias ekstrakurikuler masing-masing, ‘gue harus ambil club paling popular nih, karena gue harus jadi idola’ batin Rio.
Saat Rio sibuk clingak clinguk kaya anak ayam kesasar nyariin induknya tiba-tiba ada yang nyapa dia, “Hei bro, kita sekelas kan?” sapa pemuda berambut coklat tersebut.
“Yoa bro.. oiya gue lupa nama lu, gue Rio,” balas Rio sambil menyodorkan tangannya.
“Gue Hasan, eh lu sudah nentuin masuk club mana belum?”
“Belum bro, lu sendiri milih apa?”
“Ikut club taekwondo aja lah sama gue, gue denger seniornya cakep-cakep dan keren, kali aja kita kecipratan keren…”
“Emang bisa gitu?” Tanya Rio dengan wajah bego.
“Ya bisa lah bro, kalau kita bergaul dengan kumpulan orang popular otomatis kita ikutan popular!” kata Hasan bersemangat sambil nyeret-nyeret Rio dengan nistanya ke grombolan anak-anak yang ngebet daftar club taekwondo.
“Ogah ah gue… gue gak suka kekerasan,” kata Rio berontak sambil berusaha keluar dari gerombolan. Namun, waktu Rio keluar dia ketabrak seseorang bertubuh tegap, dia Cuma sedada tuh orang sampai-sampai dia harus ngedongakin kepala buat ngelihat siapakah gerangan orang yang dia tabrak.
“Guys, gue sudah nemuin orang yang cocok buat jadi manager club taekwondo kita,” kata cowok tinggi tersebut sambil ngangkat badan Rio ke bahunya sampai-sampai semua orang dapat ngelihat dia.
“Hei lu! Apa-apaan lu? Seenak lu saja nyuruh gue jadi manager, itu tugas cewek dan gue gak minat ngerjain hal yang gak penting begitu.”
“Lu ingat gue gak Rio matsumoto?”
“Dari mana lu tau nama gue?”
“Gue Divian Anggara, masih gak ingat lu?”
“Gak ingat gue, orang gak penting kali lu makanya gue gak ingat.”
Divian langsung menurunkan tubuh Rio dan mengacak-acak rambut Rio dengan kasar, “Lu harus terus bersama gue sampai lu ingat siapa gue, satu hal lagi, panggil gue senior.”
Rio menatap tajam seniornya tersebut dan Divian menarik kerah bajunya dengan kasar, pengen sih si Rio ngeluarin jurusnya Cuma dia ingat tujuannya di sma, kalau dia harus jadi anak baik dan menghindari kekerasan jadi dia pasrah aja di seret-seret kaya karung beras.
Oiya gue sebagai narrator lupa satu hal yaitu mendiskripsikan fisik sang pemeran, si Rio adalah cowok keturunan jepang bertubuh mungil dari cowok kebanyakan namun lincah, kulit putih dan bertampang cute, dulunya dia kasar namun sekarang dia mau berubah jadi cowok ramah dan idola sekolah, dia anak kelas X.1, dia juga selalu menyapa siapa saja dan suka tersenyum sehingga di sma ini dia sangat gampang bergaul terutama sama cewek, begitu banyak cewek-cewek yang mengkrubutin dia kaya lalat.
Sedangkan Divian adalah cowok cute namun bertatapan cool dan bersikap cool juga, dia punya badan yang awesome, tinggi, kurus namun padat. Walau terkenal sebagai senior yang dingin dan kejam tapi dia sangat popular terutama dikalangan cewek coy..
Rupanya tadi si Rio ditarik ke basecamp anak taekwondo, “Tugas pertama lu, bersihin nih ruangan,” perintah Divian dengan suara lantang.
Disela-sela tugasnya, Rio dapat perintah lagi dari Divian, “Jagain nih marmut kesayangan gue Ciku, kalau dia kenapa-kenapa, kepala lu yang jadi taruhannya,” ancam Divian.
‘Dasar senior kejam, gak berperasaan dan seenaknya!!!’ gerutu Rio dalam hati.
“Hei bro… enak gak jadi pembantunya anak taekwondo? Hahahaha..” ejek Hasan.
“Kampret lu…”
“Makanya jangan ngeyel… diajakin masuk club taekwondo malah gak mau, tapi ujung-ujungnya lu jadi keluarga taekwondo tapi kalau gini kan posisi lu sama sekali gak keren.”
Rio Cuma mengernyitkan dahinya sambil menyumpah-nyumpahin temennya yang kampungan and kebelet gaul tersebut dalam hati.
“Apaan nih bro? unyu banget…” Tanya Hasan sambil menatapi kandang kecil si marmut bernama ciku tersebut.
“Itu peliharaan si Divian brengsek…”
“Walah.. galak-galak begitu rupanya dia penyayang juga ya bro..”
“Penyayang apaan, paling tuh marmut jadi makanannnya sehari-hari..”
“WOI RIO!!!” teriak Divian dari luar yang bikin dia kaget setengan idup, dia fikir Divian dengar pembicaraannya sama Hasan.
“A-apa senior?” Tanya Rio sambil berlari mendekati Divian.
Di sisi lain si Hasan menatapi ciku si marmut unyu dengan seksama, namun gak lama kemudian Rio datang, “Eh Hasan, jagain bentar ya tuh marmut, gue disuruh belanja minuman ke depan, bentar aja kok.”
“SIP BRO!!!” kata hasan bersemangat.
Rio gelisah banget karena antrian di kasir mini market tersebut lumayan panjang, sampai pada akhirnya uang koin yang dia genggam malah jatuh, “Firasat buruk nih..” gumamnya pelan.
Rio terus menggerakkan kakinya kaya lari di tempat karena gelisah, sekali-kali dia teriak, “CEPETAN WOI!!!”
Sesampainya di basecamp Rio malah mendapati teriakan Hasan, “GAWAT BRO!!!”
“Gawat apaan?” Tanya Rio ikutan panik.
“I-itu… Ciku Ciku… dia tewasss huaaaaa…”
“WHAT THE FUCK…. Bagaimana bisa? kan barusan gue pesanin lu jaga tuh Ciku dengan baik, tapi kenapa malah lu matiin sih!!! Padahal gue pergi gak nyampe setengah jam!”
“Sorry bro, awalnya sih gue lihat Ciku mangap-mangap, gue fikir doi kehausan jadi gue bawa doi ke toilet, niatnya gue mau kasih doi minum di lubang kloset tapi si Ciku malah nyemplung huaaa! Karena panik, gue malah siram tuh kloset sampai Ciku kelelep, namun dengan gesit Gue berusaha selametin Ciku dengan cara ngorek-ngorek tuh lubang kloset pakai tangan gue sekuat jiwa dan raga, dan gue berhasil meraih tubuh lembut Ciku, tapi doi tewas bro… HUAAA!!!!”
“ELOOOH!!! ARRGGGGHHH BEGO LU EMANG GAK KETULUNGAN YAA…” teriak Rio frustasi.
“Sorry bro, gue gak sengaja huaaaa…” kata Hasan sambil mewek dan ciumin kaki Rio.
“Apaan sih teriak-teriak?!!” Tanya Divian yang berada di ambang pintu.
Mereka berdua, Rio dan Hasan langsung membatu dan memasang mimik yang bisa digambarkan begini (ºДº ) dan dengan begonya si Hasan memperlihatkan marmut coklat putih yang sudah tewas tersebut di depan hidung Divian.
“APA YANG LU BERDUA LAKUKAN SAMA CIKU!!!!”
“Maaf senior, itu bukan salah gue tapi Hasan yang bunuh Ciku!” Rio membela diri.
“Maafin gue bang! Gue kaga sengaja…” teriak Hasan histeris sambil sujud-sujud di depan Divian.
“LOH BERDUA, PUSH UP 100 KALI!!!!” teriak Divian dengan murka.
“Tapi senior, ini bukan salah gue,” bela Rio.
“Siapa yang gue kasih tanggung jawab heh? Sekarang push up 150 kali, protes sekali lagi gue kasih seribu kali.”
“SIAP!!” kata Rio dan Hasan barengan. Mereka berdua push up sekuat tenaga sampai bengek dan mangap-mangap kaya ikan kehabisan air. Di sisi lain Divian mewek-mewek meratapi kepergian Ciku nan mungil tak berdosa tersebut telah tewas dengan laknatnya di tangan juniornya.
Selesai menguburkan Ciku di samping ruang basecamp si Hasan dan lain pun pulang sedangkan Rio masih membereskan ruangan dan mengemasi peralatannya, “Hey..” sapa sebuah suara yaitu suara gue yang mengagetkan Rio.
“Ah… hay juga..” balas Rio yang sedikitt shock.
“Kenalin, gue Yanz. Gue temen deketnya Divian, gue dapat banyak cerita nih tentang lu dari Divian,” crocos gue sok akrab.
“Salam kenal senior Yanz.. hmm Divian cerita apa tentang gue?” tanyanya bingung.
“Dia bilang lu temennya waktu kecil sekaligus cinta pertama dia makanya dia langsung kenal lu tadi karena lu gak banyak berubah katanya, chiee hehehe.. si Divian tuh selalu setia nungguin ketemu lu dari kecil, katanya dulu elu pindah ke jepang waktu umur enam tahun jadi kalian berpisah.”
“Gue… gue bener-bener gak kenal Divian, sumpah senior. Mungkin dia salah orang.”
“Hahaha biar Divian yang jelasin entar, gue jalan dulu ya?!” kata gue sambil berlalu dari hadapan Rio.
Rio berdiri terpaku menatap dinding, dia berusaha mengingat-ingat tapi tak satu pun ingatannya tentang Divian yang dia ingat, ‘Hah… apa mungkin gue orang yang sama dengan yang Divian maksud?’ batinnya.
“Kok belum keluar-keluar? Lama amat sih lu,” Tanya Divian yang nyelonong dari depan pintu, Rio fikir si Divian sudah pulang, ternyata dia masih ada buat nungguin Rio.
“Dari tadi lu di situ, senior? Jadi lu dengar pembicaraan gue sama Yanz tadi kan, maksudnya apaan? Gue gak ingat sumpah.”
“Apa? Jadi sampai detik ini pun lu gak ingat? Keterlaluan, kayanya gue harus ngasih lu hukuman supaya lu ingat gue.”
Divian melangkah mendekati Rio kemudian dia genggam bahu Rio dengan erat dan mendekatkan wajahnya sehingga mereka berciuman dengan kasar, “Enghhh… aaaah… lu… enghh..” Rio berusaha berontak dan mendorong dada Divian sekuat tenaga sampai Divian terpental.
“Ekh.. rupanya lu masih kuat kaya dulu, mugkin sekarang lu lebih kuat.”
“Sebenarnya lu siapa? Gue bener-bener gak ingat, sumpah demi tuhan gue gak kenal lu!”
Divian kembali mendekat dan menjentik hidung Rio, “Dasar bodoh..” katanya dingin, kemudian dia berbalik dan melemparkan selembar foto kebelakang dan disambut oleh Rio.
“I-ini…” kata Rio gugup dan terpaku sama selembar foto tersebut.
*Flashback*
“Hyaaaattt!!!” teriak Rio sambil mengahajar anak-anak nakal di hadapannya sampai mereka babak belur dan berlari sambil mewek.
“Te-telima kacih… udah celamatin akuuh… nama kamuh ciapa?” Tanya anak kecil berambut pirang sebahu berbaju kaos putih dengan gambar Doraemon itu dengan wajah merona ke Rio.
“Nama akuh lio, kamuh gak ucah takut lagiih cama anak-anak nakal ituuh kalena aku akan celalu jaga kamu ehehehe… ciapa nama kamuh?”
“Na-nama akuuh… Vi… emmm Vi… ukhh…”
“Ok akuh panggil kamunya vivi-chan yahh? Kamuh cantik banget, aku cukaa..” kata rio sambil mencium pipi anak itu.
*End flashback*
“Ini kan Vivi-chan… jangan bilang kalau ini elu?”
“Iya, itu gue di masa lalu, waktu itu gue mau nyebut Vian tapi lu malah nyerocos dan selalu manggil gue Vivi.”
“Tapi tetangga gue yang namanya Vivi ini cewek, bagaimana bisa lu? rambutnya pirang dan panjang pula, Vivi itu cewek.”
“Itu kan penampilan gue di masa lalu bego… sekarang rambut pirang gue dipotong.”
“Jadi, dulu salah naksir orang gue!!!”
“Huh…” Divian mendengus kesal dan melangkah meninggalkan Rio, namun tiba-tiba Rio menerjangnya dan memeluk pinggangnya dari belakang.
“Gue gak nyangka, lu sangat berubah sekarang, tapi begitu tau lu Vivi dada gue kembali menggebu-gebu kaya dulu.”
Divian tersenyum lembut dan menggenggam tangan Rio yang memeluk pinggangnya, “Thanks masih mau nerima gue.”
“Tangan lu gede banget ya sekarang, gue juga kalah tinggi… wah wahh…”
Divian membalikkan tubuhnya, dia membungkukan tubuhnya agar sejajar dengan Rio dan mengecup bibir Rio dengan lembut.
THE END.
NP: bagaimana cerita gue kali ini? >/\< mohon review alias komentarnya yaaa… add juga FB baru gue yanzjaejoong@yahoo.com
tapi sayaaang banget, gue greget ngeliat endingnya yg terkesan garing
just IMHO ya ka
gue tunggu cerita lainnya
@fadlii hahaha sudah terambung waktu dibilang sweet dan kembali terhempas saat dibilang kaya cwek... aku ambil tema rada anime jadi ringan2 sweet gtu... kalau gay.a anime emang sweet
By: Yanz
Genre: Romance and Sad
Permintaan: Lia Nur'aeni. Cerita ini sedikit terinspirasi dari film boy meet boy, episode 9 coffe prince dan lagu last child.
“Maafkan aku, ini yang terakhir! Aku tidak akan menyakitimu lagi,” bujuk pemuda berambut hitam itu sambil meraih lengan pemuda berambut pirang itu.
“Tidak akan ada kesempatan lagi, cukup kau mempermainkanku kak,” ucap pemuda pirang itu berusaha melepaskan genggaman pemuda berambut hitam itu dan berlari menjauh.
*Flashback*
Langit mendung seolah ingin meneteskan hujannya, angin bertiup kencang sehingga menerbangkan dedaunan kering, namun di jalan raya terdengar suara ribut motor yang berasal dari geng motor yang diketuai Ruki, Ruki adalah pemuda 24 tahun, berambut hitam, bermata tajam, wajah tampan nan maskulin, dari keluarga yang kaya raya. Namun di balik kesempurnaannya itu, dia adalah bad boy. Dia suka membuat keributan di lingkungan bersama gengnya, tempramen buruk sehingga selalu berkelahi, minum alkohol, ngobat, merampok bahkan memperkosa banyak gadis. Semua dia lakukan karena pengaruh temannya yang selalu memanas-manasinya.
Sekarang pun dia sedang ribut dengan pedagang kaki lima yang dia serempet, “Eh… sudahlah bos, ada yang lebih menarik,” kata Joe sambil menepuk bahu Ruki.
“Apaan sih? Lagi asik ini.”
“Arah jam 3, ada anak SMA yang pakai headphone dan pegang ipod kayanya tajir, Bos.”
“Hn…” gumam Ruki dan menatap orang yang dimaksud dengan senyuman licik, “Serang gih…” perintahnya.
Ruki dan empat kawanannya mendekati pemuda pirang yang sedang masuk ke sebuah gang kecil dan sepi, si pirang yang merasa dibuntuti itu pun mempercepat langkahnya dan berlari namun tetap saja dia tertangkap oleh kawanan Ruki, “Eh bocah serahkan semua barangmu!” perintah Andre yang membekap mulut si pirang itu, namun malang Andre tangannya malah digigit.
“Berani sekali melawan!” teriak Dicky sambil menendang perutnya.
“Aaakhh.. sakitt uuhh…” ringis si pirang sambil memegangi perutnya.
“Cengeng amat!” ejek Yuda sambil merampas tas dan ipod yang dia pegang.
Sedangkan Ruki, dia terdiam seolah terhipnotis oleh pemuda pirang itu, matanya bersinar seperti terpesona dengan si pirang bermata biru sapphire itu, “Bos ayo cabut…” kata Aldo sambil menepuk pundak Ruki, dan mereka pun pergi dari gang sempit itu.
Sesekali Ruki menoleh ke belakang dan menatap pemuda pirang yang sedang berjongkok memegangi perutnya yang sakit, “Eh sini!” kata Ruki sambil merampas tas dan ipod tadi dari Yuda, “Kalian cabut aja duluan, aku ada urusan lain,” kata Ruki yang kembali berlari ke gang sempit tadi.
Braak!
“Aww…” pekik si pirang itu ketika Ruki melemparkan tasnya ke atas kepalanya disaat dia menunduk.
“Aku berubah pikiran,” kata Ruki datar, “Kau siapa?” lanjutnya.
Si pirang tadi menatap tajam ke Ruki, “Thanks, aku Kevin,” katanya jutek.
Ruki menjongkok di hadapan Kevin, “Humm… manis sekali,” desis Ruki sambil mengusap rambut pirang itu pelan, “Biar kuantar pulang.”
-0-0-0-0-
“Terimakasih Kak Ruki sudah mengantarku pulang,” ucap Kevin setelah Ruki mengantarnya pulang.
“Hn… boleh kutau nomer ponselmu?”
Kevin mengambil spidol yang ada di sakunya kemudian meraih tangan Ruki dan menuliskan angka-angka di telapak tangan Ruki, “Sampai jumpa…” ucap Kevin riang dan masuk ke dalam rumah tapi Ruki hanya memandang datar.
-0-0-0-0-
Ini yang ke 20 kalinya Ruki membalikkan tubuhnya dari kasur apartemennya, dia gelisah, fikirannya selalu terfokus pada pemuda pirang yang bernama Kevin tadi, sudah 7 kali dia mengirim pesan pada Kevin tapi tidak ada balasan, sehingga dia pun terserang insomnia sampai jam 3 sekarang ini.
“Aaakkhh menjengkelkan!” bentaknya sambil mengacak-acak rambut emonya. Dan akhirnya dia memutuskan menelepon pemuda pirang itu.
Tuut… Tuutt…
“Hoaamm… aloo siapa nih ganggu tidurku saja?” Tanya suara dari seberang sana.
“Ini aku, Ruki.”
“Oh.. Kak Ruki, maaf kak aku tidak punya pulsa untuk membalas pesanmu hehehe…” balasnya tanpa rasa bersalah.
“Oh… Kau sedang apa?”
“Tidur lah, haissh… Kau kurang kerjaan ya kak menelepon jam segini? Mengganggu saja.”
“Aku tidak bisa tidur. Aku jemput kau, dan kau bisa mengajakku kemana saja kau mau.”
“Kau gila kak…”
Tut.. tut… tut…
“Hah… orang itu seenaknya saja,” ucap Kevin jengkel dan menuju kamar mandi untuk mencuci mukanya.
Namun tidak lama kemudian HP Kevin kembali berbunyi.
Menatap indahnya senyuman di wajahmu, membuatku terdiam dan terpaku…
“Halo kak, hoaamm…” jawab Kevin malas-malasan.
“Keluar, aku ada di depan rumahmu!” balas Ruki.
“Cepat banget kak…”
Tut.. Tut…
“Aishhh orang ini menjengkelkan sekali!!” Kevin frustasi sendiri.
Dia pun membuka jendela dan melihat sosok Ruki yang duduk di motor ninjanya, kemudian kembali menutup jendela dan memakai jeket untuk menutupi piyamanya.
“Kau gila ya kak!” teriak Kevin setelah sampai di hadapan Ruki.
“Naik!” perintah Ruki singkat.
“Gak… kau fikir kau siapa memerintahku seenakmu begitu?”
“Jadi maumu apa?”
Kevin menyengir lebar, “Aku yang joki motornya, kita ke pantai melihat matahari terbit!” teriaknya beremangat.
Ruki tersenyum geli dan mengiyakan kemauan Kevin. Kevin mengendarai motor itu dengan kecepatan yang sangat tinggi sehingga membuat Ruki memeluk erat pinggang Kevin.
“Haaaa! Aroma pantai di pagi hari hummm…” teriak Kevin bersemangat dan merentangkan tangannya sambil berlari-lari.
Ruki mendudukkan dirinya di pasir dan menyalakan sebatang rokok namun Kevin merampasnya, “Kau tau kan merokok itu dapat menyebabkan kanker dan sebagainya!” bentak Kevin.
“Cerewet sekali, kau tidak merokok makanya kau tidak tau perasaanku.”
“Salahmu sendiri!”
Ruki berdiri mendekati air laut kemudian membuang kotak rokok yang dia genggam ke tengah laut, “Ini buatmu, mulai sekarang aku tidak akan merokok dan kita jadi kakak-adik.”
Kevin memberikan senyumannya yang merekah dan memamerkan giginya yang indah, “Kenapa mau aku menjadi adikmu?”
“Karena kau special, aku menyukaimu… suka antara kakak dan adik,” ucap Ruki salah tingkah.
“Benarkah? Apa yang kakak sukai dariku? Pasti karena aku yang terlalu imut hehe…” tanya Kevin bersemangat.
Ruki hanya terdiam dan menghindari tatapan Kevin, Kevin pun kembali berlari membabi buta seperti orang udik yang baru kenal pantai, “Aku juga suka kakak!” teriaknya bersemangat.
“Hn? Apa yang kau suka dariku?” tanya Ruki sambil membalikkan tubuhnya untuk melihat Kevin yang berlari seperti orang kesurupan.
“Kakak itu baik, meskipun berteman dengan orang jahat tapi tetap baik padaku seperti tadi siang, karena sifatmu yang pendiam jadi terkesan cool, aku juga ingin punya bahu bidang dan tubuh tinggi sepertimu hehehe…”
Ruki pun meraih tubuh mungil Kevin dan memeluk kepalanya, “Aku ngantuk, sebaiknya kita lihat matahari terbitnya di apartemenku saja, pagi masih lama.”
“Yosh baiklah!”
Dengan perjalanan kurang lebih 20 menit akhirnya mereka sampai di apartemen Ruki, mereka naik ke lantai 8 tepat di mana kediaman Ruki. Sesampainya di atas, Ruki menyeret kasur tipisnya ke teras apartemennya, “Kita berbaring di sini sambil menunggu mataharinya terbit. Biasanya cukup jelas dan indah.”
Kevin tersenyum lebar dan menerjang kasur tersebut, disusul Ruki yang duduk di sebelahnya, “Brrr… dingin,” ucap Kevin.
Ruki melepas jeketnya dan menutupi tubuh Kevin, “Hm… nyaman hehe..” gumam Kevin dan membaringkan kepalanya di atas paha Ruki. Ruki mengusap lembut rambut Kevin, mereka saling tersenyum salah tingkah dan diselimuti keheningan.
Saat Kevin memejamkan matanya mencoba untuk tidur, tiba-tiba dia merasakan benda kenyal dan lembab menyentuh bibir merahnya, “A-aah… kak…” ucap Kevin salah tingkah saat memergoki Ruki mengecup bibirnya diam-diam.
“Maaf… bibirmu terlalu menggoda…” ucap Ruki dengan suara seraknya.
Mata sapphire Kevin menatap Ruki dalam-dalam, kemudian dia mendudukkan dirinya di paha Ruki, “Kak… apa yang kau sukai dariku?” tanya Kevin dengan wajah mulai merona.
“Matamu…” desis Ruki pelan dan mempertipis jarak wajah mereka sehingga hidung mereka bersentuhan, tatapan Kevin berubah menjadi sayu dan pasrah, Ruki lebih mendekatkan wajahnya dan…
CUP…
Bibir mereka bersentuhan, perlahan Ruki menggerakkan bibirnya dan melumat bibir Kevin lembut. Kevin memejamkan matanya dan meletakkan tangannya di dada Ruki. Perlahan Ruki membaringkan tubuh Kevin dan menindihinya.
Mata biru sapphire bertemu dengan mata hitam onyx, tatapan yang semakin membuat mereka larut dalam suasana. Bibir pucat Ruki menjelajahi leher jenjang Kevin, tangannya melucuti pakaian Kevin dan pakaiannya perlahan. Kevin memejamkan matanya rapat saat bibir itu menyusuri seluruh tubuhnya, “Eeekkhhh…. Geli sekali kak… emmhhh…” desah Kevin yang membuat Ruki semakin kehilangan kesadarannya.
Tangan Ruki bergerak agresif di kejantanan Kevin sehingga cairan cinta itu keluar dan membasahi tangan Ruki. Tidak puas dengan menaklukkan pasangannya, Ruki pun memasuki lubang Kevin. Desahan dan erangan keras mereka terdengar begitu nikmat pagi itu, apalagi saat mereka mencapai klimaks tubuh mereka seakan melayang ke surga. Ruki menghempaskan tubuhnya yang lelah dan berkeringat ke kasur, “Apa yang barusan kulakukan…” ucapnya lirih dan penuh penyesalan.
Kevin masih terpaku dengan wajah yang memerah, dia masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia lakukan, “Ka-kak… tadi kita…”
Namun Ruki memotong perkataannya dengan kasar, “Anggap saja tidak pernah terjadi, sekarang kau pulang dan jangan pernah menemuiku lagi.”
Mata biru itu menatap nanar dan shock, dia tidak menyangka kata sepahit itu yang dikeluarkan Ruki setelah kenikmatan yang baru saja dia berikan. Kevin memejamkan matanya kuat sehingga menumpahkan air mata, “Apa maksudmu? Kau hanya memanfaatkanku heh? Setelah kau merenggut ciuman pertama dan keperjakaanku kau mau membuangku heh?”
“Aku memang begitu, kau baru tau heh?”
Dengan kesal Kevin meraih pakaiannya, berjalan pincang menuju pintu dan membanting pintu itu penuh emosi.
“AKU BUKAN GAY AAARRGGHHH!!!” teriak Ruki frustasi.
-0-0-0-0-0-0-0-
“Bos sudah, jangan terlalu banyak minum, nanti kami yang repot,” bujuk Yuda pada Ruki yang sudah minum 5 gelas wine di sebuah bar.
“Aku bukan gay… kau tau kan kalau selama ini aku selalu tidur dengan gadis cantik…” kata Ruki dengan suara yang tidak beraturan.
“Iyalah bos… siapa yang bilang kau gay! Hahaha,” jawab Andre dengan tertawa geli.
“Tapi kenapa bisa aku jadi nafsu nidurin tuh cowok!” teriak Ruki, sontak orang di bar langsung menatap ke arah mereka.
“E-eh… bos ngomong apa?”
CUP…
Tiba-tiba Ruki mengecup bibir Yuda yang duduk di sampingnya, “Tuh biasa saja! Gak ada feel aneh, aku bukan gay tau! Tapi… kenapa berciuman dengan cowok itu membuatku gugup? Aaarrgghhh aku tidak waras!!!”
Yang dicium langsung pingsan, begitu pun Ruki yang mabuk berat juga langsung ambruk.
-Apartemen Ruki-
Ruki membuka matanya yang berat, “Aaakh… kepalaku sakit sekali.”
Terlihat keempat anak buahnya duduk di pinggiran kasurnya, “Bos… sudah baikan?” tanya Dicky.
“Hn…”
“By the way, beneran kau ML sama cowok?”
Ruki langung menatap sinis ke Aldo yang bertanya, “Cih… kabar burung sialan, kalian percaya dengan gosib begitu?”
“Ini bukan masalah gosib bos, tapi kau sendiri yang mengatakannya saat mabuk tadi,” kata Andre.
“Yaa… k-kau tau sendiri kan kalau orang mabuk memang suka bicara hal yang aneh,” elak Ruki.
“Biasanya orang mabuk akan jujur membongkar rahasianya,” sindir Yuda.
“Cari mati kau heh?” ancam Ruki sambil mencekram baju Yuda.
“Bahkan Yuda saja jadi korban ciumanmu,” ucap Dicky prihatin.
Ruki langsung melepaskan cengkramannya, “Kau sudah ketangkap basah bos…”
“ANJ*NG! sebejad apapun aku, aku bukan homo! Najis! Keluar kalian semua, kalian membuatku frustasi saja!”
Dan mereka berpempat pun lari dengan cepat ke luar sebelum mati.
“Aku bukan gay… tapi… aku sayang dia aaarrrgghhh sial!!!” umpatnya.
Di sisi lain, di kediaman Kevin. Dia hanya meringkuk di kamar semenjak kejadian itu, ‘Seharusnya aku melakukan itu dengan orang yang aku cintai… bukannya dengan orang asing sebejad dia!’ batin Kevin. Dia seperti mayat hidup, bernyawa tapi tidak memiliki emosi, tidak mau makan, mandi, atau bertemu siapapun.
Menatap indahnya senyuman di wajahmu, membuatku terdiam dan terpaku…
Klik! Kevin langsung mematikan HPnya yang mendapat panggilan dari Ruki. HP itu kembali berbunyi lagi dan lagi, tapi kembali Kevin matikan, “Bastard…” desisnya.
“HEI AKU ADA DI TERAS! KELUARLAH!”
Kevin mencoba merangkak, dia tidak bisa berdiri lagi karena tubuhnya yang tidak makan selama seminggu jadi begitu lemah, dia mencoba menghintip pemuda yang berdiri di depan rumahnya.
“MAAFKAN AKU, KUMOHON! AKU TIDAK PERNAH MEMOHON SEPERTI INI SEBELUMNYA,” teriak Ruki, Kevin hanya menatap sinis.
“Aku ingin engkau slalu, hadir dan temani aku di setiap langkah yang meyakiniku kau tercipta untukku sepanjang hidupku.”
Ruki mencoba menyanyikan singkat lagu kesukaan Kevin, dan kali ini dia berhasil membuat senyum indah Kevin kembali mengembang. “Naiklah!” teriak Kevin dari loteng kamarnya.
Dengan cekatan Ruki memanjat tiang kokoh tersebut dan berhasil berada di tempat tujuan, “Maaf… aku terlalu munafik untuk mengakui perasaanku, tapi aku benar-benar menyayangimu, kau membuatku gila, hanya kamu laki-laki yang bisa membuatku gelisah, menangis dan bisa merasakan getaran aneh di dadaku saat mencumbumu,” ucap Ruki sambil menangkup kedua pipi Kevin.
“Aku tidak tau tentang perasaanku padamu, tapi aku ingin membunuhmu saat kau mencampakanku.”
Ruki tersenyum lebar dan memeluk kepala Kevin dengan hangat, dia kecup rambung pirang itu dan mengusapnya penuh perasaan, “Tidak akan… Aku akan selalu ada buatmu dan menjagamu.”
“Aku punya satu permintaan.”
“Apa?”
“Berhentilah menjadi bad boy, melakukan hal yang merugikan banyak orang. Demiku, maukah kau berubah my guardian angel?”
“Tentu…” Ruki mencium lembut kening Kevin.
“By the way… aku belum mandi selama seminggu,” kata Kevin dengan cengiran innocentnya.
“Hei… pantas saja kau bau sigung! Dasar bau!” Ruki pun menggendong tubuh mungil Kevin ke kamar mandi, mereka mandi dan melakukan ‘you know what’.
-0-0-0-0-
Dua tahun hidup bersama, tentu tidak sebentar, begitu banyak rintangan dan masalah yang mereka hadapi yang menyebabkan hubungan mereka putus sambung namun mereka tetap bertahan. Dan hari ini adalah anniversary mereka yang ke dua tahun, Kevin berlari dengan cepat ke arah apartement Ruki setelah dia keluar dari bus way.
Di sisi lain, di apartement Ruki, dia mendapatkan tamu yang tidak di undang, “Buat apa kau datang hn?” Tanya Ruki pada gadis cantik bagaikan model yang ada di hadapannya.
“Sebaiknya kita bicarakan di dalam, aku sangat haus,” kata gadis yang bernama Ratna tersebut sambil melepas kacamata hitamnya, mendorong dada Ruki dan menutup pintu.
“Anakmu bagaimana? Apa uang yang aku kirim bulan ini kurang?”
“Anakku? Dia anak kita, ingat. Tidak ada yang kurang, hanya saja aku merindukan sentuhanmu~” kata gadis itu sambil mendorong Ruki ke kasur dan duduk di perutnya.
“Gadis liar, aku tidak ingin bermain denganmu.”
Namun Ratna malah membuka baju dan bra’nya sehingga menampakkan tubuh indah nan molek, Ruki menelan air liurnya kemudian mencumbu gadis sexy yang duduk di atasnya tersebut.
Kreaak…
Kevin langsung membatu ketika melihat Ruki bersama gadis bugil itu, “Bastard!” teriaknya dan kemudian berlari.
*END FLASHBACK*
Kevin berlari menyebrangi jalan, namun langkahnya berhenti ketika mendengar suara merdu yang dialunkan Ruki…
Lihatlah luka ini yang sakitnya abadi
Yang terbalut hangatnya bekas pelukmu
Aku tak akan lupa tak akan pernah bisa
Tentang apa yang harus memisahkan kita
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang dirimulah tulang rusukku
Kau akan kembali pada tubuh ini
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
Kita telah lewati rasa yang pernah mati
Bukan hal baru bila kau tinggalkan aku
Tanpa kita mencari jalan untuk kembali
Takdir cinta yang menuntunmu kembali padaku
Di saat ku tertatih tanpa kau disini
Kau tetap ku nanti demi keyakinan ini
Jika memang kau terlahir hanya untukku
Bawalah hatiku dan lekas kembali
Ku nikmati rindu yang datang membunuhku
Untukmu seluruh nafas ini
Dan ini yang terakhir (aku menyakitimu)
Ini yang terakhir (aku meninggalkanmu hooo..)
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Ini yang terakhir, dan ini yang terakhir
Tak kan ku sia-siakan hidupmu lagi
Jika memang dirimulah tulang rusukku (terlahir untukku)
Kau akan kembali pada tubuh ini (bawa hatiku kembali)
Ku akan tua dan mati dalam pelukmu
Untukmu seluruh nafas ini
(Last child feat Giselle, seluruh nafas ini)
GRRRRRKKK DUAAAKKK…..
Kevin membalikkan tubuh, namun naas, dia hanya bisa mendapati tubuh Ruki yang berlumur darah karena dilindas truk yang remnya blong. Dengan tubuh bergetar Kevin berlari, “RUKI!!!” teriaknya histeris saat melihat kekasihnya dan beberapa kendaraan lain berhamburan, Ruki masih bernafas dan menatap Kevin sayu. Tangannya masih ada di bawah ban truk, Kevin yang histeris berusaha menyelamatkan Ruki yang terjebak, “Cu-cukup… akuh… ekkh hanya ingin memberikan ini,” tangan kanan Ruki merogoh kantungnya dan menyerahkan kotak merah mungil.
“Ruki bertahanlah… kumohon…” Kevin mengambil kotak merah yang Ruki berikan ternyata isinya sepasang cincin, “Maafkan aku, tolong peluk aku…” ucap Ruki dengan suara yang berat. Dengan cepat Kevin memeluk kepala Ruki dan dia pun menutup matanya perlahan dan menghembuskan nafas terakhirnya. Tangis Kevin langsung bergemuruh, bahkan tangisan pun tak dapat mengungkapkan Rasa sedihnya saat itu.
END
@rulli arto makasih