It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Ok, FB kakak nanti aku add!
By daniel Yanuar
Entah apa ini layak dibilang sebuah cerpen? Atau lebih tepatnya ini adalah suatu curhatan, yang pasti ini tentang pengalaman pribadiku tiga tahun lalu.
Pagi itu sangat cerah, udara begitu sejuk di pulau Kalimantan ini. Hari ini adalah hari terakhir test untuk masuk SMA. Aku baru saja lulus SMP dan mendaftar disebuah SMA swasta di kotaku namun favorite makanya harus test segala, jujur sebenarnya aku gak terlalu minat masuk sini, jawaban tes Cuma aku jawab seadanya tanpa mikir keras namun tetap mikir dikit, karena sebenarnya aku ingin masuk SMK ngambil jurusan pertambangan tapi hidupku orang tuaku yang mengatur.
Namun rasa kesalku sirna begitu melihatnya, Yuda Maulana. Dia adalah teman dekatku di smp sekaligus orang yang aku cinta. Mungkin aku tidak normal dengan perasaan ini, tapi memandang wajahnya saja membuatku bahagia, apalagi mengobrol dengannya. Dia keturunan dayak juga makanya memiliki wajah oriental dan sangat cute namun gayanya manly jadi berkesan cool.
Dengan senyum merekah aku menghampirinya , “Hei hari terakhir bro, mari berjuang!” kataku sambil merangkul bahunya.
Dia langsung mengacak-acak lembut rambutku, kegiatan rutin yang dia lakukan dan sangat kusukai, “Iya.. gampang banget soalnya, kita pasti lulus.”
Aku kembali tersenyum, dapat kucium aroma shampoo dan parfumnya yang menggelitik hatiku dan ingin sekali memeluk erat tubuhnya, mengecup lembut bibirnya dan mencumbunya tapi itu Cuma mimpi belaka, we’re just friend, kalau dia tau perasaanku, kami tak akan sedekat ini lagi.
TENG… TENG… TENG…
“Ah.. sudah masuk, aku duluan ya ke ruang 20, kamu di ruang 3 kan? Nanti kalau pulang samperin aku ya di kantin belakang ruang 20,” katanya tergesa-gesa dan berlari karena kelasnya cukup jauh.
Aku menatap punggungnya yang semakin jauh, kasian dia semakin kurus saja kurasa.
Dua mata pelajaran sudah kami lewati, dibilang gampang aku belum pasti benar, dibilang susah tapi aku bisa mengerjakan soal dengan lancar, tapi apapun takdirnya nanti aku Cuma minta sama tuhan agar aku dan Yuda selalu bersama, sangat lama kami bersama, SD, SMP, satu sekolah bahkan satu kelas, dan SMA pun aku mau kami bersama karena dia membuatku nyaman, sosoknya seperti seorang kakak karena dia lebih tua satu tahun dariku.
Dengan cepat aku berlari mencari kantin yang Yuda maksud, sesampainya di kantin aku melihat Yuda di pintu kantin dengan wajah panic dan aku memanggilnya, “YUDA!!” teriakku.
“Hei, Yanz, aku duluan ya… soalnya mamaku mau melahirkan, daah..” katanya tergesa-gesa.
“Yo…” jawabku lemas, haah padahal baru saja sumringah menatapnya, sekarang senyumku malah lenyap.
“Hei Yanz, ngapain bengong? Sini makan-makan, kita party atas hilangnya beban kita.” Teriak Anto teman satu SMPku.
“Sipp… “
Selama satu jam lebih aku dan lima teman smpku berpesta ria di kantin itu, walau sekarang gak ada Yuda tapi suasana tetap seru apalagi kalau dia ada. Saking asyiknya aku bersama teman-temanku aku tidak sadar kalau ada panggilan di hpku. Kutatap layar hpku ada 20 panggilan tak terjawab dan 12 pesan baru, kulihat daftarnya ternyata miscall dari beberapa teman smpku, lalu kubuka satu sms. Mataku terbelalak kaget dan tidak percaya dengan apa yeng tertera disana, lalu kubuka sms lain sampai habis dan ternyata isinya dengan maksud yang sama “YANZ, YUDA TABRAKAN DAN DIA MENINGGAL, KAU BAIK-BAIK SAJA KAN? KAU BERSAMANYA??”
Tidak percaya dengan sms tersebut kutelfon temanku yang kebetulan tetangga Yuda, terdengar suara bergetar diseberang sana dan air mataku langsung tumpah.
“Hei Yanz kau kenapa? Aneh kau tiba-tiba nangis.”
“YA TUHAN YA TUHAN… WOI YUDA KECELAKAAN!!” teriakku penuh emosi dengan air mata berhamburan.
“Kau bercanda kan?!!! Jelas-jelas dia bersama kita tadi.” Balas Wawan dengan ekspresi tidak percaya.
“Astaga, aku juga dapat sms dari teman-teman. Yuda pasti ngebut gara-gara mamanya melahirkan,” kata Agus lemas.
“Ayo cepat kita ke TKP!! Yanz ayo cepat bangkit.”
Aku terjatuh lemah dilantai, wajahku tertunduk dan air mataku tidak bisa dibendung, aku menangis sejadi-jadinya.
“Ah Yanz, bego kau! Jangan percaya begitu aja, kali aja temen-temen kompak ngerjain kita. Ayo cepat bangun dan kita lihat langsung.”
Temanku berusaha menarik tanganku, “Tanganmu dingin sekali Yanz, tubuhmu juga bergetar, ayolah sabar ya… jangan begini, ayo bangkit, biar aku yang nyetir motormu kalau kamu gak sanggup, kebetulan aku gak bawa motor,” kata Rizky yang berusaha membujukku.
Siang itu cuaca jadi mendung, gerimis. Tubuhku semakin bergetar , dingin menusuk tulang bercampur rasa takut, kuremas bahu Rizky dengan kencang. Disebuah tikungan kami melihat banyak orang bergerombol, kulihat aspal itu berlimbah darah, dan tangisku semakin menjadi saat kulihat bangkai motor Yuda yang rusak parah. Wawan dan teman-temanku yang lain mendatangi gerombolan itu untuk menanyakan info, menurut kabar tubuh Yuda sudah dibawa ke rumah duka setengah jam lalu karena dia meninggal di tempat.
Dengan cepat Rizky menjauhkanku dari tempat kejadian takut aku semakin shock, “Yakin mau ke rumah Yuda?” bisiknya.
“Hu’umm..” gumamku pelan.
Miris rasanya melihat bendera hijau di depan rumahnya, aku dan teman-teman melangkah pelan ke arah rumah Yuda, begitu banyak pelayat karena dia orang yang baik, supel, dan tampan, tepi tetap saja dia hanya sesosok tubuh tak bernyawa sekarang.
Aku berdiri terpaku mencari dimana Yuda, ternyata dia dimandikan dan setelah jenazahnya selesai dimandikan dan di bawa masuk ke rumah, aku pun juga ikut masuk.
Aku duduk di sisi pinggangnya dan di atas kepalanya ada adik laki-lakinya menangis dan memanggilnya, “Koko, koko cepat bangun, koko Yuda kenapa tinggalin kita, kita punya dede baru, koko cepat bangun,” ucapnya terisak.
Aku pun ikut terisak, pipinya tergores karena gesekan aspal, mulutnya hancur, bibinya mengelap sisa darah di wajahnya “Ya tuhan, giginya habis..” teriak bibinya histeris.
Aku memberanikan diri melihat luka ditubuhnya, saat kubuka kain panjang itu, tangisku langsung pecah, luka menganga dari leher sampai dadanya dan tulang pahanya patah sampai keluar, tubuhku langsung lemas, beberapa teman berusaha menenangkanku tetapi aku tidak bisa mengendalikan emosiku, “Yanz sudah jangan nangis, malu dilihat orang, harusnya kau tidak melihatnya,” ucap Wawan, padahal matanya pun basah.
Aku tidak sanggup berlama-lama karena tubuhku langsung lemah, begitu jenazahnya disholatkan aku pun memutuskan pulang.
Dirumah aku terus terkenang masa-masa manis bersamanya, dia orang yang sangat menawan dan menyenangkan kenapa harus kau ambil dariku tuhan?
Baru kali ini aku merasakan sakit hati yang teramat dalam, harus melihat orang yang sangat aku cinta meninggal dengan menggenaskan. Tiga hari berturut-turut aku menangis tanpa henti, lima menit pun aku tidak bisa menghentikan aliran air mataku kecuali saat tidur, aku berusaha menghentikan tapi tidak bisa, aku tidak percaya dia telah tiada.
~~seminggu kemudian~~~
Hari ini pengumuman tes, kesedihanku sudah sedikit berkurang dengan berjalannya waktu. Tapi kulihat teman-temanku sangat lesu, “Selamat ya Yanz, kau lulus tapi sayangnya kami semua gagal,” kata teman-temaku.
“Terlalu banyak saingan, yang daftar lebih seribu tapi yang diterima Cuma 300 murid baru.”
Tidak percaya aku pun berjejal menerobos kerumunan orang yang melihat namanya di mading, aku lihat namaku di urutan ke 32 dari 300 siswa yang diterima, senyumku langsung merekah kemudian kulihat dibawah namaku…
Yuda Maulana SMPN 2 banjarmasin LULUS
Air mataku kembali tumpah dan histeris. Yang ada dibenakku, harusnya aku dan dia akan tetap bersama tuhan tapi takdir yang memisahkan kami ini terlalu menyakitkan.
END
Tahun 2009, lagu ini sangat trend dan selalu mengingatkanku hari dimana Yuda tiada.
Kau kan slalu tersimpan di hatiku
Meski ragamu tak dapat ku miliki
Jiwaku kan slalu bersamamu
Meski kau tercipta bukan untukku
Tuhan berikan aku cinta satu kali lagi
Hanya untuk barsamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya
Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya
Mengapa cinta ini terlarang
Saat ku yakini kaulah milikku
Mengapa cinta kita tak bisa bersatu
Saat ku yakin tak ada cinta selain dirimu
Tuhan berikan aku hidup satu kali lagi
Hanya untuk bersamanya
Ku mencintainya sungguh mencintainya
Rasa ini sungguh tak wajar
Namun ku ingin tetap bersama dia
Untuk selamanya
By: Yanz
Catatan: ini cerita kolaborasi yang ngasih ide kakak-kakakku sayang Lia Nur'aeni dan Ella MinnyPretty Fujoshi WiffeJae. Happy reading~
*Deza POV*
Buuk! Buuk! Buuk!
Dengan lincah pemuda berambut merah itu mendribble bola basket yang ada dalam kendalinya. Aku berusaha menahannya dan akhirnya bisa mengambil alih bola dan berhasil mencetak angka.
Pemuda berambut merah itu bernama Aldy, kapten basket tim Red Dragon. Sedangkan aku Deza kapten tim Blue Wolf. Kami selalu bersaing di setiap pertandingan dan kemenangan selalu terjadi bergantian kadang timnya dan kadang timku dan pertandingan kali ini menentukan siapakah pemenang sesungguhnya.
Di atas, di bangku penonton terlihat seorang pemuda tampan yang memiliki senyum menawan dan berambut kuning cerah sedang berteriak menyemangati. Entah dia menyemangati siapa, aku sahabat karibnya ataukah Aldy sang kekasih tercintanya. Namanya Reyhan. Dia dan aku sangat dekat makanya dia sangat terbuka denganku, salah satunya membongkar aibnya yaitu dia seorang homosexual. Namun aku tidak pernah keberatan, karena bagaimana pun dia sahabat terbaik di dunia.
Bunyi tanda pertandingan selesai sudah dibunyikan. Aku dan timku bersorak riang atas kemenangan kami kali ini dan berpelukan karena saking senangnya. Setelah aku membalik tubuh, aku melihat Reyhan sedang menenangkan Aldy yang sedang kecewa berat atas kekalahannya. Wajahnya masam dan terlihat menyalahkan seluruh anak buahnya sedangkan Reyhan berusaha menenangkan dengan mengusap punggung dan kepalanya. Ingin aku mendekat, tapi suasana sangat tidak mendukung jadi aku menunggu kami sampai di kost saja dan saling berbincang karena aku dan Reyhan satu kost.
>>>>>>>>>>>
“Wehehehe… Selamat ya jagoan, kau menang juga akhirnya!” kata Reyhan riang saat aku dan dia sudah berada di tempat kost. Terlihat Reyhan sedang membawa banyak makanan di kresek putih besar dan sebotol bir.
“Hn… Harusnya kau bersama kekasihmu dan menyemangatinya bukannya berpesta bersamaku.”
“Tidak apa-apa, lagian dia sedang tidak mau diganggu. Mungkin dia perlu waktu sendirian dan bagaimana pun aku harus hargai keputusannya.”
“Kau sangat mengerti dia ya… Apa dia membenciku?” tanyaku khawatir.
“Jangan khawatir. Dia pemain yang sportif, kalah menang itu biasa pasti dia bisa terima. Ayo sudah nikmati makanannya, aku capek-capek beli juga.”
Aku menenggak bir yang Reyhan tuangkan, “Apa kau tidak khawatir dengannya hah?”
“Hahaha… Tidak usah terlalu difikirkan, nanti dia akan kembali riang,” kata Rey sambil meminum bir lebih banyak. Aku pun melombainya dan kami minum sangat banyak saat itu. Kepalaku terasa sangat pusing, kesadaranku menipis, tapi aku dapat merasakan Reyhan yang sedang berada di atas tubuhku, menggerayangiku bahkan mencumbuku, hanya itu yang kurasakan dan mataku semakin berat hingga semuanya terlihat gelap.
-Keesokan Harinya-
KRRIIING!!!!
Jam waker yang sangat nyaring itu membangunkan tidur lelapku, “Aaah… Kepalaku sakit sekali. What? Sudah jam 10! Aku bisa terlambat ke kampus!” teriakku panik namun saat aku mencoba bangun dari tempat tidur. Aku merasakan sebuah tangan kokoh sedang memelukku dari belakang. Aku memutar tubuhku dan…
“AAAAAAAAA!!!” teriakku histeris saat menemukan Rey sedang memelukku dari belakang dengan kondisi bugil.
“Ughh… Ada apa pagi-pagi berteriak heh?” Tanya Reyhan yang masih setengah sadar.
“Re-Rey… Tadi malam apa yang kita lakukan?” tanyaku sambil menjaga jarak.
“Aaa… Itu… kau? Aku? Tidak memakai pakaian…” katanya masih dengan wajah bego’nya.
Aku membuka selimut dan benar saja ternyata aku tidak memakai celana, terdapat banyak bercak cairan sperma juga. Wajahku memerah saat menyadari keadaan ini. Aku tarik selimut untuk menutupi semua tubuhku dan mencoba berjalan namun aku merasakan nyeri yang luar biasa di bokongku, “Aaakhh… Sakit! Sial..” umpatku kesal dan terjatuh di lantai.
“Deza… Maaf, aku tidak sadar melakukannya. Tadi malam kita mabuk berat. Aku benar-benar meminta maaf.”
Aku hanya berlutut di lantai, tatapanku kosong. Apa aku gay sekarang? Dadaku berdetak kencang, wajahku benar-benar panas. Sedikit ada hal yang aku ingat, yaitu ketika Rey menindihku dan mencumbuku. Astaga! Aku benar-benar gila dengan perasaan aneh ini.
“Kau marah denganku? Ok, ini hakmu kalau kau marah dan membenciku. Kau memecatku jadi sahabatmu pun aku rela…” ucapnya dengan suara serak.
“Bodoh!” hanya itu yang bisa aku katakan.
Dia mendekat kemudian memeluk kepalaku di dadanya, “Maaf. Pasti kau sangat berharap jika melakukan hubungan sex hanya dengan orang yang kau cinta begitupun aku. Tapi aku tidak menyesal melakukannya, karena aku sangat menyayangimu lebih dari apapun. Kau sahabatku yang paling mengerti kondisiku, selalu ada buatku susah maupun senang, tidak pernah menuntutku, rival terhebatku namun yang kau lakukan selalu yang terbaik untukku. Aku memang sangat ingin menyentuhmu namun aku takut persahabatan kita hancur.”
Aku mendongakkan kepala mendengarkan ucapannya. Kukalungkan tanganku di lehernya kemudian mengecup lembut bibir merahnya, “Emmhh… Aku juga menyayangimu,” ucapku pelan kemudian memeluk lehernya, “Tapi bagaimana dengan Aldy?” sambungku.
Tatapannya sayu, “Entahlah… Aku benar-benar bingung. Aku juga sangat mencintainya.”
“Tidak perlu difikirkan. Cukup kau selalu ada untukku, aku tidak akan menuntut kau harus memilihku,” ucapku atau lebih tepat bisikku di kupingnya dengan menghembuskan sedikit nafasku. Dia tergoda, menengok wajahku kemudian mencumbuku. Kami kembali bercinta pagi itu bahkan aku melupakan kuliahku hari ini.
>>>>>>>>>>>
Hariku semakin berwarna semenjak aku dan Reyhan menjalin kasih. Tidak lagi aku merasa menjadi orang yang kesepian karena menjomblo sekian lama. Bersama Reyhan dulu memang seru, namun tak seseru sekarang. Aku bisa merasakan menjadi orang yang berharga dan penting ketika Reyhan dengan tidak bosannya terus mencumbu dan memanjaku. Berat memang jika harus menjalani hubunga secara diam-diam begini, tapi aku tetap menikmatinya walaupun posisiku sangatlah tidak elit, aku seorang selingkuhan.
Perasaan nyeri pun sering muncul ketika Aldy harus berkunjung dan bermesraan tepat di depan mataku. Ini hal biasa yang mereka lakukan dua tahun terakhir, kehadiranku tidaklah pernah dianggap jika mereka sudah bersama. Meskipun Aldy pemuda yang sangat dingin dan keras tetapi dia memiliki wajah yang imut, dia cuek namun cerewet jika sudah menghadapi Reyhan. Hubunganku dengan Aldy tidaklah bagus, tentu saja karena persaingan kami yang begitu ketat di bidang olah raga terutama basket. Aldy selalu bersikap dingin padaku dan sengaja manja di depan Reyhan jika kami bertiga dipertemukan. Dulu, hal itu tidak membuatku keberatan. Namun semenjak aku dan Reyhan menjalin kasih, rasa sayang dan cintaku semakin besar padanya dan itu membuatku sakit.
Hari ini membuatku cukup khawatir karena sakit types Reyhan kumat. Badannya lunglay tidak berdaya, namun selalu memaksakan senyumnya untukku. Aku menghubungi Aldy agar dia datang ke tempat kost menengok keadaan Reyhan. Setelah bubur ayam yang kumasak telah masak aku pun membawanya ke hadapan Reyhan, kutiup hingga bubur itu dingin.
“Ayo makan?” pintaku sambil menyodorkan sendok.
Tapi Reyhan hanya menggeleng, “Mulutku sangat pahit. Benar-benar tidak bernafsu.”
“Sedikit saja please?” aku kembali menyodorkan sendok namun Rey menggepak tanganku dengan kasar hingga sendok yang kupegang terlempar. Aku mendengus kesal.
“Kau itu keras kepala sekali bodoh, bisakah kau menurut demi kebaikanmu?” kataku sambil mengenggam tangannya. Dia hanya diam dengan tatapan sayu. Perlahan dia menarik tangan dan tubuhku hingga aku membaringkan kepalaku di dada bidangnya. Dielusnya rambut biruku dengan lembut dan sekali-kali mengecup puncak kepalaku, aku begitu damai. Rey andai kau tau betapa bahagianya aku saat kau memanjaku seperti sekarang.
Kreekk…
Pintu terbuka, Aldy melihat cukup jelas posisi kami yang tidak normal tadi dan dia membanting keras pintu. Aku terbangun, kutatap Aldy yang juga menatapku dengan pandangan membunuh.
“Asik ya…” ucapnya menyindir.
Bibirku dan Reyhan hanya terkunci. Dia menatap sendok yang tadi terlempar, diambilnya sendok itu dan menyodorkannya padaku, “Ganti dengan sendok baru,” katanya dingin.
Aku hanya mengangguk dan bangkit dari tempat dudukku. Aku pergi ke dapur sebentar kemudian membawa sendok baru seperti yang Aldy perintahkan.
“Kau sebaiknya makan ya?” kata Aldy lembut pada Reyhan dengan senyuman hangat. Aldy menyuapi Reyhan sedangkan Rey membuka mulutnya tanpa beban. Betapa irinya aku melihat dengan mudahnya Aldy menaklukkan Reyhan. Ditambah lagi usapan lembut yang Reyhan berikan pada pipi dan bibir Aldy seolah membuat jantungku tertusuk belati yang sangat tajam. Posisiku… sangatlah buruk. Aku hanyalah sebatang benalu yang menempel pada suburnya hubungan indah mereka. Akankah aku dan Reyhan bisa selalu bertahan menyembunyikan cinta terlarang ini? Haruskah aku mundur sebelum semuanya terbongkar? Tapi bagaimana pun aku mencoba menghilangkan perasaanku pada Rey, tidak akan berarti jika kami terus bersama. Rey… Aku belum mampu jika harus melepaskanmu.
Di sela-sela lamunanku aku dikejutkan dengan suara HPku. Kulihat ternyata dari pelatih basket. Aku mengangkat telepon tadi dan hanya bergumam pelan atas semua yang dikatakan pelatih kemudian kumatikan telepon tadi.
“Reyhan, Aldy, aku ada keperluan di luar. Aku tinggal dulu.”
“Hmm… Hati-hati,” ucap Aldy datar sedangkan Rey hanya mengangguk dan tersenyum lebar.
>>>>>>>>>>>
“Jadi tujuan kami memanggilmu kemari ingin memberitahukan bahwa ada pelatih basket dari Cina yang sangat tertarik dengan skilmu, katanya dia akan membayar mahal jika kau bergabung pada timnya. Tapi semua keputusan ada padamu nak,” kata pelatih dengan senyuman masamnya.
Aku terdiam sejenak memikirkan dampaknya jika aku harus pergi ke Cina, “Bagaimana dengan kuliahku pak? Aku sudah semester 4 dan tinggal 2 semester lagi akan wisuda.”
“Cuti saja dulu, ilmu bisa kau kejar kapan saja. Tapi kesempatan emas ini tidak akan datang dua kali, kejarlah harta selagi muda dan kau mampu mengejarnya. Pikirkan baik-baik.”
Aku mengusap daguku, “Baiklah, aku terima kesempatan ini pak pelatih.”
Dan kami pun tersenyum.
>>>>>>>>>>>>>
Pagi yang cerah, namun angin sejuk bertiup kencang dari sungai. Kuhirup udara segar pagi ini, kujuntaikan kakiku di sebuah dermaga yang terdapat di samping tempat kostku dan Reyhan. Seminggu lagi, aku tidak akan merasakan suasana indah di Indonesia ini. Pahit, manis, dan asamnya kehidupan aku rasakan bersama Reyhan di Indonesia selama 23 tahun ini. Persahabatan kami dimulai dari orang tua kami sampai kami pun melanjutkan persahabatan ini namun sayang, aku menyalahi kodrat.
“Hei… kau sedang apa di dermaga pagi-pagi begini?” Tanya Reyhan yang langsung duduk di sampingku.
“Hanya menikmati detik-detik terakhir di Indonesia,” ucapku datar tanpa menoleh ke arahnya.
Dia menarik daguku agar bertatap mata dengannya, “Maksudmu?” tanyanya dengan mata yang berkaca-kaca.
“Aku akan ke Cina minggu depan. Aku dibeli agar menjadi pemain basket di sana.”
“Kenapa kau tidak memberitahukanku dari awal?” katanya sedikit membentak.
“Aku pun baru tahu, Rey.”
Ditariknya pinggangku dan memelukku sangat erat bahkan hingga aku sulit bernafas, aku juga dapat merasakan bibir lembabnya menyentuh tengkukku yang membuatku memejamkan mata nikmat. Dia melepaskan pelukan, kami saling tatap kemudian mendekatkan wajah, bibir kami bersentuhan dengan lembut. Lembut dan hangatnya ciuman indah itu membuat kami memajamkan mata…
“Jadi ternyata perasaanku tidak salah?” tanya suara dingin dari arah samping kami. Aku membuka mata dan telah menemukan si rambut merah menatap kami dengan mata berkaca-kaca dan menandakan kesedihan yang teramat dalam. Kami terdiam, rasanya begitu terkejut harus dipergoki seperti ini. Tanpa banyak bicara Aldy langsung menarik tanganku, berlari menculikku dan memasukkanku dengan paksa dalam mobil merahnya. Reyhan berteriak-teriak pada kami tapi tidak dihiraukan Aldy dan dia tancap gas dengan begitu cepat.
“Ka-kau mau apa?” tanyaku panik karena dia mengendarai mobilnya dengan kecepatan di luar batas.
“Kita akan mati bersama,” katanya datar.
Mataku langsung sayu dan tidak bisa lagi membela diri, dia sangat membenciku. Kutatap wajah dinginnya, dia meneteskan air mata tapi tetap fokus menyetir meski dengan kecepatan maut.
“Maaf…” lirihku.
“Oh…” responnya sangat dingin.
“Tadi itu… Hanyalah ciuman perpisahan. Kau tidak perlu cemburu.”
“Ciuman perpisahan? Semesra itu?”
Rasanya tenggorokanku tercekat, tidak mampu untuk memberikan argument yang tepat. Mungkin inilah akhir hidupku, “JELASKAN JIKA KAU MAMPU JELASKAN!” bentaknya dengan keras dan tentu saja butiran bening itu terus mengalir di pipi pucatnya.
“Sejujurnya aku memang mencintai Reyhan. Tapi aku sadar Aldy, cintanya denganmu jauh lebih besar. Aku hanyalah benalu, dan kau pantas membenciku. Tapi, minggu dapan aku akan pergi ke Cina. Hatiku mantap meninggalkan Reyhan begitupun ragaku. Kumohon, maafkanlah Reyhan. Beri dia kesempatan kedua. Dia sangat mencintaimu melebihi dirinya sendiri dan aku hanyalah tempat pencurahan hatinya.”
Tatapan Aldy menjadi sayu. Kemudian, dengan bringas dia membalikkan mobil merahnya, dengan kecepatan yang lebih tinggi dia mengantarku kembali ke tempat kost dengan selamat, “Kau tidak mau mampir?” tanyaku sambil menengok jendela mobilnya. Dia hanya mengangkat telapak tangannya sebagai pengganti kata ‘Bye’ kemudian kembali melajukan mobilnya.
Saat aku memasuki kost, Reyhan menatapku khawatir dan mengintrogasiku. Namun perasaannya sedikit lega setelah mendengar cerita dariku tentang kejadian di mobil tadi. Aku duduk, kuraih gitar biruku dan menggenjrengnya, kemudian kukeluarkan suaraku yang memilukan, lagu yang kulantunkan untuk Reyhan jauh dari lubuk hatiku yang paling dalam.
Jreng…
Aku bisa terima meski harus terluka
Karnaku terlalu mengenal hatimu
Aku telah merasa dari awal pertama
Kau takkan bisa lama berpaling darinya
Ternyata hatiku benar
cintamu hanyalah sekedar tuk sementara
Akhirnya kita harus memilih, satu yang pasti
mana mungkin terus jalani cinta begini
karena cinta tak akan ingkari tak kan terbagi
kembalilah pada dirinya biarku yang mengalah
aku terima
ku tak bisa terima, bila terus tak setia
menghianati dia menduakan cinta
ternyata hatiku benar cintamu hanyalah sekedar tuk sementara
akhirnya kita harus memilih satu yang pasti
mana mungkin terus jalani cinta begini
karena cinta tak akan ingkari
takkan terbagi
kembalilah pada dirinya
biarku yang mengalah aku terima…
Reyhan menangis dan memelukku, “Lepaskan aku dan kembalilah padanya,” lirihku. Dia hanya mengangguk di bahuku.
-Seminggu kemudian-
Aku menyeret koper biruku, sebelum masuk ke pesawat aku kembali menengok ke belakang. Kutatap dua insan yang sedang jatuh cinta itu. Mereka telah berbaikan dan bisa menikmati hidup tanpa gangguanku mulai sekarang. Kuangkat tangan Aldy kemudian menyatukan tangannya pada tangan Reyhan, “Aku titip dia. Jaga dia baik-baik, Aldy,” kataku sambil memaksakan senyuman.
“Tanpa kau suruh pun aku akan melaksanakannya,” balas Aldy. Mereka tersenyum dan akhirnya aku bisa meninggalkan Indonesia tanpa beban.
Sedih? Itu pasti, tapi aku percaya tuhan punya rencana yang lebih menakjubkan di depan sana. Dan akhirnya aku bisa menjadi bintang basket kaya setelah berlatih 3 tahun di negri orang, pasangan hidup pun aku dapatkan, yaitu seorang gadis cantik yang sama cerianya dengan Reyhan, semua yang ada padanya selalu mengingatkanku pada Reyhan namun aku sangat menyayanginya tanpa beban.
END
Thanks sudah baca. bagaimana? Komentar please, karena komentar kalian adalah nafas dan semangat yanz yang membuat yanz bertahan menulis detik ini, dan komentar kalian adalah penghargaan yang sangat berarti buat yanz.