Aduh ramai sekali memang suasana di ballroom ini. Walaupun ruangannya cukup besar tapi ada sekitar seribu orang yang berdesak-desakan di ruangan ini. Yah mau tidak mau oksigen yang terbatas di ruangan ini terpaksa harus dibagi merata, jadi jelas suasananya jadi gerah. Oh iya perkenalkan namaku, Riko Adipermana usia 18 tahun campuran Indonesia dan Cina. Aku baru saja lulus SMA satu bulan yang lalu dan sekarang sedang mencoba berjuang mengejar cita-citaku. Kata keluargaku suaraku bagus, dan beberapa kali aku sempat ikut kompetisi bernyanyi dan hasilnya pun cukup memuaskan. Buktinya adalah beberapa piala yang berjajar di kamar tidurku. Aku bersyukur punya suara yang bagus dan aku ingin menjadi seorang penyanyi itulah cita-citaku.
Oh iya, sekarang aku lagi berada di salah satu acara pencarian talent bernyanyi yang diadakan oleh salah satu perusahaan musik yang cukup terkemuka di ibukota ini. Yah benar sekali kerumunan orang di gedung ini adalah para peserta ajang ini yang sudah diseleksi dari berbagai daerah. Yah, walaupun sebenarnya jumlah peserta yang terdaftar hanya 300 orang tapi tentu saja mereka datang kesini membawa keluarga mereka, terutama peserta yang datang dari jauh. Alhasil terkumpulah sekitar seribu orang yang memadati gedung ini. Aku sendiri nggak membawa keluargaku, karena aku tinggal di Jakarta dan memang ini hari kerja yang membuatku agak sulit kalo harus mengajak kedua orang tuaku ataupun adik perempuanku satu-satunya yang masih duduk di bangku SMP. Tapi walaupun mereka nggak bisa ikut, dukungan mereka seratus persen aku dapatkan.
Sekarang aku lagi berada di depan toilet pria, bukan untuk buang air kecil tetapi menunggu temanku yang sudah sejak 7 menit lalu masuk ke dalam toilet. Entah sedang apa dia di dalam.
“Woi, main HP mulu ayo ah ntar keburu giliran kita lagi.”
“Ye, dasar ya lo. Sadar dong yang kencing siapa, yang ditungguin sapa.”
“Iya, becanda kali. Abis ngeliat muka lo main HP jadi pengen gangguin haha.”
“Iseng banget lo ah.” Kataku sedikit kesal sambil menjitak pelan kepala temanku ini.
Oh iya temanku ini bernama Fadli Siahaan usianya setahun lebih muda dari aku. Dari namanya bisa ditebak dia orang Batak. Kami bertemu belum lama. Lebih tepatnya dua minggu lalu ketika kami sama-sama audisi buat perwakilan kota Jakarta. Walapun baru dua minggu berkenalan tapi kami cepat akrab. Selain karena memang aku orangnya mudah berteman, juga karena sikap Fadli yang santai dan lucu. Walaupun terkadang kelewat usil namun Fadli teman yang cukup mengasikkan.
Sambil tak hentinya mendengar lelucon Fadli kami berjalan kembali menuju tempat duduk kami. Baru beberapa langkah kami meninggalkan toilet pria, nama Fadli pun dipanggil untuk segera maju ke panggung. Fadli yang tadinya berjalan santai sambil sesekali melihat kearah jam tangannya, sekarang berlari kecil. Walaupun nggak berhenti membuat lelucon sepanjang perjalanan tadi sebenarnya aku bisa melihat bahwa Fadli cukup gugup menunggu gilirannya. Yah wajarlah, aku pun cukup gugup. Paling tidak kegugupan menunjukkan kalo kami serius menghadapi ajang ini.
“Sukses Fad!” seruku buat sedikit memberi semangat ke Fadli. Fadli pun membalas dengan mengacungkan jempolnya ke arahku dan tersenyum, dan aku pun membalas salam jempolnya.
Akupun kembali ke tempat dudukku di depan panggung. Sekilas aku bisa melihat Fadli yang mulai naik ke atas panggung. Dalam ajang ini kita satu per satu akan dipanggil ke atas panggung untuk menyanyikan satu lagu secara solo dan dinilai oleh para pencari bakat yang ada di depan panggung. Sedangkan peserta lain duduk di depan panggung membelakangi para juri, kurang lebih posisi panggungnya ala Indonesian Idol lah. Walaupun kami diseleksi secara pribadi tapi keluaran dari ajang ini nantinya adalah menghasilkan boyband yang beranggotakan 5 orang. Musim boyband memang lagi menjamur belakangan ini, tapi jangan salah boyband yang dimaksud disini bukan seperti boyband kebanyakan di luar sana yang cuma modal tampang dan gaya dengan suara yang bisa dibilang pas-pasan sebagai penyanyi. Boyband yang bakal dicari adalah 5 orang remaja cowo dengan suara terbaik, karena itu aku sangat tertarik buat gabung di ajang ini. Walaupun sebenarnya cita-citaku tentu saja ingin menjadi penyanyi solo, tapi aku pikir boyband pun nggak jadi masalah selama aku bisa bernyanyi. Siapa tahu memang disini jalan karirku.
Fadli pun mulai bernyanyi. Dia nyanyi lagu Cinta Dua Hati nya Afgan. Suaranya nggak perlu ditanya lagi. Fadli punya suara yang berat dan seksi, model suaranya mirip sekali dengan Afgan. Jadi pilihan yang tepat dia menyanyikan lagu ini. Jujur menurutku dia merupakan salah satu saingan yang berat buatku di ajang ini. Setelah kurang lebih 3 menit Fadli bernyanyi, tepuk tangan yang begitu meriahpun menutup penampilan Fadli. Nampaknya peserta lainpun terkagum dengan suara emas kawanku ini.
Setelah penampilan Fadli aku pun kembali asik dengan game di HP ku. Paling tidak inilah aktivitas yang cukup membantu untuk membunuh rasa bosan karena menunggu cukup lama. Awalnya sih aku semangat mendengarkan peserta lain bernyanyi satu per satu, tapi kalau harus mendengarkan 300 orang bernyanyi nampaknya bosan juga. Ditambah lagi aku urutan ke 265 alias bagian akhir.
“Haduh gila deg-deg an abis di atas sono.” Fadli tiba-tiba aja sudah duduk di sampingku dan merangkul pundakku.
“Gile lo tiba-tiba nongol kaya jailangkung.”
“Bukan gw yang tiba-tiba ko, lo nya aja dari tadi asik ngeliatin tu HP.”
“Iya juga sih hehehe.”
“Eh gimana tadi gw OK kaga?”
“Kaga fals banget.”
“Hah masa sih?” sekarang mukanya berubah agak serius
“Becanda kali.” Kataku tertawa sambil mendaratkan telapak tanganku di muka Fadli yang terlalu serius. “ Bagus kok, gw aja ampe terkesima ngeliatnya.”
“Hahaha, gw juga becanda kali. Gw tau kok kalo bagus.” Sekarang muka Fadli nyengir kuda.
“Ih, gile lo songong abis.”
“Kan mesti optimis bro.”
“Iye tapi jangan kepedean juga lo.”
“Hahaha.” …”Eh ko main apaan sih lo asik banget minjem ah.”
“Ntar dulu nangung nih, lagian emang lo ga ada game di HP lo.”
“Kaga. Makanya bosen mampus nih kan gw mesti nungguin lo.” Muka Fadli sekarang memelas gaya anak kecil merajuk. Haduh memang anak ini, ada saja tingkahnya yang bikin repot.
“Ahh elo ya udah nih ah lanjutin tapi jangan sampe game over ya. Udah mau tamat soalnya tuh.”
“Hehehe tenang aja gw kan gamer.”
“Alah gamer kok kaga punya game di HP nya.”
“Hihihi.”
Kehilangan mesin pembunuh waktu terpaksa aku kembali mengalihkan perhatianku ke atas panggung, sementara sekarang Fadli asik bermain dengan HP ku. Agak jengkel sih, tapi ya sudahlah kalau nggak ada dia bisa makin bosan aku menunggu giliran. Satu per satu peserta naik ke atas panggung, masing-masing punya kualitas suara yang menurutku cukup bagus. Sempat muncul juga rasa minder mendengar suara mereka. Hingga tak terasa namaku dipanggil untuk mempersiapkan diri di belakang panggung.
“Fad gw maju dulu ya.”
“Ok, sikat bro.”
“Siip, doain ya!”
“Pastilah.”
Aku berjalan kearah belakang panggung. Sepanjang perjalanan jantungku berdegub kencang. Padahal sebelumnya sama sekali nggak terasa gugup, tapi sekarang benar-benar gugup luar biasa. Sampai di belakang panggung sudah ada panitia yang menunggu disana.
“Riko Adipermana ya?
“Iya bener.”
“Tunggu dulu ya, setelah Ben selesai kamu langsung naik ya.”
“Iya pak.” Hah Ben? Oh mungkin maksud bapak ini peserta yang sedang tampil sekarang.
“Good luck ya.”
“Makasih.”
Gila sekarang aku benar-benar gugup luarbiasa. Tapi tiba-tiba saja rasa gugupku kalah dengan rasa terkejutku. Mungkin lebih tepatnya rasa kagum. Kagum mendengar lantunan suara merdu yang luar biasa. Tidak salah lagi, itu pasti datang dari peserta yang sedang tampil sekarang ini. Suaranya begitu unik, just like an angel voice. Suaranya lembut dan tinggi, mirip banget sama suaranya Zayn Malik dari One Direction yang notabene termasuk penyanyi favoritku. Sepanjang dia bernyanyi aku benar-benar menikmatinya, walaupun masih calon penyanyi aku bisa tau bahwa suaranya begitu luar biasa dan benar-benar membiusku.
“Mas Riko silakan mas naik.”
“Oh iya.”
Tanpa sadar ternyata giliranku sudah tiba. Aku pun berjalan menaiki tangga panggung. Rasa gugupku sudah sangat banyak berkurang, nampaknya aku harus berterimakasih pada peserta sebelumku barusan yang benar-benar membantuku mengusir rasa gugup yang luar biasa tadi. Sekarang aku yakin bisa menunjukkan penampilan terbaikku di tengah panggung ini. Dari sini aku bisa melihat Fadli yang mengacungkan dua jempolnya untuk memberi semangat padaku.
“Mau nyanyi lagu apa Riko?”
“Lebih Indah dari Adera.” Inilah lagu andalanku yang sangat pas dengan karakter suaraku. Jadi bisa dibayangkan bagaimana kurang lebih tipe suaraku, nggak terlalu unik tapi cukup asik untuk didengarkan.
“Silakan!”
Saat ku tenggelam dalam sendu
Waktupun enggan untuk berlalu
Ku berjanji tuk menutup pintu hatiku
Entah untuk siapapun itu
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Semakin ku lihat masa lalu
Semakin hatiku tak menentu
Tetapi satu sinar terangi jiwaku
Saat ku melihat senyummu
Reff:
Dan kau hadir merubah segalanya
Menjadi lebih indah
Kau bawa cintaku setinggi angkasa
Membuatku merasa sempurna
Dan membuatku utuh tuk menjalani hidup
Berdua denganmu selama-lamanya
Kaulah yang terbaik untukku
Kini ku ingin hentikan waktu
Bila kau berada di dekatku
Bunga cinta bermekaran dalam jiwaku
Kan ku petik satu untukmu
Repeat reff
Kaulah yang terbaik untukku
Ku percayakan seluruh hatiku padamu
Kasihku satu janjiku kaulah yang terakhir bagiku
Repeat reff
Akhirnya aku pun selesai menyanyikannya dengan mulus dan tepuk tangan pun mengiringi akhir lagu yang aku nyanyikan. Aku pun menuruni tangga panggung dengan perasaan yang sangat lega luar biasa. Sekarang aku tinggal menunggu bagaimana hasil akhirnya. Tapi apapun itu aku sudah memberikan yang terbaik yang aku bisa di penampilanku barusan.
Comments
“Riko, Ko bangun kak!” suara mama membangunkanku di hari minggu pagi ini.
“Apa sih ma, masih ngantuk. Lagian kan hari minggu juga ah.”
“Iya tau ini loh ada surat dari rumah produksi yang kemarin bikin ajang itu loh. Apa sih….. yang buat boyband kemarin.”
“Hah…” Aku yang tadinya masih sibuk menggeliat mengumpulkan tenaga, sekarang sontak terduduk mendengar kabar dari mama.
“Isinya apa mah?”
“Ya nggak tau kan mamah belum buka.”
“Mana ma .. ma.!”
“Nih.”
Dengan gesit aku langsung membuka amplop merah yang diberikan mama. Nggak sabar rasanya untuk melihat keputusan dari para juri di ajang kemarin.
“Pelan-pelan ntar sobek loh.”
Tanpa menghiraukan mama aku tetap buru-buru membuka amplopnya. Aku ambil kertas di dalamnya dan kubaca secepat mungkin untuk mengetahui garis besar isinya. Mataku bergerak cepat mencari tulisan yang dicetak tebal di bagian tengah halaman. Soalnya bisa dipastikan bagian awal surat semacam ini isinya hanya basa-basi yang kemudian berlanjut di bagian inti yang lazimnya ada di tengah halaman.
“LOLOS”
“Yeehhhhhhh!”
Aku melompat kegirangan di atas ranjang dan langsung memeluk mamaku. Perasaanku saat ini benar-benar nggak bisa dibayar pake apapun. Senang luar biasa.
“Selamat ya sayang.”
“Iya mah makasih.”
“Kasi tau papa sama Tiara gih.”
“Mama aja deh mah yang kasi tau aku mau nelpon temenku dulu.”
“Ih kamu ni ya dasar, temen kok diduluanin dibanding keluarga.”
“Iya deh ntar aku kasi tau, tapi aku mau nelpon si Fadli dulu mah. Pengen tau dia lolos juga nggak.”
“Fadli yang kemarin berangkat bareng kamu.”
“Iya bentar ya mah.”
Dengan cepat aku menyambar HP ku di atas meja. Satu pesan masuk. Hah ternyata dari Fadli, nampaknya dia sudah lebih dulu mendapatkan surat keputusan ini.
Riko lo dah dapet surat keputusan dari produser belom? Gw dah dapet nih LOLOS ko!!
Ternyata Fadli pun berhasil. Dengan cepat aku cari nomor Fadli dan menghubunginya.
Tuuut….tuuut….tuuut
“Halo.”
“Halo Fad gw juga diterima!”
“Hah kok bisa.”
“Ih lo sialan banget sih!”
“Hahaha iya becanda Ko, gw juga ketrima Ko.”
“Iya akhirnya ya setelah seminggu penantian.”
“Waduh kalo gitu gw bakalan makin sering liat muka lo dong ya. Kita kan satu band.”
“Iya yah, cape banget gw liat lo mulu.”
“Hahaha, eh besok mau berangkat bareng nggak?”
“Hah besok emang mau kemana?”
“Ye, dasar lo pasti belom baca semua ya suratnya?”
“Hehe iya, soalnya tadi buru-buru gw bro.”
“Yodah baca dulu gih.”
“Ya elah kasi tau langsung aja napa. Lama.”
“Oh iya. Hehe. Jadi besok Senin jam 10 kita disuruh dateng ke kantor mereka buat meeting berlima plus produsernya.”
“Oh gitu. Eh btw lo tau yang lain siapa lagi nggak?”
“Kaga tau juga ko, ntar juga ketemu.”
“Iya juga sih, lo bilang juga kayanya gw ga kenal. Hahaha.”
“Yodah besok gw jemput jam 9 ya.”
“Iya sip lah, sampe ketemu besok ya.”
“Yoi!”
Oh iya untuk tokoh2nya gambaran fisik memang nggak aku detail in, sebagai gantinya aku kasi foto tiap tokoh pentingnya ya biar lebih kebayang.
Yang mau komentar jangan malu2 boleh komen dari segi apapun. Segi empat segi tiga juga boleh :P
@hwankyung69 stay tune ya, diusahakan besok diupdate
“Iya kayanya sih bener Fad, noh namanya sama kaya yang di undangan.”
“Keren juga kantornya bro.”
“Iya lah namanya juga kantor produksi artis, udah ngorbitin banyak artis bro.”
“Bener…. bener lo kali ini.”
“Emang kapan gw salah, yuk ah masuk. Dah telat nih.”
Fadli pun menyetandarkan sepeda motornya dan melepas helm. Sesekali dia masih melayangkan pandangan ke kantor di depan kami ini sepanjang kami berjalan masuk. Memang kantornya terlihat sangat mewah. Akupun sebenarnya juga kagum, maklum ini baru pertama kalinya kami bertandang ke daerah ini. Cuma aku nggak mau terlihat norak, jadi harus sedikit jaga image alias jaim.
“Eh Fad gw ke toilet bentar ya kebelet nih.”
“Ah bilang aja lo grogi. Sono gih buru.”
“Ah serah apa kata lo deh.”
Dengan sedikit tergesa-gesa aku berlari ke arah toilet. Aduh hasrat ingin buang air kecil ini sudah aku tahan sejak tadi dan sekarnag rasanya mau meledak. Baru aku mau membuka pintu toilet tiba-tiba saja “Blaak”, pintu toilet pun terbuka dari dalam dan tepat mengenai kepalaku. Aku pun terjatuh. Aduh. Aku lihat ada seseorang yang keluar dari dalam, nampaknya dia yang membuka pintu barusan. Dia berhenti sejenak melihatku yang saat ini sedang terduduk di lantai di depan toilet ini. Pria ini nampaknya sebayaku, dengan rambut ikal dan tinggi sekitar 175 cm. Setelah berhenti sejenak tanpa bilang apapun dia berlalu menjauhiku. Sial! Memang dia nggak bisa apa bilang maaf atau sorry. Yah walaupun nggak disengaja tapi kan nggak ada salahnya bilang maaf. Dipenuhi perasaan kesal aku pun menyalurkan hasrat buang air kecilku. Kemudian aku kembali untuk menemui Fadli yang sedang menungguku di lobby.
“Lama amat sih lo.”
“Bawel ah lo, nih gw abis ketiban sial ni pala gw abis kejedot pintu.”
“Hah kok bisa, makanya dong Ko kalo jalan pake mata.”
“Mana bisa jalan pake mata, pake kaki lah. Lagian kan gw tadi dah kebelet banget jadi buru-buru. Eh taunya ada orang gila dari dalam toilet buka pintu.”
“Hah kok bisa ada orang gila masuk.”
“Nggak tau noh, mana orangnya cool aja kaya nggak berdosa.”
“Ya iyalah Ko, kan dia orang gila.”
“Aduh ribet ah ngomong ama lo.”
“Lah kok ribet emang salah ya opini gw?”
“Hahaha nggak juga sih, udah yuk ah buruan.”
Kami pun mulai mencari ruangan tempat meeting kami hari ini. Lantai 3 ruang nomor 304. Kami menyusuri satu per satu lorong di lantai tiga ini. Butuh beberapa menit untuk kami menemukan ruangan yang kami cari karena gedung ini cukup luas.
“Ini Ko ruangannya.”
“Iya bener yuk masuk.”
“Lo duluan deh.”
“Ah dasar yuk ah.”
Perlahan kami pun membuka pintu. Di dalam sudah ada 5 orang yang sedang duduk melingkar di meja ruang rapat ini. Ya memang ruangannya sudah didesain sedemikian rupa sehingga nyaman untuk menyelenggarakan rapat ataupun diskusi.
“Maaf Pak kami telat.”
“Oh iya, iya nggak apa silakan duduk. Sudah ditunggu kok.”
Kami pun masuk dan duduk di posisi paling dekat dengan layar proyektor. Biasa, kebiasaan anak muda memang paling susah kalau disuruh duduk di posisi paling depan. Yah terpaksa yang telat yang jadi korban. Setelah duduk mataku mulai melihat dan mengamati seisi ruangan. Orang yang berdiri di depan dan berpakaian rapi ini pasti produsernya. Terlihat dari setelan jas mahalnya dan juga aksesoris yang mengkilap. Kemudian yang sedang duduk di depan laptop pastinya adalah asistennya. Kalau begitu tiga orang yang lain bisa dipastikan adalah teman satu boyband kami. Oh orang pertama wajahnya tipe indo, rambutnya spike mungkin ada campuran barat dilihat dari wajahnya. Orang kedua wajahnya Indonesia tulen sepertinya, dengan rambut ikal dan senyum manis. Ramah sepertinya, aku bisa bilang demikian karena sekarang dia sedang tersenyum ke arahku dan aku pun membalas senyumnya. Orang terakhir di sebelah Fadli, agak tertutup oleh Fadli wajahnya jika dilihat dari posisiku sehingga aku harus sedikit menunduk untuk melihatnya. Hah, itu kan orang yang tadi ketemu di toilet. Gila, orang sombong ini bakal jadi teman satu bandku. Rasanya mood ku sedikit memburuk melihat dia. Masih ada rasa kesal di hati karena peristiwa barusan. Ok tenang Riko “be professional.”
“Ya apakah bisa kita mulai meetingnya.”
“Bisa pak.” Kami berlima serentak menjawab.
“OK selamat pagi semuanya.”
“Pagi ..pak.”
“Tentunya teman-teman sudah tahu tujuan kita bertemu hari ini adalah untuk membahas kontrak kerja dari perusahaan kami yang akan teman-teman tanda tangani sebagai 5 kontestan yang kami rasa layak untuk menjadi personil dari proyek boyband yang akan kami garap tahun ini. Pada intinya teman-teman mesti tahu bahwa boyband yang kami maksud adalah boyband yang berkualitas. Artinya selain tentu saja penampilan visual, yang lebih utama teman-teman dipilih karena kualitas vokal yang kami rasa mantap.”
Benar juga sih apa kata bapak produser ini, terlepas dari suara yang aku belum tahu pasti kualitas masing-masing namun penampilan fisik kami berlima nampaknya juga dipertimbangkan. Menurutku pribadi tanpa bermaksud menyombongkan diri, masing-masing dari kami punya pesona yang pastinya cukup bisa membuat gadis-gadis remaja tertarik. Sebagai laki-laki normal pun aku bisa menilai lah wajah-wajah tampan kami berlima.
“Oh iya ada baiknya sebelum saya menjelaskan lebih jauh mengenai kontrak kerja kita, masing-masing bisa memperkenalkan diri. Karena kalian berlima ini akan banyak menghabiskan waktu bersama. Jadi saya berharap kalian bisa menjadi sahabat yang baik. Begitu, coba bisa dimulai dari yang paling dekat,.. kamu nama dan usianya.”
“Oh ya pak, perkenalkan teman-teman nama saya Riko Adipermana, usia 18 tahun. Teman-teman bisa panggil saya Riko.”
“Halo teman-teman saya Fadli Siahaan, umur 17 tahun. Bisa panggil Fad atau Fadli its OK.”
“Hai nama gw Ardo Ludwig Arsaja umur 16 tahun. Panggil aja Ardo” Oh yang indo ini namanya Ardo. 16 tahun berarti dia masih SMA pastinya.
“Pagi semua. Perkenalkan nama saya Lukas Samuel usia 18 tahun. Kawan-kawan bisa panggil Sam aja. Salam kenal.” Sesuai dugaan yang satu ini memang seperti ramah orangnya. Dari sikapnya saat berkenalan nampak begitu hangat.
“Hi, nama saya Ben Stevano usia 17 tahun.” Hah cuma begitu saja, seperti dugaan orangnya pasti sombong. Eh tapi tunggu dulu. Ben…. Bukannya waktu itu, suara merdu waktu itu juga Ben. Tapi apa mungkin Ben yang ini yang bantu aku buat menghilangkan rasa grogiku waktu itu. Ah nggak mungkin, paling kebetulan saja namanya mirip. Mana mungkin orang sombong macam dia punya suara seperti malaikat. Definitely not!
Tapi berhubung upload langsung lama makanya gw kasi link ke tumblr aja ya
http://www.tumblr.com/blog/stephenfrans
Stay Tune!
Oke di tunggu lankutannya.
Dikit2 tapi diusahain sering om stay tune terus ya hehehe