BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Romansa Ala Boyband (Updated 02-01-2013 Penampilan Perdana)

1246710

Comments

  • Baiklah adik @adhikara_Aj hahah :D
    Horee punya kaka hahaha ..keep update ya :*
  • Haha emang @Adhikara_Aj umur berapa? jangan2 lebih jebot dari gw. Hahaha. Boleh deh punya adik soalnya gw anak bungsu gak punya adik. Wkwkwk
  • Selesai makan malam, seperti biasa Ben langsung hengkang dan menuju kamar. Entah apakah yang lain juga merasa Ben terlalu introvert, atau cuma aku yang merasa begitu. Tapi yang jelas sampai malam ini, teman-teman yang lain tidak berkomentar apapun. Lain Ben lain dengan kami, seperti biasa setelah makan malam kegiatan resmi kami adalah bermain. Bermain apapun yang bisa menghibur kami di vila besar yang hanya kami tinggali berlima ini, plus beberapa penjaga vila yang itupun hanya datang di siang hari. Hari ini acara kami adalah bermain video game. Video game favorit kami adalah berburu zombie, dan untungnya peralatan video game di vila ini luar biasa lengkap. Jadi cukup manjur untuk memeriahkan malam-malam kami disini.

    Sejak tadi Fadli dan Argo asik memainkan game ini. Aku dan Sam harus menunggu giliran kalau salah satu di antara mereka game over. Hah, tapi yang paling menyebalkan adalah kedua anak ini gamers sejati, jadi kalau mereka mendapat giliran main berdua pastinya game akan berlangsung lama.

    “Ah cepetan donk Fad, Go. Pengen main juga nih!”

    “Yeh sabar donk bang lagi seru ini. Kan perjanjiannya adalah kalo game over baru deh kita switch. Ya kan Fad?”

    “Benul sekali, ehehhe.”

    “Udah Ko daripada garing nungguin mereka mending kita main kartu berdua.”

    “Yah masa main kartu berdua Sam mana seru!”

    “Yah ga papa lah, kita main “bridge” nanti siapa yang kalah hukumannya truth or dare biar seru. Gimana?

    “Hmm oke boleh-boleh, siapa takut!”

    Dan pertandingan kartu pun dimulai. Sam mengocok kartu dan membagikannya untuk kami berdua. Belum tahu si Sam kalo aku jago main “bridge”. Setelah 5 menit berlalu pertandingan pun aku menangkan tentu saja. Kemudian Sam pun harus memilih untuk truth or dare. Sam memilih dare. Ide isengku pun muncul. Aku menyuruh Sam mengambil tomat di kulkas dan memasukkannya ke dalam kaos Argo dan Fadli. Tanpa berpikir panjang Sam pun langsung mengeksekusinya. Nampaknya dia juga dengan senang hati mengerjai mereka berdua. Ardo dan Fadli pun kaget dan menggeliat kedinginan ketika tomat dimasukkan ke dalam kaos mereka. Lucu sekali melihat tingkah mereka. Apalagi ketika mereka menggerutu sambil tetap berkonsentrasi pada gamenya.
    Game kedua pun dimulai. Kali ini ternyata Sam berhasil mengalahkanku. Aku memilih truth karena nampaknya lebih mudah untuk dikerjakan.

    “Hmm kamu lagi ada masalah yah ama Ben?”

    “Harus jujur ya?”

    “Iya donk, kan truth.”

    “Iya sih, tapi cuma masalah kecil kok. Gak terlalu penting.”

    “Memang masalah apa?”

    “Eitss kan cuma satu pertanyaan , hehehe.”

    “Oh iya aku lupa, OK kita main lagi.”

    Untung saja hukumannya cuma berlaku untuk satu pertanyaan. Jadi aku nggak perlu membeberkan masalahku dengan Ben. Game selanjutnya pun dimulai. Sial, ternyata Sam cukup lihai bermain “bridge” aku kalah untuk kedua kalinya. Tapi kali ini untuk menghindari pertanyaan Sam lebih lanjut aku memilih dare.

    “Main apa sih kalian, kayanya asik gitu?”

    “Truth or dare Go.”

    “Loh kalian dah game over ya, yuk Sam main!”

    “Eh nanti dulu kan kamu masih punya hutang dare.”

    “Hehe kirain lupa.”

    “Darenya apa ya?”

    “Eh gw tau tau gimana kalo darenya adalah manggilin Miss Nita kemari buat ikutan main.” Kata Argo sambil nyengir kuda.

    “Yeh itu mah lo nya aja yang ngarep.”

    “Hahaha, nih mukanya aja dah langsung bokep.” Fadli pun menyapu senyum genit dari muka Ardo dengan tangannya.

    “Hahaha, gini aja deh. Darenya kamu ajakin Ben turun buat main bareng kita.”

    “Yah, kenapa mesti Ben sih yang lain aja napa!”

    “Loh emang kenapa? Nih ya, yang perlu lo lakuin cuma tinggal datang ke kamar. Terus ni ya lo deketin Ben. Terus lo bilang Ben turun yuk main kartu. Gampang kan!” Argo sok bijak menyampaikan idenya seolah semuanya begitu mudah.

    “Yeh kalo dia nggak mau gimana? Dia kan susah orangnya”

    “Nah dia kan susah tuh orangnya, lo gampangan orangnya. Jadi cocok lo pasti bisa ngajak dia turun ke bawah.”

    “Halah perumpamaan lo tuh selalu aneh deh Fad. Bingung gw ga nyambung.”

    “Loh kok aneh sih? Emang anehnya diamana?”

    “Dimana-mana Fad!” Argo pun menimpali dan kami tertawa.

    “Yah, udah kan jadi hukuman pokoknya mesti kamu jalanin. Gimana caranya itu terserah kamu Ko.”

    Sebenernya aku tahu Sam memang punya maksud baik dari permintaannya ini untuk mendekatkan Ben dengan kami semua. Dan agaknya ini membuktikan bahwa mereka juga merasa Ben introvert. Tapi masalahnya kenapa mesti aku.

    “Ya udah deh, tapi kalo dia nggak mau ya udah ya!”

    “Haha, yang penting melaksanakan “dare”. Masalah berhasil apa nggak yah tergantung perjuangan kamu Ko. Smangath Riko!”

    Hah dengan langkah tidak percaya diri akhirnya aku pun terpaksa menuju ke kamar. Aku mengintip terlebih dahulu dari luar. Ternyata Ben sedang memainkan gitarnya sambil menulis di selembar kertas. Perlahan aku mendekatinya.

    “Ben sori ganggu.”

    “Hmm, kenapa emang?” Dia menjawab dengan nada datar dan tanpa memalingkan mukanya ke arahku

    “ Turun ke bawah bentar yuk, diajakin anak-anak main game noh!”

    “Nggak ah lagi males main game.”

    Jawaban yang sebenarnya sudah bisa kuduga. Kemudian berhubung Ben sejak tadi menjawab pertanyaanku tanpa berhenti menulis, aku jadi penasaran apa yang dia kerjakan. Oh ternyata dia menulis bait, nampaknya seperti puisi. Bukan, bukan puisi sepertinya, lebih tepatnya lagu karena dia sesekali memainkan gitarnya.

    “Lo bisa nulis lagu juga ya Ben.”

    “Hmm.”

    “Ohh, boleh juga lo ya.” Sebenarnya aku ingin memujinya lebih lanjut karena jujur aku kagum pada Ben yang selain punya suara emas namun juga bisa menulis lagunya sendiri. Tapi melihat sikapnya itu membuatku malas melanjutkan pujianku.

    “Bener nih kaga mau turun. Bentar aja lah yang lain dah pada nungguin noh. Gw kena hukuman nih jadi terpaksa deh gw mesti ngajakin lo.”

    “Ohh. Kan tadi gw udah bilang. Lagian yang dihukum kan lo.” Jawabnya lagi dengan nada yang tetap datar

    “Hah, ya udah lah.”

    Akhirnya aku menyerah dengan orang yang satu ini. Aku pun turun tangga dengan langkah gontai. Antara kesal dan kecewa juga karena gagal membawa Ben ke hadapan Sam dan yang lainnya. Yah walaupun aku sudah bisa memprediksinya. Sampai di lantai bawah tepat di depan pintu ruang santai, aku melihat muka mereka dengan sedikit mengangkat kedua bahuku untuk mengisyaratkan kegagalanku membawa Ben kemari. Tapi mereka malah tersenyum. Sejenak aku merasa aneh dengan respon mereka bertiga. Hingga tiba-tiba seseorang merangkul pundakku dari belakang.

    “Yuk, mau main game apa?”

    “Ben?” ternyata Ben mengikutiku dari belakang. Aku heran dengan orang ini. Tadi dia bilang nggak mau turun. Wajahku masih menampilkan keheranan hingga Ben melewatiku dan duduk bersama teman-teman yang lain. Sam mengacungkan jempolnya padaku, namun aku hanya bisa tersenyum dengan penuh keheranan. Aku menggelengkan kepalaku dan duduk kembali di posisiku sambil melirik ke arah Ben. Dia hanya melihatku sekilas sambil tersenyum tipis. Aku membalasnya dengan mengernyitkan dahiku karena memang aku bingung dengan sikapnya barusan. Kenapa aku harus dihadapkan dengan orang seaneh dia.

    …………………………………………………………..

    Setelah puas bermain game kamipun kembali ke kamar masing-masing. Sampai di kamar aku sebenarnya ingin segera mengkonfirmasi sikap Ben barusan. Karena jujur benar-benar membingungkan. Apa maksudnya. Namun seolah nggak memberiku kesempatan untuk bertanya, dia langsung merebahkan diri di kasur dan menutup matanya. Hah dasar Ben. Masih dipenuhi kebingungan aku mencoba menutup mataku. Agak susah untukku menutup mata malam ini. Namun akhirnya dinginnya AC bisa membantu membiusku dalam kebingunganku.

    Tengah malam mataku terbuka karena aku merasa ada suara yang mengusik tidur malamku. Perlahan aku membuka mataku lebar-lebar untuk melihat di kondisi gelap. Tapi aku dikagetkan dengan sesosok orang yang berdiri di samping tempat tidurku. Spontan aku kaget. Baru aku akan bereaksi dia langsung menutup mulutku dengan tanganya.
  • OK update sudah dikirim adik@Adhikara_Aj
    Oh iya kemarin lupa mention @galau_er ! Sekalian mention sekarang aja hehehe :D

    Enjoy the story guys!
  • penasarannnnnnn siapakah dia?
  • Hayooo coba tebak siapa? hahaha. Btw ni gw coba ga pake nama orang dialognya supaya ciri masing2 bisa kegambar dari dialognya sesuai permintaan.

    Mudah2 an terpenuhi :P
  • itu pasti si ben, dia mau memperkosa riko hahaha.
  • @afif18_raka94 syyuuttt! Ga boleh buruk sangka! Bisa aja itu si Sam *sama aja ath*
  • Hahaha kalian ya. Ayo tebak2 berhadiah yang bener ntar dapat hadiah wkwkwk :P
  • sam, riko, ben = gay!!.
    Ayoo kapan cinta segitiga nya.wkwk.
  • @galau_er atau jgn2 lo hahaha
  • Ah masa sih, hayooo. Not really true @afif18_raka94. :P
  • @stephen_frans utk ben : biasanya karakter kayak dia tuhh, yg sok cool ga jelas, biasanya gay. Utk sam : gay juga deh keliatannya. Utk riko : dia str8 ababil haha. Teruss miss nita fujhosi nya.wkwkw
  • tuh kan si @afif18_raka94 buruk sangka mulu
  • He eh nih si @afif18_raka94 berburuk sangka mulu. Padahal kan fitnah lebih kejam daripada mebunuh #lebay hahha
Sign In or Register to comment.