It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Kelvin House, 12.00 am
Aku menghela nafas dan
merebahkan diri ku ke kasur
dan menutup wajah ku dengan
sebelah tangan, aku mengambil
hp dan menatap layar tidak ada
balasan apapun dari evan, apa
dia benar benar marah. Aku
membanting hp ku keranjang
dan menutu mata. Aku sangat
khawatir pada evan tadi dia kan
pulang sendirian di tambah
cuaca malam tadi dingin
sekali, aku ingin mengirim sms
lagi tapi aku ragu sms ku yang
pertama saja tidak di bls. Sudahlah mungkin evan sudah
pulang dan sekarang sedang
tidur, rasa kantuk mulai menyerang dan perlahan mata
ku pun ikut terpejam tapi
sebelum aku benar benar mulai
tertidur hpku bergetar pertanda
ada panggilan masuk, aku
melihat pantulan nama yang
tertera di layar hp dan disana
tertulis E'van House' ini kan no
telephone rumahnya evan? Ada
apa ya tengah malam begini
evan menelephone. Aku pun
mengangkat telephonenya.
"Halo?"
"Halo Kelvin?" aku menekuk
kedua halisku bingung, bukan
evan yang menelphone tapi
mamanya ada apa ya? Rasa
takut mulai mengalir di dalam
otakku pikiran pikiran aneh yang
terjadi kepada evan semakin
membuat ku cemas. Ada apa
ini. Huft.
"Ya tanteh? Ada apa telphone
tengah malam"
"Kelvin bisa datang ke rumah
sekarang?" ada nada panik di
suaranya mamanya evan.
"Memangnya ada apa tante?"
"Evan Vin, Evan" ucap tante dengan terisak pelan.
"Ada apa tante dengan Evan?!"
aku mulai panik.
"Evan histeris Vin, tiba tiba dia
menangis tak terkendali dan
dia terus memanggil nama
kamu. Sebenarnya ada apa
Vin dengan kalian?"
"Aku juga ga tau tante, coba aku
langsung ke sana ya tante. Biar
aku tenangin Evan"
"Ya sudah, cepat ke sini ya"
"Iya tante" aku menutup
telphone, dan mengambil
kunci motor ku diatas meja dan
bergegas pergi ke rumah evan.
Aku membuka pagar rumah dan
mendorong motor ku keluar
aku menghidupkan motor ku
dan menancap gas cepat .
Di perjalanan pun aku benar
benar tak tenang, ada apa
dengan evan, sesaat aku melihat
rumah evan yang semain dekat
tapi aku juga melihat sosok
lain di sana seorang lelaki
memakai motor sport merah
dari perawakannya sepertinya
aku kenal aku berfikir keras
ah ternyata itu indra iya tak
salah lagi, indra menyalakan
motornya dan pergi dari rumah
evan, indra tak sadar bahwa dia
sudah melewati ku dan terus
pergi semakin menjauh. Aku
berhentikan motor ku di depan
halaman rumah evan dan ku
parkirkan di dekat garasi.
Aku mengetuk pintu rumah
evan sampai akhirnya sosok
ibu ibu berparas anggun
membukakan pintu rumahnya
dan mengajakku masuk ke
dalam.
"Nak Kelvin, ayo duduk"
"Tante tadi itu siapa laki laki
yang baru saja keluar dari
rumah tante"
"Oh, Itu Indra dia yang mengantar
pulang evan ke rumah, memang
ada apa Vin?"
"Oh, gpp ko tante. Evan ada di
kamarnya tanteh?" ada
hubungan apa ya diantara evan
dan indra? Mereka kelihatan
dekat sekali sampai sampai
indra rela mengantar evan
pulang malam malam.
"Iya, dia ada di atas nak Kelvin
ke kamarnya saja"
"Baik tante, saya permisi
sebentar" aku tersenyum.
Aku pergi ke lantai atas menuju
ke kamar evan, ku ketuk pelan
tak ada sahutan dari dalam aku
pun masuk dan melihat sosok
evan yang sedang tertidur damai
di atas ranjangnya, ku hampiri
dia dan aku duduk di
samping kiri kepalanya.
Ku usap dahinya dan kusibakan
rambutnya yang menempel
di keningnya, aku berbisik lirih.
"Evan" evan tetap diam dan tak
membuka matanyya, suhu
badannya panas sepertinya dia
demam. Aku mengusap kembali
helaian rambutnya yang lembut
dan aku mendengar suara evan
yang memanggil namaku.
"Kelvin, kelvin" dia mengigau.
Aku menundukkan kepala ku
dan menempelkan dahi ku
dengan dahinya.
"Ya?" ucap ku lirih.
"Maafkan aku, maaf" ada
tetesan kilau air mata yang
keluar dari mata evan yang
masih tertutup.
"Sstt, tak apa aku sudah
memaafkan mu, semuanya
akan baik baik saja, percayalah"
aku berbisik lirih ditelinganya
dan menggenggam lembut
tangannya. Posisi ku masih
membungkuk dan tetap
menempelkan dahi ku padanya,
aku ingin sedekat ini dengannya
sampai dia terbangun esok
hari dengan senyuman.
Kamar Evan, 05.30 am.
Evan Pov.
Aku membuka kedua mataku
yang terasa berat, kepalaku
pusing sekali aku merasakan
sentuhan lembut di tangan
kananku ada tangan lain yang
menggenggam tanganku, aku
menoleh dan beberapa kali
mengerjapkan mata ku apakah
yang kulihat saat ini nyata atau
hanya mimpi semata, aku
mengucek kedua mata ku lalu
mencubit pipi ku sendiri. Sakitt.
"Jadi ini bukan mimpi ya"
ucap ku dengan tersenyum
kecil, aku mengelus rambut
kelvin yang tengah tertidur
dengan posisi terduduk di
lantai dengan kepala tertelungkup
di atas dada ku, aku menelusuri
garis tegas wajahnya, wajah
seorang lelaki yang sangat aku
cintai. Apa semalaman dia yang
menjaga ku? Lalau dimana
indra sekarang? Aku kembali
menatap wajah kelvin yang
tetap tertidur pulas tak merasa
terganggu dengan sentuhan
tanganku.
"Kelvin, i love u" aku berbisik
lirih dan tersenyum lembut.
Tiba tiba kelvin terbangun dan
mencoba mengumpulkan nyawanya, dia menguap kecil
lalu mengucek kedua matanya.
"Evan? Lo udah bangun?"
"Iya" aku tersenyum kecil.
"Dari jam berapa lo bangun?"
kelvin menyandarkan kembali
kepalanya tapi kali ini dia
sandarkan ke bantalku dekat
sekali dengan kepalaku. Aku
mengusap kepala cepaknya. Dia
tertawa seperti anak kecil.
"Baru saja, apa gue ganggu
tidur lo ya?" dia menggelengkan
kepalanya lalu menggenggam
kembali tangan kanan ku.
"Ko jadi manja gini sih lo Vin?"
aku tertawa melihat kelvin yang
begitu nyaman dengan usapan
ku di kepalanya.
"Gue selalu nyaman dekat
seperti ini dengan lo"
"Gue juga Vin" kelvin
mendekatkan pipinya dengan
pipi ku.
"Pipi lo makin tembem ya"
"Eh? Masa sih Vin"
"Iya, makin tembem haha"
kelvin menggesek gesekkan
pipinya dengan pipiku. Rasanya
geli dia seperti anak kucing
yang ingin mendapatkan
perhatian dari majikannya
hehe.
"Hum padahal aku jarang
makan pagi loh, ko bisa tembem
ya?" ucapku.
"Gpp ko tembem juga asal
lo tetep sehat" kelvin mencubit
pipi kiri ku gemas, aku manyun.
"Oya semalem pulang sama
indra ya?" aku diam.
"Ko ga jawab sih? Kalian ada
hubungan apa, perasaan dulu
ga terlalu dekat kaya sekarang"
"Kami hanya bertemu dijalan
saja ko semalam, karna dia
melihat ku berjalan sendirian
jadinya dia mengantarkan ku
pulang sekalian" kelvin cuma
mangguk mangguk kepala.
"Semalam badan mu demam"
kelvin mengusap kening ku.
Aku memejamkan mata ku.
"Benarkah?"
"Iya, tapi syukurlah demamnya
sudah turun"
aku menatapnya lekat, dia masih
mengusap kening ku.
"Mungkin karna ada lo disini
demamnya jadi turun hehe"
kelvin cuma tersenyum kecil.
"Mungkin" kelvin menatap ku
dalam, tangan kelvin mulai
menangkupi pipi ku dan
wajahnya mendekatiku
semakin dekat bahkan nafasnya
mulai terasa di wajahku, aku
memejamkan kedua mata ku
begitu juga kelvin hingga
sebuah benda kenyal nan lembut
mengecup bibir kecil ku. Aku
memeluk tubuhnya begitu juga
dengan kelvin, dia membungkus
tubuhku dan mencoba
menghangatkan pagi ini dengan
sebuah ciuman lembut.
Kamar Evan, 05.30 am.
Evan Pov.
Aku membuka kedua mataku
yang terasa berat, kepalaku
pusing sekali aku merasakan
sentuhan lembut di tangan
kananku ada tangan lain yang
menggenggam tanganku, aku
menoleh dan beberapa kali
mengerjapkan mata ku apakah
yang kulihat saat ini nyata atau
hanya mimpi semata, aku
mengucek kedua mata ku lalu
mencubit pipi ku sendiri. Sakitt.
"Jadi ini bukan mimpi ya"
ucap ku dengan tersenyum
kecil, aku mengelus rambut
kelvin yang tengah tertidur
dengan posisi terduduk di
lantai dengan kepala tertelungkup
di atas dada ku, aku menelusuri
garis tegas wajahnya, wajah
seorang lelaki yang sangat aku
cintai. Apa semalaman dia yang
menjaga ku? Lalau dimana
indra sekarang? Aku kembali
menatap wajah kelvin yang
tetap tertidur pulas tak merasa
terganggu dengan sentuhan
tanganku.
"Kelvin, i love u" aku berbisik
lirih dan tersenyum lembut.
Tiba tiba kelvin terbangun dan
mencoba mengumpulkan nyawanya, dia menguap kecil
lalu mengucek kedua matanya.
"Evan? Lo udah bangun?"
"Iya" aku tersenyum kecil.
"Dari jam berapa lo bangun?"
kelvin menyandarkan kembali
kepalanya tapi kali ini dia
sandarkan ke bantalku dekat
sekali dengan kepalaku. Aku
mengusap kepala cepaknya. Dia
tertawa seperti anak kecil.
"Baru saja, apa gue ganggu
tidur lo ya?" dia menggelengkan
kepalanya lalu menggenggam
kembali tangan kanan ku.
"Ko jadi manja gini sih lo Vin?"
aku tertawa melihat kelvin yang
begitu nyaman dengan usapan
ku di kepalanya.
"Gue selalu nyaman dekat
seperti ini dengan lo"
"Gue juga Vin" kelvin
mendekatkan pipinya dengan
pipi ku.
"Pipi lo makin tembem ya"
"Eh? Masa sih Vin"
"Iya, makin tembem haha"
kelvin menggesek gesekkan
pipinya dengan pipiku. Rasanya
geli dia seperti anak kucing
yang ingin mendapatkan
perhatian dari majikannya
hehe.
"Hum padahal aku jarang
makan pagi loh, ko bisa tembem
ya?" ucapku.
"Gpp ko tembem juga asal
lo tetep sehat" kelvin mencubit
pipi kiri ku gemas, aku manyun.
"Oya semalem pulang sama
indra ya?" aku diam.
"Ko ga jawab sih? Kalian ada
hubungan apa, perasaan dulu
ga terlalu dekat kaya sekarang"
"Kami hanya bertemu dijalan
saja ko semalam, karna dia
melihat ku berjalan sendirian
jadinya dia mengantarkan ku
pulang sekalian" kelvin cuma
mangguk mangguk kepala.
"Semalam badan mu demam"
kelvin mengusap kening ku.
Aku memejamkan mata ku.
"Benarkah?"
"Iya, tapi syukurlah demamnya
sudah turun"
aku menatapnya lekat, dia masih
mengusap kening ku.
"Mungkin karna ada lo disini
demamnya jadi turun hehe"
kelvin cuma tersenyum kecil.
"Mungkin" kelvin menatap ku
dalam, tangan kelvin mulai
menangkupi pipi ku dan
wajahnya mendekatiku
semakin dekat bahkan nafasnya
mulai terasa di wajahku, aku
memejamkan kedua mata ku
begitu juga kelvin hingga
sebuah benda kenyal nan lembut
mengecup bibir kecil ku. Aku
memeluk tubuhnya begitu juga
dengan kelvin, dia membungkus
tubuhku dan mencoba
menghangatkan pagi ini dengan
sebuah ciuman lembut.
@pria_apa_adanya: ha? Adek?
Emang umurnya brpa tahun om?
#peluk indra
lanjutt..tt.t
eror jadi double post, tapi chap 22 sama chap 23 dah up ko..
sayang sama lo tpi lo blng gue
psiko..
Iya bang yang kmren ga sreg ja
PPnya, knpa toh jlk ya? Haha
*plakk
Salahkah cinta jika berujung luka.
Salahkah cinta jika perih yang terasa.
Salahkah cinta jika senyum
menyiksa.
Salahkah cinta jika sedih menerpa.
Rapuhkah cinta saat hati tak
terbalas.
Hancurkah cinta jika kepalsuan
tanpa rasa.
Letihkah cinta jika sayang ternyata menghilang.
Matikah cinta jika ketulusan tak
pernah ada.
Indra Pov
Aku menghempaskan tubuhku
dilantai dingin kamarku, aku
tak bisa berfikir jernih saat ini.
Kejadian semalam benar benar
sangat menyakitkanku, hatiku
meradang saat tau evan begitu
sangat mencintai kelvin, aku
meremas kuat rambut ku dan
mencoba menenangkan diriku
saat ini aku sangat
membutuhkan seseorang di
sampingku. Seseorang yang
mampu menghiburku dan
berbagi kesedihan bahkan
kebahagiaan, tapi rasanya itu
semua hanya mimpi orang yang
kucintai dengan tulus pun lebih
memilih orang lain dibanding
aku yang benar benar tulus
mencintainya, aku bangkit dan
bersandar pada dinding kamar.
Aku memandang kosong sekeliling kamarku dan mencari
sesuatu benda mataku tertuju
pada sebuah cutter kecil, aku
mengambilnya lalu ku goreskan
cutter itu pada pergelangan
tangan ku, ku tulis sebuah nama
di kulit tangan ku. Darah segar
dengan segera merembes keluar
dari celah luka yang kubuat.
Aku membuang cutter itu dan
ku lempar ke sembarang
tempat, aku menundukkan
kepala ku dan menatap kosong
lantai kamar ini. Darah yang masih menetes pun tak ku perdulikan. Aku mengambil bantal
dan kurebahkan tubuh ini dilantai
yang dingin ini, aku terus
memeikirkan evan pasti saat
ini dia sedang tertawa bersama
dengan kelvin bahkan saling
berbagi kehangatan bersama,
aku tersenyum miris jika
mengingat keadaanku saat ini
begitu menyedihkan, kenapa
aku begitu mencintai evan
bahkan evan itu seperti candu
buatku, kenapa aku terlalu
bodoh mencintai seseorang
yang jelas jelas tak pernah
mencintaiku, kenapa aku
begitu rapuh jika tanpa dia
disisi ku. Aku terus mengumpat
dalam hati atas tak
keberdayaan ku sekarang.
Aku mengangkat tangan kiriku
dan menatap goresan nama yang
tertulis rapi di pergelangan
tangan ku sebuah nama
seseorang yang sangat aku
cinta "Evan", aku menutup
kedua mata ku dan mencoba
untuk tertidur dari rasa sakit.
Evan House, 06.00 am.
Evan Pov.
Aku melepaskan ciumanku
dengan kelvin, kelvin menatapku
tapi aku langsung menundukkan
kepalaku. Aku terdiam hati ku
sangat senang sekali bahkan
wajahku memerah.
"Wah, badan mu panas lagi"
kelvin menyentuh keningku.
"Apaan sih lo Vin" aku
menepis tangannya.
"Muka lo merah Van haha"
kelvin terkekeh pelan.
"Bodo" aku membuang arah
wajah ku.
"Mandi gih badan lo bau" kelvin
menutup hidungnya dan mengibas ngibaskan tangannya
di depan ku.
"Sialan, lo juga belum mandi"
aku melempar bantal ke wajahnya dan kelvin pun melakukan hal yang seperti ku
hingga terjadilah perang bantal
di pagi minggu ini eh jangan
lupa kecupan pagi di hari
minggu ini. Hehe
Kelvin Pov.
Setelah perang bantal dengan
berakhirnya evan yang ngacir
ke kamar mandi, aku kembali
merebahkan badan ku dikasur
milik evan, harum badannya
menempel diatas ranjang ini
aku menggenggam erat
selimut evan dan ku hirup
dalam, dan aku mulai teringat
dengan ciuman kami tadi pagi bibirnya evan begitu lembut
dan manis, entahlah dorongan
apa yang membuatku harus
melakukan begitu tapi yang
jelas aku tak menyesal telah
menciumnya justru aku sangat
menyukainya dan sepertinya
aku mulai menyukai rasa di
bibir evan haha, aku tertawa
kecil mengingat kejadian itu.
Aku mendengar suara gemericik
air rasanya menenangkanku
dan aku kembali menguap
kecil dan perlahan rasa kantuk
mulai menyerangku.
Evan House, 06.00 am.
Evan Pov.
Aku melepaskan ciumanku
dengan kelvin, kelvin menatapku
tapi aku langsung menundukkan
kepalaku. Aku terdiam hati ku
sangat senang sekali bahkan
wajahku memerah.
"Wah, badan mu panas lagi"
kelvin menyentuh keningku.
"Apaan sih lo Vin" aku
menepis tangannya.
"Muka lo merah Van haha"
kelvin terkekeh pelan.
"Bodo" aku membuang arah
wajah ku.
"Mandi gih badan lo bau" kelvin
menutup hidungnya dan mengibas ngibaskan tangannya
di depan ku.
"Sialan, lo juga belum mandi"
aku melempar bantal ke wajahnya dan kelvin pun melakukan hal yang seperti ku
hingga terjadilah perang bantal
di pagi minggu ini eh jangan
lupa kecupan pagi di hari
minggu ini. Hehe
Kelvin Pov.
Setelah perang bantal dengan
berakhirnya evan yang ngacir
ke kamar mandi, aku kembali
merebahkan badan ku dikasur
milik evan, harum badannya
menempel diatas ranjang ini
aku menggenggam erat
selimut evan dan ku hirup
dalam, dan aku mulai teringat
dengan ciuman kami tadi pagi bibirnya evan begitu lembut
dan manis, entahlah dorongan
apa yang membuatku harus
melakukan begitu tapi yang
jelas aku tak menyesal telah
menciumnya justru aku sangat
menyukainya dan sepertinya
aku mulai menyukai rasa di
bibir evan haha, aku tertawa
kecil mengingat kejadian itu.
Aku mendengar suara gemericik
air rasanya menenangkanku
dan aku kembali menguap
kecil dan perlahan rasa kantuk
mulai menyerangku.
monggo di baca met malam mingguan ya semuanya..
*malming disini hujan T.T huhu