It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
kerjanya, ia memilah beberapa berkas kerja yang menurutnya
hanya penting saja.
Ia menghela nafas kecil, kepalanya ia sandarkan pada kepala kursi yang menjadi singgahsananya yang ada diruangan cukup besar itu. Ia menarik sedikit ujung lengan jas
mahal yang membalut tubuhnya.
Matanya melirik kearah jarum jam
yang melingkar ditangan kirinya.
Dengan pelan tangan besarnya menaruh kembali berkas berkas penting itu diatas meja dan bangkit dari duduknya yang nyaman.
Sebelum kaki jenjang berbalutkan
celana hitam panjang itu melangkah, kakinya terhenti oleh
sebuah ketukan pelan dari luar
ruang kerjanya, pintu ruangannya
pun terbuka menampilkan sosok
wanita cantik yang tinggi dan
semampai membawa beberapa
lembaran kertas ditangannya.
"Maaf Pak, ada beberapa berkas yang harus ada tanda tangani"
jawab sang wanita, ia menaruh
kertas kertas itu diatas meja.
"Oya Pak. Hari ini bapak harus
menghadiri rapat bersama beberapa client dari luar"
tambahnya disertai dengan senyuman tipis, pria dihadapannya hanya memasang wajah datar biasa.
"Batalkan, saya tidak bisa hadir karna hari ini saya harus pulang"
"Baiklah Pak. Saya permisi"
Wanita muda yang mengenakan rok minim itu pun akhirnya keluar
dengan membawa beberapa kertas lain. Pria dengan pembawaan yang tenang dan juga kebijaksanaan yang terpancar dari wajahnya itu pun
mengikuti jejak langkah kaki sang
asisten keluar dari ruangannya
yang kini mulai terasa penat menurutnya.
****
Alvian menatap bungkusan biru
laut yang kini ada ditangannya, tangan kecilnya dengan pelan membuka bungkusan itu dengan
teliti.
Terlihatlah sebuah bola bening kecil, didalamnya berisi air dan
juga titik titik putih yang menghias bola kaca tersebut.
Alvian menatap hampa kearah
bola kaca itu dengan sayu, menaruh kembali benda itu masuk kedalam bungkusan kertas
dan merapatkannya.
"Lebih baik ku buang saja benda
tak berguna ini ke tempat sampah "
jemari kecilnya menari sebuah
tempat sampah biru yang ada di ujung terpojok kamarnya, senyum
dibibirnya terkembang bukan sebuah senyum manis melainkan
sebuah senyuman kepuasaan dan
rasa dengki didalam hatinya.
**
mau ikut2an jadi nyebelin kayak alvalian_danoe lu skrg? @henry_13
makanan berlemak nan manis itu
dalam sekali telan.
Bibirnya mengeluarkan sendawa kecil didepan meja counter, disampingnya ada seorang pemuda lain sebut saja Deka yang
dengan setia menemaninya makan ditoko martabak langganan pemuda jangkung disebelahnya.
Deka memasang wajah jijik saat
telinganya mendengar sendawa
Kelvin yang menurutnya sangatlah tidak sopan. Sebenarnya ia mengajak Kelvin
pergi bukan untuk ke tempat ini
melainkan mengajaknya makan
siang, tetapi ketika melewati toko
martabak disamping bangunan rental itu dengan cepat Kelvin menyeretnya kemari.
Deka mengetuk permukaan meja
dengan jemari jemarinya, kepalanya ia pangku dengan sebelah tangannya yang lain.
"Kenapa lu?"
tanya Kelvin tajam, matanya melirik sinis Deka yang memasang wajah masam.
"......"
Deka tetap diam, sebenarnya ia kesal Kelvin malah menyeretnya
untuk sekedar makan siang ditempat ini, dan tentu saja yang
memesan makanan hanya Kelvin
seorang saja. Bagaimana dengan
dirinya? Tentu saja ia menolak
memakan makanan berlemak dan
manis seperti itu, dia akan menolaknya mentah mentah.
"Cukup?"
Deka mendengus sebal, ia menatap intens pemuda jangkung disampingnya. Kelvin mengerutkan dahinya bingung.
"Hah?"
Jawabnya tak mengerti.
"Ck. Bego"
Deka beranjak dari tempatnya, sebelumn kakinya melangkah keluar ia membayar terlebih dahulu makanan yang tadi dipesan oleh Kelvin dengan uangnya, selanjutnya ia pergi meninggalkan Kelvin yang melongo memandangnya keluar
dari toko dan perlahan semakin menjauh.
Kelvin menepuk jidatnya dan bergegas lari menyusul pemuda yang lebih dulu pergi itu dengan cepat, ia menemukan sosok Deka
yang sedang berdiri bersandar pada tiang listrik yang ada dijalan
setapak, dipinggiran jalanan kecil
ini terdapat sebuah pantai indah
yang terhampar jelas didepan mata.
"Lu kenapa kabur sih. Gue kan belum selesai ngomong"
"........"
"Deka.."
"......."
"Oi!"
"......"
"Lo denger gak sih? Apa telinga lu bermasalah"
"......"
"Ck, terserah lo lah, gue mau balik"
Kelvin mendecakkan lidahnya lalu membalikkan tubuhnya dengan kesal, tapi sebelum ia benar benar pergi sebuah tarikan pada pergelangan tangannya menghentikannya.
"Mau kemana, gue ga suruh lu buat pergikan"
dengan cepat Kelvin menepis genggaman pada lengannya, ia melipat kedua tangannya ke dada yang bidang.
"Terus?"
Kelvin menaikkan sebelah alisnya
meminta penjelasan pada mahluk menyebalkan didepannya saat ini.
"Apa.."
tanya Deka balik, ia tersenyum tipis ah tidak lebih tepatnya menyeringai jahil.
Kelvin hampir saja muntah ditempat saat melihat seringaian
yang menyebalkan itu terukir di bibir merah yang terasa menggoda jika ia mencicipi bibir
itu sedikit saja pikirnya, tapi dengan cepat Kelvin menghilangkan pikiran anehnya tersebut.
Deka memasang wajah heran melihat kebodohan pemuda di hadapannya yang kini sedang menggeleng gelengkan kepalanya
dengan cepat.
Deka menarik lengan Kelvin cepat
membimbingnya mendekati area
pantai dengan lautnya yang biru
ditambah cuacanya cerah yang sangat mendukung untuk menimati kesejukkan yang tersaji.
Deka dan Kelvin mendudukan diri beralaskan pasir putih bersih.
"Gue suka pantai yang biru dan langit yang cerah begini"
Kelvin lebih dulu memecahkan sunyinya pantai, kedua tangannya
memerangkap lututnya dalam dekapan, sedangkan Deka menyandarkan tubuhnya pada
tumpuan kedua telapak tangannya yang ia taruh dibelakang tubuhnya.
"Ada yang lebih gue suka dari semua yang lu sebutin tadi"
Ungkap Deka, matanya menerawang jauh ke lepas pantai.
Kelvin mengalihkan pandangannya pada satu satunya
orang yang kini duduk disampingnya.
"Apa?"
Tanya Kelvin pelan, ia menyipitkan kedua matanya menghalau sinar matahari yang menusuk retinanya.
"Kelvin.."
jawab Deka enteng. Kelvin serasa
tersedak air liurnya sendiri mendengar penuturan Deka yang
gamblang.
up up up....
Btw ran agak ngganjel di kalimat yg ini nih:
Itu ada feel pro kontra dalam satu kalimat yg rasanya gak pas, ditambah lagi penggunaan dua kata dalam kalimat yg sama itu ga tepat, dan dalam satu kalimat itu rasanya kamu masukin author pov+kelvin pov dalam satu waktu. kenapa gak dikasi jeda aja misalnya,
Kelvin hampir saja muntah saat melihat seringaian yang menyebalkan terukir di bibir merah cowok aneh itu, dan tiba-tiba getaran terasa menggoda muncul saat melihatnya, jika aku mencicipi bibir itu sedikit saja, pikirnya, tapi dengan cepat Kelvin menghilangkan pikiran anehnya tersebut.
soalnya ane merasa itu kalimat yg penting, karna mulai membawa cerita adanya ketertarikan kelvin ke deka.
Tapi kembali lagi ke TSnya jg mau gimana.. cm sekedar pemikiran yg ngganjel aja,hehe