‘’rega.. tolong ambilkan cangkul, cepatt.’’ Jelas itu suara ayahku, walaupun jarak antara aku dan ayahku terbilang jauh, jauh banget malahan, tapi aku masih bisa mendengarnya,, entah emang suara ayahku yang hebat atau indera pendengaranku yang super?, ahh entahlah, yang jelas sekarang aku harus mengambil cangkul untuk ayahku, tentu saja.
Aku; ini yah cangkulnya, ibu mana?? (jrengg,,, ayahku tidak memakai baju? Iya lah, ini kan di sawah, sayang jika harus memakai beju, kasihan yang mencuci nantinya)
Ayah; iku ibumu lage golek keong.
Aku; tak bantu nyangkul ya yah?? Ayah istirahat wae ndisek.
Ayah; ndak usah lah, ayah ndak capek kok, kamu pulang aja, cuci piring sama cuci baju di rumah, .(nasib deh, sebenernya sih aku lebih memilih mencangkul dari pada nyuci, karna cucian di rumah seabreg banyaknya,)
Aku; iya deh, aku balik ndisek ya yah.. (dan tanpa ada balasan dari ayahku,, biasa.)
Sambil berjalan di galengan (you know galengan?? Galengan itu emmm apa yah,, emmm ohh iya pematang sawah elah ribet amat ngomongnya) aku membayangkan seandainya aku itu orang kaya, pastinya keadaan keluargaku tidak akan semiris ini, ayahku itu seorang petani serabutan yang bekerja jika ada yang membutuhkan tenaganya saja dan bayarannya itu loh pemirsah, miris sekali , mencangkul satu petak sawah dari pagi sampai sore hari hanya di bayar tidak lebih dari 20.000 rupiyah, tentu saja, sejak kapan sih tukang cangkul di bayar setara dengan karyawan kantoran?? , pernah sih ayahku dibayar lebih, tapi lebihnya paling mentok ya 3000 perak, sama saja! ,dan ibuku adalah pembantu rumah tangga yang bekerja di rumah pak lurah, yah bekerjanya sih hanya sampai jam 1 siang saja, jadi setiap sore ibuku mencari keong di sawah untuk di jual, tentu saja, 1kg keong hanya di hargai 500rupiyah saja, well, ini yang paling menyedihkan.
Ehh sampai lupa , aku belum memperkenalkan diri, namaku arghi yurdian ,kalian pasti sekarang sedang bertanya-tanya kenapa ayahku memanggilku ‘rega’ ,well, bukan hanya ayahku saja sih yang memanggilku rega, orang sekampung juga memanggilku rega, agak jauh memang nama arghi yurdian menjadi rega, sangat jauh malah, tapi aku sendiri juga bingung dengan namaku sendiri, pernah aku menanyakan kenapa aku di panggil rega kepada orang tuaku dan mereka juga tidak tahu, bagus! Sekarang namaku menjadi sebuah misteri yang sulit untuk di pecahkan.
‘BLUP’ sialll !!!!!!!!!!
Kaki-ku masuk lumpur, dan itu hanya kaki kananku, bagus! Dan karena tidak pantas jika hanya kaki kananku yang masuk lumpur, akhirnya aku memasukan kaki kiri-ku kek lumpur ‘juga’ , well, setidaknya ini lebih baik. *labih baik apanya!*
Saat aku sedang berusaha untuk naik kembali ke galengan dan karena galengan itu rata2nya tinggi, jadi aku berpegangan ke batang padi yang ada di situ, yah jika ada pemiliknya mungkin aku sudah berkalungkan celurit sekarang.
‘srzzzt’ batang padinya tercabut dari tanah, dan tentusaja,, aku kembali tercebur ke lumpur, tidak tanggung-tanggung, kali ini aku benar-benar tenggelam dalam kubangan lumpur, greattttt! . dasar lumpur maruk, bisa-bisanya mau memakanku, wait,, emang lumpur makan manusia yah?? ,
Well, aku sudah sangat mirip zombie sekarang. Harusnya ada syuting film horror di sini, tapi apa mungkin aku bisa main film horror?? Yahhh,,, kalian tahu sendiri lah film horror Indonesia seperti apa,, banyakan wanita yang hanya mengenakan sempak dan beha ketimbang yang berjilbab apalagi yang mengenakan sarung, tentu saja.
*****
‘krikk..kriikk..kriiikk’ yahhhh sudah seperti malam-malam sebelumnya, tidak ada suara tivi, radio, apalagi em pi tri,, well, sebenernya dulu sih ada radio, tapi sekarang sudah rusak, jadi,, malam-malamku hanya bisa mendengarkan suara alam, tentu saja, karena belakang rumahku itu sawah.
‘’ mamas, bantuin bikin pe er dong, ehh mamas dimana?’’ tiba-tiba saja adikku dengan seenak udelnya membuyarkan lamunanku dengan teriakannya. Adiku ini namanya lita, anak kelas 3 SD yang sangat imoet dan unyu2 sama seperti mamasnya *hoekk*
Aku; iya sini, mamas di teras depan. (well, sebetulnya ini bukan teras sih, hanya saja aku tidak tahu namanya apa. Hihi)
Lita; mas, kemarin masa di kelas aku kepleset. ( curhat lita sambil mencoba duduk di pangkuanku *pengennya sih aku bilang ‘terus gue harus bilang WOW gitu?*. )
Aku; terus gimana? Sakit tidak? Ada yang luka? (tanyaku sambil mengelus-elus rambutnya)
Lita; ngga mas, kemarin ada cowo teman sekelasku yang megang tanganku, jadinya aku ngga jatoh mas.
Aku; idih, udah mulai genit sekarang yah..,,. Mana sini pe er-nya? (tentu saja sambil mencubit pipi-nya lita saking gemesnya)
Dan,, lihat ini.. soal segampang ini adikku tidak bisa mengerjakan-nya, ya ampun adikku menuruni bakat ayahku ternyata, ayahku itu seorang pria yang hanya lulus SD saja, wait, aku salah, bahkan SD-pun tidaak lulus, untung aku menuruni ibuku yang lulusan SMA , yah ayahku itu mememang sedikit tertolong oleh wajah tampannya itu , siapa yang mau coba menikahi pria yang bahkan SD-pun tidak lulus.
Aku; haduh dekk, ini mah gampang pisan. Napa ngga bisa gitu?
Lita; mamas ihh, aku kan ngga bisa mas. (tentu saja sambil uget-uget geje)
Aku; ya sudah, habis ini langsung tidur yah.. mamas juga mau tidur..
Lita; hem..
Ngomong-ngomong besok hari senin yah?? Ehh.
****
‘Selamat datang di hari senin’ yey akhirnya hari yang menyebalkan itu datang juga, dari dulu aku memang sangat tidak suka dengan yang namanya hari senin., yah sama deh seperti kalian-kalian ini,,. Apa kalian tahu kenapa aku benci hari senin? Upacara? Yah itu salah satunya,.
‘’Bu ,,rega berangkat dulu yah bu??’’ kalian bisa nebak kan itu suara siapa? Dan tentu saja tidak terbalaskan, karena pagi2 begini ibu-ku sedang sibuk-sibuknya di rumah pak lurah *kalau tahu ibumu ada di rumah pak lurah kenapa manggil ibumu !! aneh.*, dan ayahku? Kalian tahu lah ayahku kemana?. Biasanya pukul 06.00 lita sudah berangkat ke sekolah, dan sekarang sudah pukul,,, 07.15. great! Aku kesiangan, sekolahku masuk pukul 08.00. jika berjalan kaki biasanya akan memakan waktu 20 menit, maka sekarang aku harus,, ngebut dengan motor? Dengan sepeda? Atau mobill?? NO,,,, LARIIII !!!!!
*****
Bener kan.. apa aku bilang,,, pintu gerbang sekolahku sudah ditutup, padahal tadi aku sudah mengerahkan tenaga kaki-ku semaksimal mungkin,, itu artinya aku harus menyiapkan tenaga lagi untuk push up 2 porsi. Bagus !!!.
‘’tapi pak, masa 3 porsi sih, biasanya kan cuman 2 porsi’’ yahhh, aku sedang berdebat dengan satpam penunggu gerbang ini, seantereo sekolah juga tahu kalau satpam yang satu ini tidak pernah tanggung-tanggung dalam memberi hukuman , jika 1 porsi itu 10x push up berarti aku harus melakukan push up sebanyak 30x?? wahh bagus banget !!
Saat aku sedang mengambil ancang-ancang untuk melakukan push up, aku melihat ada seorang cowo yang sedang berbincang-bincang dengan si satpam sialan. Dan apa itu? Dia memberikan lembaran kertas ke pak satpam dan aku sangat yakin bahwa itu adalah uang,,dia menyogok? Ya ampun, sangat Indonesia sekali. Well, Uang memang selalu menang kan?. Andai aku punya uang pastiinya aku sudah menyumpal mulut pak satpam itu dengan uangku,, jangankan menyogok, lawong uang saku-ku aja tidak lebih dari 1000 perak. Demi tuhan itu sungguhan !.
Sekilas si cowo itu melirik ke arahku,, hemmm sepertinya aku belum pernah melihat orang ini. Apa dia anak baru yah?? Whatever lah, yang terpenting sekarang adalah aku harus menyelesaikan hukuman ini yang dari tadi belum 1-pun terlaksana.
*****
Yahh, seperti hari senin lainnya, hari ini tidak ada yang istimewa kecuali saat upacara tadi aku harus membuat barisan khusus dengan si ‘penyogok’, HANYA BERDUA. ,, apa itu termasuk hukuman??, tentu saja. Dan ngomong-ngomong soal si ‘penyogok’, dia ternyata memang murid baru di SMA XX XXX ini, di kelas XI IPA 1 , wait, apa itu kelasku?, tentu saja. Sudah ku duga sebelumnya kalau dia akan memilih tempat duduk di belakang, paling belakang, paling pojok lagi., padahal meja paling depan di sebelah mejaku ini kosong.
‘triiinggggg triiiinggggg triiinggggg’ yesss, akhirnya istirahat juga. Aku kira bel itu akan mangkir dari pekerjaannya, soalnya dari tadi lama sekali aku menunggu bel-nya berbunyi, well, setidaknya dia tidak makan gaji buta.
Dannn, sudah dapat dipastikan kalau seisi kelas pasti langsung berlomba untuk meraih gelar siapa yang menginjakan kaki-nya pertama kali di kantin sekolah.
Wait !!!, ada yang aneh di sini, kenapa ‘mereka’ malah berjalan ke arah belakang bukan ke depan? Apa ada pintu rahasia di belakang sana?? Well, rasanya itu tidak mungkin. Tapi,,,, ap---a, sekarang misteri kenapa ‘mereka’ berjalan kebelakang sudah jelas terpecahkan. Errrr… anak baru itu,,. Sepertinya dulu juga ada anak baru deh namanya budi, tapi tidak sebegini hebohnya, malah si budi ini di-diam-kan dan hampir tidak ada teman ngobrolnya sama-sekali hingga menginjak satu setengah semester, well, ini mungkin terlalu berlebihan.
Errrrrrr…. Apa hebatnya sih dia itu?? Sampai-sampai semua orang berlomba untuk bisa berkenalan dengannya, dia kan tukang ‘sogok’.
Aku yang sudah terlanjur bête akhirnya melangkahkan kaki ini menuju kantin, hanya untuk mencari teman-temanku lainnya yang berbeda kelas denganku, untuk teman ngobrol, tentu saja, uang 1000 perak buat apa? Beli bakso? Mungkin aku hanya akan mendapatkan mangkoknya saja dengan kuah satu sendok, empek-empek? Apa lagi ini, ibu-ibu penjual yang sangat pelit, jelas saja aku hanya akan mendapat seuprit, buat apa?.
Saat aku sedang asik-asiknya berbincang dengan temanku, tiba2 ada yang duduk di depan mejaku sambil membawa nampan berisi mangkuk yang aku tidak tahu isinya apa, dan itu,,apa aku tidak salah lihat?? Anak baru itu?, hohoho pria tampan si tukang ‘sogok’ itu sedang duduk di depanku saat ini.
‘’heyy,, kita satu kelas kan? Setahuku kita belum berkenalan tadi,’’ apa dia berbicara kepadaku?, dan dengan bodohnya aku clingak-clinguk ngga jelas. Aku memandangnya sejenak sambil menunjuk diriku sendiri.
‘’aku?’’ kataku agak sedikit ragu-ragu.
‘’iya, siapa lagi?.. gue Sebastian,, elo?’’ katanya sambil mengulurkan tangannya.
Aku; hemm.. aku rega. (sambil menjabat tangannya, tentu saja.)
to be continued,,
Comments
Sebastian; mau kemana?
Aku; perpus, bête di sini. Napa? Mau ikut?
Sebastian; boleh. Tunggu bentar yah.( no! kamu ngga boleh ikut !)
Aku; idih. Ngga usah deh, makananmu juga belom abis gitu. Gue duluan yah,, dahhhh. (ssssrrrrt. Sebastian magang tanganku,, omegot, ngapain dia? Tentu saja nahan aku biar ngga pergi. Dasar tukang Tanya !!)
Sebastian; gue ikut. Tunggu bentar, gue bayar makanan dulu. (tidakkk !!!!!!.. )
Sebastian; yuk. Lewat mana? (kata Sebastian sambil megang tanganku. Lagi !. dan aku? masih berdiri tegak di tempat yang sama tanpa bergerak sedikitpun. )
Sebastian; hoeyy. Napa sih lo? Ayo buruan, katanya mau ke perpus?
Aku; ehh… iya ayo..
*****
Dan…. Diperpus,, Sebastian ngga henti-hentinya bikin mood aku tambah turun. Bayangin aja, aku yang kesini niatnya mau ngobrol-ngobrol sama veny ehh gegara Sebastian ini nih, aku-nya malah di cuekin sama veny, dan Sebastian, tentu saja. Mereka malah asik ngobrol sana-sini, padahal mereka kenal juga belum 24jam. Aku kenalin veny nih, veny itu sahabat aku dari SMP , waktu SMP kita selalu satu kelas tapi menginjak SMA ini kita ngga pernah satu kelas lagi, tapi tetep, kita tuh kemana2 selalu bareng, sahabat loh yah buka pacar, veny udah punya pacar sendiri, namanya andru, andru yang notaben-nya satu kelas sama aku malah sering protes karena veny lebih sering bareng aku ketimbang sama pacarnya sendiri. Masa bodo deh, yang penting aku sama veny gada apa-apa.
Dan, sekarang aku bener-bener di cuekin di sini. Bayangin aja, setiap aku mau ngomong ke veny, Sebastian langsung memotong ucapanku, veny juga, malah lebih memilih Sebastian dari pada aku. Huh.,
Aku; aku balik kelas yah… dahhhh. (udah gitu aja. Langsung nyelonong pergi, ngga ada cipika cipiki, ngga ada salaman, apa lagi sungkem. Biarin lah mereka mau ngapain aja, biar jadian sekalian, biar andru makin galau.)
*****
‘triiinggggg triiiinggggg triiinggggg’ yapp… saatnya pulang.. inilah saat yang paling dinanti-nanti, bagiku, tentu saja. Siapa siih yang betah berlama-lama di sekolah?.
Apa kalian tahu? Di SMA XX XXX ini hanya aku seorang yang berangkat maupun pulang sekolah berjalan kaki, Demi Tuhan itu sungguhan. Jangankan untuk membeli sepeda motor, beli sepeda-pun hanya bisa beli ban’nya saja.
Saat aku sedang menyusuri jalan raya, sendirian, tentu saja. Ada sepeda motor yang berjalan lambat di sampingku, sepertinya dia memang sengaja mengiringi jalanku, dasar kurang kerjaan. Atauuu, aku mau di culik? Tidak,, itu tidak mungkin, kebanyakan penculik kan mengendarai mobil.
‘’butuh tumpangan?’’ tiba-tiba saja, si pengendara sepeda motor itu bersuara,.
Aku berhenti sejenak, memandangnya, dan dia membuka helm-nya, dan dia adalah cowok tukang ‘sogok’ itu. Errrrr…,, mau apa sih dia,, dasar pengganggu.
Sebastian; butuh tumpangan?
Aku; gak, aku jalan aja. (sambil terus berjalan tanpa menoleh sedikitpun, persis sekali seperti orang pacaran yang lagi marahan. Errrrr..)
Sebastian; bener nih ngga mau??
Aku; iya. Sudah sanah pergi.
Sebastian; cuacanya agak mendung yah, pasti sebentar lagi mau ujan nihh.. (apasih !. tapi,,, bener juga sih langitnya sudah berubah menjadi agak hitam.,.. apa benar akan turun hujan??)
Sebastian; tapi elo ga mau nebeng kan yah? (aku dilema. Dan masih tetep diam, tentu saja.)
Sebastian; ya sudah. gue duluan yah…
Aku; ehhh tunggu,,, aku ikut… (ahhhh…)
Sebastian; haha… katanya tadi ga mau.. ayo.. (tentu saja sambil menepuk jok belakang motornya.)
Sebastian; rumahmu dimana?
Aku; daerah XXX.
Sebastian; oya? rumah gue di daerah YYY, berarti rumah gue tetanggaan komplek rumah elo dong..
Aku; ooh.
Sebastian; ehh betewe, cari makan dulu yuk, gue laper, kan biar kita makin akrap gitu. Mau ga?. (hidihh siapa juga yang mau temenan sama kamu.)
Aku; aku ga usah deh, mending aku turun di ini aja kalo emang kamu mau mampir makan dulu. (makan berdua ama dia?? Males gila.)
Sebastian; elah elo… yaudah gue anter elo balik deh. Tar gue makan di rumah aja.(whatever.)
Skip,,, skip,,,skip…
Aku; udah , turun sini aja, rumahku udah deket kok. (sekarang ‘kita’ sudah di depan gang menuju rumahku,)
Sebastian; gue anter nyampe rumah deh…
Aku; ga usah Sebastian, motor kamu kan gede,, aga susah tar kesananya.. udah yah,, makasih tumpangannya..
Well, setidaknya hari ini tidak terlalu buruk. Apa jadinya kalau tadi aku masih di jalan dan tiba-tiba turun hujan?..
to be continued,,
Mention eaaa!
‘’aku pulang..’’ well, percuma saja aku mengucapkan itu, toh setiap siang memang tidak ada orang di rumah, kecuali hari selasa, rabu dan kamis Karena di hari itulah aku belajar di sekolah hingga pukul tiga sore, selebihnya yahhh seperti ini selalu pulang pukul duabelas teng, adikku lita memang selalu menyusul ibuku ke rumah pak lurah sepulangnya dari sekolah, dan akan pulang ke rumah pukul 1 siang (sebenarnya sih tidak selalu tepat pukul 1 siang, kadang malah bisa sampai malam) bersama ibuku, tentu saja.
Sekarang tugasku adalah mengantar makan siang untuk ayah di sawah, pasti ayahku sedang kelaparan di sawah sana, karena tadi pagi aku tidak melihatnya sarapan, ‘cihh’ dasar orang tua’ sok’, awas saja kalau sampai sakit.
‘’ayah ini makan siangnya, aku taruh di gubuk ya yah?’’ sudah menjadi kebiasaanku berteriak begitu, yahh karna apa yah, hmm mungkin karena ayah mempunyai kebiasaan memulai mencangkul selalu dari kiri, jadi setiap aku mengantarkan makan siang pasti aku menemukan ayah di ujung sana.
Dann,, ayah hanya mengangkat tangan kanannya, biasa.
Hmmm, panas-panas begini sepertinya menyenangkan jika berendam di kali, yapp akan ku lakukan itu (tepat di bawah sawah ini adalah kali, jadi dekat sekali, tentu saja.). Well, kali di desaku ini sangatlah jernih, tidak seperti kebanyakan kali di kota Jakarta sana, di sini sangat jarang di temukan yang namanya plastic sabun deterjen apalagi sesuatu yang berwarna kuning dan terkadang terselip cabai didalamnya. Hihi.
Saat aku sedang asyik-asyiknya berendam, aku seperti melihat benda mengkilap putih di dasar kali ini,( karena air yang sangat jernih batu-batu kerikil yang berada di dasar kali-pun sangat jelas terlihat) karena sudah kepalang penasaran, akupun menyelam dan mengambilnya,.
Kalung?
Ya, tidak salah lagi, ini kalung,
Kalung tali dengan bandul yang berbentuk, ‘ichh’ bentuk apa ini, ngga jelas bentuknya, tapi bandul ini mirip,, keong??. Ehh ada inisial di balik bandulnya,, ‘R’ ?.....
Siapa sih yang sudah tega membuang barang sebagus ini,, tunggu, apa ini emas? Tapi perasaan warna emas bukan seperti ini, sabodo ah. Ku pakai saja kalung ini, toh tidak ada yang memilikinya.
Setelah ber basah-basah ria, akupun bergegas kembali ke sawah, pasti ayah sudah menghabiskan isi rantang yang ku bawa tadi.
*****
‘’kamu pakai kalung apa itu ‘Le’ ‘’ aku yang sedang menonton tivi-pun menoleh ke si empunya suara, ternyata ibuku. Karena kalung ini tidak terlalu panjang jadi sangat memungkinkan bandulnya akan terlihat.
Aku; ohh ini, dapet nemu di kali bu tadi siang. (sekarang sudah pukul delapan malam, jadi otomatis semua anggota keluargaku sudah pulang, lita malah sudah asyik dengan alam mimpinya sendiri, ayah juga, mungkin karena ayah kecapek-an jadinya tidur terlebih dahulu).
Ibu; ohhh begitu.. ngomong-ngomong, anaknya pak lurah yang selama ini tinggal bersama neneknya, sudah tiga hari loh dia di sini, katanya dia mau tinggal lagi bersama pak lurah, dia itu kayaknya seumuran sama kamu le.. (ibu memang selalu update berita terbaru mengenai pak lurah, kepadaku, tentu saja. Karena akulah anaknya yang paling bisa diajak bergosip).
Aku; ooh yah??
Ibu; iya,, dia juga katanya pindah sekolah ke SMA XX XXX lohh, berarti kalian satu sekolahan dong? (apa jangan-jangan yang di bicarain sama ibu ini adalah Sebastian? Ahhh tidak mungkin, Sebastian kan sangat menyebalkan, kalau di bandingkan dengan pak lurah jelas sangat berbeda.)
Aku; bentuk anaknya pak lurah seperti apa emang bu? *ngga enak banget deh kalimatnya*.
Ibu; gimana yah? Pokoknya mah genteng deh, kamu mah kalah sama dia, yahh kamu 99 dia 99,5 lah. (dasar si ibu, dulu malah pernah aku di bandingkan dengan anak tetangga sebelah yang masih SD, tentu saja dengan penilaian, katanya aku 99 nah tetanggaku malah 3.7seperempat. nah lo)
Ibu; kapan-kapan kamu main gih ke rumah pak lurah, kasihan dia tidak ada teman di rumah.
Aku; pastinya bu, aku jadi penasaran deh bu, siapa sih yang bisa menyaingi ketampanan anak ibu ini…*masang tampang sok ganteng sedunia*
*****
Rasanya masih enggan untuk bangun dari tempat tidurku ini, meskipun sederhana, sangat sederhana malah, tapi sangat nyaman untuk berlama-lama rebahan di sini.
Karena semalam ada film bagus yang di putar di tivi jadinya aku harus tidur larut malam, ngomong-ngomong jam berapa sekarang yah? Hmm dengan sangat malas aku melirik jam yang tergantung di dinding kamarku, jam,, 07.20, baru jam 07.20,, APAHHH ?? seketika itu juga aku terduduk dari tidurku. AKU KESIANGAN !! (lagi!). aku yang emang anaknya panikan malah mondar-mandir ngga jelas antara kamar-ruang tamu-kamar-ruang tamu,, tunggu,, ada yang ngga beres di sini, kemana semua orang rumah? Aku baru sadar kalau rumah ini sangat sepi *bukanya setiap hari emang seperti ini yah??*,, masa bodo! Aku harus mandi,, ahh tidak usah, ganti seragam sekolah saja.
Setelah berganti seragam sekolah lengkap dengan atributnya, aku berlari ke dapur mengambil air minum, sengaja aku sisakan air dalam gelas kemudia kumasukan jariku ke dalam gelas kemudian mengelapkan-nya ke kedua mataku dan berikutnya ku siramkan air itu ke rambutku. *’ck’ dasar ABG*, mencomot gorengan kemudian berlari keluar, setelah berlari sekitar 10m aku baru merasa kalau ada yang ganjil pada diriku, Aku melongok ke bawah,, menepuk jidat sekuat tenaga,,,, aku belum memakai sepatu ! *apa sebegitu paniknya kah?? sehingga dia lupa bahwa sejak tadi dia hanya mengenakan sandal jepit?*
Bagus. Aku harus kembali kerumah, berlari. ‘ck’ aku bahkan tidak mengunci rumah tadi.
Setelah ngenakan sepatu dan mengunci pintu, kemudian sekarang aku harus,, lari !.
sambil berlari aku terus mengutuk-i televisi jahanam itu, tega sekali dia membuat aku terlena dan tidur larut malam. Ibu, jual saja tivi-nya !.
Tiba-tiba ada sepeda motor yang memotong jalan-ku, emm lebih tepatnya lari-ku, hampir saja aku memaki pengemudinya, tapi sepertinya aku kenal motor ini,,,,
‘’butuh tumpangan’’ Sebastian,, thanx god,. Tanpa berlama-lama dan bahkan aku belum menjawabnya, aku langsung melompat ke jok belakang motornya.
Aku; cepat, bodoh ! (melihat Sebastian yang malah diam saja, akhirnya aku meneriakinya. Dasar Idiot.).
Errrr… sebenarnya aku sangat tidak ingin memeluk pinggangnya, tapi aku juga masih sayang nyawa sih, jadi tidak ada piliha lain, karna jika aku tidak memeluknya mungkin saja aku tertinggal. Sangking cepetnya !.
Aku tidak tahu sekarang jam berapa, dan yang pasti pintu gerbang di depanku ini sudah di tutup.
Sebastian langsung beranjak dari motornya dan memanggil pak satpam yang tengah berkonsentrasi membaca Koran. kayak bisa baca aja.
Aku dapat melihat dengan jelas dari sini kalau Sebastian memberikan uang ke satpam jaga itu, ‘ck’ dasar tukang ‘sogok’.
Pintu gerbang terbuka, dan tentu saja Sebastian lagsung memasukan motornya kek dalam. Lihat itu, si satpam malah senyam-senyum ngga jelas, aku juga mendengar dia mengatakan ‘’yang sering aja yah’’. Dasar satpam gampangan.
Setelah memarkirkan motornya, Sebastian berlari ke arahku dan berdiri di depanku, dia sempat memandangiku beberapa detik kemudian melanjutkan berlari menuju kelas, bersamaku, tentu saja.
‘yess’ untung belum ada guru yang masuk ke kelasku, aku sudah merasa lega sekarang.
Tunggu,,, kenapa mata Sebastian tidak bisa lepas dari-ku?, setiap aku menengok ke belakang, pasti aku menemukan Sebastian sedang memandangku, begitupun seterusnya, aku malah jadi salah tingkah sendiri.
Dann,, gurunya masuk, pelajaran di mulai,, sampai akhirnya ,,
‘triiinggggg triiiinggggg triiinggggg’ bell istirahat berkumandang… akhirnya….
Aku yang sudah merasa tidak betah berada di kelas, segera beranjak dari bangku-ku, tapi kemudian ada yang menahanku,,, Sebastian?? Pandangannya dingin, tidak seperti biasanya.
‘’gue mau bicara sebentar’’ akhirnya dia mengeluarkan suara juga, tapi, ada yang berbeda dengan suaranya.
Sebastian membawaku berjalam ke luar kelas dan kemudian berhenti di,,, toilet.,.
Aku; mau bicara apa? Tidak adakah tempat yang lebih buruk dari ini? (tiba-tiba Sebastian meremat kedua bahuku dan kemuadian menyudutkanku ke tembok. Mau apa dia? Apa mau memperkosaku? *haish*. Dia memandang ke leherku, apa dia sebenarnya drakula? Tidak!!).
Sebastian; dari mana elo dapetin kalung itu? (dengan mata yang masih terfokus pada kalung yang aku kenakan.)
Aku; kenapa? Apa urusannya denganmu. Minggir ! aku mau ke kantin. (saat aku berusaha melepaskan diri, Sebastian justru malah semakin memegang erat bahuku. Apa sih maksudnya? Apa dia tidak tahu kalau ini menyakitkan?.)
Sebastian; jawab saja. Dari mana elo dapetin kalung itu? ( well, suaranya semakin dingin saja.)
Aku; kemarin aku nemu di kali. Punya kamu? (karna aku yang suda terlanjur sebel sama Sebastian, aku melepaskan kelung yang terlilit di leherku, dan memasukannya ke saku baju-nya Sebastian.)
Aku; aku kembalikan. Sekarang apa aku sudah boleh pergi? (ucapanku yang kali ini tidak kalah dingin dengan-nya membuat Sebastian terpaku. Dia diam, tapi mengendurkan cengkraman-nya di bahuku, dan tanpa membuang waktu untuk orang menyebalkan macam dia, aku langsung meninggalkannya.)
Dasar Sebastian menyebalkan.
*****
Sepertinya daftar hari menyebalkan-ku akan bertambah. Well, hari ini memang membuatku pusing saja.
Ngomong-ngomong soal Sebastian, (errrrr,, sebenarnya aku sangat malas membicarakannya) sejak tadi sepertinya dia selalu ingin mendekatiku, tapi mau bagaimana lagi? Lawong aku sudah kepalang dongkol, ngga ada salahnya kan kalau aku menghindar darinya??....
Well, sepintas aku ingat kejadian tadi pagi waktu aku memboncengnya, aku belum mengucapkan terimakasih kepadanya, ahh biar saja! Salah siapa dia menyebalkan!.. meskipun dia itu tampan,, ehemmm,,, tetap saja menyebalkan.!
Heyy,,, lihat itu, apa-apaan coba di dalam kelas pake kupluk ada syal juga di lahernya, perasaan tadi pagi ngga ada deh, dasar sebastian sok keren, apa lagi si melani itu,, ‘ichh’ dasar ganjen,,.
‘’hoiiyy,,.. kenapa sih lo ?? dari tadi perasaan manyun aja..’’ suara siapa?? Oohhh iya, itu suara gio, temen sebangku-ku…
Aku; ga papa kok..
Gio; elo ntar pulang jalan kaki yah??
Aku; emang sejak kapan aku punya motor hah??? Ya iyalah jalan kaki,, kenapa emang?? Mau nganter aku pulang?
Gio; boleh,, gue juga udah kangen ama adek-mu itu… hihihi (serius?? Yey, entar ga perlu kepanasan deh,,, gio ini emang udah beberapa kali main ke rumahku,, sebenernya aku tau kalau gio ini anak orang kaya, *aku tau dari temen-temen satu kelas-ku juga, aku emang belum pernah sih main ke rumahnya,, karena ga pernah di ajak,.. huhuhuhu * tapi gio ngga pernah tuh yang namanya pamer-pamer ga jelas, dia malah bilang kalau kedua orang tuanya pengangguran,, sejak kapan coba orang tua pengangguran tapi anaknya bawa motor ninja??,, padahal aku tau orang tua-nya itu luar biasa kaya,, orang tua-ku juga luar biasa lho, luar biasa - biasa ajah.)
Aku; pedofil. Jangan dekat dekat adek-ku…. Jauh-jauh.
Gio; haha… becada kali ga,,,
‘triiingggg…triingggg…triiinggg’
Gio; ehh udah bel… ayo langsung ajah…
Saat aku dan gio tengah berjalan menuju parkiran, tiba-tiba Sebastian udah ngejogrog aja di depanku,, errrrr… mau apa lagi sih dia..
‘’elo pulang ama gue yah..,’’ tentu itu bukan suara gio, apa lagi suaraku…
Aku; aku udah ama gio broo,, kapan2 aja…
Sebast; emm soal yang tadi..
Aku; udah lupain aja *padahal dendam* ,, aku duluan yah,, ayo ‘yo’… (tapi sebelum aku benar-benar pergi dari hadapan sebatian, dia menyalamiku,, menyalamiku?? *aneh banget bahasanya* ehh,,, tapi kayaknya ada yang ngeganjel di tanganku deh,, dan sewaktu ku buka tanganku, ternyata,, itu kalung,, kalung keong yang sangat menarik,,.. apa ini untukku??)
Sebast; untukmu.. sory yang tadi pagi..
Aku; thanx. (well, sepertinya aku memang harus pergi dari sini,,, situasinya terlalu berlebihan menurutku..)
*****
‘’ ga,, tadi Sebastian ngasih apa ke elo??’’ nahh ini baru suara-nya gio… sekarang aku dan gio sedang duduk lesehan di pinggir kali,, tentu saja ada lita yang sedang bermain air di bawah sana..
Aku; buka apa-apa kok.. ga penting gitu.. (memang tidak penting kan?? Malahan kalung pemberian Sebastian masih terselip di tas-ku..)
Gio; masa sih??
Aku; iya lahhh… emangnya apa?? Ikut main air bareng lita yukk… (belum sempat gio menjawabnya,,, aku sudak menceburkan dia ke kali,,)
Tak mau kalau aku sampai di ceburkan juga, aku langsung lari menjauh dari kali,, dann,, tau lah kalian aku kemana??,,, pulang. Biar saja adik-ku lita bersama gio,, tohh aku memang sedang malas main di kali.
Selang beberapa lama, setelah aku sampai ke rumahku, aku melihat gio dengan badan yang basah kuyup tengah berlari sambil menggendong lita, dann,,, errrr…. Lihat wajahnya, bisa di katakana kalau mungkin dia,,ingin memakanku?.......
Tidak-tidak,,, aku harus segera menyelamatkan diri…..
‘’heyy kau!! Mau kemana kau!!!!’’ sepertinya aku memang harus menyelamatkan diri.
*****
‘’ini.. pakai bajuku yang ini saja,, mungkin muat di badanmu.’’ Yap.. sekarang aku sudah berada di kamarku, dengan gio, tentu saja,,,
setelah tadi sempat bentrok di sumur sewaktu aku mengantarnya untuk ber-bilas,, malahan tadi sepertinya dia ingin memasukan-ku ke dalam sumur,,,, parah,,, untung saja aku langsung melarikan diri.
Gio; ahhh,, emang ga ada baju yang lain apah?? Masa pink sih,,,.
Aku; la mau gimana lagi, wong baju yang gede cuman itu tok,, ini celananya.. (udah untung aku mau meminjamkan bajuku,, masiih aja ngeluh.. well, salahku juga sih,, hihi)
Gio; ahh ngga ngga ngga,, mending gue jemur baju gue yang basah tadi aja deh, nunggu kering… heran gue, kok baju buluk gitu elo masih simpen sih,,, udah buluk, pink lagi. Ini juga celananya,, parah.. (aku rasa dia sudah kelewatan sekarang. Meskipun aku tahu kalau ucapannya itu hanya bercanda.)
Aku; aku tuh orang miskin, aku ga mungkin-kan setiap minggu belanja baju baru seperti kamu??.. apa salahnya sih pake baju seperti itu, yang penting masih bisa di pakai kan,, aku juga ngga punya mesin pengering pakaian seperti kamu.. jadii, aku mau jemur baju kamu dulu,, itu pakai sarung aku aja, mbok kamu kedinginan.
Gio; gi,,, (well, aku sudah keluar dari kamarku,, seterah dia deh mau ngapain..)
Surprissss *well, payah sekali bahasa inggrismu*,, lihat itu,,, siapa yang sedang duduk menonton tivi bersama lita,,, seorang pria yang mengenakan kaos pink buluk dan celana yang tidak mau kalah bersaing dengan bajunya,,,.,..
Aku; di pake juga…
Gio; hmm,,.. tidak terlalu buruk kok.. (well, sebenarnya aku tahu apa yang ada di pikirannya saat ini,,,. biarkan saja lah..)
Lita; mas gio ganteng kok.. lita suka…
Aku; hayoo,, kecil-kecil udah genit.. ibu kemana nit???
Lita; ibu tadi ke rumah pak lurah lagi mas,, katanya lagi ada tamu di sana.. nati lita juga mau nyusul ibu ahhh,, di sana ada anaknya pak lurah yang ganteng banget…
Aku; dasar yahh… makan yuk, mamas lapar nit,. Gio ayo makan sekalian,, tapi di sini ngga ada pizza apalagi steak.. seadanya aja yah.. (kali ini gio hanya cengengesan ga jelas,, mungkin saja saat ini dia sedang berfikir bagaimana caranya agar dia bisa cepat pergi dari sini… etahlah..)
*****
Malam telah tiba, gio sudah pulang tadi sore, tentu saja. saat-saat paling mengasyikan di malam hari selain mendengarkan suara alam adalah,,, melihat bintang bertaburan di langit,, sawah memang tepat yang paling strategis untung melihat pemandangan langit ini… apa kalian pernah duduk sendirian dalam kegelapan di,,, sawah??... well, sebenarnya ada rasa takut juga sih,, tapi rasa takut itu pasti hilang setelah melihat sesuatu yang terang dan indah bertaburan di atas sana.
Heyy.. lihat itu,,, apa itu bintang jatuh??,,,,. Iya! , apa aku harus membuat permintaan?? *tentu saja! Bodoh! Dasar tukang Tanya.*..
Aku minta apa yah?? Hemmm yang pasti sih ingin kaya. Dengan menyatukan kedua telapak tangan dan memejamkan mata, aku menyerukan semua keinginanku,,, well, kalian tak perlalu tahu kan??,,. Hanya aku dan tuhan yang mengetahuinya.
*****
to be continued,,
Lanjutt
Hari ini hari minggu yah??,, emmm... mending sekarang aku solat subuh dulu deh..
Setelah menjalankan solat subuh, seperti hari minggu biasanya, aku hanya menghabiskan sepanjang hari untuk bersih-bersih rumah saja,.
Dan errr… bicara soal Sebastian, dia semakin menyebalkan saja. Setiap hari bisanya hanya mengganguku, sok perhatian, sok keren, sok ganteng (emang ganteng sih) tapi tetap saja selalu membuat kepalaku pusing.
Hmmm, sekarang baru jam 09.00 pagi, rumah sudah kinclong, apa aku menyusul lita dan ibu ke rumah pak lurah saja yah?. Aku juga masih penasaran dengan anaknya pak lurah yang ‘katanya’ ganteng itu.
*****
Nahh itu ibuku, sedang menjemur pakaian di samping rumah pak lurah..
Ibu; ono opo ‘le’??
Aku; ga papa bu, pengen main aja. Sepi di rumah. Lita mana? (sambil membantu ibuku menjemur pakaian.)
Ibu; lagi main sama anggit palingan di halaman belakang. (anggit itu anaknya pak lurah yang paling kecil, bisa di bilang sih anggit dan lita seumuran. Mangkanya ibu lurah dan pak lurah senang jika lita datang ke sini karena anggit jadi ada teman bermain.)
Aku; yowis.. ibu masuk aja gih, biar aku yang jemur palaian-nya..
Ibu; ndak usah lah ‘le’, tanggung,, mending kamu kenalan sama anaknya pak lurah gih, siapa tau dia sudah bangun, tadi kayaknya masih tidur…
Aku; iya deh,, jadi penasaran aku.. aku ke dalam ya bu..
‘’ehh ada nak rega, tumben pagi-pagi begini sudah datang?’’ deg, aku jadi kaget sendiri,, lawong tiba2 ada suara di belakangku. Dan itu adalah bu lurah,,
Aku; haduh bu,, sampai kaget saya.. di rumah sepi bu, jadinya kesini deh..
BL*baca; bu lurah*; hehe. Maaf maaf. Kamu kan belum ketemu anak ibu yang dari sukabumi kan yah?..
Aku; belum bu, ini mangkanya saya mau nyariin dia bu… sekalian kenalan bu hehe..
BL; yasudah, kamu langsung saja ke kamarnya,, itu kamarnya di lantai atas, yang di pintunya ada tulisan ‘ORANG JELEK DILARANG MASUK’ , untung kamu ganteng ya nak, hehehe. Sekalian bangunin dia kalau dia belum bangun. (ada-ada aja,,, dasar anak ibu sama saja geje’nya..)
Ehh bener loh kata bu lurah, ini, di depanku, di depan mukaku, ada tulisan ‘ORANG JELEK DILARANG MASUK’ , ampun deh. Untung aku ganteng, jadi boleh masuk dong?,, tapi aku mesih cukup tahu etika lah, harus ketuk pintu dulu,,.
‘tok..tok..tok’ ga ada jawaban..
‘tok..tok..tok’ ga ada jawaban lagi… apa mungkin bener kata bu lurah kalau dia masih tidur?.. mending aku coba masuk aja deh,, kan aku ganteng. #lol.
‘ckrek’ ga di kunci..
Setelah seluruh badanku masuk ke dalam kamar, aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru kamar ini, kamar yang luas, luas baget malahan, kalau di bandingkan dengan kamar ku, hmmmm mungkin hanya seperempat dari kaamar ini, nggak, seperlima kayaknya.
Tapi,, lihat itu, ya ampun, berantakanya, baju berserakan di mana-mana, ada piring bekas makanan dilantai, dan,, apa itu, benda segitiga tergeletak di meja (apa itu celana dalam?) Ampun deh.
Lohh.. aku baru menyadari kalau rupanya ada yang aneh di sini,,, di mana penghuni kamar ini??, kenapa kamarnya kosong.. atau orangnya lagi mandi kali yah ?,,..
‘ckrek’
Pintu kamar mandi terbuka,, dan itu,,, seonggok daging tanpa busana sedang berdiri di depan pintu kamar mandi,,
‘aaaa’ aku teriak sekencang-kencangnya,. tak mau kalah, piria tersebut juga teriak…
Secepat kilat pria tersebut menyambar handuk yang tergantung di bahu kanannya dan meilitkan handuk tersebut ke tubuh bagian bawahnya…
‘‘hey kau! Masuk kamar orang tanpa ijin.. siapa yang mengijinkanmu masuk hah.’’ Tentu saja ini bukan suaraku.
Tanpa berkedip aku memadang wajah pria itu untuk memastikan sesuatu, apa aku tidak salah lihat??.
Aku; Sebastian? Sedang apa kau di sini?.
Sebast; rega.. ini kan rumahku… aku yang harusnya bertanya, apa yang kamu lakukan di rumahku,,, di kamarku?? (kan…. Mendadak rasanya aku ingin pulang ke rumah saja.)
Aku; hem.. sebaiknya kau segera berpakaian. (hihi… memang sebaiknya seperti itu,. Berkat tubuh polos Sebastian, ‘adek’ku yang sedang nyenyak-nyenyaknya tertidur tiba2 saja sudah tegak berdiri, dan aku tidak ingin membuat ‘adek’ku merusak celana dalamku.)
Sebast; ehh..emm.. iyya.
Aku; sepertinya aku harus keluar.
Sekarang ini aku sedang duduk di pinggir kolam renang milik pak lurah, dan ini di sebelahku,,, Sebastian..
‘’jadi.. apa yang membawamu datang ke sini??’’ suara Sebastian akhirnya memecahkan keheningan diantara kami.
Aku; aku hanya ingin main. Dan,, untuk membantu ibuku juga. Dia bekerja di sini,, bi maryam, yahh dia ibuku. (Sebastian memandangku heran. Apa dia benar2 tidak tahu ibuku?)
Sebast; aku baru tahu..
Aku; apa ibuku tidak menceritakan tentang aku??
Sebast; tidak, dia hanya bilang kalau anaknya juga bersekolah di SMA XXX. Ehemm.. soal yang tadi,, apa yang kau lihat?? (aku jadi teringat kembali akan kejadian pagi tadi yang,,, errrr… aku tidak mau membayangkannya lagi ! .)
Aku; tubuh seorang Sebastian yang telanjang bulat dengan handuk tergantung di bahunya. (errr.. aku membayangkannya.)
Sebast; hey. Jangan keras-keras. Apa kau bisa melupakannya??
Aku; sebenarnya aku sudah melupakannya, tapi berkat kau, aku jadi mengingatnya kembali. Bodoh!.
Sebast; hemmm.. kenapa masuk kamar orang tanpa ketuk pintu dulu sih??
Aku; hey.. aku sudah mengetuk pintu kamarmu, kau saja yang tidak dengar. Lagian aku kan ganteng, jadi aku langsung masuk saja. (aku jadi teringat tulisan di pintu kamar Sebastian,,, mungkin aku akan membuat tulisan di pintu kamarku besok, yang bunyinya ‘MASUK BAYAR 10.000’ .)
Sebast; hemm. Bagaimana menurutmu?
Aku; bagaimana apanya?
Sebast; apa aku sexy?
Aku; tidak ! tadi itu menjijikan. (well, aku sedang berbohong saat ini. Apa jadinya kalau aku bilang ‘iya Sebastian, kau itu sexy sekali. Apa lagi ‘adek’mu itu, apa aku boleh memegangnya?’. Mungkin aku sudah di tenggelamkan ke dalam kolam renang olehnya.)
Aku; aku ke belakang dulu. Mungkin tanamannya belum di siram… (aku berajak dari dudukku dan kemudian melesat menuju halaman belakang rumah ini.)
Ehhh.. itu tanaman apa?? Sepertinya aku baru melihatnya. Emm,, apa bu lurah yang membelinya??. Wahh.. cantik sekali, tanaman hijau kecil yang tertanam dalam pot dengan bunga berwarna ungu yang sangat sangat cantik. Tapi kenapa bunganya hanya sebatang?. Sabodo ahh, yang penting bunganya cantik..
‘’apa aku boleh membantumu ??’’ aku menoleh ke asal suara tadi,, errr…Sebastian lagi.
Aku; tidak! Kau itu pengganggu. Aku bisa sendiri.
Sebast; tapi ini-kan rumahku.. terserah aku dong mau membantumu atau tidak. Kemarikan selang-nya, kau menyapu saja.
Aku; err…. baik tuan muda.
‘srek..srek..srek..’’ aku yang sedang menyapu halaman tiba2 saja jadi memperhatikan sebastian yang sedang menyiram tanaman.
Sebastian bodoh !, bukanya menyirami tanaman malah menenggelamkannya. Menyiram tanaman seberapa sulit sih, lihat itu, bajunya sampai basah kuyup seperti itu. Aku tidak tahu bagaimana ceritanya air yang di utuskan untuk membasahi tanaman malah membasahi dirinya sendiri.
‘triikk…triikk…triikk..’
‘’kau..!!!!.. apa kau tidak melihat aku sedang menyapu hah !. kenapa kau menyiram tanahnya !.. dasar tidak punya otak.’’
Lihat perbuatan Sebastian ini, sepertinya dia memang tidak memiliki pikiran. Bayangkan saja, aku yang sedang membersihkan dedaunan yang jatuh, tiba2 saja didatangkan hujan lokal oleh Sebastian. Mending kalalu hanya satu tetes, lha ini,, gerombolan. Untung saja aku sudah mengantisipasinya, jadi aku tidak ikut tersiram.
Sebast; aku hanya tidak ingin di daerah sini banyak debu berterbangan, jadi kusiram saja.
Aku; aku belum selesai menyapu bodoh!. Kalau tanahnya basah begini akan susah!.
Sebast; ya nanti saja kalau tanahnya sudah kering…
Aku; errrrr…. Aku masih meragukan apa kau benar-benar anaknya pak lurah. (tentu saja!.. pak lurah yang sopan, yang bijaksana, yang baik, yang menawan.. kalau dibandingkan dengan Sebastian,,,, sangat sangat sangat sangat jauhh!.)
Sebast; apa aku perlu menunjukan kartu keluarga-ku?
Aku; ya.. sekalian BPKB, ijasah, akta kelahiran, foto keluarga, dan beberapa saksi.
Sebast; okeh tunggu sebentar..
Dasar bodoh !. lihat itu, dia berlari masuk ke dalam rumah dengan keadaan basah kuyup. Apa dia menganggap serius perkataanku?. Kalau lantainya basah kan aku juga yang akan me-ngepel-nya.. bodoh!.
10 menit kemudian..
Hey,,lihat itu,, seorang pemuda yang setengah berlari menujuku dengan tangan yang penuh oleh tumpukan kertas dan di belakangnya ada dua mekhluk kerdil yang menggemaskan berjalan sambil bahu-membahu manggotong benda persegi.
Sebast; maaf membuatmu menunggu lama. Aku harus mengubek-ubek isi lemariku untuk mendapatkan BPKB, ijasah dan akta kelahiranku,, dan ini aku membawa lita dan anggit sebagai saksi. (errrr… aku benar-benar ingin pulang !)
Aku menerima, berkas-berkas yang di sodorkan olehnya.. sudah selesai membacanya, ku kembalikan lagi kepada sebastian..
Sebast; lita, anggi,, kemarikan fotonya..
Errr… aku menerima foto keluarga yang di berikan oleh Sebastian,, dan yang membuatku shock adalah,, foto ini masih terbungkus bingkai yang besarnya, ‘ck’.,, sebesar jendela kamarku, pantas saja lita dan anggit sampai keringetan begitu.
Aku berani taruhan kalau Sebastian mengambilnya di dinding ruang keluarga.
Sebast; anggit, lita,, kemari kalian.. nahh sekarang kalian bersaksi di hadapan kak rega.
‘’emm’’ jawab anggit dan lita bebarengan..
Lita,anggit; kami lita dan anggit, bersaksi dan bersumpah atas nama pak susilo,,, (terhenti sejenak).
Anggit; kok pak susilo sih, tadi kan sudah janjian pak wawan.
Lita; pak susilo aja deh, dia kan guru matematika yang baik dan tampan.
Anggit; ngga mau, pokoknya pak wawan, dia guru bahasa Indonesia yang paling manis.. (aku benar-benar masih tidak percaya kalau dua bocah ini malah bertengkar memperebutkan siapa nama guru yang akan di masukan ke dalam sumpah mereka.)
Lita; pokoknya pak susilo.
Sebast; sudah-sudah. Kok kalian malah bertengkar sih. Ya sudah kalau begitu kalian bersumpah atas nama kak Sebastian ajah.. (Sebastian yang dari hanya diam, akhirnya angkat suara.)
Anggit; tidak mau ah.. kak Sebastian kan pacarnya kak rega..
Aku; apa kamu bilang??
Anggit; tadi sebelum ke sini, kak sebstian bilang kalau kakak rega pacarnya kek Sebastian. Iya kan lit? (aku memandang lita dan dia hanya menganggukan kepalanya.. Err.. sepertinya ada dua tanduk yang tumbuh di kepalaku.)
Aku; Sebastian !! kemari kau !!. (sebsatian senyam-senyum memandangku dan kemudaian melangkan mendekat)
‘hyatttt..’ WADESING!!! Kletak.. brak.. bughhh.. bretzngsfgg.. ndahjdbflidnfcadfwo….’
*tidak ada yang tersakti dalam adegan ini. Adegan tersebut sudah mendapat persetujuan sebelumnya dari pihak ke-dua #lol.*
‘‘awww.. kau itu ganas sekali..’’ tentu saja sambil mengelus kepalanya yang tidak luput dari aksi membabibuta-ku…. Lita dan anggit malah sudah kabur duluan, mereka sepertinya lupa dengan sumpah dan kesaksian mereka.
Aku; biar !.. kau itu sudah seenaknya sendiri !. bagaimana mungkin pak lurah bisa membuat anak sepertimu sih..
Sebast; kau itu sudah menakut-nakuti lita dan anggit. Lihat itu, mereka sampai berlarian menjauh darimu..
Aku; biar saja !. apa maksudmu mengatakan kalau aku ini pacarmu ke lita dan anggit hah!.
Sebast; bukan apa-apa kok..
Aku; bukan apa-apa ndasmu sempal. Kau itu sudah merusak reputasku di depan adikku tauk !!. kau harus bertanggung jawab !..
Sebast; baiklah.. aku harus melakukan apa??.. hemm.. bagaimana kalau kau menjadi pacarku sa,,, awww…
Aku; bicara sekali lagi akan ku bunuh kau !.. sudah ahh,, aku mau pulang saja.
Sebast; aku ikut…
Akui; tidak ! kau tetap di sini. Atau akan ku cincang kau.
Menyebalkan.. menyebalkan.. menyebalkan..
Huh.. memang siapa dia hah..
Sambil berjalan, aku terus saja mengucapkan sumpah serapah yang ditujukan kepada seorang pemuda yang bernama Sebastian. Tentu saja.
‘’rega..’’ tiba2 ada yang memanggil namaku.. aku menoleh ke si empunya suara..
Aku; heyy… sedang apa di sini??.
udaah lanjut nohh... maaf lama.. lagi rada2 males soalnya
sama...
hihi..
udah lanjut tuhh..
bahasa apaan tuh??