It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
dan memasang headset pada
kedua telinganya, aku masih
sibuk memainkan kertas amplop
yang belum ku buka.
Yoshi mengubah posisi tidurnya
menjadi terlentang sembari
menatap langit langit kamar
kost, ku lihat kepalanya tak berhenti untuk bergerak ke kiri dan ke kanan.
Aku menopangkan dagu ku
menggunakan tangan kiri lalu
memandang wajahnya yang asik mendengarkan lagu, aku
mencopot satu headset pada
telinganya dan menempelkan
ke telinga ku.
Matanya melirik ku sejenak
kemudian tersenyum tipis, dia
menusuk nusukan jarinya pada
pipi ku, menolehkan kepala
menatapnya bingung.
"Ada apa?" tanya ku.
"Kamu main lepas ja headset
ku tuh.." dia menunjuk headset
yang terpasang di telinga ku.
"Penasaran kamu dengerin lagu
apa sih? Kayanya enak banget"
"Emang kamu ngerti?"
serunya seraya menatap mata
ku, aku menggelengkan kepala
tanda tak mengerti, yoshi
menghebuskan nafas kecil.
"Ini lagunya Utada Hikaru"
"Eh? Masa sih?" tanya ku tak
percaya, dia mengangguk kecil.
"Inikan lagunya yang hits ya,
banyak sekali orang orang yang
suka dengan lagu ini kan.."
jawab ku dengan semangat,
kebetulan aku juga tau lagu
yang sedang ku dengarkan ini.
"Kamu tau banyak ya tentang
lagu ini?"
"Gak juga kok, aku hanya tau
sedikit.." aku tertawa.
"First Love" gumamnya lirih.
"Eh??"
"Itu nama judul lagunya"
"Oya, aku lupa hehe"
"Hehe.."
dia memasang kembali headset
pada telinganya kami berdua
diam dan mendengarkan lagu
itu dengan penuh penghayatan.
Keheningan yang tercipta pun
akhirnya pecah saat ada ketukan pintu di depan kost.
Aku dan Yoshi saling menatap
siapa tamu yang bertamu di
hari yang terik dan panas
seperti ini, kemudian Yoshi bangkit berdiri dari rebahannya
dan berjalan mendekat ke arah
pintu Kost.
Yoshi membuka pintu kayu itu
selanjutnya ekspresi wajah
terkejutlah yang dia pasang
ketika melihat siapa tamu yang
mengetuk pintu itu, aku berdiri
menyusul Yoshi yang masih berdiam diri di sisi pintu.
Kepala ku menyembul dari
arah belakang pundak Yoshi
aku tak kalah terkejut melihat
sosok sama yang ku lihat
tadi pagi di resto.
"Hai.." laki laki itu mengangkat
tangan kanannya menyapa ku
dengan senyumannya yang
terlewat ramah.
"Ehh?" aku membulatkan kedua
mata ku tak percaya dengan
sikapnya yang berbeda sekali
saat di restoran.
Dia memandang penampilan
aku dan yoshi dari atas kepala
sampai ujung kaki, lalu dia
berdehem pelan mencairkan
suasana yang hening.
"Boleh aku masuk kedalam?"
suara berat itu menyadarkan
kami kembali dari kekagetan
yang terjadi, aku dan yoshi
saling melirikkan mata dan
dengan anggukan salah satu
dari kami tamu tak di undang
itu masuk kedalam dengan
senyuman.
Aku menghembuskan nafas
sepertinya hari ini moodnya
akan semakin buruk, mata ku
mengekor memandang yoshi
yang tetap berdiri diam dengan mimik wajah yang tak
bisa di tebak maksudnya.
kamar kost, aku duduk di atas
kasur besar dan memeluk bantal ku erat. Yoshi ya dia
duduk manis di samping ku
tanpa melepaskan arah matanya
pada sosok mahluk tinggi
di depannya.
"Kalian tinggal bersama ya?"
dia melirikkan matanya secara
bergantian memandang ku dan
yoshi, kami berdua hanya menganggukkan kepala kompak.
"Apa penampilan kalian selalu
seperti ini jika siang hari?"
tanyanya dengan penuh selidik,
aku mengerutkan kening ku
tak mengerti dengan kata katanya barusan.
"Maksud mu?" tanya Yoshi.
"Ya kalian kan hanya memakai
pakaian tipis dan celana boxer
seperti itu didalam ruangan.."
"Memang kenapa?" tanya ku
semakin tak mengerti, Levi
memandang sinis ke arah ku.
"Kau ini bodoh atau memang
tidak mengerti maksud ku?"
aku melirikkan mata ku kepada
Yoshi meminta penjelasan atas
perkataan Levi. Yoshi mengedikkan bahunya malas.
"Aku benar benar tidak paham
maksud mu.." jawab ku polos.
Matanya menatap Yoshi tajam
pandangannya seperti sedang
menyelidiki sesuatu, tapi yoshi
bersikap santai saja terkesan
cuek malah.
"Apa urusan mu kemari?"
sembur yoshi langsung, levi
menekukan wajahnya kesal
di tanyai sinis seperti itu.
"Aku hanya datang berkunjung,
sudah lama tidak pernah ke
tempat mu.." levi tersenyum
manis, yoshi mendengus kecil.
"Modus, pasti ada alasan lain
dengan kedatangan mu kemari
tentunya.." tebaknya langsung
membuat senyum levi memudar
seketika.
"Apa aku terlihat seperti penjahat begitu huh.."
"Menurut ku melebihi dari
itu.." ucap yoshi pelan, dia
melingkarkan tangannya pada
bahu ku membawa badan ku
mendekat ke tubuhnya.
"Hei.." ucap ku tak terima, yoshi menatap ku mengedipkan
matanya sekali seperti memberi
kode, aku mengedipkan mata ku bingung.
Levi berdehem pelan, tetapi
rangkulan tangan yoshi pada ku
tak dia lepaskan, aku hanya
diam saja saat yoshi mengeratkan rangkulannya.
"Sepertinya kedatangan ku
kemari kurang tepat ya.."
levi menatap yoshi kesal, ada
sorot mata tak suka melihat
tubuhku dan yoshi saling
berdekatan.
"Menurut mu bagaimana?"
"Kami sedang bersantai tapi
malah ada tamu yang tak di
undang datang kemari.."
aku menyikut perut yoshi pelan,
kata katanya tadi benar benar
tidak sopan sekali, apa dia
seperti itu juga saat bersikap
pada orang lain? Huh.
"Baiklah mungkin memang
aku yang salah datang di saat
waktu kalian sedang berdua.."
"He? Kami memang selalu berdua ko, iya kan Shi?"
tanya ku polos memandang
ke arah yoshi di samping ku,
aku melihat matanya membulat
terkejut dengan perkataan ku.
"Err, ya begitulah.." jawabnya
ragu, aku menatap levi lagi
terlihat sekali wajahnya kaku
rahangya mengeras seperti
menahan kesal.
"Ohh.." serunya bosan, dia
mengambil bantal yang ku peluk dengan kasar.
"Bolehkan aku menumpang
beristirahat disini sebentar?
Rasanya lelah sekali setelah
bekerja mengurus urusan
di resto.." dia merebahkan
tubuhnya tanpa meminta izin
sebelumnya pada si empunya pemilik kamar.
"Sikap mu sama saja, tidak
pernah berubah.." yoshi
menghembuskan nafas berat,
lalu mengambil bantal yang lain dan memberikannya pada ku.
"Pakai saja bantal milik ku, kalau kamu mau tidur ya tidur
saja.." yoshi bangkit berjalan
keluar kamar lalu menutup
pintu dengan keras.
Lanjut lg donk.. Yg panjanggggggggg
Menguatkan mu yang rapuh tanpa cinta.
Aku mencoba menanam rasa itu
dalam hati mu.
Mencoba meyakinkan masih ada
cinta yang baru.
****
Aku melihatnya sedang melamun di luar kost, tubuhnya
ia sandarkan pada dinding pembatas pagar matanya menatap ke depan memandang
jalanan yang ramai.
Ku langkahkan kaki ini mendekat ke arahnya, ia pun
sepertinya tidak sadar dengan
kehadiran ku di sampingnya,
aku menatapnya lekat ingin sekali tangan ini menyentuh
wajahnya, mengusap pipinya
dan menenangkannya di saat
pikirannya sedang tidak menentu seperti sekarang.
Apa yang sedang kamu pikirkan
Shi, kenapa kamu selalu begini
jika bertemu dengan dia. Ada
apa sebenarnya? Aku mohon
cobalah terbuka pada ku.
Tangan ku perlahan bergerak
sendiri menggenggam tangannya yang terkulai di
masing masing sisi tubuhnya.
Ia terkejut saat ada kehangatan yang membungkus
jemarinya, dia melempar pandangannya kepada ku dan
senyuman tipis itu ia tunjukkan
saat tau ternyata adalah aku
yang saat ini berada di sampingnya.
"Kenapa?" tanya ku pelan.
Dia menggelengkan kepalanya
tangannya membalas sentuhan
tangan ku menggenggamnya
tak kalah erat.
"Kalau ada sesuatu, cerita saja
pada ku ya. Jangan murung seperti itu.." Yoshi tersenyum
lalu mengusap rambut ku lembut.
Aku membalas senyumanya dan
meringis kecil saat dia mengacak rambut ku pelan, dia tertawa lepas aku suka sekali
melihatnya tersenyum rasanya
meneduhkan.
Kami hanya saling menatap dalam diam, salah satu diantara
kami tidak ada bersuara seolah
tidak mau menghilangkan momen menyenangkan seperti
ini, aku menepuk pipinya pelan
dia menatap tangan ku yang
membingkai wajahnya.
Dia hanya terkekeh kecil saat
tangan ku mengusap pelan pipinya, sudut bibir ku terangkat membentuk sebuah
senyuman.
"Dasar, harus di rayu dulu baru
senyum ya.." aku meninju bahunya pelan.
"Haha, jarang jarang liat kamu
perhatian begitu.."
"Tapi.." kata kata ku mengantung di udara, matanya
melirik pada ku lalu menatap
wajah ku sepenuhnya.
"Apa?" tanyanya.
"Perhatian ku itu tulus"
aku menundukkan wajah ku
saat mengatakan hal itu aku
tau ada sirat keterkejutan
di gurat wajahnya.
"Terima kasih" bisiknya di sertai
dengan senyuman, tangannya
mengelus lembut helaian
rambut hitam ku.
****
Melihat mu yang tertawa lepas
seolah menjadi kado termanis
untuk ku.
Aku yang selalu yakin bahwa
kau mampu bangkit bersama ku.
Tertawa dalam bahagia yang
selalu aku beri.
Berdoa itulah yang ku lakukan
agar kau selalu mampu tersenyum dan bahagia dalam
hari mu.
@Adith69, @Just_PJ
Gombal banget gak sih dialog
dan puisinya di bagian ini?
Aku ngerasa ga sreg waktu
nulisnya, maaf ya kalau agak
berlebihan.. ==;
@Fazlan_Farizi, @Dhika_smg
@Ren_S1211
tapi kekurangan sih iyaaaaa
lagi dooonnnkkkkkk
kikir amat,,,
Sedikit kaget aja td pas baca... Habis adegan ngebanting pintu kok tiba2 jd berpuisi ria.. Hehee...
Lanjut lg mas bro.. Yg banyakan napeee....
Sedikit kaget aja td pas baca... Habis adegan ngebanting pintu kok tiba2 jd berpuisi ria.. Hehee...
Lanjut lg mas bro.. Yg banyakan napeee....