It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Panggilnya lirih, manik hitamnya masih tersembunyi diantara kedua kelopak matanya yang enggan untuk terbuka.
Rasya menolehkan kepalanya ke samping, memandang wajah putih itu lekat.
"Apa saat ini ada orang yang kau
suka?"
Yoshi membuka kedua matanya
menggeser kepalanya agar bisa
memandang wajah Rasya lebih
dekat.
Nafasnya tercekat, tiba tiba udara
terasa dingin menyentuh seluruh
tubuhnya saat mendengar kata
kata yang keluar dari bibir sahabatnya.
Rasya hanya mematung diam tanpa membuka mulutnya sedikit
pun, kedua matanya menatap lekat wajah pemuda disampingnya.
"Ada ya?"
ucap Yoshi pelan, ia tersenyum
tipis lalu mengusap pelan helaian
rambut Rasya yang ternyata terasa lembut saat ia mengusapnya.
Rasya sedikit menggeser jarak
diantara mereka, memberi sedikit ruang baginya untuk memanisilir sedikit rasa gugupnya saat berada
sedekat itu dengan orang yang
ia sukai.
Yoshi menatap bingung tingkah
laku sahabatnya yang tiba tiba
saja bergerak menjauh dari posisi
sebelumnya, ia tertawa pelan dan
beringsut dari rebahannya.
"Hahaha, kamu ini polos sekali
sih. Aku kan hanya bertanya saja
tapi kenapa respon mu berlebihan
begitu.."
"Atau jangan-jangan orang yang
kamu sukai itu adalah Aku"
tebaknya diselingi dengan tawa
kecil yang membuat bahunya berguncang.
Rasya mengepalkan tangannya
kuat, hatinya merasa perih mendengar candaan Yoshi yang
menurutnya mungkin lucu.
Rasya berdiri dari posisinya dan
melangkahkan kakinya meninggalkan Yoshi yang masih bisa menertawai perasaanya.
Yoshi menghentikan tawanya
saat merasakan tidak ada sosok
Rasya disebelahnya, ia beringsut
cepat dan mengejar sosok Rasya
yang semakin menjauh.
tap tap tap tap, Yoshi berlari
mencoba mengimbangi langkah
kaki Rasya yang cepat, ia menangkap pergelangan tangan
Rasya dan membalikan tubuhnya
sehingga menghadapkannya.
Ekspresi wajah Rasya saat itu
sendu sekali. Yoshi menelan ludahnya yang terasa kering ia
merasa menyesal dengan ucapannya tadi.
Ia tidak tau jika kata katanya yang
terlontar itu sedikit melukai hati
sahabatnya ini, ia meremas jemari
Rasya pelan mencoba mengirim
permintaan maafnya melalui
genggaman tangannya yang kini
saling bertautan.
Rasya menundukkan kepalanya
menyembunyikan sedikit wajahnya pada helaian rambutnya yang memang sudah
sedikit memanjang.
"Maaf.. Bukan maksud ku untuk.."
"Tidak apa apa"
ucap Rasya memotong ucapan
Yoshi yang menggantung.
Ia mengangkat wajahnya dan
memasang senyum palsunya.
Ia melepaskan genggaman tangan Yoshi dari lengannya.
"Lebih baik sekarang kita pulang,
ini hampir malam"
ia tersenyum kecil, dan kembali
meninggalkan Yoshi di belakangnya.
Panggilnya lirih, manik hitamnya masih tersembunyi diantara kedua kelopak matanya yang enggan untuk terbuka.
Rasya menolehkan kepalanya ke samping, memandang wajah putih itu lekat.
"Apa saat ini ada orang yang kau
suka?"
Yoshi membuka kedua matanya
menggeser kepalanya agar bisa
memandang wajah Rasya lebih
dekat.
Nafasnya tercekat, tiba tiba udara
terasa dingin menyentuh seluruh
tubuhnya saat mendengar kata
kata yang keluar dari bibir sahabatnya.
Rasya hanya mematung diam tanpa membuka mulutnya sedikit
pun, kedua matanya menatap lekat wajah pemuda disampingnya.
"Ada ya?"
ucap Yoshi pelan, ia tersenyum
tipis lalu mengusap pelan helaian
rambut Rasya yang ternyata terasa lembut saat ia mengusapnya.
Rasya sedikit menggeser jarak
diantara mereka, memberi sedikit ruang baginya untuk memanisilir sedikit rasa gugupnya saat berada
sedekat itu dengan orang yang
ia sukai.
Yoshi menatap bingung tingkah
laku sahabatnya yang tiba tiba
saja bergerak menjauh dari posisi
sebelumnya, ia tertawa pelan dan
beringsut dari rebahannya.
"Hahaha, kamu ini polos sekali
sih. Aku kan hanya bertanya saja
tapi kenapa respon mu berlebihan
begitu.."
"Atau jangan-jangan orang yang
kamu sukai itu adalah Aku"
tebaknya diselingi dengan tawa
kecil yang membuat bahunya berguncang.
Rasya mengepalkan tangannya
kuat, hatinya merasa perih mendengar candaan Yoshi yang
menurutnya mungkin lucu.
Rasya berdiri dari posisinya dan
melangkahkan kakinya meninggalkan Yoshi yang masih bisa menertawai perasaanya.
Yoshi menghentikan tawanya
saat merasakan tidak ada sosok
Rasya disebelahnya, ia beringsut
cepat dan mengejar sosok Rasya
yang semakin menjauh.
tap tap tap tap, Yoshi berlari
mencoba mengimbangi langkah
kaki Rasya yang cepat, ia menangkap pergelangan tangan
Rasya dan membalikan tubuhnya
sehingga menghadapkannya.
Ekspresi wajah Rasya saat itu
sendu sekali. Yoshi menelan ludahnya yang terasa kering ia
merasa menyesal dengan ucapannya tadi.
Ia tidak tau jika kata katanya yang
terlontar itu sedikit melukai hati
sahabatnya ini, ia meremas jemari
Rasya pelan mencoba mengirim
permintaan maafnya melalui
genggaman tangannya yang kini
saling bertautan.
Rasya menundukkan kepalanya
menyembunyikan sedikit wajahnya pada helaian rambutnya yang memang sudah
sedikit memanjang.
"Maaf.. Bukan maksud ku untuk.."
"Tidak apa apa"
ucap Rasya memotong ucapan
Yoshi yang menggantung.
Ia mengangkat wajahnya dan
memasang senyum palsunya.
Ia melepaskan genggaman tangan Yoshi dari lengannya.
"Lebih baik sekarang kita pulang,
ini hampir malam"
ia tersenyum kecil, dan kembali
meninggalkan Yoshi di belakangnya.
Kangen mesranya rasya ma yoshi ni .
Disepanjang perjalanan pulang
bibir ku tak lelahnya menghela
nafas sejak tadi, mata ku kembali
fokus pada jalanan raya yang ada
di depan ku. Langit pun mulai gelap bintang bintang pun tak
luput menggantungkan cahayanya. Dengan ditemani sinar rembulan yang melengkapi sendunya malam ini.
Sepertinya suasana galau benar
benar terasa, bahkan Rasya yang
biasanya cerewet pun sekarang
berubah menjadi pendiam, aku?
Sepertinya kediaman Rasya menular juga pada ku.
Aku menepikan motor besar ku
disamping pohon mangga besar
yang bertengger manisnya di
depan halaman tempat ku tinggal.
Rasya turun dari atas motor ku
dan berlalu begitu saja tanpa
ada niat berbicara satu patah kata
pun pada ku.
Menghela nafas kembali, tangan
ku sibuk melepas helm yang ku pakai dan menaruhnya diatas jok
motor ku, tak lupa ku dorong
motor ku masuk ke area depan
halaman kosan.
Aku memparkirkan motorku dan
berjalan mendekati Rasya yang
sedang berkutat dengan kunci
yang ia masukkan ke dalam lubang pintu kayu. Aku menatap
sosoknya dari balik belakang
punggungnya.
Aku mendengar umpatan pelan
yang keluar dari mulutnya saat
pintu didepannya tak kunjung
terbuka, mungkin macet atau
engselnya rusak aku tak begitu
peduli. Yang ada dipikiran ku
saat ini hanya pemuda yang ada
di depan ku saat ini.
Umpatan kasar terus saja keluar
dari bibir tipisnya, aku yang tidak
tahan dengan kediaman ini pun
segera ku tarik pergelangan tangannya cepat, membalikkan
badannya dan menghadapkannya
pada ku.
Ku pegang kedua pundaknya erat, aku menatap maanya tajam, tapi
yang ku dapatinya kepala itu menunduk sehingga setengah
dari wajahnya tertutupi oleh
rambut hitamnya.
"Sya.."
begitu lirih saat aku memanggil
namanya.
Kepalanya semakin tertunduk dalam, aku mendecakkan lidah ku
kesal dengan gerakan tangan yang gesit ku hadapkan wajahnya
pada ku dan menata manik mata
hitamnya dalam.
"Kenapa?"
Rasya tetap diam bergeming tanpa melepaskan tatapan matanya pada ku.
Ku lihat Rasya menghela nafas berat, dan bibirnya bergerak
mengeluarkan kata kata yang
membuat ku membulatkan kedua
mata ku karna saking terkejutnya.
"Orang yang aku sukai adalah kamu Yoshi"
ia maaf baru lanjut, kemaren2
lagi buntu buat jalan ceritanya
jadi ya terlantar deh maaf...
Rasya ngomong juga kl org yg dia suka itu yoshi ..
Pnsaran ma kelanjutannya ..
Rasya ngomong juga kl org yg dia suka itu yoshi ..
Pnsaran ma kelanjutannya ..
Tangan yang semenjak tadi meremas kedua pundak milik Rasya pun akhirnya luruh, kedua
tangan itu lunglai menggantung
dikedua sisi tubuhnya yang diam.
Matanya membulat dan mulutnya
terkatup rapat.
Rasya yang melihat ekspresi wajah pemuda didepannya pun
menundukkan kepalanya, ia mengutuk dirinya sendiri atas
kejujurannya tenang perasaannya
pada sahabat kentalnya.
Yoshi menghembuskan nafas berat dan memijit kecil kepalanya
yang pusing, ia memundurkan tubuhnya beberapa langkah ke
belakang dan menyandarkannya
pada sebuah teralis besi pembatas.
"Kau tidak sedang bercandakan Sya"
Ucap Yoshi berat, Rasya tersentak
saat mendengar Yoshi memanggil
namanya.
"Ah, tentu saja tidak"
Rasya mengelus belakang lehernya yang terasa kaku.
Yoshi melangkahkan kakinya
mendekati Rasya pelan, matanya
menatap bias pantulan dirinya
pada bola mata jernih milik Rasya.
Tangan putih itu terangkat dan
hampir menyentuh kulit putih tanpa noda sedikitpun jika saja
sebuah suara tak menghentikan
pergerakannya sebelum sampai
menyentuh sepasang pipi kenyal
Rasya.
"Yoshi"
kedua kepala itu memalingkan diri ke arah sumber suara di belakang. Yoshi menatap sosok
tinggi itu bingung.
Ia menurunkan kembali tangannya dan melangkahkan kakinya ke arah Levi yang sedang
menunggunya.
Rasya hanya mampu menatap
kedua pria yang kini saling berhadapan itu dengan sorot
matanya yang sayu, ia menghembuskan nafas lelah.
Tangannya kembali berkutat dengan lubang pintu dan membukanya dengan kunci yang
ada di tangannya.
***
yang menutup pelan, ia menyandarkan punggungnya pada daun pintu kayu di belakangnya.
Kepalanya menengadah menatap
langit langit ruangan yang minim
dari cahaya lampu, di atas buffet
hanya ada seberkas cahaya terang
dari lampu kecil berwarna warni.
Matanya perlahan menutup, bibirnya mengatup sedangkan
tangan kanannya meremas
lapisan baju yang menutupi dadanya yang tak hentinya meredam detakan yang semakin
cepat sekaligus menyakitkan.
Ia meraup kain pelapis berbahan
tipis itu menggenggamnya semakin kuat.
Menghela nafas kecil berlalu dari
pijakannya bersandar pada pintu
kayu dan mulai menghempaskan
diri ke kasur besar yang empuk
dan hangat.
"Sudah ku katakan"
gumamnya tanpa melepaskan
pandangannya pada cahaya lampu yang mengisi ruangan minimalis ini.
Tangannya merogoh ponsel yang
ada di saku celana pendeknya, membuka folder file pada galeri
ponselnya dan menemukan sebuah foto. Disana ia menatap
sesosok wajah yang sedang tersenyum lembut tak lupa dengan berpose gaya yang terkesan tengil mungkin.
Perlahan bibirnya mengukir sebuah senyuman tulus, tangannya menelusuri lekuk wajah yang ada di layar ponselnya, jari jemarinya terhenti
pada cengiran pemuda di foto itu
tangannya mengelus sosok pria
yang sedang bergaya dengan santainya kemudian tertawa lirih.
"Haha bodoh. Kurasa aku terlalu
berharap lebih"
Ia menjatuhkan ponselnya pada
lapisan sprei yang membungkus
kasur berwarna putih gading.
***