It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
hadeh, masa ki joko bodo sih.. =.=
oya? Aku juga ga tau kalau
ada kesamaan begitu, temen
mu straight toh??
Wow.. Melindungi? Bahasanya
berat euy haha
termangu menatap jalanan yang
ramai oleh kendaraan dan beberapa pejalan kaki yang melintas.
Bayangan wajah sahabatnya terus berputar bagai kaset rusak yang
merekam segalanya, kepalanya
ia dongkakan ke atas menatap
langit sore. Tangannya terangkat
seolah menggenggam sekumpulan kapas putih yang
menggantung indah pada goresan
berwarna biru.
Tangan satunya ia masukkan
kedalam kantung celananya,
matanya terpejam menikmati
semilir angin yang menawarkan
udara yang masuk ke dalam
tubuh, ada langkah kaki lain
yang sedang mendekati sosok
yang terpejam itu, langkahnya
semakin mendekat mengarah
ke belakang tepat dimana
yoshi berpijak.
"Hei"
suara itu mengagetkan yoshi
dari aktivitasnya menikmati
hembusan angin yang menerpa
wajah mulusnya, ia menengokkan kepalanya ke belakang mencari
asal dari sumber suara yang
memanggilnya.
"Oh, kamu Sya. Sudah mandinya?"
seru Yoshi memandang sosok
Rasya yang sudah segar, Rasya
tersenyum kecil menganggukkan
kepalanya.
Ia mengusap permukaan handuk
pada kepalanya mencoba mengeringkan rambutnya dari
sisa air saat ia mandi, beberapa
helai rambutnya jatuh menempel
pada keningnya dan menutupi
sebagian mata bulatnya.
"Hehe maaf ya aku pakai shampo
milik mu, punya ku sudah habis"
ucap Rasya menatap Yoshi seperti
kucing yang sedang meminta
makan pada majikannya, Yoshi
menelan ludahnya yang terasa
kering di kerongkongannya.
"Tidak apa apa"
ucapnya pelan, ia berdehem pelan
menutupi rasa groginya di depan
sahabatnya.
"Umm.. Shi"
panggil Rasya ragu, matanya
secara bergantian menatap Yoshi
gugup.
"Hm"
gumamnya, yoshi kembali menatap jalanan di depannya.
Rasya mendudukan dirinya di
samping Yoshi, tangannya meremas ujung handuknya erat.
"Aku.."
suara Rasya tertahan di tenggorokannya, ia tak mampu
meneruskan kata katanya.
Matanya melirik sekilas raut
dari wajah temannya itu, ada
rona merah di sekitar pipi Rasya.
critany bguss,,romantiss...tpi kok LTny dsitu mulu yaa..?? jdi critany kyak jalan ditempt..
coba dehh bkin fariasi dikitt...
lalu postinganny jga bnyakin ya,,heheee..
maap yaa in hnya kritik dan saran gw,,,
tertunda, nada panggil dari ponsel
Yoshi memotong perkataannya.
Yoshi merogoh ponsel yang ada
di kantong celananya, lalu ia
menekan tombol answer.
Rasya menatap heran dari arah
sampingnya, wajah Yoshi tiba tiba
berubah cemas atau takut mungkin.
Kata terakhir yang Rasya dengar
sebelum sambungan itu terputus
adalah nama yang tidak asing lagi
baginya. 'Levi'
Mata Rasya menerawang jauh
mengalihkan pandangannya
yang sebelumnya menatap lekat
sahabatnya, Yoshi menaruh kembali ponselnya kedalam kantung.
Yoshi menghela nafas panjang,
ia memijit pelan keningnya. Rasya
melirik kearahnya tanpa bicara
ia tau Yoshi sepertinya sedang
kalut atau lebih tepatnya khawatir.
Yoshi menatap kosong jalanan
luar kostnya, tiba tiba dia menjadi
murung setelah mengangkat
telphone entah dari siapa. Tiba tiba Yoshi berdiri dari duduknya
mengagetkan Rasya.
Yoshi melangkah menjauhi sosok
Rasya di belakangnya, langkahnya
terhenti saat namanya di panggil
oleh Rasya.
"Ada apa Shi?"
ucap Rasya pelan, matanya tak
lepas memandang punggung
sahabatnya itu.
Yoshi menundukkan kepalanya
lalu menolehkan kepalanya ke
belakang menatap Rasya sekilas.
"Levi sakit.."
ucapnya singkat, meneruskan
kembali langkahnya masuk ke
dalam kostan.
"Khawatir sekali ya"
seru Rasya lirih, kepalanya menunduk menatap lantai tempat
ia berpijak. Rasya menghela nafas
berat rasanya sesak sekali di dada.
"Apa suatu saat nanti aku akan
di tinggalkan sendiri seperti ini?"
kata Rasya hampa.
***
Kaki itu terhenti pada sebuah pintu kayu besar didepannya, ia
menimang nimang apakah kedatangannya kemari itu benar
atau salah karna rasa kesalnya pada seseorang yang ada di kamar itu tidak bisa hilang, tapi
setelah mendengar bahwa 'mantan' seseorang yang specialnya dulu iti sedang sakit
entah kekuatan aneh macam apa
membuatnya khawatir dan datang kemari untuk memastikan
keadaanya.
Tangannya mengetuk pelan
pintu kayi di depannya sebelum
sebuah suara berat menyaut ketukan itu dan menyuruhnya
masuk kedalam, ia menelan ludahnya lalu membuk pintu
kayu itu menampilkan sosoknya
yang sedang terbaring lemas
bersandar pada ranjang besi.
Senyum dari laki laki itu begitu
kuyu, matanya sayu dan ditangannya juga tertancap sebuah selang infus. Melihat
keadaanya yang menyedihkan
seperti itu membuat hati Yoshi
yang semula beku menjadi cair.
Kakinya mendekat dengan cepat
ke arah Levi yang terbaring di
ranjangnya, tangannya mengelus
pipi Levi pelan.
"Bodoh"
desis Yoshi pelan.
jngan lama2 dongg updateny..
nnti bisa lupa ma jlan critany..
kan ngak asikk klo lupa..
*Jempol*
wajah cemas itu. Tangan Yoshi
mengusap surai hitamnya dengan
halus.
"Kenapa lu ga mau di rawat?"
tanya Yoshi ketus, Levi merasa
kecewa saat tangan halus Yoshi
turun dan berhenti mengusap
rambutnya.
"Lu tau gue kan Chi, gue paling
ga suka bau obat apa lagi di
rumah sakit"
Ucap Levi membalas kata kata Yoshi, ia menatap selang infus
yang tertancap di pergelangan
tangannya.
"Lu itu kan punya penyakit maag
parah, kenapa juga harus di rawat
di rumah sih. Kalau ada apa apa
gimana"
Yoshi menimpali kembali jawaban Levi, ia menghela nafas panjang.
"Selalu begini, lu ga pernah berubah"
tambah Yoshi, ia memijit pelan
keningnya.
"Maaf"
seru Levi lirih, kepalanya tertunduk menatap selimut putih yang membungkus tubuhnya.
Yoshi menepuk tangannya lembut.
"Sudahlah, lebih baik lu istirahat"
Yoshi membalikkan tubuhnya
membelakangi levi, sebelum ia
beranjak dari tempatnya tangannya keburu di cekal oleh
sebuah tangan kokoh.
"Disini saja, jangan pergi"
pinta Levi pelan, suara seraknya
membuat Yoshi menolehkan
kepalanya kebelakang.
"Gue cuma keluar bentar Vi"
"........" Levi diam tapi matanya
memelas.
"Ck, ok ok gue temenin lu"
Yoshi duduk di sebuah sofa yang
berdekatan dengan ranjang Levi.
"Puas sekarang? Lebih baik lu
tidur"
"Tapi Chi.."
"Sstt, jangan banyak omong mending lu istirahat sekarang
dan tenang gue tetep disini
buat lu"
seru Yoshi memotong kata kata
Levi. Levi mengulum senyuman
dan menatap sosok Yoshi yang
sedang bersandar nyaman pada
punggung sofa.
paling Rasya sdng cemas krna yoshi ngak pulang..:((
#peluk rasya
Kiasan helai yang mengiringi lekukan putihnya pahatan tak
mampu membendung kepesonaan semata.
Tapi sekali lagi sosok itu begitu
jauh dari cahaya, apakah masih
ada keheningan yang mengganjal
dalam nuraninya?
Mungkin cukup dirinyalah yang
mengetahuinya.
***
Bukk.
Rasya membanting ponsel itu
ke kasurnya, ia bingung harus
melakukan apa jika sendirian
seperti ini. Yoshi sejak tadi belum
pulang dari menjenguk Levi yang
sedang sakit, ia meremas helai
rambutnya kuat.
Bosan. Mungkin kata itu yang tepat menghiasi dirinya hari ini,
matanya tak lepas memandang
layar ponselnya sejak tadi mungkin karna kesal menunggu
akhirnya ia membantingnya
begitu saja.
"Lama sekali. Apa saja yang mereka lakukan berdua disana?"
Rasya duduk di lantai dingin dan
menyandarkan punggungnya pada dinding, tangannya melingkar memeluk kedua lututnya.
Pikirannya melayang memutar
kembali momen kebersamaanya
bersama sahabat tersayangnya,
ia menaruh dahinya pada kedua
lututnya. Nafasnya setengah memburu menahan getaran yang bergejolak pada dadanya.
Satu tetes air mata mengalir sendu di pipi putihnya, mengalir
turun membasahi bibirnya yang
menahan getir.
Ada rasa ketakutan dalam dirinya,
takut akan kehilangan sesuatu
yang berharga didalam hidupnya.
Mungkin dia takut kehilangan sosok sahabat yang sangat ia
cintai ya dia adalah Yoshi.
***
Mencoba ku diam tapi tak mampu.
Terpaku disini merenungi segala
kesedihan ku.
Ingin ku genggem waktu yang
memisahkan jarak diantara kita.
Coba, coba ku jalani meski lagi
tak sama.
Kadang bayang mu menghantui
langkah kaki ku.
Ingin ku hempaskan segala cerita
itu, menggoreskannya bersama
pilu yang terperih.
Buang, ku mencoba membuang
semua kisah tak berujung.
Sungguh ku tak mampu, benar
benar ku tak mampu menghapus
segala tentang mu dalam hidup
ku.
***