BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tak Selamanya

1151618202127

Comments

  • Wuihhh mantap..klo dah gini mah mending nikah aja , kan jd asik. Hehee. Bisa di nafkahin lahir bathin...
  • uhm....
    Oh,,
    Calon suami yang baik.
  • wahhh...
    Kalo g d nikhi,brarti dia jdi pembantu d rmh shbt karibnya dunk...
  • wow...jd " ibu " rumah tangga......... :bz
  • "Nah uang yang dikirim sudah
    sampai dek"
    ucap sang petugas pos.
    "Ah terima kasih ya pak"
    sang bapak tersenyum lalu Rasya
    membalas senyuman si bapak
    dan melangkah meninggalkan
    tempat post.
    Ia menunggu angkotan umun yang menuju ke arah kostnya,
    setelah menunggu beberapa
    menit akhirnya angkutan yang
    di tunggu pun datang.
    "Pak, kandang roda ya"
    Seru Rasya pada sang supir angkot.
    "Sipp"
    balas si supir dengan menunjuk
    jempol tangannya.
    Rasya mendaratkan pantatnya
    pada kursi angkutan sambil menunggu tempat tujuannya,
    ia merogoh saku celananya
    mengambil ponsel itu dari kantong.
    Ia menatap layar ponselya disana
    ada wallpaper gambar dirinya
    dengan sahabatnya yang sedang
    tersenyum sambil saling merangkul pundak.
    Rasya menghela nafas berat, ia
    memijit pelan keningnya yang
    pening ia bingung kenapa Yoshi
    begitu ngotot sekali melarang
    dia untuk bekerja, akhirnya
    dengan terpaksa ia pun mengirim
    uang dari pemberian Yoshi
    padanya untuk di kirim ke orang
    tuanya di kampung.
    Rasya turun dari angkutan 08
    lalu naik kembali naik angkot
    jurusan 31 menuju kostannya.
    Sesampainya di tempat kost
    Rasya membayar ongkosnya
    kepada supir, kaki Rasya menginjak teras kost lalu
    masuk membuka pintu kayu itu.
    "Dari mana saja"
    didalam suara Yoshi sudah membuatnya kaget, ia membalikkan tubuhnya menghadap Yoshi yang sedang
    melipat kedua tangannya di dada.
    Rasya memandang Yoshi malas
    ia baru saja pulang sudah di tanyai macam macam, Yoshi
    seperti polisi saja yang sedang
    mengintrogasi seorang kriminal.
    "Post"
    seru Rasya malas ia melenggang
    masuk kedalam kemudian melepas kaos hitamnya dan
    menyisakan dirinya dalam balutan singlet putihnya saja.
    "Post? Untuk apa kesana?"
    tanya Yoshi dengan nada suara
    yang terlampau curiga.
    "Mengirim uang Shi, bukannya
    kamu yang menyuruh ku tadi"
    jawab Rasya pelan ia mulai
    merebahkan dirinya di atas
    kasur, Yoshi menatap tubuh
    Rasya dari atas sampai bawah.
    Rasya yang merasa ada mata
    yang sedang menatap tubuhnya
    akhirnya membuka kedua mata
    yang tadi sempat menutup.
    "Ada apa?"
    Rasya mengubah posisi tidurnya
    menjadi duduk bersandar pada
    dinding. Yoshi mendekati Rasya
    pelan ia duduk di samping
    kasur yang di tempati Rasya.
    "Kenapa kamu ga bilang kalau
    mau pergi?"
    Rasya tersenyum geli mendengar
    penuturan Yoshi, ia menahan
    tawanya dengan mengulum
    senyuman.
    "Memang aku harus minta izin
    dulu begitu? Jika aku mau pergi
    kemana pun?"
    Rasya tersenyum tipis menatap
    sosok Yoshi yang selalu bisa
    membuatnya tersenyum.
    "Ya seenggaknya aku kan bisa
    menagantar Sya"
    seru Yoshi cemas, ia memainkan
    spreo putih itu menggunakan
    jarinya.
    "Aku bukan anak kecil lagi. Toh
    tidak mungkinkan aku kesasar"
    tawa Rasya membahana ke segala penjuru ruangan minimalis itu.
    Yoshi mengangkat kepalanya
    untuk memandang wajah putih
    milik Rasya, sudut bibirnya
    terangkat membentuk sebuah
    senyuman lembut. Tangannya
    terangkat lalu mengacak pelan
    helaian hitam rambut Rasya.
    "Baiklah.."
  • Setelah mengacak helaian rambut
    Rasya Yoshi menepuk kepala Rasya pelan.
    "Lain kali kalau mau pergi bilang
    ya nanti aku bisa mengantar"
    seru Yoshi disertai dengan senyuman, mata Rasya bergerak
    menatap sosok Yoshi yang segera
    beranjak dari dududknya tapi
    tangan Rasya keburu menahannya untuk berdiri.
    "Ada apa?"
    tanya Yoshi heran, matanya
    menatap Rasya heran.
    "Terima kasih. Kamu begitu
    baik pada ku"
    balas Rasya pelan, Yoshi mengusap punggung tangannya
    membuat Rasya menegang
    akibat sentuhan halus itu.
    "Sudah jangan di pikirkan, lebih
    baik kamu tidur aku mau keluar
    sebentar"
    Yoshi melepaskan genggaman
    tangan Rasya, tapi jemari Rasya
    tidak juga terlepas.
    "Loh? Kenapa? Kamu mau ikut?"
    "Kamu mau kemana?"
    kata Rasya pelan. Yoshi tersenyum simpul membalas genggaman
    tanganya.
    "Keluar membeli makanan"
    "Oh, ya sudah"
    Rasya melepaskan tautan
    jemarinya pada pergelangan
    tangan Yoshi, yoshi terkekeh
    pelan lalu bangkit dari duduknya.
    "Aku cuma sebentar ko"
    yoshi mengambil kunci motornya
    yang tergantung di dekat baju.
    "Iya, jangan ngebut ya"
    Rasya menjulurkan lidahnya
    bermaksud mengejek. Yoshi
    mengacungkan jempolnya.
    ****

    Bisakah kebersamaan ini
    tetap ada? Aku tak mau ini
    lenyap begitu saja.
    Aku tak menentu jika di dekatnya
    terkadang selalu ada perasaan
    hangat yang menghinggap.
    Jantung ini pun seolah berdetak
    dengan cepatnya jika jemarinya
    tak sengaja menyentuh kulit.
    Deru nafasnya yang menerpa
    wajah ku membuat ku selalu
    lupa akan cara bernafas.
    Tatapan matanya mampu
    mengetuk kedamaian hati ku
    di kala gundah.
    Bisakah perasaan itu tetap terjaga? Bisakah kehangatannya
    tak menghilang? Aku berharap
    semua itu tak menguap hanya
    sebentar saja tapi untuk seterusnya.
  • **
    PLUKK..
    "Anjirr.."
    Rasya tersentak bangun saat
    mersakan sakit pada bagian kepalanya.
    "Aduh, apaan sih"
    umpatnya kesal, ia mengusap
    pelan pucuk kepalanya yang
    terasa berdenyut akibat hantaman buku berukuran tebal.
    "Akhirnya bangun juga"
    kepalanya ia putar ke sumber
    suara si pelaku penghantaman
    buku ke kepalanya.
    "Yoshi? Kapan kamu pulang?"
    tanya Rasya yang masih meringis
    kecil. Rasa kesalnya semakin bertambah saja melihat seringai
    tipis bermain di sudut bibir
    sahabatnya.
    "Baru ko, kamu ja yang ga tidur melulu"
    dengusan pelan mewarnai langkah kakinya mendekat ke
    sosok Rasya yang sedang duduk
    bersandar pada dinding.
    "Kalau aku gagar otak gimana"
    semburnya kesal, Yoshi terkekeh
    pelan lalu tangannya terangkat
    mengacak rambut hitam milik
    Rasya.
    Rasya menepis kasar tangan Yoshi yang masih setia mengacak
    rambutnya hingga semerawut
    tidak jelas, Rasya menyisir helaian
    rambutnya dengan tangannya.
    "Dasar kurang kerjaan"
    Rasya melempar bantal yang
    tadinya menjadi korban dekapannya ia lemparkan ke arah
    wajah Yoshi.
    Yoshi menghindar dengan gesitnya dari lemparan bantal
    sahabatnya. Ia melirik jam tangan
    yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
    "Makan dulu, aku baru beli
    makanan"
    ia memeberikan satu box makanan kepada Rasya.
    "Apaan nih?"
    seru Rasya sumringah tangannya
    membuka bungkusan box itu
    cepat, matanya berbinar binar
    setelah melihat makanan apa
    yang di bawa oleh Yoshi.
    "Ayam goreng.."
    Rasya menjilat sudut bibirnya
    yang terasa kering, tangannya
    mengusap perutnya yang keroncongan menahan lapar.
    Dengan lahapnya ia memakan
    ayam goreng itu dengan nikmat.
    Remahan sisa tepung sedikit menempel di sudut bibirnya
    yang tipis.
    Yoshi tersenyum simpul melihat
    cara makan Rasya yang seperti
    anak kecil yang senang di beri
    permen manis. Tangannya ia
    dekati ke sudut bibir Rasya
    mengambil remahan tepung
    yang menempel di sudut bibir
    sahabatnya, Rasya yang terhenti
    dengan acara makannya pun terpaku sesaat ketika melihat
    ada sebuah tangan menempel
    di bawah bibirnya.
    Kedua mata itu saling beradu,
    keheningan pun tercipta di sekeliling mereka kedua bibir
    itu hanya diam tak ada niat
    untuk membuka suara diantara
    keduanya. Sampai sebuah
    gerakan yang terasa lambat
    mendekati wajah Rasya.
    Kepala Rasya terpentuk dinding
    di belakangnya, posisi tubuhnya
    saat ini terkurung diantara
    dinding dan tubuh Yoshi.
  • teringat lagu zigas - sahabat jadi cinta.

    Kalo gak salah seperti itu. . . Namun masih penasaran dengan judul nya. ''Tak Selamanya'' . Tentang apa ini? Tak selamanya kita musti bersama????? Waduh siap2 berakhir tragis dech! Meski di awal begitu manis dengan kebersamaan dan harus menerima kenyataan pahit, bila kita harus berpisah. Huahahahahahahaha
  • claudy wrote: »
    teringat lagu zigas - sahabat jadi cinta.

    Kalo gak salah seperti itu. . . Namun masih penasaran dengan judul nya. ''Tak Selamanya'' . Tentang apa ini? Tak selamanya kita musti bersama????? Waduh siap2 berakhir tragis dech! Meski di awal begitu manis dengan kebersamaan dan harus menerima kenyataan pahit, bila kita harus berpisah. Huahahahahahahaha


    yep bener ko itu lagunya, haha
    gak tau deh tante gimana endnya
    nanti.. :pp
  • salah satu pasti mati,
    gagagaga, tragis low endingnya kek gitu
  • aq baru mule baca.. n aq ngebayangin ini kyk di kehidupanq.. punya sahabat yg baek bgt kyk gini.. ya walopun gak tgl sekos.. tp kemana2 kita slalu berdua.. bahkan teman2 di kampus sering kebalik2 manggil namaq n sahabatq.. hahaha...
  • si yoshi romantiss abiisss.... :D

    gilaa,,,nikah ajaa... :)
    tpi ngak mngkin kali yaa...
    jdulx kan "Tak Selamanya" .. :(

    Hmmmm.. :((
  • aq baru mule baca.. n aq ngebayangin ini kyk di kehidupanq.. punya sahabat yg baek bgt kyk gini.. ya walopun gak tgl sekos.. tp kemana2 kita slalu berdua.. bahkan teman2 di kampus sering kebalik2 manggil namaq n sahabatq.. hahaha...

    wow, so sweet kali kalian.. Haha
    apa kamu suka sama teman mu itu? :DD
  • Sepasang mata itu bergerak liar
    mencoba mengalihkan pandangannya dari sosok lelaki
    di depannya.
    Awalnya tubuhnya menolak
    dengan kedekatan ini tapi semakin lama sentuhan telapak
    tangan yang menangkup sisi
    wajahnya itu seolah membuatnya
    merasakan kenyamanan tersendiri.
    Yoshi menatap sosok bertubuh
    kecil itu dengan lembut, tangannya mengusap halus
    pipi tembem sahabat dekatnya
    ini. Ada perasaan hangat yang
    memenuhi setiap rongga dadanya
    setiap memandang Rasya yang
    begitu terasa kecil di matanya.
    Terbesit dalam pikirannya ingin
    melindungi sahabat dekatnya
    ini tetapi sisinya yang lain
    berucap untuk mengesampingkan
    perasaan tidak wajar itu.
    Ia menghela nafas panjang lalu
    mengeluarkannya pelan.
    "Makanlah yang benar, remahan
    sisa tepungnya menempel di sisi
    bibir mu"
    ucapnya pelan, ia melepaskan
    sentuhannya pada sisi wajah
    Rasya.
    "I..iya"
    bibir itu terbata bata membalas
    perkataan Yoshi.
    Yoshi mengusap helaian rambut
    Rasya dengan sayang, kepala
    Rasya tertunduk dalam mendapat
    sentuhan lembut seperti itu.
    Wajahnya yang memerah tertutupi oleh helaian poninya
    yang menutupi kening dan
    mata bulatnya.
    Yoshi bangkit dari duduknya
    lalu mengambil selimut yang
    berantakan dan merapihkannya
    dengan benar, ia menaruh kunci
    motornya diatas buffet kecil.
    "Aku mandi dulu ya"
    Seru yoshi sembari melangkah
    menuju kamar mandi, Rasya
    mendongkakan kepalanya ia
    menyentuh pipi kanannya yang
    di sentuh oleh Yoshi.
    "Hangat dan..."
    tangannya berpindah menyentuh
    dadanya yang masih terbalut
    singlet putih.
    "Mendebarkan"
    senyuman tipis bermain di sudut
    bibirnya yang merah, ia kembali
    meneruskan memakan ayam gorengngnya yang sempat tertunda.

    ****
  • Kaki jenjangnya menapaki lantai
    berkeramik putih itu, tangannya
    tak hentinya memaksa sang
    handuk untuk bekerja mengeringkan rambutnya yang
    basah setelah acara mandinya
    yang usai beberapa menit lalu.
    Ia mengalungkan handuk putihnya ke lehernya dan berjalan
    santai melewati Rasya yang tetap
    setia mengunyah ayam goreng
    pemberiannya sampai habis.
    "Kau tidak mandi?"
    Seru Yoshi tanpa menolehkan
    kepalanya memandang Rasya.
    "Iya, aku bereskan ini dulu"
    Rasya bangkit dari sandarannya
    lalu melangkahkan kakinya
    mendekat ke arah tempat sampah
    yang berada di dapur.
    "Kau suka sekali ya dengan ayam
    goreng?"
    tanya Yoshi ia menaruh handuk
    ke sembarang tempat, matanya
    menatap sahabatnya yang sudah
    selesai dengan urusan membuang
    sampah sisa makanannya.
    "Hehe suka sekali"
    wajahnya mengoreskan sebuah
    cengiran lebar, Yoshi menatap
    wajah manis sahabatnya itu
    dia baru sadar jika sahabatnya
    itu memiliki lesung pipi yang
    indah.
    Sesaat ia terpaku. Matanya tak
    berkedip memandang wajah
    teman serumahnya dengan
    enggan melepaskan tatapannya
    pada obyek di hadapannya.
    Alis Rasya saling bertautan
    menatap heran pada temannya
    yang seolah tersihir memandang
    cengiran lebarnya. Ia mengibas
    ngibaskan tangannya di depan
    wajah Yoshi.
    "Ah. Apa? Maaf"
    Seolah tersadar kembali dari dunia nyata Yoshi menatap
    gugup Rasya yang memandang
    heran ke arahnya.
    "Kok melamun?"
    tanya Rasya bingung, Yoshi
    hanya membalasnya dengan
    senyum kikuk dan mengacak
    rambutnya yang masih terasa
    basah. Tangannya mengambil
    handuk di bawah lalu melemparkannya pada Rasya.
    "Sudah mandi sanah"
    "Oh. Ok"
    dengan sigap Rasya menerima
    emparan handuk itu dan bergegas pergi masuk kedalam kamar mandi.
    Yoshi mengusap sisi wajahnya
    pelan menetralisirkan debaran
    jantungnya yang tak menentu.
    "Hhh, bodoh"
    desisnya pelan menunjukkan
    perkataannya pada dirinya
    sendiri.
Sign In or Register to comment.