It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Oh,,
Calon suami yang baik.
Kalo g d nikhi,brarti dia jdi pembantu d rmh shbt karibnya dunk...
sampai dek"
ucap sang petugas pos.
"Ah terima kasih ya pak"
sang bapak tersenyum lalu Rasya
membalas senyuman si bapak
dan melangkah meninggalkan
tempat post.
Ia menunggu angkotan umun yang menuju ke arah kostnya,
setelah menunggu beberapa
menit akhirnya angkutan yang
di tunggu pun datang.
"Pak, kandang roda ya"
Seru Rasya pada sang supir angkot.
"Sipp"
balas si supir dengan menunjuk
jempol tangannya.
Rasya mendaratkan pantatnya
pada kursi angkutan sambil menunggu tempat tujuannya,
ia merogoh saku celananya
mengambil ponsel itu dari kantong.
Ia menatap layar ponselya disana
ada wallpaper gambar dirinya
dengan sahabatnya yang sedang
tersenyum sambil saling merangkul pundak.
Rasya menghela nafas berat, ia
memijit pelan keningnya yang
pening ia bingung kenapa Yoshi
begitu ngotot sekali melarang
dia untuk bekerja, akhirnya
dengan terpaksa ia pun mengirim
uang dari pemberian Yoshi
padanya untuk di kirim ke orang
tuanya di kampung.
Rasya turun dari angkutan 08
lalu naik kembali naik angkot
jurusan 31 menuju kostannya.
Sesampainya di tempat kost
Rasya membayar ongkosnya
kepada supir, kaki Rasya menginjak teras kost lalu
masuk membuka pintu kayu itu.
"Dari mana saja"
didalam suara Yoshi sudah membuatnya kaget, ia membalikkan tubuhnya menghadap Yoshi yang sedang
melipat kedua tangannya di dada.
Rasya memandang Yoshi malas
ia baru saja pulang sudah di tanyai macam macam, Yoshi
seperti polisi saja yang sedang
mengintrogasi seorang kriminal.
"Post"
seru Rasya malas ia melenggang
masuk kedalam kemudian melepas kaos hitamnya dan
menyisakan dirinya dalam balutan singlet putihnya saja.
"Post? Untuk apa kesana?"
tanya Yoshi dengan nada suara
yang terlampau curiga.
"Mengirim uang Shi, bukannya
kamu yang menyuruh ku tadi"
jawab Rasya pelan ia mulai
merebahkan dirinya di atas
kasur, Yoshi menatap tubuh
Rasya dari atas sampai bawah.
Rasya yang merasa ada mata
yang sedang menatap tubuhnya
akhirnya membuka kedua mata
yang tadi sempat menutup.
"Ada apa?"
Rasya mengubah posisi tidurnya
menjadi duduk bersandar pada
dinding. Yoshi mendekati Rasya
pelan ia duduk di samping
kasur yang di tempati Rasya.
"Kenapa kamu ga bilang kalau
mau pergi?"
Rasya tersenyum geli mendengar
penuturan Yoshi, ia menahan
tawanya dengan mengulum
senyuman.
"Memang aku harus minta izin
dulu begitu? Jika aku mau pergi
kemana pun?"
Rasya tersenyum tipis menatap
sosok Yoshi yang selalu bisa
membuatnya tersenyum.
"Ya seenggaknya aku kan bisa
menagantar Sya"
seru Yoshi cemas, ia memainkan
spreo putih itu menggunakan
jarinya.
"Aku bukan anak kecil lagi. Toh
tidak mungkinkan aku kesasar"
tawa Rasya membahana ke segala penjuru ruangan minimalis itu.
Yoshi mengangkat kepalanya
untuk memandang wajah putih
milik Rasya, sudut bibirnya
terangkat membentuk sebuah
senyuman lembut. Tangannya
terangkat lalu mengacak pelan
helaian hitam rambut Rasya.
"Baiklah.."
Rasya Yoshi menepuk kepala Rasya pelan.
"Lain kali kalau mau pergi bilang
ya nanti aku bisa mengantar"
seru Yoshi disertai dengan senyuman, mata Rasya bergerak
menatap sosok Yoshi yang segera
beranjak dari dududknya tapi
tangan Rasya keburu menahannya untuk berdiri.
"Ada apa?"
tanya Yoshi heran, matanya
menatap Rasya heran.
"Terima kasih. Kamu begitu
baik pada ku"
balas Rasya pelan, Yoshi mengusap punggung tangannya
membuat Rasya menegang
akibat sentuhan halus itu.
"Sudah jangan di pikirkan, lebih
baik kamu tidur aku mau keluar
sebentar"
Yoshi melepaskan genggaman
tangan Rasya, tapi jemari Rasya
tidak juga terlepas.
"Loh? Kenapa? Kamu mau ikut?"
"Kamu mau kemana?"
kata Rasya pelan. Yoshi tersenyum simpul membalas genggaman
tanganya.
"Keluar membeli makanan"
"Oh, ya sudah"
Rasya melepaskan tautan
jemarinya pada pergelangan
tangan Yoshi, yoshi terkekeh
pelan lalu bangkit dari duduknya.
"Aku cuma sebentar ko"
yoshi mengambil kunci motornya
yang tergantung di dekat baju.
"Iya, jangan ngebut ya"
Rasya menjulurkan lidahnya
bermaksud mengejek. Yoshi
mengacungkan jempolnya.
****
Bisakah kebersamaan ini
tetap ada? Aku tak mau ini
lenyap begitu saja.
Aku tak menentu jika di dekatnya
terkadang selalu ada perasaan
hangat yang menghinggap.
Jantung ini pun seolah berdetak
dengan cepatnya jika jemarinya
tak sengaja menyentuh kulit.
Deru nafasnya yang menerpa
wajah ku membuat ku selalu
lupa akan cara bernafas.
Tatapan matanya mampu
mengetuk kedamaian hati ku
di kala gundah.
Bisakah perasaan itu tetap terjaga? Bisakah kehangatannya
tak menghilang? Aku berharap
semua itu tak menguap hanya
sebentar saja tapi untuk seterusnya.
PLUKK..
"Anjirr.."
Rasya tersentak bangun saat
mersakan sakit pada bagian kepalanya.
"Aduh, apaan sih"
umpatnya kesal, ia mengusap
pelan pucuk kepalanya yang
terasa berdenyut akibat hantaman buku berukuran tebal.
"Akhirnya bangun juga"
kepalanya ia putar ke sumber
suara si pelaku penghantaman
buku ke kepalanya.
"Yoshi? Kapan kamu pulang?"
tanya Rasya yang masih meringis
kecil. Rasa kesalnya semakin bertambah saja melihat seringai
tipis bermain di sudut bibir
sahabatnya.
"Baru ko, kamu ja yang ga tidur melulu"
dengusan pelan mewarnai langkah kakinya mendekat ke
sosok Rasya yang sedang duduk
bersandar pada dinding.
"Kalau aku gagar otak gimana"
semburnya kesal, Yoshi terkekeh
pelan lalu tangannya terangkat
mengacak rambut hitam milik
Rasya.
Rasya menepis kasar tangan Yoshi yang masih setia mengacak
rambutnya hingga semerawut
tidak jelas, Rasya menyisir helaian
rambutnya dengan tangannya.
"Dasar kurang kerjaan"
Rasya melempar bantal yang
tadinya menjadi korban dekapannya ia lemparkan ke arah
wajah Yoshi.
Yoshi menghindar dengan gesitnya dari lemparan bantal
sahabatnya. Ia melirik jam tangan
yang melingkar manis di pergelangan tangannya.
"Makan dulu, aku baru beli
makanan"
ia memeberikan satu box makanan kepada Rasya.
"Apaan nih?"
seru Rasya sumringah tangannya
membuka bungkusan box itu
cepat, matanya berbinar binar
setelah melihat makanan apa
yang di bawa oleh Yoshi.
"Ayam goreng.."
Rasya menjilat sudut bibirnya
yang terasa kering, tangannya
mengusap perutnya yang keroncongan menahan lapar.
Dengan lahapnya ia memakan
ayam goreng itu dengan nikmat.
Remahan sisa tepung sedikit menempel di sudut bibirnya
yang tipis.
Yoshi tersenyum simpul melihat
cara makan Rasya yang seperti
anak kecil yang senang di beri
permen manis. Tangannya ia
dekati ke sudut bibir Rasya
mengambil remahan tepung
yang menempel di sudut bibir
sahabatnya, Rasya yang terhenti
dengan acara makannya pun terpaku sesaat ketika melihat
ada sebuah tangan menempel
di bawah bibirnya.
Kedua mata itu saling beradu,
keheningan pun tercipta di sekeliling mereka kedua bibir
itu hanya diam tak ada niat
untuk membuka suara diantara
keduanya. Sampai sebuah
gerakan yang terasa lambat
mendekati wajah Rasya.
Kepala Rasya terpentuk dinding
di belakangnya, posisi tubuhnya
saat ini terkurung diantara
dinding dan tubuh Yoshi.
Kalo gak salah seperti itu. . . Namun masih penasaran dengan judul nya. ''Tak Selamanya'' . Tentang apa ini? Tak selamanya kita musti bersama????? Waduh siap2 berakhir tragis dech! Meski di awal begitu manis dengan kebersamaan dan harus menerima kenyataan pahit, bila kita harus berpisah. Huahahahahahahaha
yep bener ko itu lagunya, haha
gak tau deh tante gimana endnya
nanti.. :pp
gagagaga, tragis low endingnya kek gitu
gilaa,,,nikah ajaa...
tpi ngak mngkin kali yaa...
jdulx kan "Tak Selamanya" ..
Hmmmm.. (
wow, so sweet kali kalian.. Haha
apa kamu suka sama teman mu itu? :DD
mencoba mengalihkan pandangannya dari sosok lelaki
di depannya.
Awalnya tubuhnya menolak
dengan kedekatan ini tapi semakin lama sentuhan telapak
tangan yang menangkup sisi
wajahnya itu seolah membuatnya
merasakan kenyamanan tersendiri.
Yoshi menatap sosok bertubuh
kecil itu dengan lembut, tangannya mengusap halus
pipi tembem sahabat dekatnya
ini. Ada perasaan hangat yang
memenuhi setiap rongga dadanya
setiap memandang Rasya yang
begitu terasa kecil di matanya.
Terbesit dalam pikirannya ingin
melindungi sahabat dekatnya
ini tetapi sisinya yang lain
berucap untuk mengesampingkan
perasaan tidak wajar itu.
Ia menghela nafas panjang lalu
mengeluarkannya pelan.
"Makanlah yang benar, remahan
sisa tepungnya menempel di sisi
bibir mu"
ucapnya pelan, ia melepaskan
sentuhannya pada sisi wajah
Rasya.
"I..iya"
bibir itu terbata bata membalas
perkataan Yoshi.
Yoshi mengusap helaian rambut
Rasya dengan sayang, kepala
Rasya tertunduk dalam mendapat
sentuhan lembut seperti itu.
Wajahnya yang memerah tertutupi oleh helaian poninya
yang menutupi kening dan
mata bulatnya.
Yoshi bangkit dari duduknya
lalu mengambil selimut yang
berantakan dan merapihkannya
dengan benar, ia menaruh kunci
motornya diatas buffet kecil.
"Aku mandi dulu ya"
Seru yoshi sembari melangkah
menuju kamar mandi, Rasya
mendongkakan kepalanya ia
menyentuh pipi kanannya yang
di sentuh oleh Yoshi.
"Hangat dan..."
tangannya berpindah menyentuh
dadanya yang masih terbalut
singlet putih.
"Mendebarkan"
senyuman tipis bermain di sudut
bibirnya yang merah, ia kembali
meneruskan memakan ayam gorengngnya yang sempat tertunda.
****
berkeramik putih itu, tangannya
tak hentinya memaksa sang
handuk untuk bekerja mengeringkan rambutnya yang
basah setelah acara mandinya
yang usai beberapa menit lalu.
Ia mengalungkan handuk putihnya ke lehernya dan berjalan
santai melewati Rasya yang tetap
setia mengunyah ayam goreng
pemberiannya sampai habis.
"Kau tidak mandi?"
Seru Yoshi tanpa menolehkan
kepalanya memandang Rasya.
"Iya, aku bereskan ini dulu"
Rasya bangkit dari sandarannya
lalu melangkahkan kakinya
mendekat ke arah tempat sampah
yang berada di dapur.
"Kau suka sekali ya dengan ayam
goreng?"
tanya Yoshi ia menaruh handuk
ke sembarang tempat, matanya
menatap sahabatnya yang sudah
selesai dengan urusan membuang
sampah sisa makanannya.
"Hehe suka sekali"
wajahnya mengoreskan sebuah
cengiran lebar, Yoshi menatap
wajah manis sahabatnya itu
dia baru sadar jika sahabatnya
itu memiliki lesung pipi yang
indah.
Sesaat ia terpaku. Matanya tak
berkedip memandang wajah
teman serumahnya dengan
enggan melepaskan tatapannya
pada obyek di hadapannya.
Alis Rasya saling bertautan
menatap heran pada temannya
yang seolah tersihir memandang
cengiran lebarnya. Ia mengibas
ngibaskan tangannya di depan
wajah Yoshi.
"Ah. Apa? Maaf"
Seolah tersadar kembali dari dunia nyata Yoshi menatap
gugup Rasya yang memandang
heran ke arahnya.
"Kok melamun?"
tanya Rasya bingung, Yoshi
hanya membalasnya dengan
senyum kikuk dan mengacak
rambutnya yang masih terasa
basah. Tangannya mengambil
handuk di bawah lalu melemparkannya pada Rasya.
"Sudah mandi sanah"
"Oh. Ok"
dengan sigap Rasya menerima
emparan handuk itu dan bergegas pergi masuk kedalam kamar mandi.
Yoshi mengusap sisi wajahnya
pelan menetralisirkan debaran
jantungnya yang tak menentu.
"Hhh, bodoh"
desisnya pelan menunjukkan
perkataannya pada dirinya
sendiri.