BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Tak Selamanya

1141517192027

Comments

  • mana nih lanjutanX...

    kalo udah di post tag gw ya sob @RyoutaRanshirou
  • Mas lanjut mas....
  • Author Pov.
    ****

    Peluh kian deras jatuh pada
    dahi Rasya, saat tak sengaja
    matanya bertemu pandang dengan mata bermanik hitam
    di depannya, posisi mereka tidaklah jauh berbeda saat
    beberapa menit yang lalu
    tetap dalam posisi yang sama.
    Yoshi dengan mencondongkan
    tubuhnya mendekat pada wajah
    lelaki di hadapannya dan Rasya
    yang tetap gugup dengan jarak
    wajah yang hanya beberapa
    senti saja dengan lawan bicaranya.
    Tangannya ia genggam sekuat
    mungkin, matanya berpencar
    memandang sekeliling keadaan
    taman yang sore ini sedang
    ramai oleh anak anak yang
    sedang bermain.
    "Umm, Shi maaf bisakan wajah
    mu menjauh sedikit.."
    seru Rasya dengan suara pelan,
    matanya tidak memandang ke arah wajah Yoshi.
    "Kalau aku bilang tidak mau?
    Bagaimana"
    Akhirnya dengan keberaniaan
    yang sedikit tertampung dalam
    dirinya Rasya memberanikan diri memandang lekat wajah
    sahabatnya ini.
    "Aku tidak mau orang orang
    disini salah paham"
    Yoshi mengerutkan keningnya
    membalas tatapan Rasya padanya.
    "Maksud mu salah paham apa?"
    gigi Rasya bergemelutuk mendengar jawaban polos
    dari bibir Yoshi, sungguh apa
    dia tak menyadari bagaimana
    posisinya saat ini yang begitu
    dekat sekali dengannya.
    Mata itu kembali mengedar liar
    menatap sekelompok ibu ibu
    yang sedang menatap posisi
    mereka yang terasa ehem ganjil.
    Rasya menghela nafasnya dan
    mendorong tubuh orang di
    hadapannya itu menjauh darinya tapi alangkah baiknya
    tuhan hari ini sebelum niatnya
    untuk mendorong tubuh Yoshi
    menjauh darinya dari arah
    belakang terdengar sebuah suara teriakan seorang anak kecil yang tak sengajaa menendang bola dengan kuatnya melesat dengan indahnya dan menghantam tubuh seseorang di depannya
    tak ayal tubuh yoshi pun terpental ke depan dan sukses
    menabrak sosok rasya yang
    berada tepat dihadapannya.
    Brughh, dan kejadian selanjutnya tak bisa mereka hindari kedua bibir itu sudah
    saling menekan dengan berat badan Yoshi menindih tubuh
    Rasya di bawahnya.
    Beberapa pasang mata
    yang melihat adegan romantis
    itu pun hanya bisa menahan
    nafas dengan mata yang hampir melotot keluar.
    See betapa beruntungnya nasib mereka hari ini.
  • knapa dkit dikit nulisnya???
    Lanjut yg extra long dung...
  • ini nulisnya pake hp ya
    kebanyakan enter.... lebih baik enternya kalo habis paragraf aja
    jadi tulisannya gak kaya puisi ganti spasinya
  • joenior68 wrote: »
    ini nulisnya pake hp ya
    kebanyakan enter.... lebih baik enternya kalo habis paragraf aja
    jadi tulisannya gak kaya puisi ganti spasinya


    hu'um ini pake hp bang.
    Iya deh nanti aku coba sarannya thanks ya.. ^^
    maaf kalau ga enak di pandang
    ketikannya.. (_ . _)
  • aihhh.. kpn d lnjut lgi :(
    really adicted to this story
  • Rasya membuka matanya yang
    tadi sempat memejam rapat, ia
    mengedipkan matanya sekali
    yang ia lihat pertama kali adalah
    seorang wajah yang tidak asing
    lagi, matanya membulat lebar
    mana kala melihat bibirnya bersentuhan langsung dengan
    bibir seseorang yang saat ini
    sedang menindih tubuhnya di
    depan umum. Ya tubuh Rasya
    menegang sesaat menyadari
    jika sekarang ia dan Yoshi sedang
    menjadi tontonan orang orang
    di taman, dengan cepat ia mendorong tubuh Yoshi dari
    atas tubuhnya.
    Matanya memandang tajam
    wajah sahabatnya itu disana
    terlihat sekali masih ada rasa
    kekagetan di wajahnya, Yoshi
    menatap balik Rasya yang memegang bibirnya yang tadi
    sempat ia kecup.
    Yoshi menetralisirkan kekagetannya dengan kembali
    memasang wajah biasa, ia bangkit dari duduknya kemudian ia
    membungkukan sedikit tubuhnya
    memohon maaf pada orang orang
    di sekitar taman karna telah
    membuat kegaduhan dengan
    insiden yang tak di sengaja ini.
    Ia memandang lekat Rasya yang
    tak sedikit pun merubah posisi
    dari duduknya di tanah, Yoshi
    menghela nafas berat lalu menarik tangan Rasya cepat,
    secepat ia melangkahkan kakinya menyeret Rasya keluar dari taman
    dan orang orang yang masih
    memandang aneh ke arah meraka
    berdua.
    ****

    Yoshi melepaskan genggaman
    tangannya pada jemari Rasya
    setelah merasa jarak mereka
    berdua telah jauh dengan area
    taman dan orang orang yang ada
    disana, ia membalikkan tubuhnya
    menatap wajah sahabatnya itu.
    Yoshi yang sempat membuka
    bibirnya untuk mengatakan
    sesuatu akhirnya menutupkan kembali bibirnya setelah melihat
    kepala Rasya yang tertunduk
    dalam, ia menghela nafas kecil
    lalu melangkahkan kakinya
    mendekat pada sosok yang sudah
    ia anggap seperti sahabat dekatnya itu.
    Sentuhan telapak tangan pada
    bahunya membuat Rasya mendongkakkan wajahnya
    memandang Yoshi yang saat
    ini sedang menatapnya dalam.

    "Maaf" Ucap Yoshi lirih.
    Rasya tertegun sesaat mendengar
    kata maaf yang keluar dari bibir
    tipis Yoshi.
    "Maaf aku sudah..."
    kata kata Yoshi terpotong oleh
    Rasya yang membuka suaranya.
    "Tak apa, toh ini tak di sengaja
    kan aku juga tidak tau kalau
    kejadiannya bisa jadi begini"
    Rasya tersenyum kecil, lalu tangannya menyentuh bibir
    tipisnya.
    "Itu ciuman pertama ku"
    ucap Rasya pelan tanpa memandang Yoshi yang saat ini
    membulatkan kedua matanya
    terkejut.
  • "Begitukah?"
    Kata Yoshi pelan, matanya yang
    terbelalak kembali menyipit, ada
    sengatan kecil pada dadanya tak
    kala Rasya mengutarakan kejujuran itu padanya.
    Angin sore menghembuskan
    helaian rambut keduanya diantara
    keheningan yang tercipta hanya
    kebisingan beberapa motor yang
    melewati jalan setapak itu.
    Rasya mendongkakan kepala
    memandang Yoshi yang tak
    sedetik pun melepaskan tatapan
    matanya pada sosoknya.
    "Kenapa?"
    Tanya Rasya merasa grogi di tatap
    sedalam itu oleh Yoshi.
    "Jadi.. Itu first kiss mu ya?"
    Seru Yoshi, bibirnya bergetar
    menahan kekehan kecilnya.
    "Itu tidak lucu"
    balas Rasya sewot, ia melipatkan
    kedua tangannya di dada.
    "Haha. Aku takut kamu marah
    karna sudah merebut ciuman
    pertama mu ya walaupun tidak
    disengaja"
    Yoshi mengaruk belakang kepalanya yang tidak gatal, ia
    merasa canggung harus berkata
    apa setelah kejadian memalukan
    itu. Rasya menggerakkan seulas
    senyum tipisnya melihat yoshi
    yang terlihat canggung.
    "Sudahlah lupakan saja, aku
    tidak mau mengingat itu lagi"
    Rasya menutup wajahnya dengan
    sebelah tangan, wajahnya merah
    mengingat kejadian tadi.
    "Tapi... Aku tidak bisa lupa"
    seru Yoshi lirih, ia menatap
    tanah yang ia pijak. Perlahan
    tangannya terangkat mengelus
    lembut bibir bawahnya.
    Rasya mengerutkan keningnya
    menatap sosok sahabatnya yang
    begitu terhanyut dengan lamunan
    dalam pikirannya.
    "Kamu bilang apa?"
    suara keras Rasya menyentak
    kembali kesadarannya dari
    pikiran fantasi anehnya, Yoshi
    meringis kecil memandang Rasya
    sebentar.
    "Tidak apa. Ayo kita pulang"
    langkah kaki Yoshi lebih dulu
    pergi meninggalkan Rasya yang
    tetap berdiri diam di tempatnya.
    Rasya tersenyum tipis menyusul
    langkah Yoshi yang terlebih dahulu berjalan meninggalkan
    dirinya di belakang.
    ***
    Malam harinya..
    Yoshi sibuk mengganti chanel
    tv tanpa henti, entah saluran mana yang ingin di lihat. Rasya
    yang berada disampingnya pun
    di buat pusing oleh ulanya.
    Tangan putih itu merebut remot
    televisi dengan cepat, yoshi
    menggeram protes atas aksinya
    merebut remot itu dengan tiba
    tiba.
    "Aku pusing tau, kamu ganti
    chanelnya terus"
    sembur Rasya. Matanya melotot
    tajam memandang sahabat
    seatapnya itu.
    "Huh"
    Yoshi mendengus kecil lalu
    merebakan dirinya di atas kasur
    besarnya, ia melipat kedua tangannya dan menumpukannya
    ke belakang kepala.
    Rasya melirikkan matanya memandang wajah sahabat
    dekatnya dari samping, ia menghela nafas kecil lalu ikut
    merebahkan tubuhnya di sebelah
    Yoshi.
    "Sudah, soal itu kamu lupakan"
    bisik Rasya pelan, Yoshi menengokkan kepala menghadap
    Rasya di sebelahnya.
    "Siapa juga yang memikirkan
    kejadian tadi sore"
    ucapnya sinis, Rasya memiringkan
    sedikit tubuhnya menghadapkan
    dirinya agar lebih leluasa menatap
    Yoshi di sampingnya.
    "Benarkah?"
    Kata Rasya sendu. Yoshi bungkam
    saat itu juga melihat ekspresi
    sedih yang terpancar dari wajah
    sayu itu.
  • lagi lagi dunk....
  • Ihh Rasya minta di cipok lg kyknya :D
  • waahhh rasya mulai ketagihan minta cipok. yoshi hajar noo si rasya. #mupeng
  • @Rez1, @4ndh0, @marukochan,
    @anan_jaya, @Bayuaja01
    lanjutnya nanti siang ya, oya
    selamat hari ibu semuanya.. ^^
  • Bukan rasa senang yang di dapat
    justru sakit yang di tanam mungkin itu kata yang tepat menggambarkan perasaan Rasya
    sekarang, ia tidak menyangka
    jika Yoshi melupakan begitu
    saja ciuman pertamanya itu
    yang secara tidak sengaja di
    rebut olehnya.
    Yoshi merasa bersalah telah
    mengatakan hal yang membuat
    sahabatnya itu murung, apa yang
    bisa ia lakukan agar sahabatnya
    ini mau kembali seperti Rasya
    yang biasanya, berfikir berfikir
    Yoshi terus berfikir sampai sebuah ide melintas di dalam kepalanya.
    "Ah, bagaimana kalau kita mengulangi kejadian tadi sore"
    ucap Yoshi dengan polosnya, mata Rasya otomatis terbelalak
    mendengar usulan konyol keluar
    dari bibir merahnya.
    "Biar aku ingat lagi bagaimana
    rasanya berciuman dengan mu"
    tambahnya lagi dengan entengnya berbicara seperti itu.
    Di depan Rasya yang menahan
    kesalnya, Yoshi yang sadar akan
    ucapannya mulai menutup mulut
    menggunakan kedua tangannya.
    Ia memandang kuyu ke arah
    Rasya yang siap dengan kepalan
    tangannya menghantam kepalanya detik itu juga.
    "Coba kau ulangi lagi"
    Desis Rasya dengan nada suara
    yang mengancam, matanya berkilat seolah menemukan mangsa di depannya.
    "Err.. Tidak haha"
    keringat dingin turun melalui
    pelipisnya, ia sedikit takut melihat
    aura membunuh dari sekitar
    tubuh sahabatnya itu, ia menelan
    ludahnya yang terasa pahit.
    Dan sebuah hadiah jitakan manis
    pun mendarat dengan mulusnya
    di atas kepala Yoshi, ia meringis
    kecil memegang sayang kepalanya dengan harapan ia
    tidak mengalami gagar otak
    akibat pukulan manis dari teman
    dekatnya itu.
    Senyum kemenangan memancar
    dari wajahnya saat melihat mangsanya berhasil di buat kesakitan dengan jitakan supernya.
    "Haha anggap saja itu ciuman
    kedua ku untuk mu"
    Rasya beranjak dari rebahannya
    kemudian pergi keluar menutup
    pintu kayu itu dengan kerasnya.
    "Huft.. Marah dia"
    senyum kecil menghiasi wajah
    putih milik Yoshi, ia hanya
    mengusap pucuk kepalanya
    dan mengedikkan kedua bahunya.
  • Beberapa hari kemudian..
    "Sya.. Rasya.."
    suara Yoshi menggema di segala
    ruangan minimalis ini, setelah
    ia membuka pintu kayu kostnya
    ia mulai meneriaki satu nama
    penghuni lain disini.
    Kepala Rasya menyembul dari
    sisi dinding pembatas antara
    ruangan satu dengan dapur kecil.
    "Ada apa?"
    ucapnya tanpa menghentikan
    aktivitasnya di dalam dapur,
    yoshi melangkah dengan riangnya menyusul sahabat
    sekaligus teman seatapnya.
    "Coba tebak ini tanggal berapa?"
    bisiknya tepat di daun telinga
    Rasya, kepala itu menoleh lalu
    memandang heran Yoshi di
    sampingnya.
    "Tanggal 5. Memang kenapa?"
    Alisna bertautan memandang
    bingung Yoshi yang hanya
    berhaha hihi ria di sebelahnya.
    "Hari inikan aku gajian dan aku
    dapat tambahan bonus dari bos"
    ucapnya semangat, ia menunjukan sebuah amplop
    putih di depan wajah Rasya.
    "Ini, kamu saja yang pegang
    setengahnya"
    yoshi memberikan setengah dari
    hasil gajinya kepada Rasya, Rasya
    cengo sesaat menatap amplop
    putih yang kini berada di tangannya.
    "Inikan gaji mu? Hasil kerja
    keras mu, kenapa harus aku yang
    pegang?"
    "Itu uang untuk di kirim ke orang
    tua mu di kampung Sya ya selebihnya keperluan sehari hari
    lah"
    wajah Rasya makin cengo mendengar perkataan Yoshi, maksudnya dia memberi uang
    ini untuk mengirim kepada
    orang tua Rasya di kampung.
    "Aku tidak mau"
    Rasya mengembalikan amplop
    yang berisi uang itu kepadanya.
    Yoshi menautkan kedua alisnya
    menatap Rasya heran.
    "Kenapa di kembalikan?"
    "Aku tidak mau menyusahkan mu
    aku bisa bekerja sendiri dari hasil
    keringat ku sendiri"
    kata Rasya ketus, ia kembali
    fokus pada masakannya.
    "Aku ikhlas kok. Kamu lebih baik
    jangan bekerja ya biar aku yang
    menanggung semuanya"
    Ucap Yoshi mantap, gerakan
    tangan Rasya terhenti saat itu
    juga ia kembali menaruh pisau
    dapur itu di atas talenan.
    "Aku tidak mau di kasihani,
    aku masih punya tenaga ko
    untuk bekerja sendiri"
    Rasya membalikkan badannya
    menghadap Yoshi, ia tersenyum
    tipis kepadanya.
    "Kau simpan saja uang mu lalu
    kau tabung untuk keperluan mu
    yang lain"
    Rasya menepuk pundak Yoshi
    dengan lembut, ia menghela
    nafas kecil tangannga bergerak
    mengambil serbet yang tergantung di dekat wastafel.
    Ada tangan lain menggenggam
    jemari Rasya, ia menolehkan
    kepalanya menghadap sosok
    sahabat yang sangai ia sayangi.
    "Aku tidak merasa kau menyusahkan aku atau pun
    membebani ku Sya"
    tangan itu semakin erat mengenggam jemari Rasya ketika
    bibir itu mengucapkan kata kata
    yang terlampau serius.
    "Aku.. Aku hanya ingin kau
    mengurus segala keperluan
    sehari hari kita saja, biar aku
    yang bekerja"
    matanya memancar keseriusan
    di setiap perkataannya. Rasya
    menelan ludahnya yang terasa
    menyangkut di kerongkongan.
    "Tapi..."
    ucapannya terhenti oleh kata
    kata Yoshi berikutnya.
    "Sudah, kau terima saja dan ingat
    jangan berani beraninya kamu
    untuk bekerja apalagi bekerja
    di tempat Levi"
    Seru Yoshi seraya melangkahkan
    kakinya meninggalkan Rasya
    di dalam dapur.
Sign In or Register to comment.