It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Levi tersenyum ramah ketika ia mendudukan dirinya diatas bangku usang yang sedikit berkarat.
Rasya menatap datar sosok disampingnya tersebut. Mengalihkan pandangannya ke depan dan mengacuhkan Levi yang duduk di sebelahnya.
"Cerita saja, akan ku dengar"
Tambahnya dan tak lupa memasang senyuman lebar tapi
sedikit dengan seringaian.
"Bukan urusan mu"
Rasya menutup kedua matanya.
"Tentu saja menjadi urusan ku jika itu menyangkut tentang Yoshi"
Levi melemparkan tatapan mengintimidasi pada lawan bicaranya. Rasya menolehkan wajahnya menatap langsung wajah Levi.
"Kenapa kau begitu peduli sekali padanya?"
Tanya Rasya curiga, ia memicingkan matanya.
"Ehem"
Levi berdehem, ia mengalihkan pandangannya kearah lain.
"Sepertinya tidak terlalu penting
juga jika aku katakan pada mu"
"Terserah kau sajalah"
Rasya mengambil sebuah batu kecil yang ada diatas tanah dan melemparkannya kedalam kolam.
"Memang apa hubungannya Yoshi dengan mu, kalian hanya teman tapi ku lihat kalian seperti memiliki hubungan yang lebih dari itu"
Levi menyandarkan tubuhnya pada badan kursi yang ia duduki.
"Special atau tidaknya hubungan ku dengan Yoshi, sepertinya itu bukanlah urusan mu untuk perlu
kau tau. Kau ini seperti kekasihnya saja"
Ucap Rasya sinis, ia merasa kesal
sejak awal kedatangan orang ini
disampingnya, melihat wajahnya
saja membuatnya bertambah kesal apalagi mendengar suaranya semakin membuatnya bad mood hari ini.
Levi yang mendengar itu pun hanya mengukir senyuman tipis.
"Kenapa kau tersenyum? Kurasa aku tidak membuat lelucon bodoh atau lawakan lucu"
Dahi Rasya mengkerut melihat senyuman mengejek yang terukir
di bibir tipis itu.
"Tidak, hanya saja aku berpikir.
Bagaimana jika perkataan mu yang paling akhir itu adalah sebuah kenyataan. Aku bahkan tidak bisa membayangkan betapa
semakin hancurnya diri mu nanti"
Levi terkekeh pelan, membayangkan sosok di sampingnya yang patah hati karna cintanya yang tak terbalas pasti menyenangkan sekali.
"Hancur? Maksud mu?"
Tanya Rasya geram, ia mengepalkan kedua tangannya erat.
"Aku memang berpacaran dengan sahabat mu Rasya, kau ini terlalu polos atau apa hingga tak menyadari perubahan yang terjadi pada diri Yoshi hm"
"Dia diam karna tidak mau menyakiti hati mu lebih dalam lagi, dia hanya mempermainkan perasaan mu saja, yang sebenarnya ia cintai adalah Aku!"
Levi tersenyum puas melihat wajah Rasya yang kini menyendu
dengan pandangan kosong.
"Kau tidak merasa aneh saat kau
mengatakan apa yang kau rasakan tetapi dia tidaklah meresponnya, hanya diam dan tersenyum bodoh seperti itu"
"Kau kasihan sekali"
Levi terus menghasut Rasya dengan kata katanya yang seperti ular, ia senang jika mendapati sebuah goret luka yang tersirat pada manik hitam itu.
**
hancur kau levi....!
#ala aryagunaguna
Kepalanya merosot lemah bersandarkan pada pintu kayu di depannya, tangannya memegang kenop pintu yang terbuat dari besi itu dengan kuat.
'Yang ia cintai adalah aku bukan kau' kata kata Levi sewaktu ditaman tadi terus berdenging di telinganya, seolah kata kata itu adalah mantra yang mampu melemahkan dirinya dalam sekejap.
Rasya memutar kenop pintu dan membukanya dengan pelan, berjalan mendekat pada kasur empuk yang kini dia pakai untuk
merebahkan sebagian tubuhnya
yang lelah.
"Haruskah aku merelakannya bersama dengan yang lain?"
ucapnya lirih, Rasya membenamkan wajahnya pada bantal putih. Satu tetes air mata jatuh membasahi wajahnya yang lugu, semakin lama semakin deras
embun itu jatuh.
Dadanya terasa sesak, bahkan untuk bernafas pun mungkin sulit baginya, Rasya meremas kain lembut yang membungkus bantal
yang menjadi topangan kepalanya untuk bersandar.
Denting jam pun terus berputar menemani keheningan yang tercipta di sekelilingnya, menjaga sosok rapuh itu dalam kehampaan yang seolah mampu meremukkan hatinya kapan saja.
Perlahan kedua mata yang berhiaskan embun itu pun menutup, mencoba melepaskan
sedikit rasa letih yang menghinggapi pada tubuh mungil itu.
Sayup sayup ia mendengar suara pintu yang berderit terbuka dan menutup kembali, selanjutnya yang ia rasakan adalah kegelapan dan rasa kantuk yang menyerangnya.
***
Tangan itu membelai penuh sayang pada sosok yang kini sedang tertidur pulas diatas kasurnya, ia menarik selimut tebal
dan menariknya perlahan agar menutupi seluruh tubuh pemuda
yang saat ini mengisi penuh relung hatinya.
Bibir tipisnya melengkungkan sebuah senyuman, tapi perlahan
senyuman itu terhapus dan tergantikan dengan senyuman pahit. Tangannya tergerak mengelus surai hitam yang kini layu menutupi setengah dari wajah manisnya, jemarinya menghapus jejak air mata pada kedua pipinya yang tembam.
Ia menghela nafas berat, bangkit dari duduknya dan melepas kemeja merah marun yang melapisi tubuhnya yang sedikit berotot. Kemeja merah itu pun terlepas dari badannya dan kini
berganti menyisakan dirinya hanya dalam balutan kaos putih
tanpa lengan serta celana hitam
yang menggantung di pinggangnya.
Jemarinya menyisir helaian rambutnya yang terasa lengket, sebagiannya ada yang menempel
pada dahinya dan menutupi separuh pandangan matanya.
Manik hitamnya kembali berpendar menatap sosok mungil yang kini sedang tertidur dalam damainya, ia berjongkok di samping lelaki kecil itu, tangannya
ia sandarkan pada lantai ruangan
tubuhnya sedikit membungkuk
dan bibirnya mendekati wajah putih tersebut.
Bibirnya ia dekatkan pada telinga Rasya dan membisikkan sepatah kata penghantar tidur dan sebelum tubunya bangkit dari posisinya ia lebih dulu mengecup
kening Rasya dan mengecup tiap
sisi matanya yang basah oleh air mata.
***
I always wait it...
Saat kedua mata ku terbuka, pemandangan yang ku lihat pertama kali adalah sebuah taman yang luas dan indah, banyak sekali kupu-kupu yang sedang hinggap diatas kelopak
bunga. Di atas dahan bertengger
sekumpulan burung gereja yang
sedang bercicit merdu.
Pandangan ku terlempar ke arah depan saat itu mata ku tak sengaja melihat sosok yang sangat tidak asing lagi bagiku.
Disana aku melihatnya sedang berdiri memandang ku dalam, tak
lupa senyuman manis terukir indah pada wajahnya. Ia merentangkan kedua tangannya
seolah menyambut kehadiran ku
disini.
Aku pun membalas senyumannya
dengan cengiran lebar ku, perlahan kedua kaki melangkah mendekat kepadanya, tapi sebelum aku benar benar sampai
di hadapannya, kaki ini berhenti
sesaat ketika ekor mata ku melihat sosok lain yang ada di sampingnya.
Perlahan sosok anggun itu mendekati sosok pemuda yang masih betah tersenyum manis kepada ku, sosok putih dengan senyuman itu menarik tangan pemuda di depan ku itu lalu menggenggamnya dengan lembut.
Selanjutnya pemandangan terakhir yang ku lihat adalah sosok anggun itu membawa lelaki
yang ku sayangi semakin menjauh dari ku meninggalkan diri ku sendiri dengan ribuan tanya yang menggantung diatas
kepala ku.
Perlahan kedua sosok itu semakin
menjauh dari pengelihatan ku, aku berlari mengejar kedua bayangan putih tersebut yang perlahan semakin menjauh dan
menhilang diantara kabut pekat.
Satu tetes, dua tetes dan semakin
banyak tetesan sendu itu jatuh membasahi pipi ku, kaki ku lemas
tubuh ku merosot jatuh saat aku
tau sesosok seseorang yang sangat aku sayangi itu menghilang dari pandangan ku.
***
Normal POV.
Rasya tersentak dari tidurnya, kedua matanya yang sayu melebar dan tak lupa peluh menetes deras membasahi baju
yang membalut tubuhnya.
Matanya memencar mencari sosok
yang sangat dia kenal didalam mimpinya itu, perlahan ekor matanya memandang pemuda yang kini sedang tertidur pulas
dibawah kakinya yang masih berselimutkan kain tebal.
Ia tertidur dengan kepala yang terkulai disampingnya hanya dengan beralaskan lantai dingin tanpa selimut yang mengelilingi
tubuhnya.
Rasya mengusap peluh di pelipisnya, matanya kembali memandang teduh sosok Yoshi
yang masih tertidur, tangannya
terangkat mengelus surai hitam
lembut itu dengan pelan tidak ingin mengganggu dari tidurnya.
Nafas Rasya tercekat saat mengingat mimpi itu, ia merasa
tidak mengenal dengan sosok ayu tersebut terlebih ia melihat sosok
anngun itu membawa Yoshi menjauh darinya, ia memegang dadanya yang berdetak kencang
ia mersakan firasat buruk atas mimpi yang ia alami barusan.
"Firasat apa sebenarnya ini, dan mimpi itu benar benar membuat ku takut"
**