BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Piece of Unfinished Melody

1121315171888

Comments

  • btw name ane salah bang @Silverrain ..
    pantas mentionnya ga pernah masuk hihihi
  • Yujii's View

    "Yujii aku minta kerupukmu ya...."

    Aku mengangguk pada Hendra yang segera tersenyum kuda dan membuka toples kecil di atas mejaku.

    "Yujii ini laptopmu kok error ya?"

    "Reset aja...."

    "Yujii, pinjam kamar mandi...."

    "Pinjam aja, mau dibawa pulang ya boleh...."

    Tulus cuma nyengir lebar dan segera pergi keluar dari kamarku.

    Aku mengamati sekeliling kamarku, dimana anak anak The Triumph yang dekat padaku, seperti Benny, Tulus, Hendra, Billy, dan Marco sedang asik sendiri sendiri dan mengambil alih kamarku.

    Benny menguasa laptopku dan laptopnya, tampak memindah mindahkan berbagai data dari komputerku, Hendra sibuk menyalin catatan yang tadi pagi diberikan di sekolah, Tulus sedaritadi asik memandangi Benny, sedangkan Marco hanya diam dengan handphonenya.

    Ya, sudah hampir tiga bulan setelah aku resmi masuk ke dalam gank ini, dan menjadi lebih dekat dengan mereka. Mereka secara sepihak menetapkan kamarku sebagai markas besar gank The Triumph, dan setiap siang sampai pukul 6 kamarku selalu dijajah oleh mereka.

    Menyebalkan memang, tapi aku lama lama terbiasa, lagipula, dengan adanya mereka, semakin lama aku jadi semakin terrbuka dengan sekitarku.
    daripada aku cuma diam dikamar tanpa ada kegiatan, lebih baik kamarku dijajah seperti ini kan?
    Aku mulai menikmati keramaian ini.

    "Marco, kamu daritadi diam aja kenapa sih..?"

    Benny mencoba menegur Marco, tapi tampaknya Marco lumayan sibuk dengan telepon genggamnya dan tidak mengacuhkan Benny sama sekali.

    "Marco.....!"

    "ah! Iya??"

    Kami hanya berpandangan, Benny kemudian mengangkat bahunya dengan jengah.

    "Entahlah, kamu akhir akhir ini jadi pendiam, ada masalah apa...?"

    Marco hanya memamerkan deretan giginya, ia kemudian menggeleng santai.

    "Ga! Enak aja! Cuma lagi sibuk ama henpon(?) baru aja, emang ada apa?"

    Tanyanta sambil memamerkan cengirannya.

    Benny menghela nafasnya.

    "Lupakan..."

    Marco kembali mengangguk, kemudian ia kembali memandangi HPnya.
    Aku dan Benny lagi lagi saling bertukar pandang, Benny hanya mengangkat bahunya sambil menggeleng bingung, begitu pula aku.

    Sifatnya akhir akhir ini memang benar benar aneh, ya, walaupun anak itu memang sudah aneh dari awalnya, tapi dari semua anggota The Triumph aku memang paling dekat dengan Marco..
    Entah mungkin karena hukumanku masih berlaku sampai sekarang, tapi aku selalu merasa dia begitu hangat dan menyenangkan,sehingga membuatku nyaman bila dia ada di jarak pandangku.
    Aku bahkan dengan senang hati memberikannya hak untuk menguasai kamarku lebih lama sementara aku mengusir anggota yang lain karena hari sudah sore.

    Karena itulah, mungkin aku adalah tempat bagi teman temanku untuk bertanya setiap kali mereka melihat sesuatu yang aneh dengan Marco.
    Tapi kali ini aku juga tidak bisa menjawab pertanyaan mereka, karena aku sendiri pun bertanya tanya tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi padanya.
    Marco jadi lebih pemurung, dan ia hanya menghabiskan waktu istirahat sekolah untuk duduk sambil melihat handphonenya.
    Aku sampai terkadang membawakannya sesuatu dari kantin agar dia bisa makan siang karena dia selalu menolak ajakanku untuk pergi ke kantin..
    Selain itu, dia juga jadi lebih pemarah, dan mudah sekali tersinggung, tapi dia selalu mencoba menekan dirinya setiap bersama kami, tapi tetap saja, terkadang dia bisa kelepasan mengamuk di kelas, dan itu cukup membuatku kesal sehingga aku seringkali harus melumpuhkannya karena dia berani berteriak disampingku.
    Sikapnya benar benar aneh, sungguh, selama ini aku berteman dengannya, belum pernah dia menunjukkan sikap seaneh ini.

    Kenapa kalian tanya?
    Aku pun tidak tahu apa yang terjadi dan sebaiknya kalian tidak bertanya lagi karena itu hanya akan membuatku kesal!
    tahu apa akibatnya kan?
    Aku tidak bercanda.

    Mendadak Marco mengerang, dan meremas handphonenya, membuat kami semua menatap bingung ke arahnya.

    "Aku mau pergi keluar...."

    Marco mendadak beranjak berdiri, ia pergi meninggalkan kamarku, dan menutup pintunya dengan lumayan keras.

    ". . . . . . . . . . . . ."

    Kami semua saling berpandangan dengan binung.

    "Kenapa dia....?"

    Mereka semua serentak bertanya padaku, sedangkan aku hanya mampu mengangkat bahuku dan menggeleng.

    "Keluar gih, susul dia......"

    "Tanpa kamu suruh pun aku mau pergi keluar ini...."

    Aku menjawab permintaan Benny yang tampak kuatir dengan keadaannya.
    Aku berdiri dari kasur busa tipisku, dan segera berjalan menuju pintu.

    "Cewek sialan!"

    PRAKK!!

    Aku terlonjak kaget saat sebuah handphone melayang melewatiku, dan jatuh terpencar di lantai depan pintu kamarku.
    Aku memunguti pecahan itu, merakitnya kembali, sambil berjalan perlhan ke arah Marco yang tampak terkejut melihatku.
    Ia mundur saat aku berjalan mendekatinya, sambil memajukan kedua tangannya dengan gerakan mendorong.

    "Yujii, maaf, ampun, aku ga sengaja...."

    ujarnya sambil mundur ketakutan.
    Dia mengira aku marah?
    mungkin kalau sedang dalam kondisi biasa, aku sudah akan mengulitinya dan mencincang badannya sampai jadi debu, tapi saat ini aku punya pertanyaan yang lebih penting, jadi aku akan menunda pencincangan ini sampai dia membaik.
    Tapi aku akan mengingatkan diriku sendiri agar tidak lupa melakukannya.
    Karena dia sudah lancang melempariku dengan handphone!

    Marco tampaknya terkejut saat aku mengambil tangannya dan meletakkan telepon genggamnya kembali di genggamannya.
    Ia mengambilnya, menyimpannya di dalam sakunya, kemudian menyandarkan tangannya di pagar beranda.
    Kamarku berada di lantai dua, dengan lebar sekitar 10x6 meter.
    Aku tahu pikiran kalian.
    Lebar sekali kan?
    dan aku mendapatkannya dengan harga murah.
    Kenapa?
    Karena tempat itu sebenarnya lebih menyerupai ruangan kosong daripada kamar, dengan banyak jendela, sehingga membuat tak seorangpun mau tinggal disini, dan akhirnya pemilik kost itu menyewakannya padaku dengan harga murah,
    Lumayan.
    Dan kamarku berada di beranda luar, terpencil dari kamar lainnya, dan untuk mencapai WC, aku perlu berjalan cukup jauh, karena WC berada di dalam rumah.
    Tapi aku menikmati tinggal disini, kamar luas ini dilengkapi dengan beranda lebar di depan maupun belakang kamarku, dan udaranya juga cukup nyaman.
    Jadi, apa alasanku untuk menolaknya?

    kembali pada topik utama.
    Marco saat ini menyandarkan kedua tangannya di pagar beranda dengan kepala tertunduk.

    "Mau cerita sesuatu?"

    Aku bertanya padanya.
    Ia mendongak, tampak ragu sesaat, kemudian menggelengkan kepalanya.
    Aku menghela nafasku.

    "Kamu tahu, kamu sudah membuat anak anak bingung dengan sikapmu. Kalau memang ada masalah kamu bisa cerita ke kami, siapa tau kami bisa bantu...."

    Ia hanya melamun, tak menggubris kata kataku.
    Sialan.
    Aku tidak suka tidak dianggap!
    Aku meremas kerah pakaiannya tepat di tengkuknya, dan mengangkatnya, kemudian menggantungnya di udara tepat di luar beranda.
    Marco segera panik, ia mencoba menggapai pagar untuk berpegangan, tapi aku langsung menghentakkan tanganku, membuatnya ketakutan karena aku bisa dengan mudah melepaskan tanganku, menjatuhkannya ke lantai semen di bawah,

    "Kalau kamu mengacuhkanku sekali lagi, aku jamin aku ga akan segan lepasin tanganku, dan....."

    aku membuat gerakan menggorok dengan tangan kananku, membuat Marco menelan ludahnya.

    Aku mengangkatnya kembali ke beranda, dan menjatuhkannya di lantai. ubin berandaku.
    Marco meremas lantai itu seakan berusaha menempel padanya, dan nafasnya terdengar sangat berat.

    "Sekarang, aku cuma mau bertanya satu kali! kamu mau menceritakan masalahmu atau tidak??! Terserah kamu mau menjawab apa!"

    Aku membentaknya dengan keras, tapi dia tampak tak terima, dan berdiri kemudian melotot padaku.

    "APA? MEMANGNYA PEDULI APA KAMU?! NGAPAIN KAMU NANYA MEMANGNYA? KAMU CUMA DISURUH BENNY KAN?!"

    Aku menamparnya dengan keras, membuatnya terpelanting ke dinding.

    "Sial kamu, kamu pikir aku bertanya sekarang karena aku disuruh Benny?"

    Aku menatapnya dengan mata penuh kemarahan.

    "Aku tidak akan bertanya padamu karena cuma beruang tambun itu memerintahku, sudah aku bilang kan di gank ini cuma kamu yang bisa memberikan perintah padaku?! Jadi jangan kamu berpikir aku bertanya karena permintaannya!"

    "Lalu kenapa kamu sekarang bertanya? Memangnya apa perdulimu?"

    "Jelas aku perduli! Kamu sudah hampir sebulan ini terus murung, menghabiskan waktumu cuma buat melamun, kamu pikir aku ga bertanya tanya? Aku bertanya karena aku...... perduli..... padamu......."

    Aku terkejut dengan kata kataku sendiri, sedangkan Marco tampak melongo terkejut mendengarnya.
    Aku sediri menutup mulutku, apa yang barusan aku katakan?
    Mulutku berbicara sendiri!

    Marco merubah wajah terkejutnya menjadi wajah tersipu, kemudian ia duduk di depan pintu gedung utama kost.
    Aku mengikutinya, duduk di hadapannya.

    "Ahahaha! Muka malu malumu tadi lucu banget!"

    Akhirnya aku melihat wajah tersenyumnya lagi setelah begitu lama dia terus murung, dan hal itu membuatku tak bisa menyimpan senyumanku.
    Dia tertawa sesaat, kemudian kembali memasang wajah serius.

    "Aku, cuma lagi bingung dengan tingkah Tata...."

    "Berantem..?"

    Marco menggeleng dengan ragu.

    "Lalu....?"


    "Entahlah, aku cuma merasa bingung aja, akhir akhir, ga, sudah dari semenjak kita gabung The Triumph, aku selalu heran, kalau dia lagi sama temannya yang namanya Thalia dia pasti ga mau di ganggu, dan sms atau teleponku pasti ga ada yang diterima sama sekali...."

    Aku menatapnya dengan heran.
    Thalia?

    "Thalia? Siswi angkatan atas itu kan? Yang agak gemuk itu?"

    Marco mengaangguk membenarkan pertanyaanku, kemudian kembali menghela nafasnya.

    "Iya, dia selalu aja, kalau lagi sama dia aku pasti dikacangin, dulu sih dia masih jarang jarang, tapi sekarang hampir setiap hari dia jalan sama Thalia, bahkan malam mingguan pun dia lebih memilih jalan sama Thalia...."

    Aku mngernyitkan dahiku menatapnya.
    Kenapa dengan anak ini?

    "Kamu cemburu sama cewek Marco...?"

    dia menundukkan kepalanya dengan malu, kemudian ia mengangguk, membuatku tergelak.

    "Marco, Marco! Masa kamu cemburu sama cewek?! Ada ada aja!"

    ujarku sambil terus berusaha menghentikan tawaku.

    "Tapi aku punya firasat buruk, masa kamu ga merasa aneh kenapa dia ngacangin aku terus setiap sama cewek itu?"

    Menepuk nepuk punggungnya dengan geli.

    "Udahlah, jangan terlalu possesif, siapa tau dia memang ga suka pegang hape kalau lagi ada temannya? Jangan terlalu negatif thinking! Lagipula mau ngapain mereka? Lesbi? Hahahahaha!"
    Aku tertawa lagi, dan Marco menundukkan kepalanya dengan malu.

    "Kamu coba ngomong aja sama dia, supaya dia ga terus terusan ngacuhin kamu, jangan saling curiga nanti malah jadi masalah. Coba dibicarakan baik baik...."

    Nasihatku lagi, dan Marco mengangguk dengan malu.

    "Berarti kamu ga perlu badmood seharian lagi kan?"

    Marco mengangguk, dan aku tersenyum padanya.

    "Ngomong ngomong, Gege harusnya sudah pulang sekarang kan....?"

    Aku mengangguk.
    Benar juga.
    Tadi Gege izin ke mini market dekat sini, tapi kenapa sampai sekarang dia belum balik juga?
    Apa yang dia beli sih?

    "Sebaiknya aku susul, jangan jangan terjadi apa apa lagi..."

    Aku melirik Marco yang sedang menyalakan hpnya.

    "Aku coba hubungi Gege, deh...."

    Aku hanya mengangguk, karena memang dari kami semua dia lumayan dekat dengan Gege, dan hanya dia yang memiliki nomor ponsel Gege.

    Begitu ponselnya menyala, sebuah pesan segera masuk ke ponselnya.

    "Darimana....?"

    "Gege....."

    Marco membuka pesan itu dan segera membelalak, kemudian ia segera menekan tombol dan meletakkan ponselnya di telinganya.

    "Halo...."

    Mukanya tampak menegang, ia hanya mendengarkan dalam diam.

    "Marco, ada apa....?"

    Ia hanya terdiam, kemudian menyerahkan ponselnya ke telingaku.

    "Anj***! Agk!"

    buak!

    Suara Gege, dan suara pukulan?

    "Beraninya keroyokan! Dasar. T4i!"

    Bruak!

    kali ini suara sesuatu dibenturkan, atau tepatnya dihantamkan, disusul suara erangan Gege

    "Halo....."

    Aku segera menegang saat aku mendengar suara itu.

    "Yujii...?"

    Aku meletakkan telunjukku di mulutku.

    "Anak berbibir lancang ini temanmu kan? Aku beri waktu 5 menit, temui kami di gudang dermaga, kalau kalian mau dia kembali utuh."

    Tut Tut Tut

    Telepon itu segera ditutup, aku masih belum menguasai semua pembicaraan tadi

    "Yujii....?"

    Marco ikut menatapku dengan tegang.

    "Gank berandalan yang kemarin kita hajar, kayaknya mereka balas dendam ke Gege...."

    Marco tampak terkejut, ia membelalakkan matanya.

    "Aku pergi duluan! Kamu panggil yang lain, temui aku di Gudang Dermaga! aku akan coba mengulur waktu!"

    Aku segera melompat lompat menuruni tangga, sementara Marco mencoba menahanku.

    "Tunggu apa lagi?! Kita cuma diberi waktu 5 menit! Kalau aku ga kesana sekarang Gege bisa habis dihajar!"

    Bahkan mungkin dibunuh.
    Aku percaya sekelompok orang dengan otak terbatas itu pasti tak akan segan melakukannya.
    Sialan, harusnya aku tahu mereka akan membalas dendam.
    Kemarin kami baru saja terlibat perkelahian dengan gank preman di sekitar sekolah, karena masalah sepele.
    Saling pandang, dan akhirnya malah jadi adu otot.
    Kadang aku tidak mengerti apa yang ada dipikiran orang orang, bahkan saling pandang yang mungkin bisa jadi awal persahabatan pun mampu berubah menjadi sumber masalah.

    "Marco!"

    Aku meneriakinya, dan segera berlari keluar dari pagar, menembus gank kecil tepat di depan kostku, yang menjadi jalan pintas menuju dermaga sungai di belakang sekolah.
  • @cibipmahu ahahahhaa
    Maaf!

    >.<
  • YUJII! YUJII! YUJII! YUJII! YUJII! YUJII!
    YUJII! YUJII! YUJII!

    #yujii fever!
  • Kuraaanggggggg,,, tambuah ciek udaaa!!!
  • dikitnya ya awloh.
  • waduh gege... :-SS
    semoga ada adegan berantem.. 8->
    btw aku ga kayak tata kan.. :-S
  • @dityadrew2 wahh ganti potoo
    wkwkwkwk
    met datang disini
  • @callme_diaz aku salah tulis nih
    padahal maksudnya foto bangun tidurr
    >.<
    @nero_dante1 #tadahinmimisannya
    awas itu mimisannya.
    wkwkwk
    sukaa??
    yujii atau kenny?
    #lirik @yuzz
    @el_crush eihhh itu ud apdet
    :p
    @rarasipau maksudnya???
    @ferry_six nyemangatinn?
    #lirik
    @adinu iya biar lebih bagus
    #tukangtiru
    @bponkh wkwkwk abis baru sempett
    T T
    masa dikit sihh???
    @dewaa91 resek apanya???
    @ularuskasurius ini sudah ngiler bikinnya udaa~~~
    @nero_dante1 ini pompomnya belum dipake
  • ngga tau jg sehh,, kayaknya sedikit deh. tp sedikit apa banyak yakk.. #apasih.

    ngebayangin kalo kelahinya the trumph vs ... pake jurus2 kayak d TNTD,, pasti seru banget deh,,, 8->
  • Lesbi omg haha. Ayo ko @silverrain lanjut lagi. Sedikit neh skrg update nya.
    Astaga itu tenaga yuji tenaga babon apa yak? Bisa ngankat marco dengan tangannya.
  • edited March 2013
    bponkh wrote: »
    ngga tau jg sehh,, kayaknya sedikit deh. tp sedikit apa banyak yakk.. #apasih.

    ngebayangin kalo kelahinya the trumph vs ... pake jurus2 kayak d TNTD,, pasti seru banget deh,,, 8->

    Iyaa kalo pake rune2 yg di TNNTD pasti seru banget!!
    Tapi kayaknya ga mungkin..

  • Banyak ato dikit apdetanya selalu aja rasanya kurang kalo baca ceritanya @silverrain
    lanjut lg yaaakkk
Sign In or Register to comment.