It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
". . . Sudah, menyerahlah...."
"Ga! Jangan ganggu aku! Mereka pasti kembali!"
"Kamu ga mau menyerah juga?"
"Apa yang menyerah? Aku sudah janji aku bakal tunggu mereka! PERGI!"
"Bocah keras kepala! Jangan mempersulit dirimu lagi! Terima saja kenyataan kalau...."
"TIDAAAAK!!!!!!"
Aku terbagun dengan nafas memburu, dengan segera aku menarik nafas panjang dan menutup wajahku dengan tanganku.
Mimpi, Lagi lagi mimpi itu, LAGI LAGI mimpi yang sama.
Aku benci mimpi itu!
Aku menoleh ke samping kasur kecilku, sebuah jam weker berwarna biru dengan detakan yang terus mengisi keheningan ruangan itu membalas tatapanku, jarumnya mengarah nyaris ke angka enam.
Sudah pagi? Cepat sekali.
Aku mematikan alarm yang baru akan berbunyi, dan mengambil segelas air dari botol di meja.
Keringat masih membasahi tubuhku, membuat piyamaku melekat di tubuhku.
Sigh,
Entah sampai kapan mimpi itu harus terus menghantui tidurku, entah sampai kapan aku harus terus terbangun dengan keadaan keringat bercucuran dan jantung memburu seperti ini. Benar benar tidak menyenangkan.
Aku melepas pakaianku, mengganti pakaianku dengan seragam, dan bergegas berjalan menuju kamar mandi.
Sungguh tidak menyenangkan punya wajah dan tubuh seperti ini. Aku tidak pernah bisa merasa nyaman dan menikmati kehidupanku sebagai laki laki bebas.
Aku tidak bisa santai bolak balik di kos hanya dengan celana pendek dan kaos singlet, atau mungkin berjalan ke kamar mandi dengan keadaan setengah telanjang.
Why?
Karena tubuh sialan ini.
Tubuh yang tidak sepantasnya dimiliki oleh seorang pria.
Aku selalu ingin tahu bagaimana rasanya punya bulu kaki, menikmati bagaimana rasanya mencukur kumisku, atau melakukan hal hal lain yang berbau laki laki.
Aku terkadang iri pada teman temanku yang selalu bisa menarik celana panjang mereka dan dengan bangga memamerkan lebatnya bulu kaki mereka.
Menjijikan? Mungkin iya, tapi sebaiknya kalian juga merasakan bagaimana rasanya memiliki tubuh dengan kulit putih, mulus, dan halus, bagaikan wanita.
Aku beritahu, itu sama sekali ga menyenangkan!
Aku seringkali mencoba berjemur untuk mencoklatkan kulitku, tapi bukannya kulitku menghitam, yang terjadi malah aku menarik perhatian orang orang yang kebetulan lewat.
Sigh.
Aku juga ikut olahraga!
Aku berusaha keras mengeraskan tubuhku lewat judo, dan sudah ratusan bantingan, dan mungkin orang dengan jumlah yang sama sudah aku hempaskan ke tanah.
Tapi, otot yang kuharapkan akan mengisi tubuhku tak kunjung muncul. Jangankan otot, kapalan pun menolak memunculkan dirinya di tanganku.
Apa sebenarnya yang salah denganku?
Aku menutup pintu kamar mandiku perlahan, dan kuhela nafasku dengan berat, kutatap kaca berembun yang mematulkan wajahku disana.
Ini adalah yang terburuk.
Wajahku.
Aku merasa wajahku baik, dan tidak ada masalah, tapi entah kenapa wajah ini selalu menarik para lelaki untuk memandangiku, menggodaku, dan mengiraku wanita.
Apa aku perlu membuat goresan di sana sini untuk menunjukkan aku laki laki?
Sigh
Sudah berapa kali aku menghela nafas?
Umurku pasti sudah habis separuh seakarang.
Entahlah, mungkin memang sudah habis?
hahahaha!
Aku akhirnya mengambil gayung di dalam bak air, dan menggunakannya untuk membasahi tubuhku.
Aku melanjutkan ritual mandiku sambil melamun.
Sebenarnya aku tidak terlalu suka mandi pagi, tapi karena aku selalu terbangun dengan keadaan basah oleh keringat, mau tidak mau aku juga harus menjaga kebersihan tubuhku, dan itu harus!
Aku mengambil handuk, mengeringkan tubuhku, dan segera mengenakan seragamku.
Aku membuka pintu kamar mandi dengan perlahan, dan berbalik untuk segera pergi.
"W.... Waa! Siapa KAMU!"
Aku memiringkan tubuhku memandangi wanita yang berdiri di depanku.
"Apa? Ini aku, Yujii, ada apa Ve?"
Cewek itu menggeleng dan dengan gemetar memandang wajahku.
Aku menyentuh wajahku.
Sial
Aku lupa memakai maskerku!
Ah, sudahlah, toh sekarang seisi sekolah sudah melihat wajahku.
Aku tidak perduli apapun yang mereka katakan, gara gara anak sialan bernama Marco itu, sekarang aku harus siap dipandang aneh oleh seisi sekolah.
Sigh.....
"Y... Yuji....?"
aku mengangguk, wanita itu mengerjap beberapa kali, tampak tak percaya.
"K... Kamu, kok maskermu ga dipakai..? Kamu.... Cantik.... banget........"
"Makasih...."
Dengan jengah aku segera pergi meninggalkan Veve yang masih ternganga menatap ke arahku.
Sial, seperti inikah yang harus aku alami mulai saat ini?
mungkin aku sudah harus menyiapkan hatiku untuk menerima ejekan atau godaan dari banyak siswa di sekolahku, seperti masa SMP dulu.
Biarlah, toh aku juga sudah terbiasa dengan hal hal seperti itu. Aku hanya perlu menebalkan mukaku, dan tidak memperhatikan sekeliling seperti dulu, dan sisi baiknya, aku bisa menghemat uang lebih karena aku tidak perlu membeli masker untuk menutupi wajahku!
Sigh
Good Grief, Yujii.
Aku masuk ke kamarku, kemudian segera merapikan penampilanku, dan segera menarik sebungkus mie, dan menyeduhnya dengan air panas dari termos yang kubuat kemarin.
Seselesainya aku mengisi perutku dengan sebungkus mie dingin itu, aku segera menarik tas sekolahku dan segera menuruni tangga kosku menuju pintu keluar.
"Y.... Yujii......?"
Aku sedang berlutut saat seseorang memanggilku dengan ragu.
Sigh, here come the next dumbass
Aku menoleh, dan sosok Aya, teman kostku dan satu satunya teman terdekatku di sekolah tampak ternganga melihatku.
"Iya, kenapa Ya?"
Aya masih tampak terngaga menatap ke arahku, ia berkali kali membuka dan mengatupkan mulutnya sambil melihat ke arahku.
aku hanya menghela nafasku.
"Iya ini aku, kenapa harus kaget begitu sih?"
Aya menggeleng tak percaya, ia menunjuk ke arahku sambil melongo.
"Maskermu..... Maskermu....?"
"Udah kulepas, kemarin maskerku lepas di tengah sekolah, jadi sekarang ga ada gunanya lagi aku pakai...."
Jelasku dengan cepat, Aya mengangguk angguk paham, ia segera mengambil sepatu dari rak, dan mengenakannya.
"Ayo, kita pergi, atau kamu mau minjem rokku, Yuji-Chan?"
Aku menjitak kepalanya dengan kesal, dan segera pergi mendahuluinya.
"Hei, Tunggu! Jangan ngambek gitu dong!!!"
Aku tidak menghiraukan teriakan Aya, dengan langkah lebar aku membawa tubuh kecilku pergi ke arah sekolah.
***
"Y... Yujii! Dia datang!"
Aku tersenyum manis, berjalan menembus wajah wajah yang tampak memperhatikanku, dan berjalan dengan cepat ke arah kerumunan lelaki yang tampak pucat melihat ke arahku.
"Y...Yuji!"
Benny segera berdiri dengan awas, diikuti beberapa anggota gank nya, dan dengan waspada melihat ke arahku.
"Mau apa kamu kesini?!"
Aku mendengus sebal mendengar hardikkan mereka.
Apa mereka selalu menggunakan nada seperti ini pada setiap orang sih?
Aku kembali berusaha untuk tersenyum.
Mamiku bilang kalau aku tersenyum orang pasti akan tersenyum padaku, jadi aku selalu berusaha ramah pada setiap orang.
"Aku, aku mencari Marco....!"
Mereka semua melebarkan matanya mendengar perkataanku.
"Ada apa dengan Marco?!"
Benny segera bersikap defensif, mereka merapatkan barisan mereka seakan aku adalah banteng yang siap menabrak mereka.
"Ada yang harus aku katakan padanya. Aku mau bertemu!"
"Memangnya kamu mau apa? Marco ga ada di"
"Udahlah Ben!"
Benny tersentak, Marco akhirnya menyeruak keluar dari barisan mereka, dan menampilkan dirinya di hadapanku.
Aku nyaris tertawa melihat keadaannya, matanya masih tampak lebam, dan aku bisa melihat bekas bengkak di pipinya, serta perban terbalut di wajahnya
Apa aku kemarin terlalu keras menghajarnya?
seingatku aku cuma membantingnya 3 kali, dan mendaratkan beberapa belas pukulan di wajah dan tubuhnya......
Okey,
Memang agak keterlaluan sih, tapi kupikir itu pantas untuknya, karena berani berani menarik maskerku secara curang.
Walaupun secara teknis itu memang kecelakaan
Tapi tetap saja itu membuatku kesal, dan untukku, orang yang membuatku kesal harus membayar mahal!
Marco menaikkan bibir bawahnya dan menaikkan wajahnya dengan angkuh.
Aku bisa melihat raut ketakutan di wajahnya, tapi ia bertingkah seakan ia menantangku untuk berkelahi.
Anak sialan, apa aku perlu membuat hidungnya bocor lagi?
Pasti asik, tapi sayangnya aku tidak mungkin melakukannya sekarang, karena aku punya perjanjian yang harus kutepati.
"Mau apa kamu kesini, hah?"
Marco bertanya dengan nada congkak ke arahku
Sial, aku benar benar mau nonjok anak ini sekarang rasanya.
Aku harus mengendalikan emosiku! Aku harus mengendalikan emosi! Bagaimanapun juga, dia sudah memenangkan taruhannya.
"Aku? Kesini? Jelas untuk bergabung dengan kalian...!"
Mereka semua mendadak melotot dan melebarkan matanya.
"Ha?"
Mereka semua melongo bersamaan, dan memajukan lehernya seakan mereka segerombolan burung pelikan.
Aku harus menjaga emosiku, aku harus tetap tersenyum...!
Tampaknya aku harus bertahan menghadapi serombongan idiot ini.
Sial, aku menyesal karena sudah membuat taruhan begitu, seharusnya kemarin pertaruhannya bertarung sampai mati, jadi kalau aku kalah pun aku ga harus bergabung sama mereka.
"Ya, sesuai janjiku kan, kalau kalian bisa merebut maskerku aku mau bergabung dengan kalian, oh, ya, kalian semua kalah melawanku, dan yang kuanggap menang cuma Marco, karena itu aku cuma mau bicara padanya, dan aku cuma mau menerima perintahnya, sesuai janjiku...."
jelasku pada mereka.
Mereka semua mengangguk beramai ramai, mengingatkanku pada boneka anjing di mobil yang kemarin aku remas sampai hancur karena gemas.
"Jadi, sekarang aku resmi bergabung dengan kalian, ya kan..?"
Aku meremas boneka tepung yang sudah aku siapkan di rumah kalau kalau aku perlu, dan ternyata, memang perlu kan?
Aku harus banyak bersabar untuk meladeni mereka, mungkin nanti aku harus mencoba untuk menyesuakan diriku dengan mereka atau mungkin aku akan gila.
Sigh.
Ah, lagi lagi aku menghela nafas.....
Aku menatap Marco yang menaikkan wajahnya dengan muka penuh kemenangan.
Sungguh sial.....
@ularuskasurius @obay @4ndh0 @congcong @nero_dante1 @beepe
apdett
wakakakakkkkkkk.... ) ) )
kurang panjaaaaannngggggg.........................
@boyzfath
apdettt...
Cantik tp mematikan uwoooo...
Next update nya besok lg ya ? *plakkk di lempar laptop samma @silverain
Hahaa kabooorrr, di tunggu ya nextnya jgn lama2. Like this yo
"Ini?"
"Letakkin aja disana..."
Aku dan Janto segera mengangkat sebuah lemari besar ke arah yang ditunjukkan Gege pada kami.
"Ge, abis ini kamu mesti traktir kami semua makan! Gila! Kamu ternyata nyimpan barang sebanyak ini di kamar kos kecilmu? Gila ini lebih banyak daripada isi gudangku!"
Aku nyerocos kesal karena sedari tadi barang barangnya tak kunjung habis kami pindahkan ke kamar Gege yang berada di lantai dua.
"Sudah, angkat aja njing...!"
Gege segera membalas cerocosanku dengan gertakan khasnya, ia kemudian kembali merapikan kasur yang barusaja didorong olehnya dan Benny dari lantai satu.
Gila anak ini, barangnya banyak banget! Masa lemari aja sampai ada 3, terus meja ada 2, belum lagi pernak pernik dan gantungan. Apa seisi rumahnya dipindahin kesini sih?! Tau gini tadi aku kabur aja deh, mending ke game centre daripada harus kerja bakti begini.
"Ada apa sih daritadi ribut aja?! Ah, ya, ini aku ada snack... Sambil dimakan aja, aku ga bisa abisin semua juga lagipula, nanti tenggorokanku sakit...."
Yujii yang mendadak muncul membawa sekaleng snack langsung mendatangi kami.
"Kalo kalian ribut terus nanti anak anak kost lain bisa pada protes, jadi tolong jangan teriak teriak! Oh, ya, ada yang perlu aku bantu ga...?"
Kami masih melongo menatap Yujii yang meletakkan kaleng biskuitnya di depan kami, dan berkacak pinggang menunggu jawaban kami.
Yujii akhirnya melengos sebal, dan menampilkan muka kesal.
"Kalian kenapa sih? Memangnya aku ga boleh bantu bantu sama sekali ya? Gimanapun sekarang aku sudah jadi anggota The Triumph kan? Jadi biasakan diri kalian. Hei, Gege, ada yang mau aku bantu angkat?"
Yujii mendelik melirik ke arah Gege yang segera salah tingkah dan tampak memerah wajahnya.
"Ah, nggak, kamu bantu beliin makanan aja gimana? Nih, uangnya, kamu beliin makanan buat mereka semua?"
Yujii hanya menatap kesal pada Gege yang dengan gugup menyerahkan beberapa lembar lima puluh ribuan ke arahnya.
"Ini mau beli makanan mewah dimana Ge? Atau mau dibelikan di restoran aja?"
"Ah, iya beli di restoran, ah, enggak, bukan, maksudnya, iya, iya, ini kebanyakan, jaga jaga kalau nanti kamu lebih, eh, maksudnya kalau nanti kurang uangnya...."
Yujii kembali mendengus sebal.
Kenapa sih ama Gege? Aku emang tau Yujii itu cantik banget, tapi kalau ampe salah tingkah segitunya berlebihan banget kan!
"Yaudah aku bawa dulu uangnya. Tunggu sebentar ya..."
Yujii mengambil lembaran uang lima puluh ribu yang mungkin cukup untuk dibelikan makanan sebulan itu, dan segera keluar dari kamar.
Seperginya Yujii dari kamar kami, Benny dan Tulus segera masuk ke dalam kamar, diikuti Adri yang berjalan mengikuti mereka.
"Dia..... Cantik banget........"
Gege masih tampak tertegun dan menatap ke arah pintu yang tadi dipakai Yujii untuk keluar.
"Ge, sadar Ge! Eh! Tadi kenapa si Yujii mendadak muncul sih?"
Benny dengan keponya segera bertanya ke arah kami, diikuti Tulus dan Adri yang mengangguk angguk cepat
"Ya ga aneh lah dia muncul disini, kan ini juga kos kosannya dia! Dasar bego..."
Benny hanya mendengus mendengar jawabanku, kemudian ia kembali melihat ke arah Gege.
"Gawat! Gege kayaknya pingsan sambil duduk! Ayo bantu aku sadarin dia!"
Benny menepuk nepuk pipi Gege perlahan, tapi orang yang disadarkan tak kunjung sadar.
"Wah wah, kayaknya dia benar benar shock! Ayo pukul lebih kencang!"
Tulus berbicara dengan nada anggunnya, dan kami semua serentak segera mengangguk dan bersama sama menyarangkan kepalan tinju di wajah Gege.
"Anj***! Siapa nonjok gua! Sakit njing!"
"Oke, dia sudah sadar...!"
Ujar Benny lega, tapi Gege malah semakin mengamuk
"Siapa yang pingsan! Sialan kalian!"
Gege terus mencak mencak marah dan mengatai kami dengan berbagai isi kebun binatang yang terlintas di kepalanya, sedangkan kami hanya mendengarkannya sambil lalu karena sudah terbiasa dengan sifatnya.
"Kok ga ada yang dengarin aku!"
Gege kembali menjerit kesal, Benny akhirnya terpaksa mengalihkan perhatiannya.
"hei, Ge, ngomong ngomong kenapa kamu mendadak pindah kos sih?"
pertanyaan Benny sukses membuat Gege terdiam seribu bahasa.
Gege menggaruk kepalanya, kemudian segera ia mencoba mengalihkan perhatiannya.
"Kalian tau ga sih gosip yang lagi trend di sekolah? Katanya ada anak orang super kaya di sekolah kita itu? Siapa ya dia?"
Aku melayangkan tonjokkan keduaku, diikuti dengan sebuah kepalan lain dari Janto bersarang di pipinya.
"Jangan mengalihkan pembicaraan!"
ujar Benny dengan kesal.
"Hmm, ya, ga ada kenapa kenapa kok! Memang aku lagi mau pindah kos aja kok! Lagipula kos ku yg lama.... ng.... Kotor!"
Aku menaikkan alisku
"Hah! Jangan boong deh Ge! Mana ada orang kayak kamu yang ga pernah bersih bersih kamar perduli mau pindah kos segala cuma karena kotor! Ketauan banget boongya! Ayo ngaku cepetan!"
Ujarku memberondongnya dengan kata kataku, membuat Gege mengeryit dengan sebal.
"Beneran kok! Aku ga bohong!"
Gege kembali berkeras, dan membuat Benny geleng geleng kepala dengan heran.
"Eh, udah deh, daripada ngomongin soal kosku, Menurut kalian Yujii itu aneh ga sih?"
Gege sukses membuat kami semua segera penasaran dan maju mendekatinya.
"Aneh gimana?"
Gege membuat buat mukanya seakan dia sedang berbicara hal penting,
"Ya, dia terlalu cantik aja, muka dan kulitnya juga putih mulus gitu, apa kalian ga curiga kalau dia cewek?"
Gege mengacungkan telunjuknya, seakan dia adalah seorang profesor yang sedang mengemukakan teorinya.
Kami semua berpandangan, kemudian menggeleng sambil mengangkat bahu kami.
Cewek?
anak ini pasti sudah mulai ngaco pikirannya, apa kebanyakan ngeluarin kata kata kasar jadi bodoh ya? Kalau dia cewek pasti dia masuknya toilet cewek kan?!
Yujii aja masuk toilet cowo tiap kali dia ke toilet, berarti kan sudah jelas dia cowok!
"AAAh! Kalian tuh ga peka! Mana ada sih cowok dengan wajah dan tubuh kayak gitu, pakaiannya juga selalu bersih, dan dia juga, aroma Vanilla itu, apa kalian ga curiga...?"
"Aku ga pernah cium, emang kamu ngendusin dia? Kurang kerjaan banget, nanti yang ada kamu malah ditonjok dia....!"
ujarku santai, semua orang lagi lagi mengangguk setuju
"Ahh! Kalian yang terlalu polos! Aku yakin kalau dia itu sebenarnya adalah cewek! tapi dia menyamar jadi cowok kayak di film film gitu! Masa kalian ga sadar sihh? Mukanya yang cantik, perawakannya yang manis itu, aroma vanilla itu.. Ah, aku tiap hari bakal dapat pemandangan indahh...!"
oke!
ternya itu modus bocah ini pindah kost! Aku harusanya sudah menduga!
muka muka kayak gege bersih bersih?
alibi!
"Kekuatannya gimana? Emang ada cewek yang bisa membantai satu gank cowok dengan mudahnya?"
Ujar Janto lagi dengan heran.
Aku segera menggaruk lebam di pipiku yang mendadak terasa kembali ngilu
Mengingatnya aja udah mengerikan!
Kalau dia emang cewek dia pasti ibu rumah tangga yang mengerikan!
"Hei, bisa aja kan dia udah dilatih beladiri dari kecil sehingga dia luarbiasa kuat kan?"
Ujar Gege dengan percaya diri.
Gila
Oraangtua macam apa yang tega mendidik anak perempuannya beladiri dari kecil sampai jadi petarung hendal begitu?
"Tapi kan dia sudah ada gebetan kan, si Lily anak kelas X-3 itu, kamu gatau? Gosipnya kan Yujii lagi pdkt sama cewek itu?!"
"Ah, siapa tau itu cuma gosip, mungkin dia terlalu dekat dengan Lily itu makanya gosipnya jadi menyebar. Lagipula Lily itu kan ga cantik cantik banget, aneh ga sih?"
ujar Gege
"Emang orang temenan bisa ampe ndatengin tiap pagi ya? Si Yujii tiap pagi datang ke kelasku cuma buat ngobrol ama si Lily itu lho...."
Ujar Tulus dengan nada anggunnya sambil mengusap usap poni lemparnya.
Kadang aku heran kenapa anak dengan tingkah tingkah sisy ini bisa dicap sebagai playboy di sekolah.
Si Tulus
Cowok paling genit kalo sudah liat cewek cantik, dan tidak ada cewek yang lolos dari rayuannya
Tapi tingkahnya itu
Anggun, dan selalu berbicara dengan kalem dan bercengkok(?)
"Ah, mungkin aja dia, engg....."
"Mungkin aja aku sama si Lily saudaraan, dan aku ama dia pura pura PDKT buat nutupin fakta kalo aku cewek...."
"Nah mungkin juga begitu!"
Ujar Gege, disambut anggukan dari kami.
.....................
"Eh...."
kami melotot bersamaan, dan segera mendongak ke atas
Yujii, tampak tersenyum manis ke arah kami.
"Jadi, kalian sudah ngobrol sampai dimana....?"
Aura dingin yang menegangkan mendadak muncul mengisi kamar Gege.
Yujii meremas kerah Gege, dan menariknya ke atas. Gege menggelepar hebat karena tercekik bajunya, sementara Yujii tersenyum manis ke arah kami, tapi entah kenapa kami malah merasakan rasa takut luarbiasa menyerang pikiran kami.
"Gege, aku pulang dulu ya, aku balik dulu ya!"
ujar Tulus..
"Aku juga pulang dulu deh, udah sore..."
Benny menambahkan, dan kami segera berbondong berjalan ke arah pintu.
"Kalian mau kemana? Ini kan makanannya belum dimakan...!"
Yujii semakin melebarkan senyumannya, dan aura dingin itu semakin menusuk tubuhku.
"Lagipula kamarnya sudah kukunci....."
ujarnya lagi, sambil berjalan ke arah kami dengan menyeret Gege yang sudah tak sadarkan diri di tangannya.
Kami segera pucat pasi, mengetahui apa yang akan segera terjadi.
***
"Au...."
Rasa nyeri segera menjalari tubuhku saat kain berisi es itu menempel di pipiku yang bengkak.
Ngilu rasanya, mengingat di tempat itu masih ada luka lebam yang belum sembuh, dan Yujii memberikanku pukulan telak di tempat yang sama.
Aku terus menempel nempelkan kain berisi es itu, berharap bengkaknya dapat segera mengempis.
"Marco, kamu bisa bantu Mama belikan sosis kalengan di dekat sekolahmu? Ada di mini market dekat sekolahmu, yang lain kayaknya sudah tutup soalnya..."
Mamaku mendadak menjulurkan kepalanya dari balik pintu, dan melirik ke arahku.
"Mama gimana sih, tau aja aku lagi sakit malah disuruh keluar keluar!"
"Aduh, tolong dong, kalo gak nanti kamu esok ga makan aja ya? Kan mama jadi ga bisa masak,...."
Aku mendengus sebal.
Ya sudahlah, lagipula aku juga bisa sekalian cari obat kompress dan penghilang nyeri untuk lukaku.
Gege sialan, karena dia sekarang seisi gank kami pasti sedang melakukan hal yang sama!
Benny esok mungkin akan mengeluarkan larangan untuk membicarakan Yujii pada seisi gank kami untuk menghindari jatuhnya korban lagi.
Aku segera mengambil kunci mobilku, dan bergegas mengendarai mobilku menuju mini market 24 jam yang ada di dekat komplek sekolahku.
Cukup jauh dari rumahku memang, tapi sayangnya itu adalah mini market 24 jam terdekat dari rumahku.
Sepuluh menit perjalananku menembus malam akhirnya selesai saat aku memarkirkan mobilku di depan mini market itu.
Aku bergegas turun dari mobil
Gila! Dingin banget!
Aku segera melipat kedua tanganku, dan berjalan masuk ke dalam mini market itu.
"Selamat datang...!"
Aku tidak memerdulikan sapaan dari kasir mini market itu, karena pandanganku sekarang bertemu dengan sepasang mata besar dan tajam berwarna hitam milik Yujii.
"Yujii....?"
Yujii segera tersenyum padaku dengan tangan penuh bungkusan mie instant.
"Ah, Marco! Kamu belanja juga...?"
aku mengangguk padanya, dan bergegas pergi melewatinya dan berjalan ke arah konter makanan kalengan, kemudian mengambil sekaleng sosis dengan logo sapi di kalengnya.
"Kamu beli sosis sapi?"
Yujii mendadak sudah muncul di belakangku, ia menyapaku dan tersenyum ramah.
"He eh, Mamaku ni, ngerepotin banget! Padahal aku males! Untung malam jadi jalan ga rame, bisa ngebut deh aku!"
Yujii tertawa mendengar omelanku, tumpukan mie instant tampak memenuhi tangannya.
"Wahh, sosis sapi ya, enak banget yahh. Aku di kos, jadi makannya pakai mie ajahh,,,"
ujarnya sambil megguncangkan tumpukan mie di tangannya.
"Aduh, kamu kok makan makanan begitu? Ga sehat tau! Balikin balikin...!"
Yujii menatapku sejenak, kemudian ia mengangguk dan segera meletakkan mie kembali ke konternya.
"Lho? Kok kamu balikin?"
aku menaikkan alisku dengan heran saat Yujii kembali ke arahku.
"Kan barusan kamu suruh aku balikin, jadi ya aku balikin..."
"Aku tau, tapi maksudku kenapa kamu nurut banget aku suruh gitu?"
Yujii memiringkan kepalanya dan balas menatap dengan heran
"Lho? Bukannya aku udah ada perjanjian ama kamu? Kan aku sudah bilang aku bakal menuruti perintahmu kan...."
Aku mengernyitkan dahiku
Emang harus dipatuhin ampe sekonyol ini ya?
Ini anak bener bener susah dipahami deh....
"Kamu bakal nurutin aku? Jadi apapun yang aku suruh kamu nurut? Kalo aku bilang aku mau kamu nyebur ke kolam depan mini market ini gimana?"
Aku menunjuk ke kolam kecil di depan mini market itu, Yujii cuma menatap kolam itu sebentar, dan menatap nanar ke padaku.
Sejenak kami hanya berpandangan, tak lama kemudian Yujii melemparkan HP dan dompetnya padaku.
Aku segera berusaha menangkapnya, dan saat aku menoleh kembali, dia sudah menghilang dan pergi keluar dari Mini market.
Apa yang dilakukannya?
apa dia benar benar mau menceburkan diri?
Di malam sedingin ini?
dia pasti bercanda!
aku segera mengejarnya, berusaha mencegah anak bodoh itu melanjutkan kebodohannya.
"H.. Hei! Stop!"
BYUR!
aku baru mencapai pintu kaca mini market, saat Yujii melompat masuk ke dalam kolam, dan kemudian segera keluar dengan mengigil dan mendatangiku.
"Apa... Segini.... cukup, marco.....?
Ujarnya dengan suara bergetar menahan dingin.
"Bodoh! Ngapain dilakuin!"
ujarku dengan panik, sementara dua cewek penjaga kasir berbisik satu sama lainn.
"Jahat banget ceweknya disuruh nyebur kolam!"
"Iya, cowok ga berperasaan!"
aku melemparkan pandangan membunuh yang segera membungkam mereka, kemudian kembali menatap Yujii
Bibir mungilnya membiru, dan dia melipat kedua tangannya,
Aku segera membayar sosis belanjaanku, kemudian segera mengamit tangannya dan membawanya pergi.
"Anak bodoh! Aku cuma bercanda! Kamu kok ga mikir sama sekali sih?!"
aku memaksanya masuk ke dalam mobil dan segera mengemudikan mobilku ke arah kostnya.
"Aku bisa pulang sendiri, Aku gapapa kok..."
"Jangan sok ya! Kamu udah mengigil gitu pake sok hebat lagi! Nanti malah sakit!"
Aku dengan tergesa memarkirkan mobilku di pekarangan kostnya, dan menyeretnya keluar dari mobil.
Dengan segera tubuh kecilnya kubawa masuk ke dalam kamarnya. Aku menarik pakaiannya.
"W... WOA! Apa apaan ini! Jangan! Jangan! Berenti!"
Yujii dengan panik mendorong tubuhku, membuat tanganku terlepas dari pakaiannya.
Ia tampak salah tingkah sejenak, kemudian menundukkan kepalanya.
"Aku bisa ganti sendiri, kamu sebaiknya jangan liat, aku bisa sendiri kok, kamu pulang aja, ini udah larut..."
ujarnya terbata bata.
"Ngusir aku ceritanya...?"
Yujii terkejut, dia segera memasang wajah bersalah.
"M... Maaf, bukan begitu...!!"
aku tertawa mendegarnya.
"Ga, cuma bercanda, iya aku pulang, ini udah malem juga, hehehe..."
Aku mengeluarkan kunci dari kantongku, dan berjalan menuju pintu.
"Yuji...!"
"Ya...?"
"Lain kali jangan bertindak bodoh cuma karena hal konyol!"
"I...iya! Baik!"
aku melambaikan tanganku, kemudian pergi meninggalkannya.