BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Piece of Unfinished Melody

1636466686988

Comments

  • sorry semua
    minggu ini lmyn sibuk
    jadi ga bisa apdet
    T T
  • nunggu update an ahhhh
  • @silverrain gue doain semua kegiatannya dilancarkan. jadi bisa cepat apdet cerita ini deh
  • tidak boleh tenggelam, up ahh....
  • esok apdet.
    semoga lancarrr
    :D
  • aminnnnnn.......
  • Yay! Tomorrow update? Okay, we'll wait then.
  • Marco's View

    Tanganku sakit.
    Kakiku sakit.
    Badanku ngilu semua
    Bajuku sobek.
    Kulitku lecet.
    Wajah tampan menawanku lecek.

    Huahh

    Hari ini benar benar hari yang buruk untukku.
    Kenapa bisa bisanya aku menceburkan diri ke dalam sungai cuma demi mengejar tamagochi sih?!
    Kalo aku pikir ulang lagi, aku kok mirip anjing peliharaan Yujii ya tadi?
    Begitu dia lempar tamagochinya ke air, aku langsung lompat menangkapnya.
    Tapi...
    Kalau aku pikir pikir, aku sigap juga ya?
    Begitu ada benda melayang aku langsung menangkapnya.
    Mungkin aku harus mempertimbangkan untuk ikut lomba anjing pintar tahun depan.
    Ya, benar, nanti aku coba minta Mama.

    "............................................"


    "....................................................."

    "Hei..."

    "Hei......"


    "................................."

    Kami kembali memasang mode getar di mulut kami, perjalanan pulang menyusur gunung ini jadi terasa sangat jauh karena kami sedaritadi terus berdiam diri satu sama lain, Yujii juga memilih diam daripada memarahiku, sedangkan aku sendiri rasanya kehilangan moodku untuk berbicara.

    Aku menoleh ke arah Yujii.
    Ia memicingkan matanya dan mengerutkan keningnya, tampak berkonsentrasi total memeriksa jalan di depannya.
    Aku menolehkan mataku ke depan.

    Memangnya kenapa dengan jalan ini, apa mungkin bisa ada beruang yang muncul?
    Atau mungkin keluarga Yujii memasang berbagai perangkap mematikan yang akan membunuh siapapun yang lengah diu gunung ini?
    Aku menerawang, mengingat kembali semua yang sudah dilakukan Yujii selama masa sekolah.
    Hmm...
    Benar, pasti dugaanku tepat, mereka semua adalah pembunuh berdarah dingin yang mungkin akan menembak seorang bocah yang tanpa sengaja menendang bola sepak ke dalam halamannya.
    Ya, aku yakin!
    Dan sekarang Yujii pasti sedang berkonsentrasi karena dia tidak mau satu dari serangkaian jebakan maut itu merenggut nyawa kami di perjalanan pulang!

    "Hei, Yujii! Daritadi kamu serius banget? Memangnya ada apa?"

    Yujii tampak tersentak dan segera terlepas dari konsentrasinya.

    "A...apa...?"

    "Aku nanya, kenapa kamu sedaritadi kayaknya serius banget merhatiin jalan? Pasti supaya kita ga kena perangkap yang sudah kamu pasang kan...?"

    Yujii tampak kebingungan, dengan gelagapan dia menatap ke arahku dan ke arah jalan bergantian.

    "A.. Aku, bukan! Bukan begitu! Agh! Aku ga masang jebakan apapun disana!"

    "Lalu? Kenapa daritadi kamu serius banget merhatikan jalan? Bukannya karena kamu takut kalau salah satu dari jebakan itu ga sengaja mengenai kita kan?"

    "Hei! Jangan asal nuduh aku Marco! Aku ga ada masang apapun, dan daritadi aku juga santai aja kok!"

    "Masa? Lalu kenapa mukamu serius gitu? Apa yang kamu pikirin? Memangnya ada apa?"

    Yujii dengan panik karena merasa kalah berkali kali membuka dan menutup mulutnya, dia melihat ke segala arah dengan panik.

    "Hei! Yujii! Kalo kamu nyari alasan, alasan ga tumbuh di hutan jadi jelasin ke aku sekarang!"

    "Ga ada! Memang ga ada apa apa kok!"

    "Yaudah kalo gitu kamu ga perlu nyuekin aku kan! Sekali sekali ajak aku ngobrol atau liat aku kenapa??"

    "Ha? I.. iya! Lagipula daritadi kamu juga ga ada ngajak aku ngobrol!"

    Aku memperbaiki posisi kacamataku yang sudah buram karena dikotori air sungai, kemudian menatapnya sinis.
    Yujii sejenak berhenti memapahku, dan membalas tatapanku dengan wajah bingung.

    "Ada apa Marco?"

    Dia mendadak membuang tatapannya ke bawah, kemudian dengan kikuk melanjutkan memapahku sambil terdiam.


    Ah, entahlah, biarkan saja....

    "....co....."

    "Mar.... coooo....."

    Mendadak teriakan teriakan pilu terdengar memecah keheningan.
    Suara Tulus? dan Benny?

    "Yujii kuuu~~~~~!!!!"

    Dan suara Gege.......


    Aku dan Yujii berpandangan.

    "Mereka kayaknya mencarimu kemana mana? Apa tadi kamu pergi diam diam?"

    Aku mengangkat bahuku dan menggeleng.

    "Bukan cuma aku, tuh, ada yang mencarimu! Aku tadi ga pergi diam diam, Lina yang menyuruhku pergi menemuimu."

    Yujii menghela nafasnya

    "Lina? Pasti dia usil lagi kayak biasa..."

    Aku mengerutkan keningku menatap ke arah Yujii

    "Maksudmu?"

    "Nanti kamu lihat sendiri, ayo, kita sudah hampir masuk desa, jangan buat mereka semakin panik, apa lagi si tonggos satu itu, aku yakin dia bakal semakin anarkis dalam beberapa menit kedepan..."

    "Gege maksudmu.?"

    "Masih perlu ditanya?"

    Yujii menatap, menunggu jawabanku.
    Aku menggeleng, dan kami berdua segera berjalan melewati garis hutan, masuk ke desa yang tampak sudah lengang.

    "Ngomong ngomong desa ini kecil banget ya...?"

    Yujii hanya tersenyum tipis mendengar perkataanku.

    "Sebenarnya ini bukan desa, tapi adalah komplek perumahan untuk karyawan dan pegawai Papa, tapi karena keusilan papa, dia malah membuat semuanya seperti desa kecil..."

    "Semua orang ini karyawan ayahmu? Makanya aku heran kenapa gaya rumah di desa ini benar benar tidak biasa..."

    "Yeah, Papa mau semuanya bergaya perkampungan tradisional korea, makanya bentuknya jadi aneh begini..."

    Ujar Yujii seraya menunjuk ke arah barisan guci, dan seorang wanita tua yang tampak sedang asik mengaduk aduk isinya.

    "Akhirnya kita sampai! Astaga, Gege...."

    Yujii terhenti di depan gerbang rumahnya dan ternganga menatap Gege yang sudah membuat api unggun raksasa setinggi 2 meter lebih dan mengumpulkan banyak sekali orang di depan api unggun, sementara Benny tampak bersimpuh dan menangis sambil memeluk sesuatu.
    Tak jauh dari tempat itu aku melihat Lina dengan panik berlari dari dalam rumah membawa sepasukan penjaga yang menenteng ember ember air.

    "Siram! Padamkan api unggun itu! Tangkap pelakunya! Itu! Yang kecil lepek dan tonggos itu! amankan dia!"

    Lina berteriak, sementara Gege masih berorasi saat penjaga penjaga itu membantingnya ke lantai dan memiting tangannya.

    "KITA HARUS MENYELAMATKAN YUJII! YUJII PASTI ADA DISEKITAR SINI! JAGA APINYAA! SUPAYA YUJII TAHU JALAN PULANGG!! YUJIII!!!!"

    Beberapa anggota The RantauZ, maksudku, The Triumph yang mendukung Gege tampak ikut dijatuhkan ke tanah, sementara Benny masih meraung raung menangis.

    "Kenapa dengan Benny?"

    Yujii mengangkat bahunya, dengan bingung menggeleng sambil menatap ke arah Benny.

    "M.. Marcooo! Kembalilah!! Jangan jadi begini!!! Marcooo...!"

    Aku dan Yujii melotot kaget berpandangan.
    Ternyata.
    Benny begitu perhatian padaku sampai menguatirkanku begitu hebat.

    "Marcoo...!"

    Aku nyaris terharu mendengar tangisan meraung raungnya, ia memeluk sesuatu, dan menatap ke arah langit.
    Aku dengan segera mendekati Benny.
    Mungkin pelukan persahabatan bisa membuatnya lebih tenang.

    "Marcoo! Kalau kamu begini siapa yang bisa antar pulang gratiss??! Ongkos taksi mahaall! Marc Uph~!"

    Sebuah injakan telak dariku bersarang tepat di belakang kepalanya, menanamkan wajahnya ke tanah.

    Sial, jadi karena itu dia menguatirkanku?!

    "CUKUP! Matikan apinya! He! Tonggos! Itu temanmu sudah kembali!! Matikan apinya! Pengawal Cho! Matikan apinya!"

    Lina dengan sinis menunjuk ke arah kami, dan berbicara dengan ketus ke arah Gege.

    "Yujii...? Kamu kembali..? Yujii...?"

    Entah dengan kekuatan luarbiasa darimana, Gege mendadak berdiri melemparkan penjaga yang memiting tangannya, kemudian berlari memeluk Yujii.

    "Yujii! Aku kangen kamu! Yujii! Aku tahu kamu baik baik saja! Yujii!"

    Gege memeluk Yujii dengan erat, kemudian menggosok gosok kepalanya di bahu Yujii.

    "Yujii! Aku tahu kamu pasti kemba..."

    Buak.

    "Ouph..."

    Bug!

    "Ukh....."

    Gege segera tumbang setelah sebuah tendangan di selangkangan dan tinjuan di ulu hati tepat bersarang di tubuhnya.

    "................"

    ".............................."

    "Penjaga, bawa dia ke ruangan Kepala Tabib Li..."

    "Siap Nona!"

    "Dan pastikan dia dirantai.."

    "Tentu Nona..."

    "Rantai Ganda..."

    "Akan kami lakukan...."

    Dua penjaga segera menggendong tubuh Gege yang terkulai lemas pergi dari medan laga yang sudah penuh asap kebakaran.

    "Ppph! Marco! Pphh..."

    Oh! Aku nyaris lupa!

    Aku segera mengangkat kakiku, dan Benny dengan mulut penuh rumput segera duduk dan memelukku.

    "Syukurlah! Aku kuatir banget Marco! Entah aku harus bagaimana kalau kamu ga ada!"

    "Maksudmu kamu gimana harus pulangnya, Benny...?"

    Tatapku dengan sinis.

    "Ya, ya, tapi aku kuatir kok! Aku yang pertama menggendongmu saat kamu berubah wujud!"

    "Berubah wujud?"

    Aku menatap Benny dengan bingung, sementara Yujii memutar bola matanya, dan melirik pada Lina yang tampak ikut salah tingkah sambil merapikan rambutnya agar tidak terlihat panik.

    "Kamu jadi, Oh! Itu kamu! Lho?! Jadi ini bukan kamu! Kata Lina kamu dikutuk roh penjaga rumah jadi begini!"

    Benny menunjuk ke arah tanah, dimana disana tergeletak.

    Sekarung tepung....
    Dikuncir di kedua ujungnya...
    Dengan BH berenda...
    Panty berenda....
    dan wajah yang digambar dengan lipstick...
    Tunggu dulu...

    "HEI! APA MAKSUDNYA BIBIR SETEBAL INI?! APA KAMU MENGHINA BIBIRKU HA?!~"

    Aku berteriak penuh emosi ke arah Lina.

    "Tunggu dulu, tunggu dulu, Marco!"

    Aku dengan amarah membuncah menatap ke arah Yujii.

    "Apa..?"

    "Kamu bukannya marah karena boneka ini pakai BH dan Panty vulgar ini, atau karena kunciran ini, atau mungkin kamu mau marah karena kamu dikira berubah jadi karung tepung? Kenapa malah marah karena lipstick yang terlalu tebal...?"

    "TERSERAH AKU!! AAAA!!!!"

    Biar! Masalah BH atau Panti bisa dibahas belakangan.
    Siapapun yang menghina bibirku akan berhadapan dengan murkaku!

    "Ahem, Yujii kamu sudah pulang, sebaiknya ayo temui Mama dan Papa, mereka tampaknya sudah benar benar kuatir padamu..."

    Lina segera membalik badannya dan pergi seakan tidak terjadi apapun.

    "L..Lina!!!!!"

    Aku kembali berteriak, tapi Lina segera membalik tubuhnya dan pergi menjauh.

    "Oh, ya, satu teman kalian masih ada di Aula utama mendengarkan cerita Mama. Kalau kalian ga cepat menolongnya, dia mungkin bisa mengalami dementia kronis..."

    "Linnaaaa!!!!"

    Aku berteriak keras saat Lina mengangkat rok panjangnya dan berlari cepat meninggalkan kami, bersamaan dengan Benny dan sisa The Triumph yang diseret oleh para Penjaga entah kemana.

    "Marco..."

    Aku menoleh ke belakang, dan sepasang mata hitam Yujii segera mengisi rongga penglihatanku.

    "Kamu dengar kata Lina kan? Kayaknya Janto masih terbius dengan cerita Mamaku, sebaiknya kita menghentikannya..."

    Yujii bergegas mengamit tanganku, tubuh kecilnya berlari dengan riang membawaku, sambil sesekali menoleh ke belakang.

    Kenapa dia terlihat riang sekali?
    Padahal tadi dia pendiam banget?

    Samar seraya kami mendekati Aula utama, suara Nyonya Park terdengar samar dengan melodi yang membius.

    "Dan.... Saat itu, Nenek moyang keluarga Park ikut bertarung melawan tuan tanah bersama dengan para pelajar~~~~"


    "Marco! Ayo! Sebelum otak Janto tercuci sepenuhnya!"

    Yujii mempererat genggamannya, dan tersenyum padaku.
    Manis sekali....

    .......Love...
    ......How can I explain to you?
    .............The way I feel inside
    when I think of you......?"
  • pertamax
  • :))

    ahh,,yuji memang manis.. tp masih manis axel...
    #jilat
Sign In or Register to comment.