It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
tp lg sbk bgt maaf yaa
Salam
Hallo, semua, gimana kabarnya? maaf banget sampai saat ini aku masih belum lanjut cerita ini
bukan karena mandek, tapi karena kesibukan luarbiasaku.
jadi mohon maaf sampai sekarang cerita ini ga apdet.
tapi cerita ini g bakal setop.
pasti kulanjut aku janji.
jadi mohon maaf sekali lg karena membuat kalian menunggu
akhir minggu ini semoganya sudah berhenti semua kegiatannya, jadi mulai santai lg, dan semoga bisa mulai nulis secepetnya
thanks buat kesabarannya!
Silverrain
apa ini alasan Marco jd dokter,,, gilaaa penasaran mampus. aku jadi menduga-duga, dan itu membuat perasaanku gak enak, gak karuan, gak tenang... ohmegod!!!!!!!! ~X( ~X( ~X(
iya inget juga sama bagian itu, tp kmrn lg males komen jg blg 'ish' gt doang aja )
kangen kenny.. buruan kenny pindah sekolahnyaa...
yg minta bantuan mereka si kenny atau kevin ya dulu?
Kepalaku....
Kepalaku rasanya pusing.....
Rasanya hangat...
Apa ini?
Dimana aku...?
Aku mengedutkan bibirku, aroma lembab bercampur tanah mengisi rongga hidungku setiap aku menarik nafas.
Kepalaku terasa berdenyut nyeri, aku mencoba untuk berdiri, tapi tampaknya badanku menolak untuk mematuhinya.
Aku merasakan aliran air mengaliri wajahku.
Tanah yang kelam dan kelabu menyambutku saat aku membuka mataku.
Aroma lembab bercampur bau menusuk masih memenuhi hidungku.
Cahaya remang dan beberapa bilur cahaya terlihat di sekelilingku.
Aku pingsan?
Ah, yang kuingat hanyalah sebuah hentakan keras, nyeri, dan semuanya menjadi putih.
Jadi aku pingsan?
Aku tampaknya masih ada di lorong tempat kami tadi berkelahi.
Aku melihat ke sekeliling, anak anak yang kami hajar tampaknya masih terbaring tak bergerak.
Aku tak heran, walaupun cukup ragu mengapa Yujii masih membiarkan mereka hidup.
Dengan susah payah aku menegakkan punggungku, mencoba duduk.
Aku menggaruk rambutku, dan cairan merah kental memenuhi tanganku.
Darah?
"Marco? Kamu sudah sadar....?"
"Hmm...?"
Sebuah sosok mendekat ke arahku, dia membawa sebuah tongkat di tangan kirinya.
Pandanganku mengabur, dan cahaya yang datang dari belakang sosok itu menghalangi usahaku untuk mengenali siapa dia.
"Ini aku Yujii, tadi ada yang memukulmu, dan kamu pingsan...."
Aroma manis vanilla segera memenuhi hidungku saat dia berjongkok di hadapanku, Yujii tampak bersimbah peluh, aroma vanilla kembali menerpa hidungku saat ia mengangkat tangannya mengusap keringat di wajahnya.
"Sial, padahal aku kira aku bisa kejar orang itu..."
Umpat Yujii kesal.
"Kemana saja kamu...?"
Yujii menoleh bingung.
"Mengejar orang yang tadi memukulmu tentu saja, kita pasti bisa dapat informasi dari mereka, ya kan....?"
"Informasi....?"
Yujii mengangguk, ia tersenyum santai, tanpa tahu kata kata yang akan menyambutnya.
"Kenapa kamu ga menolongku....?"
Yujii tersentak sekejap.
"M... Kukira kalau aku mengejar dia, aku bisa mendapat informasi...."
"Jadi informasinya lebih penting dariku...?"
Entah bagaimana, perasaan cemburu mulai membakar sudut hatiku.
Yujii terdiam, tampak kehilangan kata kata, ia menarik nafasnya.
"Tapi kalau aku bisa mendapatkan informasi yang cukup, kita pasti bisa tahu siapa yang selama ini membuat kita dalam bahaya.."
"Dengan meninggalkanku dalam bahaya...?"
Yujii terdiam lagi, aku tidak perduli, aku pun tidak mengerti darimana rasa cemburu ini muncul, tapi kali ini aku mengikuti godaannya untuk mengeluarkan kekecewaanku.
"Kamu mengejar orang itu, tanpa perduli aku ada disini terbaring dengan kepala berdarah? Kamu ga perduli kalau ada apa apa denganku....?"
Aku menunjukkan tanganku yang penuh darah padanya, kemudian menyekanya ke baju kaosku.
Okay, mungkin kemarahan ini muncul karena kepalaku yang sedaritadi berdenyut nyeri, atau mungkin karena rasa pusing yang masih belum bisa kukuasai sampai sekarang.
"Atau mungkin kalau salah satu dari mereka bangun duluan, lalu mereka menyeretku, menyekapku, atau mungkin membunuhku?"
Aku berdiri dalam kemarahan, Yujii tetap jongkok tertunduk, nafasku memburu, kemarahan memenuhi pikiranku.
"Kamu ga perduli padaku? Kamu ga perduli keselamatanku...?"
"YA? MEREKA LEBIH PENTING, Ya kan? DAN AKU GA LEBIH PENTING DARIPADA MEREKA?! JAWAB?!"
"M... Marco, maaf....."
"HAH! Kamu ga perduli padaku! Kamu lebih mementingkan orang lain daripada aku? Keselamatanku? Kamu tau? Aku... aku...."
Aku menarik nafas, dan membiarkan semuanya keluar.
"Aku cemburu........"
Yujii mendadak terkesikap, ia menatapku dengan wajah kemerahan dan mulut ternganga.
Aku menatapnya dalam, kesunyian sejenak memeluk kami berdua, hanya suara tetes air yang berbisik di telingaku.
"Ya, aku cemburu pada mereka.................."
======================================
Kamar Kost Yujii, 17:40
Yujii's View
"Ini semakin berbahaya...."
Gege mengangguk, Benny menghentikan kata katanya, tampak berpikir sejenak.
"Mereka mulai menyerang dalam jumlah besar, dan membawa benda tajam..."
"Sebelumnya Tulus juga sudah dibacok dengan benda tajam..."
Sanggah Hendra
"Ya, tapi kali ini mereka muncul secara frontal dengan senjata tajam, kita bisa menyimpulkan kalau mereka semakin berani..."
Semua orang mengangguk setuju, Aku terdiam, sambil menatap Marco yang duduk jauh di seberangku sambil membuang pandang ke arah jendela.
"Keahlian mereka juga bertambah, bahkan duet Marco Yujii pun bisa mereka kalahkan...."
"Aku ga kalah, aku cuma lengah, makanya bisa seperti ini..."
Marco menyanggah dengan anda tidak setuju.
"Yeah, benar, lagipula, awalnya kami juga..."
Kata kataku terhenti saat Marco menatapku dengan tatapan tajam.
"Baiklah, tapi yang pasti, kita harus semakin berhati hati, mungkin tinggal tunggu waktu sampai mereka berani menyerang ke rumah atau kost kalian. Untuk sementara sebaiknya kita berjaga jaga...."
Tambah Benny. Ia menimang nimang sejenak, kemudian mulai berbicara lagi.
"Aku tinggal bersama keluarga jauhku di rumah, jadi kupikir aku cukup aman, begitu juga dengan yang lainnya, mereka semua berada di asrama, jadi kupikir mereka tidak akan berani menerobos masuk. Begitu pula Marco yang tinggal bersama keluarga"
Benny kemudian menatap ke arahku.
"Yang jadi masalah adalah kamu, Yujii."
Aku membalas tatapan Benny, menunggu kata katanya.
"Kamu tinggal di kost sendirian, dan seperti yang bisa kita lihat, kamarmu berbeda sendiri dengan anak kost yang lainnya. Gege bisa dibilang cukup aman karena dia berada di dalam, dan banyak orang di sekitarnya, sedangkan kamarmu berada di luar beranda, sangat mungkin kalau mereka menyerangmu pada saat kamu tertidur tanpa diketahui seisi kost..."
Tulus mengangguk.
"Dan lagi, Yujii manis, kamu salah satu orang dengan kemampuan berkelahi yang lumayan hebat di antara kami, bukan tidak mungkin mereka akan berpikir menyingkirkanmu duluan di saat kamu lengah..."
Dengan jari jari lentiknya Tulus menunjuk dan menjelaskan padaku, tapi pikiranku hanya terfokus pada lelaki berkacamata dengan wajah cemberut dan terus menerus membuang pandang dari tatapanku.
"Benar juga, jadi Yujii perlu dilindungi..."
Janto mengangguk paham.
"Ya, kupikir harus ada yang tinggal disini, dan tidur bersama Yujii, kupikir dengan begitu lebih aman...?"
"Benar, Tulus, dan jangan lupa, orang itu harus cukup kuat berkelahi..."
Tulus menimang nimang.
"Anggota kita rata rata memiliki kemampuan yang lumayan, tapi masih pada batas rata rata, kalau kemampuan berkelahi, bukan OTOT tanpa otak...."
Tulus menekankan tiga kata terakhir sambil melirik ke arah Janto
"Berarti yang tersisa cuma Billy, Darto, Kau Benny, Gege, dan Marco...."
Lanjut Tulus.
"Dan melihat kemungkinan bahwa Billy dan Darto ga mungkin tinggal disini karena mereka ga bisa meninggalkan asrama, berarti tersisa Benny, Marco, dan Ge...ge...."
Tulus menatap ngeri pada Gege yang menitikkan air liurnya, kemudian maju perlahan sambil menjilat bibirnya.
"Wah, kalau begitu aku aja, aku kan satu kost, dan aku juga lumayan tangguh, jadi kenapa enggak kalau aku aj.. ARGH!"
Belum selesai kata katanya, aku sudah mengambil tali tambang dan menjeratnya, kemudian mengikatnya dengan kencang.
"Jauhkan hidung belang ini dariku..."
"Aku setuju"
"Setuju"
Benny menghela nafasnya, ia menatap ke arahku dan Marco, dan menghela nafas lagi, karena ia tahu masalah yang terjadi antara aku dan Marco.
"Yasudah, kalau begitu, apa boleh buat, ak-"
"Aku yang tinggal di kamar Yujii, aku sudah izin mama...."
Marco mendadak berceletuk sambil memamerkan hpnya, seakan kami bisa membaca pesan yang ada di layar.
Aku dan Benny tersentak kaget, tapi Benny kemudian tersenyum dan mengedip padaku.
Marco masih menatapku tajam, ia melipat kedua tangannya di dada, dan menatapku seakan aku tersangka yang sedang diadili olehnya.
"Oke, Marco akan menginap disini menemani Yujii..."
Semua orang mengangguk kecuali Gege yang tergantung di tengah tengah kami, ia menggeliat hebat.
"Rapat selesai, semua tolong pulang berkelompok, dan perhatikan sekeliling kalian, sementara bawalah senjata bersama kalian, tapi jangan senjata tajam, karena kita masih berada di bawah pengawasan sekolah..."
Benny mengeluarkan sebuah tongkat kayu sepanjang satu meter dari balik tubuhnya, sambil mengedip pada kami.
"Jangan kuatir padaku, rumahku dekat darisini, jaga diri kalian...."
Benny melambaikan tangannya, dan segera berlalu menuruni tangga balkon.
"Kami juga pulang dulu deh, hati hati...."
Teman teman yang lain mulai membubarkan diri satu persatu, dan Tulus pergi keluar sambil menyeret Gege yang menggeliat hebat.
"MMhhh!! Mhh!! MMMff!!!"
"Oke, selamat malam juga Gege..."
Ucapku datar sambil membanting pintu kamar.
Kubalik tubuhku, dan menatap Marco yang membisu sambil duduk di lantai kamarku.
"Marco, kasurku cukup besar buat kita berdua, jadi ka-"
"Hmm....!"
Tanpa menoleh ke arahku, Marco berdiri, kemudian melepaskan jaketnya dan merebahkan diri ke kasur, ia melepas kacamatanya, dan meletakkannya di meja kecil tepat disamping kasurku.
"Hei Marco...."
Ia memejamkan matanya, dan tidak menggubris kata kataku, aku tahu dia masih terjaga, tapi memang sengaja menutup mata dan berpura pura tidak mendengar.
Aku menghela nafas jengah.
Kulepaskan sweater turtleneck hitam yang kukenakan, kemudian ikut merebahkan diri di sampingnya.
Marco tampak awas sejenak, dan mengendus ke udara, membuatku otomatis mengendus ketiakku.
"Aku bau ya...?"
Dia tetap diam.
Aku menyentuh bahunya pelan, dan dia segera mengganti posisi tidurnya membelakangiku.
"Hei, Marco, terimakasih ya....."
"Yeah...."
Akhirnya sepatah kata muncul dari mulutnya.
"Ya, biar kuberitahu kamu, gimana caranya jadi sahabat yang baik...!"
Ujarnya tajam, tanpa menoleh sedikitpun ke arahku.
"Marco, maaf, kupikir waktu itu kamu bisa menjaga diri, dan informasi dari mereka bisa sangat berharga buat kita...."
"Hah....!!"
Sebuah desisan kesal meluncur, dan hanya itu tanggapannya padaku.
"Marco, aku minta maaf, tapi kalau kamu berpikir aku tidak menganggapmu penting, kamu salah besar, aku memang salah tadi aku tidak menolongmu lebih dahulu, tapi percayalah, aku juga menguatirkanmu..."
"................................."
Aku menghela nafasku.
"Lagipula, mana mungkin aku bisa menganggapmu ga penting? Sahabat? Kamu lebih dari sahabat bagiku...."
Marco membalik tubuhnya, dan duduk diam menatapku tajam, aku merasa benar benar tidak nyaman menatap matanya.
"Lebih dari teman? Apa maksudmu...?"
Ucapnya dingin, tajam dan penuh tekanan.
Aku menutup mataku dan menghela nafasku panjang.
=======================================
@totalfreak @el_crush @just_pj
@masdabudd @adra_84 @rarasipau
@ferry_six
@ularuskasurius @obay @4ndh0
@congcong @nero_dante1 @beepe
@boyzfath @hwankyung69 @danze
@callme_DIAZ
@hades3004 @chibipmahu
@gaudeamus @noe_noet
@abyan_alabqary @bintang96
@kebohenshin @yui_yoshioko
@Han_Gaozu hananta @bi_ngung
bandar beha @rubysuryo @adra_84
@venussalacca @ardi_cukup
@jhoshan26
@pokemon @rubysuryo @andhi90
@RiidzSyhptra @dityadrew2 @beepe
@yuureichi @raviz @angelofgay @adinu @ardi_cukup @bayucarita @A@ry
apdett