It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Gak ada pic nya broo.. inikan hanya tokoh yang aku ciptakan saja
Koji >> dia digambarkan sebagai anak laki-laki berusia 16 tahun yang selalu ceria dan terlihat polos, juga agak manja. Kulitnya putih bersih, wajahnya manis, bibirnya merah keriting, membuat wajahnya terlihat begitu cantik. Apalagi dgn rambutnya yg agak panjang dan diwarnai pirang karena dia memang hobi cosplaying.
Dio >> dia digambarkan sebagai sesosok hantu yang baik hati. Memakai pakaian putih panjang dengan wajah yang pucat dan suhu tubuh yang dingin. Wajahnya/penampakannya tidak seram tapi justru terlihat sangat manis. Dia mati di usia 18 tahun. Koji mengingatkannya pada gadis yang dulu ia sukai.
Henry >> digambarkan sebagai laki-laki berusia 21 tahun. Tubuhnya tinggi tegap, sedikit terbentuk tapi sangat sexy. Berkulit licin kecoklatan. Tampang bad boy namun terlihat manis dgn alisnya yg tebal dan mata yg agak sipit. Pribadi yg hangat. Dia anak tunggal sehingga menganggap Koji seperti adiknya sendiri.
gaktau jugak yaaa, kita liat saja nanti di chapter-chapter berikutnya wkwk
makasih
Aku tidur di pelukan Dio. Aku terbangun dan melihatnya masih menatapku. Ini sudah 1 jam. Tapi dia masih tetap pada posisi semula. Kulihat wajah manisnya yg pucat. Kita sudah sedekat ini. Namun aku tak bisa merasakan nafasnya. Hanya nafasku yang memburu. Ahh, benar, kadang aku lupa kalau dia ini hantu. Jangan salahkan aku. Itu karena dia begitu manis. Yaa, aku baru menyadari kalau wajahnya sangat manis. Sayang sekali dia harus mati di usia muda. Gadis itu benar-benar bodoh telah meninggalkan cowok ini.
Aku mengusap pipinya. Dingin. Lihatlah, ini seperti bedak. Apa dia benar-benar memakai bedak sehingga wajahnya sepucat ini? Aku terpana melihat wajahnya. Dia menatapku dalam. Entah apa yang dia pikirkan.
"Kita jalan-jalan?" ajaknya. Aku mengangguk sambil tersenyum.
Kamipun jalan-jalan menikmati udara sore hari. Anginnya sangat kencang. Tiba-tiba handphoneku berbunyi.
"Ahh..ayah!" aku mengangkat telfon antusias.
"Halo..ayah?"
"Koji, kau sudah makan siang?"
"Ah..belum, aku memikirkan kalian tadi. Apa kalian sudah selamat sampai di Tokyo? Bagaimana keadaan kakek dan nenek?"
"Iya, nak. Mereka baik. Mereka juga merindukanmu."
"Bilang pada mereka kalo aku sangat merindukan mereka. Kalian istirahatlah dulu dengan baik. Pasti kalian lelah setelah 9 jam di perjalanan."
"Baiklah. Kau juga, makan dan tidurlah dgn baik. Kami akan segera pulang setelah urusan disini selesai."
"Iya ayah, sampai nanti." tut tut tut.
"Sukurlah mereka sampai dgn selamat" kata Dio.
"Iyaa"
"Aku ingin menunjukkan padamu suatu tempat yang dulu sering aku dan Mina kunjungi"
"Ahh? Jadi... namanya Mina?"
Dia membenarkan.
"Gadis seperti apa dia?" aku memberanikan diri bertanya lagi.
"Dia gadis yang baik dan sederhana. Meskipun orang tuanya kaya raya tapi mereka hidup dengan sederhana. Aku sendiri berasal dari keluarga biasa. Tapi mereka bisa menerimaku dengan baik."
"Gadis seperti itu tak mungkin meninggalkanmu begitu saja tanpa alasan yang jelas. Pasti ada alasannya."
"Aku tau." wajahnya terlihat sedih.
Aku menepuk-nepuk pundaknya memberi dia semangat. Kemudian kuraih tangannya dan kugenggam dgn erat.
"Kita sudah sampai." dia menunjuk ke sebuah padang rumput yang banyak terdapat bunga.
"Ahh, indah sekali" kamipun duduk di rerumputan menikmati hembusan angin di sana.
Dio memetikkan setangkai bunga krisan kuning di antara banyaknya bunga di sana. Dia kemudian menyematkan bunga itu di telingaku. "Cantik sekali" dia tersenyum padaku. Namun, baru semenit semenjak bunga itu dipetik, dia sudah layu dan mengering. Senyum di wajahnyapun berubah menjadi ekspresi kesedihan.
"Kenapa bisa?" tanyaku heran.
"Entahlah. Setiap aku memetik bunga di sini dan hendak membawakannya ke rumahmu, bunga itu sudah layu mengering terlebih dahulu sebelum aku sampai. Untuk itu aku mengajakmu kesini. Bunga krisan kuning adalah bunga kesukaannya" jelasnya.
Aku kemudian memetik satu di antara banyaknya bunga krisan kuning itu. Kusematkan di telinga Dio. Dia sekarang terlihat makin unyu-unyu dengan bunga tersemat di telinganya. Akupun mentertawakannya. Dia tersenyum. Ahh, bunga itu tidak layu.
"Lain kali, jika kau ingin memetik bunga krisan kuning. Kau tinggal menyuruhku untuk memetikkannya saja untukmu." kataku.
"Baiklah." senyumnya melebar.
"Bolehkah kupinjam bahumu?" pintanya penuh harap.
"Tidak boleh!" tolakku tegas.
"5 menit saja" bujuknya.
Aku menggelengkan kepala.
"3 menit?"
"Tidak!"
"1 menit?"
"Aaah, tidak tidak!"
"Kalo begitu sampai aku melupakan kesedihanku?" dia menunggu jawabanku penuh harap.
Aku tersenyum, "Kenapa tidak bilang dari tadi. Tentu saja kau boleh meminjamnya" aku menepuk-nepuk bahuku tanda siap untuk dia pinjam. Dia mengerti kemudian bersandar di bahuku (asal kalian tau, meskipun usia hantu Dio 18 tahun tapi postur tubuh kami sama, bahkan mungkin aku lebih tinggi beberapa senti).
Kami berdua memejamkan mata sementara tangan kami saling menggenggam satu sama lain. Benar-benar momen yang damai. Aku belum pernah merasa sedamai ini. Entah perasaan apa ini.
(CONT)
Catatan penulis:
Whoaaaaa...Jio couple (Koji & Dio) ^o^
mohon sabar yaaa untuk apdetannya, ini aku agak tersendat dalam menuangkan perasaan mereka dalam bentuk tulisan. Hahaha. Maklum, masih pemula (author kemarin sore gituloh) wkwk xD
@aicasukakonde @hakenun @reyputra updated
yang gak minta dimensyen ya gak aku mensyen hehe xD
aha aha di padang bunga ajah!
*echi nya keluar )
aku gak suka,, kenapa gak bunga kamboja,, kan lebih serem,,agak agak penuh misteri gitu,, lok bunga kamboja,,,
nanti kalo update mention ya~ )
@Gabriel_Valiant berat donk bro bunga raflesia mah-..-
Sudah 2 hari keluargaku pergi ke Jepang, dan selama dua hari itu Dio slalu menemaniku. Aku menikmati saat-saat bersamanya, tapi kadang aku juga merindukan kak Henry. Ayah dan ibunya juga kadang mengunjungiku ke rumah. Aku sebenarnya masih suka chattingan dgn kak Henry, tapi gak begitu sering (karna dia sibuk). Dia selalu mengirimiku emoticon pocong yg bibirnya dimonyongin padaku (aku pengennya sih dicium beneran).
Hari ini cuaca tidak terlalu baik. Pulang sekolah aku kehujanan. Tak ada yg menjemputku. Biasanya kak Nori yg suka jemput, yaa mau gimana lagi. Alhasil seragamku basah semua. Untung tadi aku sempat minta kantong kresek ke sebuah warung, kupakai buat ngebungkus buku di tasku agar tak kena basah.
Brrrrr, sangat dingin. Badanku menggigil. Aku bisa masuk angin nih.
Aku tiba di rumah dengan badan mengigil. Aku memanggil bi Sumi namun tak ada jawaban. Kemudian aku memanggil-manggil Dio sambil mencari-cari handuk. Tiba-tiba pintu depan terbuka, itu bi Sumi. "Habis dari mana, bi?" tanyaku.
"Den, bibi tadi nyari den Koji, takut kehujanan, tapi gak ketemu-ketemu. Den gak kenapa-kenapa?" wajahnya terlihat khawatir.
Aku tersenyum, "Gakpapa kok bi, tolong bikinkan aku coklat panas aja, ya!" pintaku. Dia mengiyakan. Akupun naik ke atas ke kamarku. Tapi disana tidak ada Dio. Aku panggil-panggil dia namun tak ada juga jawaban. Sementara itu di luar masih hujan, namun tidak sederas tadi. Karena dingin akupun menyalakan penghangat. Tapi badanku masih saja menggigil.
Bi Sumi mengetuk pintu. "Masuk, bi!"
"Ini den coklat panasnya. Ada lagi yg bisa bibi bantu?"
"Engga, bi. Makasih, ya!"
"Sama-sama, den. Kalo gitu bibi permisi."
Ahh, coklat panas. Aku jadi teringat saat minum coklat panas dengan kak Henry beberapa waktu yg lalu. Tapi sekarang aku cuma sendirian. Bahkan si Dio pun tak menemaniku. Akupun segera menghabiskan coklat panasnya.
Semakin lama badanku kok semakin terasa gak enak, ya? Sakit sekujur tubuh, terasa linu. Aku juga bersin-bersin. Apa aku kena flu? Akupun memegang keningku. Ini panas gak ya? Aku gak bisa bedain.
Semakin lama badanku semakin terasa gak enak dan mataku terasa perih. Kupegang lagi keningku. Ahh, terasa panas. Sepertinya semakin lama menjadi semakin panas. Apa aku kena demam ya, pikirku. Anjirrr, si Dio kemanasih, gak muncul-muncul. Akupun meminta bi Sumi membawakanku obat.
Bi Sumi memegang keningku, "Astaga, panas den. Biar bibi kompres sekalian ya?". Aku setuju.
"Apa perlu bibi kasih tau ke tuan dan nyonya kalo den sakit?"
"Ahh, tolong jangan bi. Aku gamau mereka khawatir. Lagian besok juga paling sembuh. Aku gakpapa kok, bi." aku meyakinkan.
"Beneran gakpapa? Kalo begitu den panggil bibi aja kalo ada apa-apa, oke? Den juga harus istirahat yg cukup". Aku mengiyakan.
Aku berbaring di kasur, sendirian. Dio tidak ada di sini. Kulihat keluar jendela masih hujan, tapi cuma gerimis.
Akupun memutuskan untuk tidur. Namun selama tidur aku terus saja mengigau, gak bisa benar-benar tidur dengan nyenyak. Mungkin karna badanku terlalu panas.
**
Kudengar ada suara orang tertawa. Aku membuka mataku. Itu Dio. Kenapa dia tertawa? Sementara itu kulihat di luar hujan sudah reda.
"Hey, apa yg kau tertawakan?" tanyaku kesal.
"Aku memperhatikanmu tidur. Dan selama tidur kau selalu berbicara yang aneh-aneh. Hahaha."
"Manusia kalo lagi demam emang gitu!" aku seoalah mengajarkannya.
"Aku tau. Akupun pernah menjadi manusia. Bahkan aku lebih lama 2 tahun menjadi manusia ketimbang kau sekarang." dia menjulurkan lidahnya, wajahnya dijelek-jelekin ngeledek (ihh, kagak banget-..-).
"Kau ini menyebalkan sekali! Lagipula kenapa kau baru muncul sekarang? Tidak ada yg menemaniku tadi sehingga aku memutuskan untuk tidur. Jadinya yaa mengigau." kataku masih kesal.
"Eh..itu, anu...aku tadi... bersembunyi" katanya malu-malu.
"Heh? Bersembunyi dari siapa?" tanyaku penasaran.
"Sebenarnya.. sebenarnya aku takut hujan."
"Kenapa bisa?"
"Aku sudah menceritakannya, kan? Aku mati karna hujan. Motorku tergelincir dan mengalami kecelakaan. Jadi bisa dibilang...aku trauma, hehehe."
(hoanjerr, jadi hantu banyak gaya banget pakek acara trauma segala) "Hahaha...aku aja yang gak punya trauma apa-apa gak sombong" tawaku meledek.
"Ahh dasar kau bocah kemprus!!" dia menjitak kepalaku.
"Heyy, bisa-bisanya kau menjitak orang yang sedang sakit hah?" protesku. Aku lalu membalasnya. Kamipun berguyon di kasur. Sejenak aku bisa melupakan rasa sakitku. Aku tertawa-tawa bersamanya.
"Eh.." tiba-tiba dia terhenti.
"Bukankah seharusnya kau istirahat" dia melanjutkan. Aku mengiyakan. Dia kemudian memegang keningku.
"Tetap tidak turun. Masih panas seperti bola api." dia menyelimutiku. Wajahnya terlihat khawatir. Aku menatapnya. Hantu yang manis. Aku tertawa kecil dalam hati.
"Ahh, aku harus turun ke bawah sebentar!" kataku.
"Mau apa?" tanyanya.
"Aku lapar. Aku akan menyuruh bibi untuk membuatkanku bubur kacang.". Diapun mengizinkanku untuk turun ke bawah.
"Bi!" kataku pelan. Aku tidak bisa mengeraskan suaraku, terlalu lemas.
"Iya? Astagaa seharusnya kan den istirahat di tempat tidur." ahh dia mendengar suaraku yg pelan itu ternyata.
"Aku lapar bi. Bisa tolong buatkan aku bubur kacang?" pintaku.
"Oh, tentu saja, den. Sekarang sebaiknya kamu naik lagi ke atas dan berbaringlah. Nanti buburnya akan bibi antar. Den yg sabar, ya!". Akupun naik lagi ke atas, kepalaku sedikit pusing. Untung aja aku tidak sampai terjatuh.
Di kamar, Dio menemaniku. Dia di sisiku. Selimutan denganku. Cukup lama aku menunggu bi Sumi akhirnya dia datang juga mengantarkan bubur yg kupinta. Aku segera menyuruhnya untuk keluar lagi. Aku ingin menikmati saat-saat bersama Dio. Aku menyuruhnya untuk menyuapiku bubur. Dia memberi suapan bubur itu dengan lembut, tidak lupa meniupnya lebih dulu agar tidak terlalu panas. Aku terpana melihatnya.
"Kau tidak ikut makan?" tanyaku.
"Ahh, aku kan cuma hantu."
"Hehehe, benar juga!"
Buburnya telah habis. Ahh, kenyang rasanya. Dio kemudian memelukku. Kamipun kembali berbaring. Akupun memeluknya. Tiba-tiba... dia mendekatkan wajahnya ke wajahku, dia menutup matanya dan... cup... dia menciumku, aku sempat melongo. Sempat aku menolaknya dan menjauhkan wajahku, namun ditahan olehnya. Astagaa, kalian tahu? Ini adalah ciuman pertamaku. Dan aku melakukannya dengan hantu. Akhirnya aku memejamkan mataku kemudian juga memainkan bibir dan lidahku, aku memegang kedua pipinya dengan kedua tanganku. Hawa dingin di tubuhnya bertemu dengan hawa panas di tubuhku membuat ini menjadi terasa hangat. Cukup lama kami berada pada posisi ini.
Selesai, dia menjauhkan wajahnya seakan sadar apa yang tadi telah dia lakukan. Dia berbalik membelakangiku, "Ahh, tidak seharusnya aku melakukan ini. Maaf."
"Tidak apa-apa." aku memegang pundaknya.
Dia berbalik dan tersenyum. Dia kemudian membuang kompresan di keningku lalu meletakkan tangannya di keningku, "Biar aku saja yg mengompresmu. Tanganku cukup dingin untuk melakukannya.". Aku mengiyakan.
"Kau tidurlah. Aku akan tetap seperti ini sampai demammu reda." katanya penuh perhatian. Aku mengangguk sambil tersenyum, kemudian memejamkan mata. Aku kembali tertidur. Kali aku ini bisa tidur dgn nyenyak. Terimakasih hantu Dio.
**
Aku tidak bisa tidur dengan nyenyak lebih lama. Suara halilintar yang saling bersautan di luar cukup menggangguku. Ditambah lagi orang (maksudku hantu) yang ada di sampingku ini gemeteran. Ahh, di luar hujan deras, pasti dia ketakukan. Aku meraih kedua tangannya. Tadi dia tidak mau melepaskan tangannya yang menempel di keningku. Sehingga aku hanya bisa menggenggam erat tangan satunya dengan kedua tanganku.
"Jangan biarkan tangan yg menempel di keningmu ini bergeser sedikitpun. Aku sudah bilang akan tetap pada posisi ini sampai demammu reda." dia berbicara sambil gemetaran ketakutan. Mungkin kalo tidak khawatir padaku dari tadi dia sudah menghilang dan gak muncul karna takut hujan.
"Kau tenanglah. Aku akan menggenggam tanganmu. Ada aku si sisimu. Ini tidak apa-apa" kataku menenangkan.
"Ya, kuharap begitu." dia masih saja terlihat ketakutan. Hahaha, kalo diperhatikan wajahnya kalo lagi takut lucu banget. Bener-bener mukak lawak dia ni. Dia kemudian membenamkan wajahnya di dadaku.
"Kau pejamkanlah matamu. Kita tidur bersama. Aku akan melupakan demamku, dan kau akan melupakan hujan di luar. Bagaimana?". Dia menggangguk setuju.
Sepertinya dia sedikit agak lebih tenang. Aku terus berusaha meyakinkannya supaya tidak takut. Akhirnya kamipun tertidur di bawah selimut yang sama. Satu tangannya tetap berada di keningku. Tanganku tetap menggenggam tangannya yg satu lagi. Dan tanganku yang satunya memeluk tubuhnya. Sweet moment.
**
Tengah malam aku terjaga. Tangan Dio masih memegang keningku. Dia tertidur. Ahh, badanku sudah tidak panas lagi, tapi masih sedikit pusing. Aku menurunkan tangan Dio dari keningku, kemudian mencoba bangkit. Aku mengangkat badanku. Ahh, tidak! Kenapa seperti ini? Roh ku terlepas dari tubuhku sendiri. Aku bisa bangkit tapi tubuhku tetap pada posisi semula, hanya berbaring. Hanya roh ku saja yang bisa bangkit dari tempat tidur. Terlepas keluar dari tubuhku. Akupun terpana dan mulai ketakutan. Apa yg terjadi padaku?
(CONT)
Catatan penulis:
Waaah...si Koji ini hebat yaa, first kiss nya sama hantu gitu xD hahaha
*hantu pohon kesayangan
Tapi aku masih bingung si Koji ini sebenernya suka gak sih sama si Dio?
Dan di akhir chapter, apakah yang terjadi pada Koji? Apakah dia mati? Ini sedikit tidak masuk akal..
@aicasukakonde @hakenun @reyputra @Tsu_no_YanYan
sorry guys kemarin gak apdet for several time, mohon dimaklum ada kesibukan hehe
@Beepe sayang sekali si Mina gak suka bunga kamboja ahihi