BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Dio, You're My Secret (ended: close book)

edited July 2013 in BoyzStories
gw mau ngangkat cerita yg beda dari biasanya nih, tema utama yang gw angkat disini yaitu fantasy, karna gw rasa kisah cinta per-gay-an sehari-hari udah banyak diangkat sebagai cerita, jadi gw mau menyuguhkan hal yg baru haha :D
moga berkenan~
mohon kritik dan saran yang membangun :)
«13456715

Comments

  • =DIO, YOU'RE MY SECRET=

    Theme: Yaoi, Fantasy
    Genre: Romance, Comedy, Horror
  • edited June 2013
    "Koji, bangun..!"
    Aku mengerenyitkan mataku kemudian bangun. Ahh aku ketiduran di mobil rupanya. "Uhh ibu, kenapa membangunkanku sih, aku masih ngantuk nih." Akupun menguap lagi.
    "Ibu, aku kan masih ngantuk" kataku manja. "Haee kau ini. Kita kan hampir tiba di rumah baru. Kita akan disambut oleh keluarga Pak Heru nanti. Bersihkan dulu wajahmu." kata ibu sambil memberikan tissue basah itu. "Makanya kalo habis makan tuh jangan tidur. Pahaku sakit habis kau pakai jadi bantal selama kau tidur tadi" kak Nori menjitak kepalaku. Astagaa dasar kakak yang sadis pada adiknya. (sebenarnya namanya Norio, cuma aku ya keenakan manggil dia Nori, kalo temen-temennya sih biasa manggil kakakku Rio, begitu pula dgn ibu dan ayah).

    Oh ya, namaku Koji (dalam bahasa jepang artinya anak kedua yg bersinar cerah, memang benar, aku orangnya ceria). Aku keturunan Jepang-Indonesia, umurku 16 tahun. Rambutku agak panjang dan diwarnai pirang, tidak lupa selalu kuikat. Yaa, kalo orang yang belum mengenalku mungkin akan mengira aku anak perempuan. Dengan kulit putih, bibir merah keriting, dan wajah yg manis. Hobiku memang cosplaying. Sebenarnya kak Nori jugak kalo rambutnya panjang pasti keliatan cantik, cuma dia lebih keliatan macho aja dgn rambut pendeknya yg rapi (aku bakal naksir lah sama dia seandainya aku bukan adiknya). Aku adalah anak bungsu yang selalu dimanja orang tua maupun kakakku, yaa meskipun terkadang kak Nori bikin jengkel tapi dia adalah kakak yg baik. Umurku beda 4 tahun dengannya.

    Hari ini keluargaku akan pindah ke daerah Bogor. Tempatnya sih agak jauh dari keramaian. Uhh ibuku memang suka ketenangan. Padahal bagiku sendiri mau tinggal dimanapun sama saja, selama tempatnya bersih (karena aku alergi debu).

    Mobil kami memasuki sebuah gerbang besar. Ayah memarkirkan mobilnya di halaman rumah tersebut. Yaa, kami sudah sampai. Hmm kalau dilihat dari luar sepertinya tidak terlalu buruk.
    "Nah semuanya turun, kita sudah disambut oleh keluarga Pak Heru." ibu menunjuk ke arah tiga orang yang berdiri di pintu sambil memberikan salam. Aku keluar terakhir dari mobil. Sementara ayah, ibu, dan kak Nori sudah keluar dari mobil lebih dulu. Aku mengambil tas kemudian memakai kacamata hitamku. Hari ini cuaca di Indonesia cukup panas dan menyilaukan mataku.
    Brakk. Aku menutup pintu mobil. Baru beberapa langkah aku berjalan tiba-tiba.... wusshh, aku merasa ada seseorang yang hendak meraih pundakku. Aku spontan menoleh ke belakang. Namun tak ada siapa-siapa. Bulu kudukku langsung berdiri saat itu. Uhh, tadi itu apa sih.

    (CONT)
  • (CONT)

    "Koji !!" kak Nori meneriakiku.
    "Ya, kak!!" aku langsung berlari ke arah mereka. Semoga saja tadi hanya halusinasiku.
    Sekarang aku sedang berdiri berhadapan dengan keluarga Pak Heru. Mereka mengenalkan dirinya masing-masing pada keluargaku. Mereka bersama anak laki-lakinya. Yaa, kalau dilihat-lihat cowok ini hampir seumuran kakakku, tapi mungkin lebih tua satu tahun.
    "Namaku Henry, senang bertemu denganmu" kakak itu memberi salam sambil tersenyum dengan mata tertutup. Tiba-tiba aku melihat sekelebat bayangan orang lewat di belakang cowok ini dengan cepat, wuussh. Tuh kan, dia muncul lagi. Astaga, apa rumah ini berhantu, yaa?
    "Namaku Koji, senang bertemu denganmu, kak" aku bersalaman dengan cowok itu dengan senyum seadanya (bagaimana bisa senyum kalau baru saja aku melihat hantu).
    "Nah, ayo semuanya kita masuk." ibunya Henry membukakan pintu rumah dan mengajak kami masuk. Lagi-lagi aku masuk paling terakhir. Aku mengangkat tas besarku yang tadi sempat kuletakkan di lantai. Iseng-iseng aku menoleh lagi ke belakang. Uhh, hantu itu ada lagi. Dia sedang duduk di kursi teras. Hantu cowok itu memakai baju putih panjang dan wajahnya pucat pasi. Mungkin dia sedang menikmati udara panas hari ini. Yang aku heran kenapa bisa ada hantu di siang bolong begini.

    "Tuan muda, ayo masuk." kak Henry menepuk pundakku. Astagaa, aku sampai kaget.
    "Ahh, iya." aku mengikutinya dari belakang.
    Di ruang tamu terlihat keluargaku sedang berbincang-bincang dengan keluarga Pak Heru.
    "Ayah, ibu, aku ngantuk sekali nih, aku mau tidur. Dimana kamarku?" kak Nori berdiri sambil memakai tasnya.
    "Ohh, kamu ngantuk ya? Sebentar aku panggilkan Sumi. Dia pelayan disini.", "Bibi Sumi!" ibunya kak Henry memanggil pembantunya.
    Seorang wanita berumur sekitar 40 tahunan datang. Ohh, dia pembantu disini. Dia tersenyum pada kami semua.
    "Mari, nak Rio, bibi antar ke kamar anda. Kamar anak-anak ada di lantai atas." kak Nori mengikutinya dari belakang dan menaiki tangga.
    "Hey, kau tidak mau ikut ke atas bersama kakakmu?" tanya ayahku.
    "Tidak, ayah. Nanti saja. Aku mau lihat-lihat daerah sekitar sini dulu. Tapi aku malas bawa mobil"
    "Ahh, kalau begitu pakai motornya Henry saja. Henry, temani nak Koji jalan-jalan, ya!"
    "Ya, ayah. Ayo tuan muda." Henry mengamit tanganku keluar.
    Yaa, daripada aku lihat hantu, lebih baik jalan-jalan, kan.

    "Kak Henry, memang rumahmu dimana?"
    "Di sebelah rumahmu. Ibuku yang menawarkan rumah ini pada ibumu. Jadi keluargaku harus menyambut kalian dengan baik disini.", "Tunggu ya, aku ambil motor dulu." Henry keluar menuju rumahnya.
    Brrmm. Itu suara motor. Kurasa itu Henry.
    "Tuan muda, ayo cepat naik" teriak kak Henry dari luar rumahnya.
    Aku berjalan mendekatinya. Tiba-tiba.... kyaaaa, hantu itu sudah duduk di belakang Henry. Aku spontan teriak dan menutup wajahku dengan tangan. Ahh masa hantu itu mau jalan-jalan juga sihh.
    "Hey, tuan muda. Kau kenapa?" Henry turun dari motor dan mencoba membuka tanganku, tapi aku menahannya.
    "I-itu, a-ada yang duduk, di belakangmu" aku tetap tidak mau melihatnya.
    "Tenanglah, tidak ada siapa-siapa. Lihatlah" Henry menunjuk ke arah motornya dan aku melihatnya sendiri. Oh ya, benar, hantu itu sudah tidak ada.
    Astaga, aku baru sadar kalau aku sedang bertatapan jarak dekat dengannya. Yaa, tepatnya hanya beberapa senti lagi wajah kami hampir saling menempel. Rasa takutku berubah menjadi rasa deg-degan. Aku belum pernah bertatapan dengan cowok sampai sedekat ini kecuali dgn kakakku (dengan cewek juga belum gin).
    "Ayo kita jalan-jalan!" Henry menjauhkan wajahnya kemudian naik ke motornya. Akupun duduk di belakangnya. Baiklah, aku tidak mau membahas hantu lagi, lebih baik aku jalan-jalan saja bersama kakak ini.

    Henry membawaku jalan-jalan sampai sore. Yaa, setidaknya aku jadi agak hafal jalan-jalan disini.
    Sebelum pulang kami mampir dulu di sebuah rumah makan. Sambil menunggu pesanan kak Henry terlihat terus memperhatikanku (aku jadi malu rasanya).
    "Kenapa sih, kak? Apa ada yang aneh dengan wajahku?" kataku sambil melihat-lihat bayanganku di kaca jendela.
    "Hahahaha, kau manis sekali ya?" kak Henry tersenyum manis khas dia dengan mata tertutup. Kalo aku perhatikan, wajahnya kok cakep banget yaa. Alis tebal, mata agak sipit, dan kulit licin yang kecoklatan, ditunjang dengan tubuh tegap tinggi yang sedikit terbentuk. Aku jadi ingin pedekate'in dia. Dan membayangkan apa aku yang wajahnya sari ayu martatilaar gini (alias putih mulus) bisa cocok sama tampang-tampang satpam kayak dia ini (tampang bad boy maksudnya, tapi manis).
    "Tuan muda, apa yang kau pikirkan?" kak Henry mengacak-acak rambutku membuat lamunanku berhambur. Ahh, aku pasti sudah gila, membayaangkan kak Henry sebagai G sama sepertiku. Dia pasti seorang Str8. Setidaknya sih dari tampangnya begitu, tapi aku gak tau dia punya pacar apa engga. Pokoknya aku gaboleh suka sama dia, gaboleh!! Aku mencoba melawan perasaanku.
    "Apa sih, kak? Dari tadi memanggilku tuan muda terus." kataku sedikit bete.
    "Hahaha, emang kamu mau dipanggil apa?" jawabnya.
    "Koji aja gitukek. Eh kak, kamu kok baik banget yaa mau aja nraktir aku makan disini?" kataku.
    "Gapapa, aku seneng kok bisa ngajak kamu jalan-jalan. Kamu tau sendiri kan aku anak tunggal? Jadi aku mau banget punya adik. Kakakmu pasti cemburu kalo kamu mau jadiin aku kakak kedua kamu. Kamu mau, kan?" tanyanya penuh harap. Jujur aku seneng banget denger kata-kata dia tadi. Akupun tersenyum sambil mengangguk.
    "Tuhkan, kamu keliatan polos banget" kak Henry kembali mengacak-acak rambutku. Huhh, lagi-lagi aku harus merapikan rambutku.

    (CONT)
  • CONT ??

    tinggalkan dulu jejak (komen) pleasee :(
    setidaknya aku tau ketikanku ini ada yg baca apa ndak
  • Bogor nya dmn haha
  • ayo lanjut.. mention yaa kalo update..
  • Eh, sekarang ga da penanda dibuka berapa kali ya?
  • @callme_DIAZ
    hahahaha, yaa gak sedetail itu jugak sih bro lokasi ceritanya :D

    @autoredoks
    oke broo, bentar yaa, belum beres ngetiknya xD

    @LittlePigeon
    ada kok, tp kan kalo ada yg komen biar lebih avdol dan semangat ngetiknya gitu :D
  • (CONT)

    Aku dibonceng kak Henry pulang ke rumah, aku memeluknya dari belakang dan menyandarkan kepalaku ke punggungnya yg hangat. Aku bisa mencium bau tubuhnya yang khas dan wangi. Bodok amat ah! Pikirku. Toh banyak kulihat cowok Str8 kalo boncengan suka peluk-pelukan. Lagipula, sedari tadi kak Henry ni tidak ada protes. Mungkin karena udara malam disini cukup dingin kali, yaa.

    Henry menurunkanku di depan rumah.
    "Terima kasih banyak, kak" aku nyengir namun wajahku menggigil karna kedinginan. Sial, kenapa tadi siang aku gak bawa jaket dulu sih kalo tau pulangnya bakal kemaleman gini.
    "Sama-sama. Kau sebaiknya beristirahat, Ji." kak Henry meletakkan kedua telapak tangannya yg hangat di kedua pipiku. Rahangku masih mengigil tapi lama kelamaan tidak lagi. Ah, hangat. Aku terpana melihat kak Henry yg sedari tadi juga terus memandangiku. Beberapa menit kami dalam posisi ini kemudian dia melepaskan tangannya.
    "Sudah, masuk sana! Udara di sini cukup dingin. Kau bisa mati membeku nanti" katanya sedikit gugup.
    "Kau mengkhawatirkanku ya?" jawabku sambil tersenyum geli.
    "Ahh...t-tidak, kau ini. Aku kan yang membawamu jalan-jalan. Nanti kalo terjadi apa-apa padamu akulah yang disalahkan" dia masih terlihat gugup.
    "Kau terlalu berlebihan, kak!" aku sedikit tertawa dan meninju perutnya lalu lari masuk kerumah. Anjirr, tadi kurasakan perutnya padat dan berotot (perutnya buncit kurasa, hahaha, eh ngga gin, sixpack).
    "Hey, awas kau ya!" tapi nadanya terdengar seperti tidak mengancam. Mungkin dia senang perutnya aku pukul. Hahaha.
    "Sudah, kak. Pulang sana! Kapan-kapan kita harus jalan-jalan lagi" aku teriak dari dalam rumah. Dia melajukan motornya menuju ke rumahnya.

    Baiklah, aku mau mandi lalu tidur.
    Aku segera naik ke lantai 2 mencari kamarku.
    Baru saja aku membuka pintu tiba-tiba hantu itu muncul dihadapanku. Benar-benar dekat. Hantu cowok itu hanya menunduk dengan wajah hampa. Aura dingin langsung menggerayangiku. Astagaa, kenapa pulang-pulang aku harus disambut oleh hantu sih.
    "A...a...ahh...ha-halo hantu, nakalnyerr dari tadi muncul di depanku terus, hihihi. Kau yang punya kamar ini, ya? Aaa....ehh... hee kalau ini kamarmu, sebaiknya aku pindah ajagin ke kamar kak Nori. Gak apa kok, kau pakai saja kamar ini." aku sudah seperti orang bodoh mengajak bicara hantu. Hantu itu hanya diam dan tetap menunduk. Kalau saja kalian tau, aku sebenarnya sudah ingin pergi tapi kakiku serasa membatu tak bisa bergerak. Bicaraku saja gemetaran.

    "Hey, Koji! Kau ini kenapa berdiri di depan pintu kamar?" kak Nori menepuk pundakku.
    "Kyaaaa"
    "Haeee, kau pikir aku hantu, hah?!! Aku ini kakakmu"
    "Maaf, kak. Aku baru saja liat hantu." uhh, aku buat dosa apasih ama hantu itu. Aku kan tidak melakukan hal yang aneh-aneh sejak tadi.

    Kak Nori memegang keningku dan menyamakan suhu dengan pantatnya.
    Aisshh, menyebalkan sekali orang ini.
    "Kakak! Aku hajar kau!"
    "Hahaha, lagi pula tahun 2013 begini mana ada hantu sih. Kau ajak bicara saja pada hantunya. Atau setidaknya kau bilang halo hantu" kak Nori melambai-lambaikan tangannya seperti orang bodoh.
    "Haee, aku sudah melakukannya tadi.", "Besok aku akan bilang pada ibu untuk membawamu ke rumah sakit jiwa, kakak."
    "Woaaa, hebat sekali kau. Lalu apa yang dikatakan hantu itu? Hah, bukannya kau yang stres. Hihihi, cepat mandi sana! Badanmu bau tau." kak Nori mendorongku ke kamar dan menutup pintunya.
    Ahh, sudahlah, sebaiknya sekarang aku mandi, lalu tidur.
    Tapi kenapa hantu itu hanya menampakkan dirinya padaku saja ya?
    ****

    (CONT)
  • kurang banyak updatenya... Hihi...
  • @Monic
    ahihi, sabar yaa, kalo buru-buru takutnya cepet tamatnya haha
  • Ok ok., mention aq ya...
  • Pst d puncak kalo di liat setting nya. Bogor kota mah sudah gk tll dingin. Hehe.

    Lanjutkan ya bro
  • hantu cowoknya ganteng ngga??? ;))

    lanjuutttt><
Sign In or Register to comment.