It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
btw boleh nanya gak?
kenapa cuma di narasikan aja?
knapa gak pakai dialog aja?
daripada menceritakan percakapan tokoh2nya kan lebih enak baca dialognya langsung.
trus hendy kan ga ada roh nya ya, roh kan jiwa, trus kalo ga ada jiwanya kenapa bisa ada part yg menceritakan perasaan hendy?
karena supaya gak terlalu panjang aja makanya dinarasikan, jadi langsung ke inti pembicaraan
oh, gini, HenDi itu kan asalnya Henry + Dio, jasadnya milik Henry dan rohnya milik Dio (sedangkan yg gak ada tuh rohnya si Henry), jadi apa yg dirasakan si HenDi tu adalah perasaan si Dio, sedangkan fisiknya adalah fisik Henry, hehe
semoga dapat dipahami
*abaikan
tapi menurut ane lebih enak baca dialog daripada narasi kayak gitu, karna kalo kepanjangan narasi bisa bikin bosen juga.
tapi semua kembali ke ente sih mau dibuat kayak gimana
yukk lanjuttt.....
*eh salah trit ye )
"Bagaimana kalau nama kau aku ganti menjadi Hendi? Yang berarti Henry dan Dio." usulku.
"Baiklah. Tapi kau menyebutku Hendi hanya saat kita berdua saja. Oke?" Katanya.
Itu misalnya.. Koji ya koji, dia hanya tahu dirinya saja....
HenDi terperanjat mendengar wanita itu menyebutkan namanya. Koji pun tak kalah kagetnya, dia sekarang mengerti kenapa tadi ekspresi wajah HenDi tampak berbeda. Apakah mungkin, tanya Koji dalam hati.
HenDi gemetaran. Ternyata dia (Dio) memang masih ingat betul wajah Mina. Walau dia tidak mengerti kenapa Mina bisa berubah mulai dari sikap hingga penampilannya.
HenDi memegang pipi Mina, dia masih tidak percaya bisa kembali bertemu dengan wanita yang dicintainya. Mina merasa canggung dan menepis tangan HenDi.
Mina heran dengan reaksi HenDi, "Tuan? A-ada apa?" tanya wanita itu heran.
"K-kau, jika aku menyebutkan satu nama, apa kau bisa mengingatnya?" jawab HenDi gemetaran, dia mulai meneteskan air mata. Mina semakin tidak mengerti dengan sikap pemuda ini, padahal dia sama sekali tidak mengenalnya.
"Tentu. T-tapi, kau kenapa? Apa kau mengenalku? Kenapa tiba-tiba reaksimu seperti ini setelah tau namaku? Apa kau mengenalku?"
"Dio" kata HenDi singkat. Mina terperanjat mendengarnya.
"K-kau, bagaimana kau bisa tau?" Mina semakin tidak mengerti.
"7 tahun yang lalu kau kemana? 7 tahun yang lalu, dia meninggal di hari ulang tahunmu ketika hendak pergi ke rumahmu. Dia mengalami kecelakaan. Bahkan kau tidak datang ke pemakamannya." kata HenDi berkaca-kaca.
Mina shock mendengarnya, air matanya tak bisa ditahan lagi. Dia menangis histeris dan memukul-mukul dada HenDi, "Kau! Kau pasti bohong, kan? Tidak mungkin. Tidak mungkin bisa seperti ini. Kau bohong, kau pembohong! Aku bahkan tidak mengenalmu. Bagaimana bisa kau membohongiku seperti ini." Mina terus terisak. HenDi pasrah. Koji iba melihat mereka berdua, tapi tak ada yang bisa dia lakukan.
Mina sudah agak tenang, tapi dia masih tidak percaya apa yang telah HenDi katakan. Dia terus saja menyebut HenDi pembohong.
Akhirnya Dio memutuskan untuk keluar sebentar dari jasad Henry. Koji kaget melihat tindakan Dio, dia langsung menangkap jasad Henry yang tergeletak. Mina terbelalak melihat apa yang saat ini dia saksikan. Hampir saja dia pingsan tapi Dio segera menggenggam erat tangan wanita itu dengan tangannya yang dingin. Mina menatap Dio, dia tidak percaya Dio telah meninggalkannya. Dia benar-benar tidak bisa menahan air matanya.
"Apa sekarang kau percaya padaku?" tanya Dio. Dia meneteskan air mata.
Mina terus saja terisak, "A-apa yang telah terjadi padamu?"
"Banyak hal yang kualami selama 7 tahun ini. Terakhir aku meminjam jasad orang ini."
"Kau jahat! Kau tau?...aku, aku...aku sangat mencintaimu. Kenapa kau menemuiku dalam keadaan seperti ini?" sambil terus terisak. Dio benar-benar tak percaya apa yang baru saja dia dengar. Ternyata selama ini Mina juga menyukainya.
"Di hari ulang tahunmu 7 tahun yang lalu. Aku juga akan mengatakan kata yang sama seperti yang tadi kau ucapkan. Aku mencintaimu. Tapi... takdir berkata lain." kata Dio sedih. Dio kemudian memeluk wanita itu.
"Maafkan aku. Ahh, kau begitu dingin." Mina menangis di pelukan Dio.
Beberapa saat kemudian Dio melepaskan pelukannya, dia memegang kedua pundak Mina, "Kenapa kau menghilang begitu saja? Sebenarnya apa yang terjadi padamu 7 tahun tahun yang lalu? Lihatlah dirimu sekarang, ini bukan gayamu. Kau adalah gadis yang sederhana."
Wanita itu kemudian menjelaskan, "Ya! Semuanya memang telah banyak berubah. Ini berawal dari kebangkrutan perusahaan ayahku 7 tahun yang lalu. Semua harta serta rumah hampir disita. Malam itu aku berusaha mencari pinjaman kemana-mana, tapi tak ada yang mau memberi. Aku pulang hingga larut malam. Hingga kemudian aku tertabrak oleh mobil pria yang sedang mabuk. Aku pingsan dan dia membawaku ke hotel tempat dia menginap. Malam itu dia mabuk berat, kemudian aku dinodai olehnya. Pria itulah yang saat ini menjadi suamiku. Usianya 12 tahun di atasku dan dia adalah pemilik perusahaan besar di Singapur. Setelah kejadian itupun dia berjanji untuk bertanggung jawab menikahiku, aku tidak mau, aku tidak mencintainya sama sekali, terlebih ibunya yang sangat tidak menyukaiku. Tapi orang tua ku terus mendesak dan perutku semakin membesar. Akhirnya akupun berhenti sekolah dan menikah dengannya walau tidak dilandasi cinta. Setelah kami menikah hidupku tidak bahagia, walau lahir seorang malaikat untukku yaitu Arka yang membuatku bahagia, tapi ibu mertuaku selalu memperlakukan kami dengan buruk. Walaupun begitu suamiku terus memperlakukanku dengan baik, tapi aku tidak bisa membohongi perasaanku, aku tidak mencintainya. Dan hingga pada suatu saat Arka menghilang. Aku tidak bisa menemukannya. Sejak saat itu aku sangat frustasi dan mencoba merubah diriku menjadi seperti ibu mertuaku. Aku berpenampilan seperti dia dan mulai saat itu aku tidak tinggal diam ketika dia memperlakukanku dengan buruk, aku selalu melawan, karena tidak ada alasan lagi bagiku untuk takut padanya. Dulu, satu-satunya yang aku takutkan dari ibu mertuaku adalah aku takut dia menyakiti Arka. Tapi kenyataannya Arka sudah tidak ada di sisiku dan aku mulai menunjukkan perlawanan pada ibu mertuaku. Satu per satu kejahatannya aku ungkap, aku tidak segan-segan bertindak lebih kejam padanya, hingga akhirnya dia frustasi dan menjadi gila. Aku mulai melupakan Arka dan mulai mencintai suamiku sedikit demi sedikit walaupun sulit. Dan betapa bahagianya aku sekarang karena Arka sudah kembali. Itu semua berkat kau. Aku tidak tau bagaimana harus berterimakasih. Kau selalu menolongku, terimakasih Yo." jelas wanita itu panjang lebar. Kemudian dia tersenyum.
Dio dan Koji terharu mendengar kisah perjalanan hidupnya.
"Maafkan aku karena pernah berprasangka buruk padamu. Aku tidak tau kalau hidup yang kau jalani begitu berat."
"Tidak apa-apa. Aku yang seharusnya minta maaf telah membebani perasaanmu selama 7 tahun ini."
"Jagalah keluarga kecilmu dengan baik. Kau harus bisa mencintai suamimu sebanyak kau mencintai Arka." sepertinya Dio sudah bisa merelakan Mina. Lagipula dia telah mati, pikirnya.
"Aku juga akan merelakan kepergianmu." Mina berkaca-kaca.
"Aku akan bahagia dengan kehidupanku berikutnya." Dio tersenyum. Dia kemudian masuk kembali ke jasad Henry. HenDi pun bangkit. Mina membayangkan wajah Henry sebagai wajah Dio kemudian memegang pipinya dan mengelusnya lembut. Koji agak sedikit cemburu menyaksikan itu, dia memalingkan muka tak mau melihat.
"Aku lega karna sudah tau semuanya. Mungkin sudah saatnya kuucapkan selamat tinggal." HenDi tersenyum pahit.
"Aku akan selalu mengingatmu, Yo." Mina menatap HenDi sedih. Yang terbayang olehnya adalah wajah Dio.
"Jaga diri kalian baik-baik. Jaga Arka dengan baik."
HenDi dan Koji kemudian pamit. Sebelum mereka pergi Arka meminta untuk memeluk mereka terlebih dahulu.
Di perjalanan pulang.
"Apa kau baik-baik saja?" tanya Koji khawatir.
"Aku merasa lega. Sekarang tidak ada beban di pikiranku."
"Ahh, aku bersyukur."
"Hmmm..pantas saja aku merasa dekat dengan anak itu."
"Arka. Dia anak yang luar biasa. Mina pasti bisa hidup bahagia."
"Aku tau. Karena itu aku merasa lega."
Dio lega karena telah mengetahui yang sebenarnya. Dan sekarang Mina sudah bahagia dengan keluarganya, Dio ikut senang. Jauh di lubuk hatinya Dio merasa sudah tidak ada gunanya lagi hidup di dunia manusia. Dia merasa cepat atau lambat dia harus pergi dan tidak lagi berbaur dengan manusia karena dunia mereka berbeda. Tidak sepantasnya dia mencampuri kehidupan manusia, pikirnya. Tapi dia sudah terlanjur menyayangi Koji. Dia tidak bisa menghilangkan perasaan itu.
****
Dio masih menunggu roh Henry kembali. Dia sungguh mengkhawatirkan keadaan pemuda itu. Akhir-akhir ini kepalanya juga sering terasa sakit. Dio tidak mengerti apa yang terjadi padanya dan jasad Henry. Dia berharap itu adalah tanda kalau sebentar lagi roh Henry akan kembali.
Sementara itu di kamarnya, Koji melihat ada sebuah pot tanaman di jendela kamarnya. Dia tidak ingat sejak kapan pot tanaman itu ada disana, karena dia baru menyadari keberadaannya. Siapa yang menaruh ini disini, tanyanya dalam hati. Dia melihat ada tunas yang baru keluar dari tanah di pot itu kemudian menyiramnya.
****
HenDi baru saja pulang. Dia ingin segera naik ke kamarnya karena kepalanya terasa sakit (lagi), tapi ini jauh lebih parah. Ibunya bertanya Henry kenapa, tapi HenDi bilang dia hanya butuh istirahat.
HenDi menaiki tangga dengan gotai, dia berpegangan pada pegangan tangga. Dia masuk ke kamar dan menguncinya, kemudian duduk di kasur. Dia memegangi kepalanya yang sakit.
Tiba-tiba HenDi serasa ingin pingsan. HenDi gotai dan tanpa disadari roh Dio hampir saja keluar dari tubuh Henry, kemudian masuk lagi, kemudian keluar lagi dan masuk lagi. HenDi menyadari hal itu, kemudian dia tersenyum.
(CONT)
Catatan penulis:
Masihkah Dio punya alasan untuk tetap tinggal di dunia manusia?
@aicasukakonde @hakenun @reyputra
@Tsu_no_YanYan
"Jagalah keluarga kecilmu dengan baik. Kau harus bisa mencintai suamimu sebanyak kau mencintai Arka." sepertinya Dio sudah bisa merelakan Mina.
Lagipula dia telah mati, pikirnya.
yang di bold itu harusnya gak ada, kan ini writer pov, perlu lebih teliti lagi..
tp itu kan masih sudut pandang ketiga juga, apa ndak? hehehe
aku jadi bingung ni om