It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
@darkrealm, @tamagokill spown kk...
thx kk
°˚˚°ºSïïïρ Šïïïρº°˚˚°º
thx dah mention...
sebenarnya dah rampung sih..
klo mau di posting langsung semua gak seru.. hohohooo
santai, dlu kk, besok ujian soalnya. jadi belajar dlu,. hohohohooo
besok malam.. entar aku mentions..
dengan sedikit kuis pastinya biar menarik :P
lanjuuuutttt!...... mention ya^^
tapi masih ada cerita yang bersangkutannya kok.. jadi jalan ceritanya masih lanjut..
tapi cerita yang berhubungan tetap masih lanjut, jadi masih cukup panjang ceritanya >-
gk putus sampe di sini kok..
tunggu aja
(Part III)
Setelah akhir kisah cintaku dengan Putri, akhir-akhir ini aku menjadi dekat dengan Radhit. Mungkin karna hanya dia orang yang tidak menolak jika aku ajak jalan saat liburan ini.
Malam ini ada pertandingan partai final antara Jerman melawan Spanyol. Dan berhubung juga sedang liburan sekolah, jadi ku ajak Radhit untuk nonton bareng di luar. Pulang larut malam di saat libur sekolah sudah pasti di ijinkan. Dan tempat yang ku pilih adalah sebuah cafe di daerah semanggi.
Setibanya di tempat yang menjadi tujuan kami, ku keluarkan sweeter dari tas selempang ku. Dan langsung saja ku kenakan sweeter berwarna putih hitam dan bertuliskan “Der Panzer” yang menandakan bahwa aku mengidolakan Jerman. Sedangkan Radhit yang dari awal mengenakan baju berwarna merah, bernomor punggung 9 dan bertuliskan Torres di atas nomor punggung tersebut, sudah jelas Spanyol yang di idolakannya.
Kami berdua pun masuk dan memilih salah satu tempatyang cukup nyaman untuk menonton di layar besar yang terpampang di bagian belakang cafe. Selagi menunggu komentator yang berbicara panjang lebar tak tentu arah, kami mulai membuka obrolan kami diantara hingar bingar para pengunjung cafe dengan warna di dominasi merah dan putih.
“Kak Vino, mending sweeternya di lepas aja deh. Udah pasti kok Jerman kalah.” ujar Radhit optimis.
“Gak salah dengar nih. Bukannya kaos kamu aja yang di lepas.”
“Kalo di lepas, aku mau pake apa.” Ujar Radhit sambil melet-melet sok imut.
Di sela-sela pembicaraan kami, seorang wanita berpakaiaan kaos putih datang menghampiri kami.
“Mau pesan apa mas.??” Ujar wanita tersebut.
“Coklat panas satu.” Secara bersamaan aku dan Radhit memilih menu yang sama.
“Oke deh, tunggu sebentar ya mas.” Kata wanita tersebut rada centil.
Entah wanita itu belum pernah lihat berondong cakep, atau mungkin hanya tuntutan profesi semata. Masa bodoh lah, hahahaa.
“Cantikan mana pelayan tadi sama Putri.??” Tiba-tiba Radhit melontarkan pertanyaan konyol padaku yang langsung saja membuatku tersentak kaget.
“Apaan sih.” Jawabku rada jutek. “Kalo sama pacar kamu, cantikan mana.??” Ujarku balik bertanya.
“Kalo ada pacar juga, gak mungkin aku jalan sama kak Vino malam ini.”
“Tuh si Luna temen sekelas kamu kan mantep tuh, kenapa gak coba di dekatin aja.”
“Cewe kayak dia kak.?? Jadi pacar aku.?? Tunggu Spanyol menang dulu, baru aku tembak dia.” Jawab Radhit sambil nyengir.
“Kalau Jerman yang menang gimana.??” Tanyaku rada sangsi.
“Ya berarti kak Vino yang nembak Luna.” Dengan santainya Radhit membalas pertanyaanku.
“Yaudah, kalo gitu kita deal ya.”
“Maksudnya..!!”
“Ya kita taruhan kan..?”
“Aku kan gak serius bilang kayak tadi kak.”
“Ya tapi kan kamu udah bilang, jadi kita deal aja deh.”
“Oke deh kalo gitu, terserah kak Vino aja.”
Pertaruhan yang aneh memang untuk sebuah judi bola.
**
Menjelang beberapa menit sebelum babak pertama habis. Tiba-tiba, suasana di dalam ruangan itu pun pecah dengan teriakan histeris.
GOOOOOOOOOOLL....!!!!!!!!
Secara hampir bersamaan keheningan di dalam cafe pun sirna dikaranakan jaring dari Jerman dapat di bobol oleh pemain Spanyol bernomer punggung 9.
“Jerman bisa gak tuh.??” Kata Radhit meledek ku.
“Waktu masih banyak. Kemungkinan masih ada.” Balasku singkat.
Di babak ke dua, masih belum ada juga perubahan pada papan skor Jerman. Hingga peluit panjang telah di tiupkan oleh wasit.
Prrrriiiitttt......!!!
Mereka yang berbaju merah teriak histeris. Dengan bangganya bersorak sorai seperti orang kerasukan setan. Termasuk orang yang duduk di sebelahku ini. Dengan tawa kemenangan Radhit puas menghina negara yang ku dukung. Tapi semua tawa Radhit terhenti saat ku ingatkan dia akan sesuatu.
“Ingat, jangan lupa nembak si Luna.”
“Iya, hari pertama masuk aku bakal tembak dia di belakang sekolah deh. Kak Vino jadi saksi ntar.” Jawab Radhit.
***
Malam ini adalah malam terakhir dalam libur panjang akhir semester. Yang ku lakukan hanya terbaring di kasur sambil melihat langit-langit kamar ku. Tak ada yang berubah memang. Hanya ada plafon putih di terangi oleh cahaya lampu kamar yang sengaja aku nyalakan.
Ku biarkan anganku melayang jauh, melintasi batas pikiran ku. Yang terlintas di benak ku kini, hanya tentang apa yang akan terjadi besok. Ya, besok adalah hari dimana Radhit harus menepati janjinya di malam itu. Malam dimana Spanyol mempecundangi Jerman. Yang jadi pertanyaan ku kini, ada apa sebenarnya dengan perasaan ku ini.? Kenapa aku menjadi takut.? Takut jika memang Radhit jadian dengan Luna. Ini bukan tentang Luna yang tidak bisa ku dapatkan. Tapi ini semua tentang Radhit. Kenapa sekarang aku malah takut kehilangan dia. Takut jauh darinya. Sebenarnya apa yang terjadi pada diriku ini.? Apa mungkin kalau..........................
“AKU SUKA SAMA RADHIT..??”
Apa bisa seorang Vino “SUKA SAMA COWOK..??”
Tuhan, apa yang harus ku perbuat..?? Apa ini salah..?? Atau kah ini sesuatu yang wajar..?? ARRRGGGHHH..!!!!!!!
***
Mentari terbit di ufuk timur, senandung pagi yang di kumandangkan ayam jago saling bersahutan dan dihiasi kicauan burung, terasa begitu damai di pagi ini. Sejenak semua berubah saat teringat tentang apa yang akan terjadi beberapa jam lagi. Sesuatu yang telah ku pikirkan semalaman, satu malam panjang yang terasa sangat gundah. Dan hal itu akan terjadi dalam waktu yang tidak lama lagi. Tuhan, beranikah aku melangkah untuk menatap dunia hari ini.?
Dan hari ini pun berjalan berbeda dari biasanya. Pikiran ku benar-benar kacau hari ini. Yang jadi pertanyaan, “Haruskah..?”
Tidak ada satupun pelajaran yang masuk kedalam kepalaku hari ini. Semua tertuju pada apa yang akan terjadi nanti. Tiba-tiba Radhit menyadarkan ku dari lamunan ku.
“kak, ntar ya pulang sekolah”.
“ada apa pulang sekolah”. Tanyaku pura-pura lupa.
“pokoknya aku tunggu di belakang sekolah, oke kak”.
Kurasa kini Radhit benar-benar menantang ku. Keringat mulai mengucur memenuhi wajah ku. Ku beranikan diri untuk mengintip arloji yang ku kenakan. “Sial..!” kata itu sejenak singgah di benak ku setelah kepastian waktu yang telah ku dapatkan.
***
Dua jam, tepat setelah istirahat ini usai.
Krrriiiiinngg…!! krrriiiiinnnggg….!!
Genderang perang seakan telah di tabuh, sekarang semua tergantung pada sang pejuang, sudah siap kah dia dengan pertempuran ini..? Detik ini bagai zona kehancuran. Setiap langkah menuruni tangga pun terasa semakin berat. Anak tangga ketiga baru saja ku lalui, tetapi kepala ku mendadak terasa berat, keseimbangan ku mulai goyah, sekitar ku pun terasa berputar hebat. “Ada apa ini..? apa yang terjadi..?” Dan semua terasa lebih ringan saat seorang anak menabrak ku dari belakang, sejenak aku melayang menuju lantai dasar tanpa menyentuh anak tangga. Dan……..
BBBRRRUUUUUKKK….!!!!
“Dimana aku..? Apa ini surga..? ahh tak mungkin, tempat ini begitu familiar dengan ku. Owh ya ini kamar ku.”
Sejenak senyuman kecil menghiasi wajah ku. Aku mulai bangkit dari tempat tidur ku. Ku lirik sebuah lemari pakaian berbentuk klasik dari kayu jati yang berada di sudut kamar ku. Ku buka lemari itu dan ada sebuah laci di dalam nya. Laci itu telah terkunci rapat. Ku masukan tangan ku di salah satu tumpukan pakaian yang berada di lemari tersebut. “Dapat..!!” sebuah kunci kecil, dan kunci kecil itu akan membuka laci yang berisi sebuah cerita besar. Ya, sebuah cerita lama. Langsung saja ku buka laci itu. Ada selembar kertas di dalam nya. Selembar kertas foto yang berisikan gambar dua orang remaja berseragam sekolah sedang duduk di bangku taman. Ya, itu fotoku dan Radhit. Ku lirik bagian belakang foto itu, terdapat sepenggal kalimat disana.
“Jika kau melupakan aku, aku akan selalu mengingatkan mu. Tolong jangan pernah lupakan aku.”
Aku masih ingat foto ini. Foto yang diberikan Radhit sehari sebelum kepergiannya. Kanker otak yang di idap Radhit adalah sebuah keadilan secara profesional yang Tuhan berikan. Sebuah hadiah kematian yang terasa sangat tak adil untuk ku. Maaf karna baru setahun kepergianmu aku sudah melupakanmu. Dan terima kasih karna sudah kau ingat kan aku kembali.
Ku dekap erat foto itu. Mataku mulai berkaca-kaca, luapan air ini sudah tak terbendung, dalam waktu singkat sebuah tangis pun tercipta.
Teringat kembali tentang kejadian satu tahun lalu. Ya, kejadian itu. Saat aku temui Radhit di belakang sekolah. Saat itu semua terasa berbeda. Hanya ada kami berdua disana. Saat ku Tanya dimana Luna, radhit dengan singkat menjawab “Yang ingin aku jadikan pacar itu kak Vino, bukan Luna”. Dan disana lah kami berdua resmi berpacaran. Tepat disana juga aku melakukan ciuman pertama ku dengan seseorang yang sejenis dengan ku.
Maaf…… Sekali lagi maaf….. Aku tak bisa menemani mu lagi….. sampai jumpa lagi di kehidupan yang sedang kau jalani sekarang… Tunggu aku….
Tamat…………………………………….……………………….…….
masih ada angka lain yang belum keluar (Nantikan)
kunjungi juga : http://ceritadalamangka.blogspot.com/
Tapi belum tamat sepenuhnya kok..
yang tamat cuma ceritanya Radhit & Janni.. #ups.. Radhit & Vino maksudnya hohohoooo..
jadi masih ada kelanjutannya..
selesai UAS 2 hari lagi.. ntar baru lanjut lagi..
Masih dalam cerita yang sama... >-
@Tamagokill
@Tsu_no_YanYan
@Darkrealm
@Dimz
@Klanting801
dan yang butuh blognya @Gabriel_Valiant. di bawah tulisan tamat..
pisss >-