It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
gayindonesiaforum.com ,
========
chapter 8 conclution
"Yadi, kenapa kamu sampe bilang begitu?" Cindy berusaha untuk tetap tenang.
"Cin, banyak hal yang membuat ketakutan gua ini. Lu belum pernah gua kasih tahu cerita di balik keluarga gua buang gua..."
Cindy tidak menjawab, ia tertegun
"Cerita nya di mulai waktu gua masih SD kelas 1, bokap gua meninggal karena serangan jantung. Gua agak lama gak punya papah, lalu satu hari waktu mau kenaikan kelas ke kelas 2 gua di kenalin ama satu bapak- bapak, dia bawa anak cowok , kelas 4 SD. Belakangan gua baru tahu dia itu calon papah angkat, dan anak cowoknya itu bakal jadi kokoh angkat gua, namanya Kevin."
"Sesudah nyokap nikah ama bokap angkat gua, kita pindah ke Bandung. Bokap orang cukup kaya, rumahnya besar, cukup galak. Ama kokoh angkat gua perlu waktu agak lama untuk akrab."
"Gua baru lebih akrab ama kokoh angkat gua waktu gua naik kelas 2. Nah satu hari, Bandung lagi hujan besar, banyak petir, gua dulu memang takut ama petir, jadi pas malem itu, bokap nyokap lagi ke Jakarta urusan bisnis, gua nangis sendirian di kamar gua karena takut. Kokoh waktu itu kesian ama gua, peluk gua, lalu tidur dia terus peluk gua dan untuk pertama kalinya gua peluk ama cowok. Waktu itu kita kan belum kepikiran sex, cuma soal dipeluk, dilindungi ama kokoh gua itu yang membekas ampe sekarang. itu juga yang buat gua makin akrab ama kokoh gua yang lumayan nakal sering jailin gua"
"Waktu gua kelas 1 SMP, dia udah kelas 1 SMA, itu gua udah mulai coba- coba masturbasi, gua jadi ketagihan. Pas waktu gua ke kamer kokoh gua mo pinjem majalah Hai, gua kok denger kokoh gua di kamer mandi kedengeran terengah- engah. Gua ngintip, pas dia liat gua, marah. gua di kejar, kan takut, lalu dia ancem gua jangan kasih tahu bokap nyokap. Di situ semuanya dimulai, memang kedengerannya incest, tapi mau gimana lagi, gua sejak saat itu menjalani hubungan yang gak lazim ama kokoh gua. Rasa sayang gua pelan- pelan berubah jadi cinta. Dia juga begitu, walau dia tetep punya cewek dan cukup laku di kalangan cewek."
"Di SMA, hubungan gua ama kokoh gua sudah terlalu akrab karena guanya yang sudah terlalu terobesi ama kokoh gua, dan pas lagi intim, bokap masuk kamer di saat kita lupa kunci kamer. Kokoh gua habis dihajar, ditinju ama bokap gua, di kiranya kokoh yang sesatin gua. Gua ikut bela kena damprat juga. Karena kokoh gua marah besar, dia kabur pake motor, kita cari- cari 3 hari gak ketemu, pas ketemu itu kita dapet laporan dari polisi kecelakaan parah kokoh gua yang di tabrak bus."
Setiadi mulai menangis,
"Seminggu kemudian kokoh gua... wafat. Pas mau kuliah gua dikirim ke Jakarta. Waktu mau kuliah...papah bilang: gua jangan pernah lagi pulang ke rumah, malu ama gua dan marah gua dianggap sudah akibatin kokoh meninggal. Papah cuma mau kasih uang kuliah, uang makan dia tanggung cuma sampe semester 4."
Cindy tidak dapat menahan tangisnya. Air matanya keluar. Ternyata Setiadi sudah 2 kali kehilangan cintanya...
"Gua udah kehilangan cinta pertama gua, kokoh gua, di buang ama ortu, ampe sekarang pun belum pernah pulang, ato hubungan lagi. Dan peristiwa Harris itu yang buat gua susah untuk percaya akan cinta. 2 kali gua mencintai, 2 kali gua kehilangan. Cin, gua susah untuk percaya siapa- siapa untuk urusan cinta. Gua udah kebablasan cinta mati ama Randy, dan waktu dia mulai suka ama lu itu yang membangkitkan kembali kenangan gua. Gua takut Cin..." Setiadi sambil terisak- isak menutup kisahnya.
Cindy tak mampu berkata apa- apa.
"Yadi... gua yakin kali ini Randy ini orang yang baek, dia punya pendirian yang kuat, gak gampang terpengaruh"
"Tapi Cin, gua takut sekali dia tiba- tiba suka ama lu"
"Yadi sayang, dia melihat gua mirip mendiang Rini, jelas dong dia seperti ada 'memory rush'. Tapi dia tetap cari lu. Jangan takut Yadi, gua akan bantu rekatkan hubungan lu. I'm totally on your side."
"Cindy... if I ever fail to make Randy happy, please replace me for him"
Cindy tak mampu berkata apa- apa, dia hanya menatap Setiadi dengan hati yang sedih, betapa dia ingin melihatnya bahagia.
Untuk beberapa hari fikiran Setiadi bertambah kusut. Hasrat cintanya tetap tidak pernah surut terhadap Randy, namun ia juga merasa ketakutan yang sangat, seolah 2 kali trauma dan pertanda Randy dan Cindy sudah siap menghancurkan harapan Setiadi kepada Randy. Perlahan dan pasti, ia menyerahkan dirinya kepada traumatiknya, tak mampu lagi untuk membendung serangan bertubi- tubi ketakutannya.
Untuk beberapa saat Randy berusaha larut dalam kerjanya, juga menjaga jarak dengan Cindy. Dalam hati ia berharap ia bisa meyakinkan Setiadi akan keseriusannya untuknya. Ponselnya berbunyi.
"Halo Randy, ini gua Yadi, lu masih marah ama gua?"
"Di, gua gak pernah marah ama lu, lu yang sepertinya marah dan cemburu ama gua"
"Ran, apa lu ada waktu? Gua mau bicara ama lu"
"Boleh, nanti sore aja, supaya kita bisa selesaikan secepatnya masalah kita"
"Oke sampai nanti sore yah, ketemu di Lobby"
"Oke, sampe nanti"
Sorenya, Setiadi sudah menunggu Randy di Aula utama.
“Randy, kita bicaranya di kos aku aja yah, lebih privat.”
“Oke. Yadi, kok lu keliatan sedih banget?”
Setiadi tak mampu menjawab. Ia hanya menatap Randy dengan tatapan penuh arti, antara cinta dan pasrah ia mengartikan kedekatannya dengan Randy.
Mereka mampir dulu ke salah satu warung makan di jalan Muwardi Raya. Suasanan kali ini benar- benar hening di tengah kebisingan mahasiswa mahasiswi yang kos di daerah Grogol, sibuk dengan urusan masing- masing. Mereka agak lama menunggu makanan mereka karena datang tepat pada jam makan malam, jadinya banyak mahasiswa yang ikut makan bersama. Suasana makan malam pun tidak terlalu hangat, Setiadi sudah stress memikirkan apa yang akan ia bicarakan. Setelahnya mereka pun ke tempat kos Setiadi. Karena Randy telah memarkirkan mobilnya dekat kos Setiadi, maka mereka pun tinggal jalan kaki ke tempat Setiadi. Mereka pun telah berada di kamar Setiadi dan Setiadi menjadi gugup, sementara Randy sendiri sudah cukup tak sabar mendengar sesuatu darinya setelah beberapa waktu saling tak menghubungi.
“Ran, sebelumnya gua mau minta maaf, gua sudah nuduh lu secara tak adil”
“It’s allright Di, gua ngerti sekarang. Yadi, apa kamu masih takut kehilangan gua?”
Setiadi tidak langsung menjawab, dia menatap Randy dengan mata yang memancarkan kesedihan dan kegalauan yang dalam. Randy sedih melihatnya begitu terpukul hanya karena sesuatu hal yang kecil. Randy pada saat itu ingin sekali memeluknya, memberikan rasa aman, bahwa rasa sayangnya itu benar- benar nyata, namun ia juga membaca Setiadi terlihat memasang tembok, sudah terlalu takut hatinya akan terluka lagi.
“Randy, gua tetep akan selalu cinta kamu, gua tetep akan selalu butuh kamu, Cuma gua sekarang sadar, rasa trauma gua dua kali kehilangan orang yang gua cintai itu terlalu kuat.”
“Dua kali? Bukannya si Harris itu yang pertama kalinya?” Randy bingung.
“...eemm... sebelumnya ada satu orang lagi yang pernah gua cintai...”
“Yadi, tolong dong lu ceritain semuanya, gua ingin mengerti lu dan ingin melindungi lu”
Setiadi pun menceritakan kisah nya yang baru saja ia ceritakan kepada Cindy. Mulai dari terbata- bata, hingga Setiadi menangis, ia tetap menceritakan kisahnya. Randy seperti tidak percaya ada orang yang bernasib begitu menyedihkan. Mau tak mau Randy pun ikut menangis. Ia tak tega dengan Setiadi yang di hadapan matanya sudah terlalu dekat dengan jurang kehancuran. Secara naluriah Randy pun meraih Setiadi, merangkul dan memeluknya, erat sekali, seolah ingin sekali Randy menghiburnya, masuk dalam kehidupannya memberikan kebahagiaan kepadanya. Setiadi pun kali itu tidak melawan, Setiadi menangis tersedu- sedu, meraung- raung, baru ada kali itu orang sesempurna Randy yang benar- benar menyayanginya. Randy pun sudah dari tadi ikut menangis, semua cerita Cindy dan Setiadi pun berkecamuk di dalam dadanya. Betul kata Setiadi sebelumnya: ‘...lu gak pernah menderita...’
“Ran, kepahitan hidup gua terlalu besar untuk mampu mencintai lu dan memberikan cinta yang murni untuk lu. Awalnya memang gua sempet salahin lu karena tertarik orang lain. Cindy yang buka mata gua, ternyata gua yang menyalahkan orang lain selama ini. Ran... gua takut gua gak mampu membahagiakan lu...”
“Di, please, let me heal your wounds... let me teach you to live... biarkan gua jadi cinta lu...”
“Randy, kalo lu memang sayang ama gua... bisa gak lu lakukan satu hal untuk gua?”
“Apa Yadi? Untuk lu gua akan lakukan segalanya... only for you...”
“Ran, gua sangat ingin lu ... nikah ama Cindy...”
BLAR !!! Randy tak pernah menduga Setiadi akan berkata seperti itu kembali
“Ran, kali ini gua minta bukan karena cemburu, tapi gua sangat cinta lu, dan gua sampe kapan pun gak akan rela kalo lu satu hari nikah ama cewek yang gak gua kenal. Gua Cuma rela lu nikah ama Cindy, karena... dengan itu... gua... gak akan pernah... kehilangan lu...”
Kali itu Randy sudah tak dapat menahan tangisnya. Ia ikut menangis tersedu sedan.
“Yadi...” jawab Randy dengan suara bercampur isak tangisnya
“Why don’t you let me be the one? Kenapa lu gak mau bersatu ama gua?”
“Gua takut gua akan melukai lu dengan semua trauma gua, gua takut gua yang tidak siap. Gua belum sanggup bersatu ama lu... gua masih trauma.”
Randy dan Setiadi masih saling memeluk satu sama lainnya. Boleh dikata itulah kali terakhir mereka berbagi kasih...
“Randy, can you marry Cindy for me? Biar Cindy yang mewakili gua mencintai lu... “
“Setiadi...kenapa harus dia...? kenapa bukannya lu...?”
@Dekisugi
@arieat
@rivengold
@Gabriel_Valiant
@YANS FILAN
@the_angel_of_hell
@Lu_Chu
@hikaru
@aii
@badboykem
makasih ya udah di mention :')
@Lu_Chu, kisah di bagian ini sad ending, sudah ku buat begini awal mulanya