It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
merasakan tangan kiri Randy melingkar pada perutnya, sementara tangan kananya memegang leher Setiadi seolah-olah ingin mencekik Setiadi. Tangan kanan Randy turun secara kasar ke dada Setiadi, meremas- remas dadanya, sementara Setiadi makin ketakutan merasakan senjata Randy yang sudah keras mendesak belahan pantatnya, membuat otaknya beku, tak mampu mengolah semua informasi, belum ketakutanyna yang makin menjadi- jadi.
“AAAAAHHH...RANDY TOLONG... JANGAN... AMPUUUNNN RANDY... AMPUNNNN AMPUUNNNN...AMMM...” Setiadi tak sadar menangis ketakutan berteriak histeris. Tiba- tiba ia merasa kepalanya hangat, pandangannya gelap.
“Randy jangan perkosa gua....”
...
Setiadi membuka matanya, melihat Randy sedang menatapnya dengan mata memerah.
“Yadi... sorry... I’m sorry... gua khilaf”
Setiadi bingung, berusaha untuk mengingat- ingat kejadian sebelumnya.Ia melihat ruang tamu dan mulai mengenali sofa dimana ia berbaring. Perlahan- lahan ia mulai ingat, apa yang terjadi sebelumnya. Rasa takutnya mulai menyeruak, menatap dengan wajah ketakutan pada Randy,
“Di, it’s all right... gua gak ngapa- ngapain koq, sorry Di... so sorry...” Randy masih dalam keadaan panic, takut terjadi sesuatu pada Setiadi.
“Ran, why? Kenapa jadi begini? What happen with you?” tanya Setiadi dengan suara setengah serak, tubuhnya kehilangan tenaga.
Randy kehilangan kata- kata, bingung harus menjawab apa, ia duduk di lantai, sambil wajah tertunduk ke bawah.
“Ran, gua seumur- umur gak pernah liat lu kehilangan control seperti ini...”
“Sorry Di, gua... “
“Randy, gua kan udah punya pasangan, gak pantes lu perlakuin gua kayak gitu...” Setiadi mulai lebih tenang, setelah ia melihat Randy sudah mampu mengendalikan dirinya.
“Gua gelap mata Di, gua... gak pernah rela kehilangan lu”
Setiadi bingung, harus menjawab apa kepadanya. Ia sebenarnya marah, Cuma tidak tega mebuat urusan ini lebih panjang. Ia sudah ngeri membayangkan betapa marahnya Hendra kalau ia mengetahui insiden ini.
“Gimana kalo pacar gua tahu, gua ngeri dia bisa ngamuk nanti...”
“Di, gua akan tanggung jawab, dia mau pukul gua gua terima, gua salah.”
“Di... selama ini gua gak pernah rela lu jadi kepunyaan orang lain Di...”
Setiadi tertegun mendengar Randy.Iabingung harus menjawab apa.
“Ran, gua asumsikan lu straight...”
“Tapi gua tetep cinta lu Di, gua sedih dan marah liat lu kok mudah banget terima orang lain...”
“Tapi lu kan udah nikah ama Cindy”
“Di, please... jangan cerita Cindy, gua lakukan apa aja asal jangan lu cerita” Randy mulai ketakutan.
“Tenang Ran, gua gak akan buat urusan ini jadi panjang, Cuma Hendra ...”
“Gua pasarah aja... memang salah gua”
“Coba liat nanti apa yang bisa gua lakukan. Randy, apa lu gak bahagia nikah ama Cindy?” Kali ini Setiadi menatap Randy dengan penuh arti.
“Gua... gak merasakan sesuatu yang dalem banget terhadap Cindy, gua udah kepalang tanggung cinta lu Di. Gua gak mau berpisah dari lu... gua masih tetep butuh lu, gak tahu kenapa gua bisa gelap mata...”
“Ran, gua janji bisa tutup mulut terhadap Cindy, tapi gua harus cerita ama Hendra, dia berhak tahu gua, karena dia sekarang pendamping hidup gua.Gua akan usahakan tahan dulu dia, supaya gak terlalu marah ama lu nanti.”
“Ran, gua sebaiknya balik pake taxi aja yah”
“Di, jangan, gua anter lu aja”
“Tapi suasana kita lagi sangat gak enak”
“Di, biar gua yang anter lu, gua janji gua gak akan nekad lagi. Please Yadi…”