It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Bel pulang berbunyi. Dengan bersorak riang anak anak segera merapikan alat tulis masing. Setelah memberi salam kepada pak Adnan, mereka pun berhamburan keluar kelas.
"Aku duluan ya Land." sahut Andry yang kubalas dengan anggukan kecil. Ku lihat Didit meraih tas eiger berwarna biru, dengan cuek ia berlalu dari hadapanku. Tumben nih anak ga ajak pulang bareng. Hmmm...
Dengan malas ku jinjing tasku sambil melangkah meninggalkan ruangan kelas. Bosen juga kalo harus pulang sekolah seorang diri. Biasanya aku pulang bareng ama Didit dan anak-anak yang lain. Nongkrong di pinggir jalan sambil nungguin angkotnya kak Ridwan langganan kami.
Belum sempat kaki ku keluar dari pintu kelas, aku dikejutkan oleh Didit yang tiba-tiba berdiri di hadapanku.
"Mau apa?" sahutku ketus. Didit hanya diam sambil menatapku dengan tatapan yang sulit aku artikan.
"Minggir, aku mau jalan!"
"Akuuu.. Aku mau ngomong sesuatu" ujarnya dengan wajah kusut. Sepertinya akhir-akhir ini dia jarang tidur. Kasian.
"Apa?" tanyaku melunak. Apa dia mau minta maaf?
Sesungguhnya aku tidak tega melihatnya seperti itu. Sebenarnya aku sudah maafin dia, cuma aku mau ngasih sedikit hukuman aja. Tapi mungkin aku terlalu kejam. Hiks..
"Aku mau bilaang..."
"Ya elah Dit, bilang maaf aja susah banget sih?" gumamku dalam hati.
"Akuuu.. Eem.."
"Iya, aku apa Dit?"
"Akuuu.."
"Lama-lama ku tapok juga nih anak, bikin gemes aja." gumamku ga sabaran.
"Apaa?"
"Aku mau bilaaang... Happy birthday Aland." jawabnya sambil menaburi tepung ke wajahku. Haaaa?? Aku ulang tahun? Emang ini bulan berapa sih? Kok aku ga ingat sama sekali ya hari jadi aku? Aneh.
Belum hilang keterkejutan ku oleh perbuatan Didit, teman-teman ku yang lain pun dateng menghampiri ku sambil menaburi tepung, air es, melempari telor dan entah apa lagi. Aku cuma bisa berdiam pasrah sambil menunduk menerima keisengan meraka. Satu persatu mereka mengucapkan selamat kepadaku, dan mendoakan kebaikan buatku. Andry juga mengucapkan selamat kepadaku lalu mohon pamit kepada kami untuk pulang duluan.
"Ide siapa nih?" tanyaku pura-pura iseng. Sebenarnya aku bahagia mereka mengingat hari lahirku, disaat aku sendiri melupakannya.
"Idenya Didit." jawab Ririn, Giska, Wandha hampir bersamaan.
"Didiiiiiiitt..." dia yang merasa nyawanya terancam segera berlari ketika aku hendak menangkapnya. Untuk beberapa saat kami kejar-kejaran.
"Happy birthday." ujar Puding tersenyum sambil mengulurkan tangan kanannya kearahku. Aku tidak percaya, untuk pertama kalinya Puding mau berbicara kepadaku. Di hari special ku pula. Kuraih tangan kokohnya yang halus.
"Iya, sama sama Ding." jawabku agak gugup. Ingin rasanya aku berlama lama memegang tangannya, tapi aku tidak ingin membuat yang lain curiga. Dengan berat hati ku lepaskan genggangam tangannya. Hiks...
"Jadi hari ini kamu pulang bareng ama kita kan Land?" tanya Rengga.
"Iya Land, ga seru kalo ga ada kamu." sambung Giska sambil membersihkan wajahku dengan tissue.
"Ciee.. Giska perhatian banget sih? Ada yang cemburu nih." goda Wandha sambil menyenggol bahu Giska.
"Apaan sih? wajah Aland kotor gara-gara ulah kalian." balas Giska membela diri sambil terus membersihkan wajahku. Kuraih tissue dari tangan Giska saat ku liat wajah Rengga agak cemburu.
"Pulang yuk, panas nih." sahut Puding. Untuk beberapa detik tatapan kami bertemu.
*****
Seharusnya malam minggu ini menjadi malam minggu special buatku, karena bertepatan dengan hari jadiku. Tapi kenyataan berkata lain. Tidak ada perayaan tiup lilin atau pun memotong kue, yang ada malah aku disuruh ibuku mengantarkan pesanan nasi kuning kerumah kak Dewi. Hiks...
Dengan malas-malasan ku turuti perintah ibu. Untuk menambah uang dapur, ibu berjualan nasi kuning baik di pagi hari maupun di malam hari. Ayahku seorang pengrajin yang memanfaatkan limbah kayu hitam (ebony) untuk dijadikan berbagai cendera mata. Mulai dari dompet, tempat tissue, gantungan kunci, maupun kaligrafi. (yang minat hubungi aku ya. Hehe..)
Pulang dari mengantarkan pesanan kak Dewi, aku mau mampir sebentar ke supermarket. Aku baru ingat kalo parfum master cologne merah ku sudah hampir abis. Sekalian aku mau beli coklat silverqueen kesukaanku. Tadi aku di kasih uang lima puluh ribu dari kak Dewi. Katanya tanda ucapan terima kasih karena sudah mau nganterin pesanannya. Kalo kayak gini, biar tiap hari juga aku mau nganterin pesanannya. Hehehe... Ngarep.
Baru saja aku sampai di depan pintu masuk supermarket, aku di kejutkan oleh sosok seorang pria yang sangat aku kenal. Dengan setelan kaos berwarna coklat dan celana pendek berbahan kain jeans berwarna hitam, ia keluar dari dalam supermarket sambil menjinjing barang belanjaan di tangan kanannya. Ia sama terkejutnya denganku.
"Puding?" desis ku tak percaya bisa bertemu dengannya disini.
"Haii.." sapanya memamerkan senyum menawannya. Nampaknya ia sudah bisa menguasai keadaan. Terlihat dengan sikapnya yang tenang, berbeda denganku yang merasa kikuk.
"Mau belanja juga?" ku jawab dengan anggukan.
"Ya udah, aku duluan ya Land. Aku sudah di tunggu om dirumah."
"Iyaa, hati-hati di jalan ya Ding." ia mengangguk sembari tersemyum. Ia pun berlalu dari hadapan ku. Berjalan melewati rumah-rumah warga setempat. Ku pandangi punggungnya yang tegap. Ingin sekali rasanya aku memeluknya erat. Sangat erat sekali.
Aku segera membalikkan badan ku ketika sadar Puding hendak berbalik ke arahku. Aku khawatir, jangan-jangan ia tahu aku sedang memperhatikannya. Bisa malu jadinya.
"Aland!" aku kaget mendengar Puding memanggil namaku. Ada apa? Dengan rasa penasaran aku pun membalikkan badan ku ke arahnya.
"Tangkap!" aku segera menangkap benda yang dilempar Puding kearahku dengan kedua tanganku. Silverqueen???
"Itu hadiah buat kamu." ujarnya.
"Happy Birthday." lanjutnya. Kemudian ia kembali membalikkan badannya lalu berjalan meninggalkanku yang masih berdiri bengong.
"Inii... Ini hadiah ulang tahun dari Pudiang buatku?" ucapku tak percaya. Mataku mulai berkaca-kaca.
"Makasih ya Puding." sahut ku sedikit berteriak karena jarak kami yang sudah agak jauh. Puding mengangkat tangan kirinya lalu menyatukan ujung jari jempol dan jari telunjuk membentuk lingkaran tanda ok, sambil terus berjalan membelakangi ku.
Aku tak pernah menyangkah akan mendapatkan hadiah dari orang yang aku sukai. Ku pandangi hadiah darinya. Darimana ia tahu aku doyan sama coklat silverqueen? Atau ini cuma kebetulan saja? Mungkin ini takdir?
Entahlah, apapun itu aku berterima kasih kepadanya. Aku sangat senang. Tak ku hiraukan tatapan heran dari orang-orang disekitarku yang melihatku melompat kegirangan. Biarlah mereka menganggapku aneh atau lagi stress, aku tak peduli. Saat ini aku hanya ingin menikmati rasa terlarang ini dengan perasaan bahagia.
Ditunggu komentarnya All. :-)
@the_rainbow
@pokemon
@vendi74
@yuzz
@alabatan
@abiyasha
@danielsastrawidjaya
@Edmun_shreek
@Rivengold
@deyna
@zhedix
@Gusti_Dimaz
@adzhar
@JonatJco
@Jhoshan26
@erickhidayat
@Tsu_no_YanYan
@Ozy_permana
@alfa_centaury
@mr_kim
@kikyo
@shinsin
@agungrahmat
@curiousreader
@WYATB
@Adhi48
@santay
@sicnus
@sky_borriello
@CelloConcerto
@Putra_ajah
@hantuusil
Hehehe... :-)
setelah aku baca ulang, ternyata ada beberapa kata yang kurang serta ada pemilihan kata yang kurang pas.
Tadi pas selesai di ketik langsung di update ga di koreksi dulu.
Terlalu semangat kali yach,
sampai lupa.
Hehehe...
Maaf yach kalo jadi ke ganggu baca'y. :-)
Padahal tangan udah capek ngetik. :-(
makasih yach bro . :-)
TAPI KOK GIMANA KELANJUTANNYA
MASAK MENGAMBANG TERUSS
SEXNYA KOKK GAK ADA
HE..HEEE
@CelloConcerto : ga nyambung dimana'y yach mas? Menurutku sih masih nyambung,
hehehe...
Makasih juga udah mau mampir.
@erickhidayat : tapi aku ditraktir yach minum sosro'y.
Hehehe ... :-)
@half_blood : kenapa ga dikasih puding aja?
Maksud'y apa yach? Ga ngerti.
Hehehe...
@agungrahmat : ga tau juga sih ama perasaan'y puding.
Hehehe...
Bagi yang muslim, met sahur yach .
Selamat berpuasa. :-)