It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!
Copyright 2021 Queer Indonesia Archive. See our Privacy Policy. Contact us at admin@boyzforum.com
Dengan menggunakan situs ini berarti Anda setuju dengan Aturan Pakai.
BoyzForum.com adalah situs anti pedofilia!
Comments
Sesampai di rumah, aku kembali menelepon Chandra dan memastikan kepadanya bahwa Arya benar mengidap leukimia. “ Ya Tuhan, “ adalah tanggapan ringkas Chandra.
Arya menelepon Kara. Ia memberitahu sahabat perempuannya itu apa yang terjadi. Dalam waktu satu jam Kara dan Graha sudah berdiri di depan pintu rumah kami. Kara memelukku lama dan kemudian, masih mengenakan jaketnya, bergegas ke ruang keluarga dan memeluk Arya erat . Arya mulai menangis lagi. Graha memelukku dengan canggung. “ Kau harus kuat, kawan, “ ia berguman. Graha lalu masuk ke dalam dan tidak berani menatap Arya. Ia berdiri menatap lantai, bahunya merosot dengan kedua tangan di saku, ia masih memakai setelan kerja lengkap dengan dasinya.
Kara sungguh bijaksana, ia menyarankan agar kami menuliskan semua pertanyaan yang akan ditanyakan kepada dokter besok. Kami memutuskan bahwa itu ide yang baik. Kami berempat mempertimbangkan semua hal yang ingin kami ketahui. Kara dan Graha pulang pada pukul empat sore, tepat saat mamah datang dengan membawa rantang. Di halaman depan mamah tampak berbincang dengan Kara dan Graha. Senyuman mamah sungguh luar biasa, beliau seorang psikolog dan dosen di salah satu universitas negeri di Jakarta. Tidak heran mamah dapat menerima kami berdua dengan cepat pada saat itu.
“ obat yang paling mujarab adalah kasih sayang dan perhatian, kamu harus sabar .” mamah berbisik kepada ku sambil memeluk aku. Aku masuk bersama mamah , lalu mamah memeluk Arya yang sedang membuka internet untuk mencari informasi tentang penyakitnya.
Mamah memeluk anak bontotnya itu tetap dengan senyuman, sementara Arya kembali menangis. Aku jadi teringat saat aku mengelak memiliki hubungan dengan Arya.
“ Nak tante, tahu kamu memiliki hubungan dengan Arya kan ?? .” mamah bertanya seperti itu aku mengelaknya.
“ Nak, kamu tahu Siapa Pun yang hidup di dunia adalah seorang aktor yang sangat buruk. Itulah sebabnya mengapa kita semua diberikan rentang hidup untuk belajar berakting sebagai diri kita sendiri. “ Aku hanya diam mendengarnya pada saat itu.
“ Apakah nak verza merasa merasa bahwa telah menjadi sesoarang yang nak verza kehendaki ?? “
“ Maafkanlah diri kita sendiri, bila kita bukan menjadi seseorang yang kita kehendaki, Keluarkan foto sewaktu kita masih bayi, pandanglah foto itu dan ampunilah diri kita sendiri, lalu setelah itu lanjutkanlah menjadi orang yang kita kehendaki. “ Pada saat itu aku hanya bisa menarik napas panjang dan tersenyum.
Aku salut dengan mamah selama di rumah tidak sekali pun membahas tentang kanker. Mamah membawa makanan kesukaan aku dan Arya lalu mengajak makan bersama, membicarkan hal – hal yang membuat aku, Karen dan Arya tertawa, Saat itu rasanya hari seperti hari normal sebelum 6 bulan yang lalu. Sebelum pulang mamah berkata kepada kami untuk selalu menjalin hubungan yang tulus dan erat kepada dokter untuk mendapatkan informasi dan bimbingan, Harus percaya bahwa terapi apa pun nanti akan berhasil.
“ Nak kamu harus bersikap positif, sholat dan terus berdoa, dalam keadaan seperti ini bersentuhan dengan apa saja yang bersifat rohani merupakan hal yang bermakna, jadikanlah hubungan itu sebagai teman penyembuhan. “ mamah berkata kepada Arya, lalu memeluknya dan pamit untuk pulang.
Menjelang tidur, Arya masih mencari informasi di internet tentang penyakitnya. Arya menatap layar “ Chronic Myeloid Leukemia ...... yang artinya bahwa itu adalah kanker darah yang kalau terlambat akan fatal, benar begitu bukan ? “
“ Yah, kurasa begitu sayang, “ aku menjawab dengan hati – hati.
“ Kalau begitu lumayan buruk, dan itu artinya bahwa,,,,,,, “ suranya menghilang “ bahwa kesempatanku untuk hidup selama lima tahun ke depan kurang dari empat puluh persen. “
Empat Puluh Persen. “ Bagaimana kau bisa yakin kalau dirimu mengidapa kanker yang satu itu ? ‘ aku bereaksi dengan kesal. “ Apa kau yakin kau sudah membacanya dengan tepat ?? “
‘ Ya aku tidak dungu VERZA MAHAWIRA ADITYA !!! “ ia memekik. “ hal itu tertulis di sini !!
Aku tidak memandang layar, namun aku menekan tombol Shut Down. “ Ok. Waktunya Tidur.”
Merasa kacau, Arya menatap layar komputer yang gelap, kemudian menatapku, dengan raut muka mematikan kemudian ia mulai terisak – isak dengan luar biasa kerasnya.
“ Demi Tuhan, kalau saja si bedebah Harry itu melihatnya dulu, mungkin semua ini belum terlalu terlambat !! “
Setelah tangisannya yang seolah – olah tak akan pernah berhenti, ia jatuh tertidur di pelukanku. Aku terjaga penuh dan tidak mengetahui apakah esok pagi, saat aku bangun , aku menyadari semuanya bukan mimpi, tapi kenyataan. Arya mengidap kanker Darah.
Graha adalah teman ku dari aku kecil, dia teman satu komplek ku. Kami menyukai musik yang sama, pakaian yang sama, band yang sama dan bahkan kami memiliki hobi yang sama. Pada saat usia kami dua belas tahun, kami sama – sama dipanggil ke dalam Tim Nasional Basket Junior, saat usia kami enam belas tahun kami masuk ke diskotek bersama – sama, dan pada usia kami delapan belas tahun kami membela Indonesia pertama kali di Tim Senior. Graha Harsa Brahmantyo adalah lelaki populer dari ia SD, SMP, SMA dan hingga ia masuk ke Timnas Basket. Selepas SMA kami berpisah ia mendapat beasiswa khusus atlet di Perbanas, sementara aku melanjutkan kuliah di salah satu universitas di Bandung. Perjuangan Graha memperoleh gelar Sarjananya patut diacungi jempol, ia memang bukan seseorang yang cerdas pada mata pelajaran, sehingga saat dia selesai memperoleh gelar sarjananya aku diundang merayakannya.
Graha dan aku jarang berbicang di telepon, kami jarang berjumpa, semenjak ia menjadi pengusaha garam di negeri ini. Bila dulu saat remaja kami sering bersenang – senang diakhir pekan, sekarang ia menghabiskan akhir pekan dengan memilih tinggal di rumah sambil menikmati film. “ Sial kau Verza, Kita tidak menua dalam kapasitas yang sama, akau adalah susu sementara kau adalah anggur, “ begitulah yang dikatakan Graha ketika tingkat popularitasnya di antara kaum hawa mula memperlihatkan penurunan. Graha yang pada saat itu bersifat pragmatis aku kenalkan dengan Kara yang merupakan sahabat Arya.
Karamina dan Graha Harsa Brahmantyo benar benar ditakdirkan untuk hidup bersama, Kara menentang segala hal yang berbau trendi, Ia sangat menyukai anak – anak dan buah mangga. Kara dan Graha sudah memiliki dua orang anak,, Andhika yang berusia 3 tahun dan Tara yang berumur 1 tahun. Perubahan badan Kara yang semakin membesar setelah melahirkan dua anak. Kara bilang keluarga dan menjadi ibu adalah jauh lebih penting daripada penampilan luarnya. Kara tidak akan pernah menyakiti Arya, begitupun sebaliknya, karena mereka berdua telah menjadi sahabat karib sejak lama. Mereka saling menelepon setiap hari dan ketika Arya takut biopsi enam bulan lalu orang pertama yang di telepon adalah Kara. Akui harus mengakui bahwa Kara mengerti akan arti persahabatan. Kara dan Arya sekarang jauh lebih dekat sekarang dibandingkan aku dan Graha. Arya memberitahu bahwa Kara adalah segalanya. Aku semakin jauh dengan Graha karena setiap apa yang aku lakukan dan diketahui oleh Graha selalu diceritakan kepada Kara, dan akhirnya Kara akan bercerita kepada Arya. Kejujuran adalah kebajikan yang nilainya sangat tinggi, itu kata Kara.
Prof. Dr. dr. Abidin Widjarnako, SpPD, KHOM, beliau lah dokter yang hari ini yang akan kami temui. dr Abidin menjabat tangan kami masing – masing, lalu memberi isyarat agar kami duduk sambil ia duduk kembali di belakang mejanya. Ia membuka buka sebuah berkas berwarna cokelat. Aku sangat hafal bahwa berkas itu merupakan berkas Arya yang juga dimiliki oleh perawat kemarin lusa. Isinya adalah hasil biopsi dan aku juga melihat ada sebuah laporan panjang yang ditulis tangan oleh dr Harry, dan sebuah gambar tulang belakang, dengan satu tanda panah kecil serta teks yang tidak bisa aku baca disampingnya. dr Abidin membaca berkas tersebut seakan – akan kami tidak ada di sana. Suasana di rungan ini luar biasa mencekam.
Aku menggenggam tangan Arya, dan dr. Abidin merasa bingung, kemudian Arya tersenyum kepadanya. “ Anda berdua pasangan ?? “ ,, lalu Aku mejawab “ Yah,, kami adalah pasangan keluarga, kami hanya berbeda dari pasangan lain“ kata aku sambil tersenyum. Aku melihat wajah dr. Abidin yang tersenyum.
Kemudian dr. Abidin kembali mencermati berkas – berkas Arya. Aku masih menggenggam tangan Arya, Ia mengedipkan mata kearahku dan membuat gerakan mengangguk. Setelah setengah menit dr Abidin tetap tidak berkata – kata, mengamati berkas tersebut, membalik halamannya kedepan, lalu membalik halamannya kebelakang dan kedepan sekali lagi. Aku memalingkan pandanganku dari Arya agar tawaku tidak meledak. Pandanganku kembali melihat lihat sekitar ruangan dr Abidin, dibelakang mejanya tergantung sebuah lukisan yang cukup menarik, dan di dinding di sebelah pintu terdapat rak kecil berisi pamflet yang diantaranya berjudul “ Makan Sehat Bagi Penderita Kanker “ ,,, “ Kanker dan Seksualitas “ ,,, “ Melawan Rasa Sakit Bagi Penderita Kanker “,, dan aku melihat selebaran berwarna kuning yang sangat familier “ kanker Darah/Leukimia”.
dr. Abidin mendongak dari berkas – berkas tersebut “ Bagimana keadaan Anda selama beberapa hari belakangan ini ? “ ia memulai.
“ Tidak begitu baik, “ Arya berkata.
“ Ya bisa kubayangka, “ kata si dokter “ tentunya itu sangat mengerikan bagi Anda, semua berjalan dengan begitu cepat “
“ Ya karena sekarang sudah terlambat bukan ?? “ gumam Arya.
“ Sekarang dengarlah, Anda tidak boleh berpikir seperti itu “, kata dr Abidin. “ Masih banyak hal lain yang dapat kita coba untuk memperoleh kesembuhan, tidak perlu mengunkit – ungkit masa lalu, dr. Harry sudah sepuh, jadi yang kita harus fokus untuk kesembuhan Anda. “
Sangat terkejut dengan sikap dr. Abidin menanggapi kesalahan rekan sejawatnya, aku melirik Arya. Wajahnya tampak sabar, aku pu turut menahan diri.
“ jadi yang kuderita adalah Chronic Myeloid Leukemia , apakah benar ?? “ tanya Arya meminta kepastian darinya.
“ ya benar “ jawab dr Abidin
“ Dan apakah benar hanya 40 % orang dewasa yang akan hidup dengan kanker ini selama lima tahun pertama ?? “ tanya Arya.
“ dari mana Anda tahun 40 % ?? “
“ Aku mencari informasinya di internet kemarin malam, “
“ Ah,,, Anda harus berhati – hati dengan hal itu, karena dengan melihat informasi di internet akan menggangu Anda “ ujar dr Abidin dengan jengkel.
Tentu saja,, pikirku dalam hati. Aku terkekeh sendiri, dan tidak seperti kemarin, saat aku merasa marah kepada Arya karena meyakinkan dirinya sendiri tentang hal hal yang seburuk mungkin dari lusinan situs di internet. Sekarang aku bangga kepadanya karena ia sudah mendapatkan informasi sehingga membuat si dokter tidak nyaman.
“ dok,, jadi apakah benar hanya 40 % ?? “ tanya Arya kembali.
“ Aku khawatir jumlahnya kurang dari itu “. Kata dr Abidin dingin, jelas sekali dr Abidin berupaya untuk mencegah agar kami tidak membaca situs web semacam itu lagi. ‘ Karena Anda masih muda multiplikasi lebih cepat daripada sel sel yang berada di dalam tubuh orang yang lebih tua.
“ Apakah kanker ini bisa disembuhkan ? “ Arya bertanya
“ semua penyakit bisa disembuhkan, sekarang alat alat sudah canggih, yang aku butuhkan sekarang adalah memperoleh kepercayaan dari kalian untuk menyembuhkan Anda “. Ucap dr. Abidin. “ Sekarang Kanker Anda sudah memasuki fase Akselerasi jumlah leukosit Anda menjadi sulit dikendalikan dan abnormalitas sitogenik tambahan mungkin timbul,, dan kemudian Anda tahu yah .... “
Tidak, aku tidak tahu dok, karena aku bukan mengambil jurusan kedokteran saat saya kuliah, melainkan jurusan ekonomi dan bisnis. Akhir – akhir ini aku menjalani hari ku dengan memiliki pemikiran tentang kanker. Karena ekspresi Arya yang memperlihatkan bahwa ia sama tidak tahunya, dr. Abidin meneruskan ucapannya bagaikan pembaca berita.
“ Dengar kejadiannya seperti ini, Sel sel darah berkeliling ke seluruh tubuh Anda, dan itu artinya bahwa sel sel kanker Anda juga melakukan hal yang sama, Penanda Kanker Anda belum mencapai tingkat yang membahayakan, tapi sangat mungkin sel sel tersebut sudah menyebar ke seluruh tubuh Anda. “
“ Jika sekarang kita tidak melakukan apapun, aku khawatir waktu Anda hanya tersisa beberapa bulan lagi, paling banyak satu tahun. “
Komentar itu sebenarnya konsekuansi logis dari infomrasi yang diungkapkan sebelumnya, namun hal itu tetap bagaikan hantaman gelombang Tsunami di Aceh. Akhirnya kata – kata itu terucap juga. Tubuh Arya mulai gemetaran, saat ia mengangkat tangannya menutupi mulut dan mulai menangis, bahunya bergetar. Perutku terasa `diremas – remas . Aku melempar satu lenganku di sekeliling tubuhnya dan menggenggam erat tangannya.
“ Benar – benar pukulan hebat bukan ?? “, dr Abidin berbicara menohok tapi dengan penuh pengertian. Kami tidak menjawab, kami hanya duduk disana, berpelukan, Arya menangis aku tertegun.
“ Sekarang apa ?? “ aku bertanya setelah beberapa saat.
“ Aku akan menyarankan agar Anda memulai kemoterapi secepatnya, Saya akan menggunakan kemoterapi oral bila melihat perkembangan kanker Anda “, dr Abidin melanjutkan percakapan, jelas merasa lega karena kami bisa membicarakan secara teknis. ‘ Minggu ini bila bisa kita harus memulai kemoterapi “,
“ Bagaimana dengan Radioterapi dok ? “ aku bertanya, Arya juga terlihat lebih baik selama seseat. Ya Radioterapi juga sering dilakukan itu yang pernah aku dengar, aku dapat melihat Arya berpikir penuh harap, untuk beberapa alasan radioterapi kedengarannya tidak terlalu mengerikan daripada kemoterapi.
dr. Abidin menggelengkan kepala. Pertanyan Bodoh.
“ Radioterapi hanya memberikan dampak secara lokal, hanya disekitar sum – sum tulang belakang saja. Dan kita harus berusaha untuk menyingkirkan kanker tersebut dari seluruh tubuh, jadi kemoterapi masih merupakan jalan keluar terbaik, “ ia berkata, jelas – jelas merasa jengkel karena dirinya baru saja menerangkan hal itu.
‘ Bisakah dokter memberitahu kami sedikit lagi tentang kemoterapi ini ?? “ tanyaku, seolah olah aku bertanya tentang sistem navigasi – satelit di mobil Audi terbaru.
dr. Abidin tampak bersemangat, ia kelihatan seperti anak kecil yang mendapa pertanyaan mengenai mainan favoritnya. Kami memperoleh kursus kilat mengenai kemoterapi. “ Prinsipnya sederhana. Tubuhmu menerima hantaman besar dari kemo, dan tujuannya adalah untuk menghancurkan semua sel kanker yang ada pada tubuh, dan dengan kemoterapi juga dapat mengontrol sel kanker agar tidak meluas ke bagian lain “, dr Abidin berkata dengan takjub.
“ namun karena alasan itu pula sel – sel itu jadi lebih mudah diserang dari pada sel – sel sehat di dalam tubuh, sayangnya semua sel sehat yang bisa membelah dengan cepat akan ikut terpengaruh juga, sebagai contoh, rambut mu akan mengalami kerontokan, “
Kini dr Abidin menjelaskan upayanya dengan baik. “ Kupikir dengan menggunakan kemoterapi oral untuk saat ini lebih baik, melihat fase pada kanker Anda masih dalam tahap Akselerasi, “ Kami mengangguk seolah olah kami mengerti apa yang diucapkannya. “ Saya akan memberikan obat glivec untuk Anda, persedian obat gratis hanya ada untuk 3 bulan, karena obat ini mendapatkan bantuan dari Novartis yang bekerja sama dengan Pemerintah “
Aku merasa kaget waktu dr Abidin menjelaskan tentang obat glivec, aku kaget betapa mahalnya obat ini, dalam satu bulan penderita leukimia seperti Arya akan menghabiskan 120 tablet obat, harga satu boks yang berisi 60 tablet harganya sekitar 11,5 Juta, jika aku hitung harga satu tablet Rp. 191.600,- berarti selama satu bulan penderita leukimia seperti Arya akan menghabiskan uang sekitar Rp. 23 Juta Rupiah. Aku jadi mengerti mengapa persedian obat ini habis dalam waktu 3 bulan.
“ dan satu lagi satu terapi untuk menetralkan mual serta muntah yang disebabkan kemoterapi, “ kami mengangguk lagi. “ Bahkan dengan terapi ini, beberapa orang masih muntah – muntah hebat selama beberapa hari, Tapi Anda akan mendapatkan pengobatan untuk ini, yang dapat Anda minum setelah setiap kemoterapi, “ kami perlahan – lahan tergelincir ke dalam kondisi mati rasa secara emosional. “ Jadi kebanyakan orang cenderung untuk makan lebih sedikit, tentu saja kombinasi mual mendorong nafsu makan berkurang, Anda kemungkinan juga akan menderita Diare, jika hal itu berlangsung selama lebih dari dua hari, Anda harus menghubungi kami . “ Seolah – olah ia sedang membicarakan masalah mesin cuci yang bocor. “ dan selaput mukosa di dalam mulutmu juga bisa menjadi meradang, pada akhirnya Anda harus berhati – hati agar diri Anda tidak terkena demam, jika hal ini terjadi, Anda harus menguhubungi kami, pada tengah malam sekalipun. “
Aku tidak ingin mendengarkannya lagi, aku tidak ingin mendengar apa pun lagi. Arya sudah mati rasa pada kata rambut dan kerontokan. Namun dr Abidin meneruskan penjelasannya tanpa memperhatikan Arya.
“ Benar, ada kemungkinan sel – sel kanker Anda tidak merespon dengan kemoterapi itu, namun kemungkinan itu hanya sekitar dua puluh lima persen. ‘
“ bila tidak merespon apa yang dilakukan ?? “
“ setelah itu kami akan mencoba terapi yang lain. “
“ Oh,,,,.”
“ Tapi kita tidak memulainya atas dasar asumsi itu. “
“ Ya. “
“ Pertanyaan terakhir, Bukankah Singapura lebih maju daripada Indonesia dalam pengobatan kanker ?? “
dr. Abidin menatapku seolah – olah aku anak sekolah yang berani mengintip rok gurunya.
“ Maafkan aku, hmm ,,,, bukannya aku meragukan kepiawan Anda, “ aku menambahkan dengan cepat, walaupun sebenarnya aku meragukannya, tapi aku tidak ingin mengatakan sesuatu yang akan membuatku dikeluarkan dari ruangannya. “ Tapi kami ingin yang terbaik untuk pasangan saya, Anda mengerti kan dokter ?? “
dr Abidin tidak mengerti sama sekali, aku dapat melihat hal itu di wajahnya, yang menunjukan bahwa dirinya semakin gusar. Si dokter menghela napas, dan mulai berbicara “ kami membaca semua informasi yang tersedia mengenai kanker, dan semua penelitian kedokteran yang di publikasikan Saudara Verza, jika semua ada hal baru dalam penyembuhan kanker mau itu di Amerika, Eropa atau Singapura tentu kami juga mengetahuinya dalam hari yang sama. Dan sejak berkembangnya internet , segalanya benar – benar terbuka. Semua orang dapat mengaksesnya, Arya sudah membuktikannya sebelum ini,,,,,, “
Oh, betapa aku membenci nada mengejeknya itu, arogansi yang dipertunjukan dr Abidin, mengingat bahwa dirinya mengetahui semua keteledoran yang tak bisa terjadi yang dilakukan koleganya di rumah sakit yang sama.
‘ Ada lagi ?? “
“ Ada sesuatu yang saya sadari, yaitu bahwa tidak selalu ada jawaban bagi setiap pertanyaan atau ada penyembuhan bagi setiap penyakit. Saya tak pernah berharap Anda menyembuhkan saya, Saya juga tidak menganggap Anda bertanggung jawab atas hasil hasil pengobatan itu. Tetapi saya berharap Anda berusaha semaksimal mungkin, dengan begitu, Anda mendapatkan kepercayaan saya, dengan memberi perhatian, Anda mendapatkan rasa hormat saya “.
Aku menatap Arya sewaktu ia berbicara seperti itu kepada dokter, lalu kami berdua berdiri dan memasang jaket masing masing.
“ Karena saya sudah mendapatkan kepercayaan itu, saya minta tolong Anda memberi tahu saya jika Anda ingin memulai perawatan kemoterapinya, aku akan melakukannya, “ kata dr Abidin saat ia menjabat tangan Arya, sekarang ia bersikap semanis madu.
‘ Ya, baiklah. Kami akan memberi tahu Anda besok. “
‘ dan terima kasih atas pertanyaan Anda, kita sama – sama orang Indonesia, jadi percayalah kepada saya dan tim kami nanti untuk penyembuhan Arya, “ katanya dingin lagi. Aku menjabat tangan dokter Abidin dengan tersenyum.
“ Terima kasih untuk waktu Anda dokter, sampai jumpa lagi, “ aku berkata.
Ketika berjalan menyusuri koridor, aku menggenggam tangan Arya dan tidak menatap siapa pun. Di koridor sudah menunggu banyak pasien dokter Abidin. Tatapan mata pasien – pasien lain sangat janggal melihat kami. Kau tahu semua orang menatapmu, tapi kau seolah – olah bersikap tidak peduli. Mata Arya terlihat merah dan ia mengenakan sapu tangan.
Aku melingkarkan lenganku di pundaknya, mataku terpancang kuat ke ujung koridor. Orang – orang pasti sedang membicarakan keanehan kami berdua yang sangat mesra ketika berjalan di koridor atau mereka sedang berbisik satu sama lain . Oh Tuhan Pria itu masih muda, sungguh rupawan , ia pasti baru saja mendengar bahwa dirinya mengidap kanker, dan lihatlah pemuda yang bersamanya, betapa menyedihkan. Aku dapat melihat rasa penasaran mereka, tapi aku juga bisa melihat rasa iba mereka. Sayangnya Karen tidak ada di sini, seandainya saja ada pasti kehadirannya akan membuat seluruh mata yang ada dikorodor bertanya tanya.
Cheer.
Setelah menidurkan Karen, Arya langsung kembali ke meja kerjanya untuk menyelesaikan laporan penelitiannya. Arya memang sedang menyelesaikan penelitian pemetaan konsumen industri olahraga di Indonesia, sekilas aku melihat layar laptop ia, memeluknya dari belakang dan meminta kepada dirinya untuk istirahat.
“ Dikit lagi sayang, tinggal penutupan, lalu selesai “.
Menunggu Arya menyelesaikan pekerjaannya, aku membaca buku tentang Pasar Bebas ASEAN yang akan berlangsung tahun 2015. Saat sedang membaca Arya sudah ada disampingku dengan membawa buku, sekilas melihat judulnya “ The Healing Journey “.
Beberapa saat kemudian aku terkejut ketika Arya melempar buku “ The Healing Journey “
“ Tuhan Maha Perkasa, aku duduk disini membaca tentang kanker !!!! AKU TIDAK INGIN MEMBACA APAPUN TENTANG KANKER !! “ teriak Arya, “ INI TIDAK ADIL , INI TIDAK MUNGKIN NYATA, INI MUSTAHIL TERJADI “
Aku tidak setuju dengan analisi Arya yang tajam itu, namun yang dapat kulakukan adalah memeluk erat Arya yang berteriak teriak dan gemetaran, membelainya, mengecupnya dan berbisik, “ tenanglah, cintaku, ayolah, ayolah.... “
Arya akhirnya tertidur didekapan ku, aku merasa haus sekali saat itu, tapi ketika aku melangkah ke dapur aku melihat bahwa laptop Arya belum mati, aku berniat mematikannya, tapi aku melihat sebuah tulisan
“ Inilah yang telah aku putuskan,, Aku bosan pada orang – orang yang menganggap betapa beruntungnya aku,, Aku tidak merasa beruntung ,, Aku tahu akan berhasil mengatasinya ,, Aku adalah orang yang kuat dan tahu bahwa gelasku setengah penuh, tetapi awas jangan berkata padaku bahwa gelas itu penuh,, Aku sudah mereguknya sedikit dan menumpahkanya sebagian,, Aku tidak akan terpukul dan aku akan berjuang tetapi izinkan untuk mentakan bahwa aku lelah,, Bahkan orang yang menang pun lelah,, Ada banyak hal yang harus aku lakukan dan rencana yang harus kukerjakan semampuku, tetapi kalau aku harus menangis dahulu, aku akan menangis dan menangis itu boleh – boleh saja,, Tuhan telah melihatku menempuh banyak penderitaan dan aku tahu Tuhan akan memberiku kekuatan untuk mengtasinya,, Aku tidak akan membiarkan orang berbicara mengenai bagaimana aku “ botak “ dan bagaimana rambutku bisa tumbuh kembali, ini masalah sulit buatku, dan aku akan mengatasinya menurut caraku sendiri,, Ada masalah – masalah yang lebih besar daripada masalah-masalah lainnya, dan buat ku, masalah rambut itu masalah besar, aku akan melawan dan menang,, Aku akan berusaha menjadi lebih kuat, tetapi aku tidak akan menyukainya !! Kehidupan itu untuk dihayati sehingga keluhan – keluhan bisa dibuat seminim mungkin,, Kita semua harus mencapai sesuatu dan sekurang-kurangnya aku memiliki orang yang menyayangiku,, Aku melihat kanker sebagai barang busuk di perutku, kanker mengambil napas kita, membuat kita ketakutan, tetapi akhirnya kita akan menang,, Aku akan lebih mencintai kehidupan,, Aku dikarunia seseorang yang luar biasa dan hebat,, Verza dan Karen adalah anugerah terindah bagiku,, Ada keluarga ku dan sahabat sahabat ku yang menyayangi, memperhatikan dan sangat suka membantuku,, Aku akan mempelajari cara mengasihi yang dibutuhkan seperti teori berpegangan tangan,, Bahwa tangan seseorang hendaknya dimasukkan ke dalam genggaman tangan orang lain,, Aku akan belajar denga rela menempatkan tanganku di tangan tangan yang diulurkan kepadaku,, dan aku tidak akan lupa mengulurkan tangan ku kepada orang lain,, Setiap hari aku berdoa mohon kekuatan, Aku akan kuat,, Aku akan tertawa,, Aku akan menangis,, dan Aku akan Menang “
Tulisan Arya yang sangat menyentuh, aku meneteskan air mata, karena selesai membaca tulisan itu pikiran ku kembali ke masa dimana aku harus berjuang bersamanya mendapatkan restu dari Ayah nya Arya. kembali dari dapur aku mematikan laptop Arya dan langsung naik tempat tidur,, memuluk Arya dari belakang dengan erat.
Bel rumah berdering, dan setelah aku buka pintu ternyata Chandra datang ke rumah pagi sekali, jam ketika itu menunjukan pukul tujuh lima belas menit. Aku hampir terjungkal saking terkejutnya, karena ini adalah hari minggu. Setahuku Chandra adalah seorang pemalas, apalagi di hari libur, tidak biasanya ia bangun pagi.
‘ Kau pikir aku tega membiarkan kalian sendiri menghadapi masalah ini ?? “ Berbeda dengan Graha , Chandra tidak segan segan memeluk dan menciumku. Saat Chandra dan aku kembali ke kantor sehabis libur sabtu/minggu atau sehabis kami berdua menang sebuah tender kami selalu berpelukan. Aku menyukainya, Itu membuat ku berpikir persahabatan yang hakiki. Arya terkejut dengan senang, sementara Karen memekik riang, Karen sangat menyukai Chandra, dan Chandra sangat menyukai Karen.
Chandra itu seorang pemalas yang suka meremehkan orang lain dan egosentris, dan ia adalah sahabat baik ku. Tidak seperti Graha, Chandra mengetahui segala hal tentang diriku. Kami bekerja bersama – sama sepanjang hari. Ia mengetahui apa yang kupikirkan, ia juga tahu apa yang kusukai dalam roti isiku, ia mengetahui bahwa sepanjang aku hidup di jakarta tidak hanya dengan bagas saja aku bersenang senang dan menidurinya, tapi juga dengan para wanita seperti Lisa, Cindy dan Diana, ia juga tahu pria – pria yang pernah aku kencani. Ia juga tahu sebelum aku mengambil keputusan untuk hidup bersama Arya aku secara rutin bercinta dengan bos ku yaitu Rama. Dan karena kami telah bertahun – tahun bekerja dengannya dan berbagi kamar berdua setiap perjalanan dinas Ia jadi tahu bagaimana suara ku ketika aku sedang mencapai puncak kenikmatan.
Chandra justru berkebalikan denganku, ketika aku belum mengenalnya secara baik, aku berpikir ia pasti sembunyi – sembunyi memuaskan dirinya di rumah bordil, tapi setelah menjadi sahabatnya aku jadi tahu kalau Chandra tidak tertarik dengan berhubungan seks, dan ini masih berlaku hingga sekarang. Sangat sangat jarang seorang wanita atau pria mengajaknya mengobrol dan kemudian berhubungan seks. Chandra menempatkan dirinya di pusat alam semesta, satu hal yang aku tahu ia sangat peduli dengan lingkungan, baginya tanpa istri, tanpa keluarga atau tanpa apa pun tidak masalah, Chandra hanya menghabiskan uang untuk dirinya sendiri dan tentu program peduli terhadap lingkungannya. Chandra selalu menyempatkan dua kali dalam seminggu untuk mampir dan makan bersama, ia juga sering kami ajak untuk makan bersama dengan kami, itulah sebabnya mengapa Karen sangat suka dengan Chandra.
Saat kami duduk di meja makan, dan sarapan bareng dengan kami ia menanyakan keadaan kami. Arya memberitahu semuanya kepada Chandra dengan intervensi sekali sekali dari ku. Setiap kali Arya mengalami kesulitan dan menceritakan kepada Chandra, Ia selalu meletakkan tangannya di atas tangan Arya. Dengan penuh perhatian, Chandra mendengarkan semua cerita kami, penjelasan dari dr. Abidin, kemoterapi, perasaan kami menyusuri koridor dan keluar rumah sakit. Aku menjadi semakin pediam selama waktu itu, beberapa menit sebelumnya aku beranjak pergi ke kamar mandi, padahal aku tidak ingin buang air kecil atau besar, dan sekarang aku benar benar kebingungan. Untungnya saat berbicara diatas meja makan itu Karen buang air besar.
“ Aku akan segera keatas untuk mengganti celananya “
Aku menggendong putriku dan membawanya ke lantai atas, entah mengapa air mata merebak di mataku, aku menyeka bokong Karen hingga bersih dan memasangkan celana baru. Karen mengamatiku, mungkin ia terheran heran dengan kondisiku saat ini.
“ Oh sayangku,, sayangku yang mungil... “aku mengancingkan kembali baju monyetnya, aku mengangkat Karen, memeluknya erat – erat dan ketika air mata menuruni wajahku, aku memandang ke luar jendela. Aku masih tidak dapat menyingkirkan hal itu dari benak ku. Usia ku 33 Tahun sementara Arya 30 Tahun dan kami memiliki seorang putri menawan, masing masing dari kami meiliki pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan, kami menjalani hidup yang menyenangkan, kami memiliki teman sebanyak yang kami inginkan, kami melakukan apapun sesuka kami, dan sekarang kami duduk disini, di meja makan, menghabisikan sebagian pagi hari dengan membicarakan kanker.
Sesampai dibawah, aku melihat ibu sudah bergabung dengan Chandra dan Arya, Ibu sedang memeluk Arya, berbeda dengan Mamah yang memeluk Arya dengan senyuman, Ibu justru menangis memeluk Arya, hal serupa terjadi dengan Arya. “ Ibu ke Jakarta kenapa tidak bilang Verza ?? “ tanya ku, dan ibu melepaskan pelukan Arya, langsung memeluk ku, aku melihat Chandra juga meneteskan air mata. “ Ibu berangkat tadi pagi dengan pesawat pertama dari yogya, kemarin mamahnya Arya menelepon Ibu, dan Ibu langsung berangkat hari ini. “ Karen langsung mencium tangan eyangnya, dan mamah langsung memeluk karen.
Pembicaran di meja makan terus berlangsung, aku hanya terdiam saja ketika ibu, Chandra dan Arya membahas tentang kanker. Ibuku adalah seorang guru besar ilmu filsafat di salah satu Universitas Negeri di Yogyakarta. Dari usia 6 tahun aku hanya di asuh oleh Ibuku, Ayah ku meninggal oleh penyakit kanker paru – paru. Ibu berjuang seorang diri hanya untuk aku dan 2 orang kakak ku. Ibu orang yang terbuka, ketika aku memutuskan menjadi gay dan memilih hidup bersama dengan Arya, ia hanya tersenyum, walaupun aku tahu di hatinya pasti sakit. Ibu hanya bilang “ Kamu sudah dewasa, pilihan mu harus bisa dipertanggungjawabkan dan kamu harus bisa menerima konsekuensinya, ketika kamu memilih untuk hidup menjadi gay dan hidup bersama dengan Arya Ibu hanya bisa mendoakan semoga kalian bahagia, “ itu kata – kata ibu yang aku ingat hingga hari ini.
Ibu meninggalkan Arya dan Chandra, kemudian menemaniku yang sedang bermain dengan Karen. “ Ibu kapan Pulang ke Yogyakarta ?? “
“ Nanti malam, pesawat terakhir za, ibu besok harus menguji calon doktor pagi - pagi“
“ Nanti aku antar ke bandara bu, “
“ Tidak usah, ibu nanti naik taksi saja, Arya membutuhkan kamu za, “
Kami terdiam sesat, Ibu bermain dengan Karen, dan aku hanya tersenyum melihat eyang dan cucunya yang sedang bermain.
“ Za, bagi dunia, kita mungkin hanyalah sesosok manusia, tetapi bagi Arya, kamu itu dunianya, dulu ketika Ayah mu terkena kanker paru – paru, ia hanya bisa terbaring tidak bisa jalan, rambut tidak ada, wajah yang pucat, kurus sekali, tapi ibu mu ini tetap mencintainya, seperti itulah cinta yang harus kau berikan kepada Arya, “
“ bu, aku akan selalu menjaga Arya bu, mau dia nanti kurus, botak atau apa aku akan tetap mencintainya . “
Ketika sedang asyik berbincang dengan ibu, Arya tiba dengan senyuman, “ Ibu istirahat dulu, kamarnya sudah Arya siapkan, nanti ibu jadi pulang sore ?? “
“ iya nak Arya, ibu nanti jadi pulang sore “
“ Biar nanti aku sama Verza yang mengantar ibu, “
“ Tidak usaha nak, biar nanti ibu naik taksi saja ke bandaranya, ya sudah ibu mau ke kamar dulu ya “
Disaat Arya dan Ibu menuju kamar aku melihat Chandra berpamitan pulang, lalu Chandra menghampiriku dan berkata bahwa tadinya ia akan mengajak kami pergi keluar. Tadi pagi setelah sholat shubuh aku sempat merasa kesal dengan Arya, ia mengatakan bahwa hari ini ia tidak mau menghabiskan hari di luar rumah, ia bilang pusing kalau melihat kerumanan banyak orang. Aku kesal bukan karena aku tidak memahaminya, justru aku sangat memahaminya, tapi melewatkan sepanjang siang didalam rumah membuat aku menjadi gila. Jujur sekarang ini aku lagi ingin keluar pergi minum, bersenang – senang, aku ingin melakukan apa saja selain terus menerus membicarakan kanker.
Aku menghela napas panjang secara terang – terangan ketika Arya datang.
“ seharusnya kau tidak menunjukan kebosanan mu, “ Arya membentakku, “ Aku tidak bisa melakukan apapun untuk mengatasi kenyataan bahwa aku menderita kanker “
“ Ya, begitu pula diriku, “ kataku berapi – api.
Ibu pamit pulang kepada kami, aku dan Arya mengantarkan sampai depan taksi. Selesai Aku mandi, Aku benar – benar tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Ketika Arya sedang membaca hasil laporan penelitiannya, aku lihat secara sekilas bahwa ia juga sedang memperhatikan aku.
“ Sialan, Apa yang harusnya kita lakukan di rumah ini ?? “ aku serta merta berteriak
Arya menatapku, hampir menumpahkan air mata. Oh tidak, aku rasa aku telah menyakiti perasaannya, aku berupaya untuk menenangkannya, aku buru buru menghampirinya dan memeluk Arya, “ Maaf, aku benar benar sedang butuh hiburan diluar. “ itu kata – kata yang aku ucapkan ketika memeluknya. “ Sayang kayanya lebih baik kita pergi bersama – sama dan melakukan sesuatu, bagaimana kalau kita pergi ke PRJ dan aku lihat kebutuhan dapur kita mulai menipis. “
Ia menghapus air matanya. “ Baiklah .... mungkin ini lebih baik. “ aku sangat senang melihat senyuman Arya.
Kami akhirnya memutuskan untuk pergi ke Pekan Raya Jakarta, tempat ini penuh sekali. Kami berada di depan stage panggung yang menampilkan anak – anak sedang menunjukan kebolehannya. Ada dua bocah anak kecil yang sedang menyanyi dengan wajah yang terlalu serius untuk anak seusianya, “Seandainya dia anak ku akan aku beri kebebasan untuk memilih kegemarannya, “ kata Arya. Seorang gadis kecil dalam balutan gaun biru, dengan diikat ekor kuda menunjukan kebolehannya bermain biola, “ Aku lebih memilih Karen masuk penjara daripada pergi ke tempat les biola, “ aku berbisik di telinga Arya. Ia mendengus, dan ibu dari anak itu melihat aneh kami bertiga.
“ Itu menyenangkan, bukan ?? “ aku bertanya saat kami menyusuri jalanan menuju mobil kami, dengan Karen di bahuku. Arya mengecup pipiku sebelum kami masuk ke dalam mobil dan mengedipkan mata.
Sepanjang perjalanan ke supermarket aku selalu berpikir, bahwa ini tidak akan sama seperti biasanya kami berbelanja. Aku bukan tipe orang yang memperhitungkan harga, namun mulai saat ini aku harus bisa mengaturnya dan aku harus memastikan bahwa tanaman itu di tanam secara organik. Aku selalu memperhatikan dengan detail tanggal kadaluarsa setiap membeli sesuatu, namun aku jadi berpikir gila, tanggal – tanggal itu memiliki arti ketika aku memperhitungkan bahwa makanan yang aku beli mungkin akan bertahan lebih lama daripada orang yang berjalan disampingku ini. Ada alasan lain mengapa aku memilih makanan organik, tidak mengandung zat pengawet, sehingga mereka akan menjadi kadaluwarsa dalam seminggu.
Kurasa Arya mengerti apa yang kurasakan saat ini, “ Kupikir, seperti juga semua orang yang berhadapan dengan kanker, kau akan mulai mencari jalan untuk mempengaruhi waktu, bahkan jika hasilnya hanyalah penambahan satu menit saja. “ Arya berbicara sambil merangkul tanganku, Aku hanya bisa tersenyum dan mencium kening Arya.
“ Kita tidak berbeda dengan mereka, kukira kau bisa menyebut ini sebagai tahap ke-empat dari perjalanan itu. Pertama kau menyangkalnya, kemudian kau marah, lalu kau sedih dan putus asa dan keempat kau mulai bereaksi “ aku berbicara seperti itu kepadanya.
“ bukan kah itu juga yang kau rasakan sayang “,, lalu dengan cepat kami menyelesaikan belanja ini.
Hari ini aku lebih banyak melihat senyuman Arya, aku sangat senang, Aku tahu bahwa dengan semangat Arya dan dukungan hebat yang kami terima akan memungkinkan kesembuhannya, aku hanya tidak tahu dari mana kami harus memulai. Kukira ini adalah jawaban jujur dari seseorang yang tidak ingin berada dalam keadaan ini. Namun begitu, aku tahu ini adalah masalah besar, bukan hanya tentang Arya.
Aku teringat dulu ketika Arya berbicara “ Mulai sekarang waktu terus bergulir ketika kami berjuang menanggapi kasih sayang kita yang kata orang aneh, “ dan aku rasa itu pula yang aku dan Arya lakukan untuk saat ini. Hari ini aku yang membacakan cerita untuk Karen sebelum ia tidur, membutuhkan waktu satu jam hingga akhirnya ia tertidur. Arya terlihat sudah tidur, esok ia akan mengurus cuti sakitnya di kantor, Arya tadinya tidak mau untuk mengambil cuti, tapi dengan syarat ia akan tetap boleh melakukan pekerjaanya di rumah oleh ku, akhirnya ia mau mengambil cuti alasan penting.
Memiliki tujuan hidup yang didasarkan pada kasih merupakan asuransi jiwa paling hebat di dunia. Seperti biasa Arya selalu membangunkan ku untuk Sholat Shubuh, ia memang yang merubah diriku menjadi lebih taat untuk menjalankan kewajiban ku sebagai seorang muslim. Waktu beberapa bulan kami hidup bersama saya pernah bertanya kepada Arya mengapa ia bangun di pagi hari,, dan dia menjawab sangat sederhana “ Untuk membahagiakan kamu sayang. “
Suasana di meja makan pagi ini lebih baik ketimbang kemarin, tadi pagi aku membuatkan dia sarapan telur ayam kampung dadar dan nasi goreng. Aku juga selalu mengingatkan meminum obat glivec sehabis makan. Pertengkaran pagi ini dimulai saat Arya bersikeras ingin mengendarai mobil sendiri dan mengantar Karen ke rumah mamah. Aku bukan tidak percaya denganya, tapi aku hanya takut terjadi sesuatu dijalan nanti. Selama kami kerja memang Karen diasuh sama mbok meni di rumah mamah, mbok meni sudah lama bekerja dengan keluarga Arya, ia adalah salah satu saksi menyatunya cinta kita, aku dan Arya sudah menganggapnya seperti orang tua sendiri.
“ Yank ,, ayo cepat kalau kamu mau antar aku ke kantor, jam 9 pimpinan ku sudah pergi dinas. “ tiba – tiba Arya berbicara, aku hanya bisa tersenyum lalu memberikan sebuah ciuman manis di keningnya.
“ Nah,,, kan enak kalau nurut sama pemimpin rumah tangga “,, canda ku dengan Arya.
Cukup membutuhkan waktu 15 menit mengantar Karen ke rumah mamah,, setelah mencium tangan mbok meni aku dan karen meninggalkan rumah mamah. Jam menunjukan pukul 08.20 menit ketika kami tiba di kantor Arya yang terletak di daerah Gatot Subroto, aku mencium bibir dan keningnya sebelum ia turun.
“ Kabarin aku kalau urusan cuti kamu sudah selesai, nanti aku jemput “, aku berucap ke Arya sebelum ia menutup pintu mobil.
Dikantor aku benar – benar merasa lelah, aku meminta izin tidak masuk esok hari kepada Rama, besok merupakan jadwal Arya kemoterapi pertama kalinya. Suasana kantor hari ini tidak seperti hari biasanya, semua orang yang tahu akan hubungan ku dengan Arya menatap ku dengan iba. Arya menelepon ku saat jam makan siang.
“ sayang nanti aku mampir ke senayan, ada yang harus aku urus sebentar, “
“ ia,, tapi kamu janji gak ke lapangan baseball ya ?? “
“ emang kenapa kalau aku kesana ?? “
“ kamu kan kalau udah di lapangan, udah gak ingat sama kondisi kamu,, “
“ ya gak janji yank,, heheheheh,, aku mau ketemu dengan ibu Rita membahas bidding Indonesia untuk Asian Games 2019. “
“ oh,,, gimana cuti kamu ?? “
“ cuti akau sudah beres sayang, aku tinggal menyelesaikan penelitian ku di rumah lalu aku email nanti kekantor, sampai ketemu nanti sore yank “
Arya sama dengan ku, kalau aku sudah melihat lapangan basket aku langsung bermain basket, sama halnya dengan ia, ia akan bermain Baseball bila melihat lapangan baseball, apalagi kalau itu di senayan. Waktu terasa lambat sekali hari ini, dari pagi hingga siang ini aku masih menyusun strategi buat Club dan Kasino Singapura.
Pukul 5 sore aku menjemput Arya di lapangan Baseball Pintu 1 Senayan, aku tidak pernah melihat ia sebahagia ini sejak kami mengetahui ia menderita kanker. Aku lihat ia sedang bermain menjadi pitcher, ia melihat aku datang, aku tersenyum menatapnya. Aku tidak sanggup bila melarang ia bermain Baseball bila melihat raut muka yang begitu bahagia.
Mamah pernah bercerita kepada ku “ Ketika ia tahu bahwa karirnya di dunia Baseball habis, kamu butuh waktu hampir 8 bulan untuk mendaptkan senyuman Ia “.
Pukul setengah enam sore aku pamit pulang bersama Arya dari teman – teman baseballnya, kami akan menuju rumah mamah menjemput karen lalu pulang ke rumah. Sesampai di rumah Mamah, kami makan malam bersama terlebih dahulu bersama mamah, mbok meni dan kami bertiga.
“ ya,,,, kamu dan Verza tingga bersama kami lagi disini selama masa pengobatan kamu, mamah khawatir sama kamu. “, ucap mamah,,
“ Mah terima kasih atas sarannya, tapi Arya lebih baik tinggal dirumah, Arya janji kalau ada apa – apa dengan Arya akan menelepon mamah. “,, Dengan kekehnya Arya ingin tinggal di rumah kami.
“ Aku mohon mah, jangan paksa aku lagi, “
Arya kembali memohon, mamah akhirnya yang luluh dengan Arya. Kami sampai rumah pukul sembilan kurang sepuluh menit. Karen malam ini tidur di rumah mamah, mungkin karena kecapekan ia tidur sehabis makan, dan kami tidak tega membangunkannya. Tadinya sesampai dirumah, aku ingin mandi bersama Arya, sudah lama kami tidak melakukan itu. Namun Arya menolaknya, dan akhirnya aku mandi duluan. Keluar dari kamar mandi aku melihat Arya meringis kesakitan dan mimisan. Dengan hanya menggunakan handuk aku lari memeluk Arya.
“ Sakit Yank,,, Sakit Banget sayang,,, “
“ menangis lah sayang,, aku akan ada disini selalu ”
Aku terus memeluknya, hingga Arya merasa lebih baik. Arya mengalami kram di sekitar punggung dan pinggangnya. Aku kira ini efek ia menjadi Pitcher tadi sore. Setelah memberinya obat, Arya tidur diatas dada ku, “ Sayang, aku kadang kala berpikir aku tak sanggup lagi. “ ucap Arya yang membuatku bersedih.
“ Aku masih butuh kamu, kamu harus kuat, kamu harus yakin,, aku dan Karen selalu membutuhkanmu, “ ucapku seolah olah aku tegar.
“ Kalau kamu sakit seperti tadi, dan kamu ingin menangis, menangis lah sayang, kamu tahu menangis itu dapat menghilangkan ketegangan. “ ucapku lagi kepadanya
“ aku sayang kamu verza,, aku tidak takut mati,, aku hanya takut kamu pergi dari ku. “ Arya berkata terisak isak.
“ aku tidak akan pergi sayang, aku akan selalu disini, bersamu dan karen, aku yakin Tuhan telah menganugerahi tugas khusus , yaitu menemani dan mendukung mu Arya Wirasena Putra Sasongko “
“ saatnya kamu tidur sayang, besok kita bersama akan memulai semua permainan, dan aku yakin kamu pasti menang. “
Arya mencium bibirku, manis sekali rasanya. Aku akhirnya tertidur bersama Arya.