BoyzForum! BoyzForum! - forum gay Indonesia www.boyzforum.com

Howdy, Stranger!

It looks like you're new here. If you want to get involved, click one of these buttons!

Selamat datang di situs Boyzforum yang diarsipkan oleh Queer Indonesia Archive. Forum untuk komunitas gay Indonesia yang populer ini didirikan pada tahun 2003, dan ditutup pada tanggal 15 Desember 2020.

Forum ini diabadikan untuk kepentingan sejarah. Tidak akan ada konten baru di forum ini. Silakan menikmati forum ini sebagai potongan dari sejarah queer Indonesia.

Kehidupan Cinta (Antara Cinta, Kesetiaan dan Kanker) TAMAT

1356719

Comments

  • ENAM BELAS

    Dalam waktu tiga bulan, kemoterapi sudah berakhir,dan sekarang Arya botak. Dalam perjalanan ke Rumah Sakit Dharmais untuk terapi Arya pertama kalinya, aku menyadari semua hal yang biasanya kulakukan, hilang begitu saja dalam tiga bulan. Perjalanan hari minggu dengan Karen dan Arya untuk keluar rumah ? Tidak, Arya tidak akan menyukainya jika ia terlihat seperti saat ini. Kami juga melupakan rencana besar untuk berlibur di Australia. Main basket dengan teman teman setiap malam selasa ? lupakan. Karena aku harus ada dirumah setelah bekerja untuk memberi Karen makan dan menidurkannya, karena Arya akan merasa cepat lelah sekarang. Namun ketika aku benar – benar ingin bermain basket, aku akan menghubungi Chandra, Rama atau Kara untuk datang menemani Arya dan Karen, lalu aku akan bermain basket........ Selama tiga bulan ini, setelah kemo, aku bahkan tidak pernah memikirkan hidup. Aku bahkan tak bisa mengira – ngira apa yang akan terjadi selama beberapa bulan mendatang.

    Saat kami berkendara menelusuri tol lingkar luar Jakarta gerimis pun mulai turun. Aku mematika radio, karena si penyiar terlalu ceria pada pagi ini. Aku menekan tombol CD,dan mendengar sebuah lagu “just stand up “

    The heart is stronger
    Than you think
    It's like it can go
    Through anything
    And even when you think
    It can't it finds a way
    To still push on
    Though

    Sometimes
    You want to run away
    Ain't got the patience
    For the pain
    And if you
    Don't believe it
    Look into
    Your heart
    The beat goes on

    I'm tellin' you that

    Things get better
    Through whatever

    If you fall
    Dust it off
    Don't let up

    Don't you know
    You can go
    Be your own miracle

    You need to know

    If the mind
    Keeps thinking
    You've had enough
    But the heart
    Keeps telling you
    Don't give up

    Who are we to be
    Questioning
    Wondering what is what
    Don't give up
    Through it all
    Just stand up

    It's like
    We all have better days
    Problems getting all up
    In your face
    Just because
    You go through it

    Don't mean it got
    To take control, no
    You ain't gotta find
    No hiding place
    Because the heart
    Can beat the hat

    Don't wanna
    Let your mind
    Keep playin' you
    And sayin' you
    Can't go on
    I'm tellin' you that
    Things get better
    Through whatever
    If you fall

    Dust if off
    Don't let up
    Don't you know you
    Can go
    Be your own
    Miracle
    You need to know

    You don't gotta be
    A prisoner
    In your mind
    If you fall
    Dust it off
    You can live your life
    Yeah
    Let your heart
    Be your guide
    Yeah, yeah, yeah

    And you will know
    That you're good
    If you trust in the good
    Everything
    Will be alright, yeah
    Light up the dark
    If you follow your heart
    And it will get better
    Through whatever

    You got it in you
    Find it within
    You got in now
    Find it within now
    You got in you
    Find it within
    You got in now
    Find it within now
    You got in you
    Ffind it within
    Find it within you
    Find it within


    Aku dan Arya duduk dalam keheningan, Arya juga mendengarnya, ia menyeka air matanya. Tangan kiri ku, menggenggam tangannya,lalu ia meremas tanganku. “ Uff “, Arya menghela nafas ketika lagi itu berakhir.

    Kami berjalan melawati ruangan dr. Abidin dan menuju ke ujung koridor. Sesampainya, Arya diambil darah, aku lupa apa tujuan diambil darah, apakah ada kaitannya dengan sel darah merah atau sel darah putih. Lalu, suster itu menempelkan kapas di bekas tusukan jarum tadi, kami berjalan kembali menuju koridor. Menunggu, satu hal yang aku pelajari setelah beberapa minggu di rumah sakit adalah penantian merupakan hal yang paling alamiah di dunia. Lima belas menit telah berlalu, aku telah selesai membaca koran kompas yang kubeli di saat tadi lampu merah. Setelah tiga puluh menit kami menunggu, akhirnya kami dipanggil oleh dr. Abidin, ia tampaknya cukup ceria hari ini.

    “ jadi,, kita semua akan mengatasinya hari ini, bukankah begitu ?? “, ia berkata. Aku dan Arya hanya tersenyum.

    Hasil pemeriksaan darah menunjukan kondisi Arya normal, sehingga terapi Arya dapat dilanjutkan. Kami menuju ruang kemoterapi.

    Aku belum pernah melakukannya, tetapi banyak orang yang mengatakan bahwa mengamati seseorang yang sedang kemoterapi merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan. Aku telah berjanji kepada Arya, Mamah dan Ibu ku untuk selalu menemani Arya setiap ia kemoterapi. Arya merasa lega ketika aku berjanji akan menemaninya setiap ia kemoterapi, satu – satunya yang tidak kuinginkan adalah Arya mengalaminya sendirian. Aku tidak dapat membayangkan ada orang yang benar – benar berkeinginan untuk menjalankan kemoterapi.

    Ketika kami berjalan ke ruang kemo, suatu yang baru terbentang di hadapan kami. Ruangan ini bukan seperti ruangan yang berada di rumah sakit biasa, ruangan ini jauh lebih biasa. Seseorang berupaya membuat ruangan ini benar – benar nyaman. Di samping jendela terdapat meja dengan dua poci kopi dan dua poci teh serta cangkir – cangkir yang tersusun rapih. Disudut lain terdapat beberapa piring potongan roti, dan kue – kue tradisional. Disana juga terdapat dua meja bundar kosong bertaplak, dan salah satunya terdapat sejenis tanaman anggrek yang sudah layu. Kursi – kursi diatur dengan senyaman mungkin. Segala hal telah dilakukan agar tecipta suasana yang mirip dengan rumah sendiri. Namun, sayang sekali senyamannya ruangan sini berisi orang – orang yang justru merusak upaya tersebut. Di ruangan ini terdapat plester besar yang dibaliknya terdapat selang yang mengarah ke sebuah gantungan infus beroda, dengan kantong – kantong cairan merah dan bening bergelantungan darinya. Cairan tersebut menetes mengaliri selang tersebut, aku melihatnya sekarang, aku benar – benar ngeri membayangkannya, dan pastinya ini tidak tampak menyenangkan.

    Tiga dari lima pasien membawa gantungan infus, seorang laki – laki yang kelihatannya periang sedang mendampingi istrinya, laki – laki itu memegang erat istrinya yang memiliki rambut begitu tipis. Di sebelahnya terdapat bapak bapak tua dengan kepala seperti Collina, wasit sepak bola daro Italia. Laki – laki memiliki mata menonjol yang ganjil. Ia terhubung juga dengan gantungan infus. Sekarang aku mengamatiny, aku melihat bahwa bukan matanya yang aneh, namun ketiadaan alis mata dan bulu mata.

    Gantungan infus ketiga dipasangan ke tangan seorang pemuda yang kira – kira berumur 25 tahun. Aku ingat ia adalah yang datang minggu lalu saat kami pertama kali bertemu dr. Abidin. Pada saat itu ia datang beersama seorang pasangannya, seorang gadis mungil, mirip gadis maluku yang manis. Aku merasa lega, bahwa kami bukan satu – satunya pasangan muda yang terkena kanker. Aku menduga pasangan anak muda itu meninggalkannya karena kanker di buah zakarnya atau lainnya. Dan jika ia tidak meninggalkannya, gadis itu akan lebih mirip gadis jalang., karena disaat pasangannya sedang butuh pendamping, ia malah tidak ada. Tidakkkkk,,, aku bukan orang seburuk itu.

    Dua orang pasien lagi adalah ibu – ibu yang tidak menggunakan infus, mereka sama seperti Arya yang menggunakan kemoterapi oral (Kemoterapi ada yang injeksi dengan suntikan di bagian tubuh, Intra Arteri seperti 3 pasien diatas, Intraperitoneal diberikan langgsung ke rongga mulut, Intra Vena dengan diberikan langsung ke vena, Topikal berupa olesan krim di kulit dan Oral dengan memasukan beberapa pil, kapsul atau cairan).

    “ Selamat pagi, saya Fitri, “ kata seorang perawat bermata juling.

    “ Hai saya Arya, “ kata Arya bersimpati.

    “ Halo,,,, Verza, “ kataku dengan tenang, menjabat tangan Fitri.

    Si perawat juling menunjukan seorang gadis yang tampak canggung berusia dua puluhan, yang juga memakai seragam putih. “ Dan ini Yolanda, mahasiswa keperawatan yang sedang magang disini. “

    Magang ??????? aku tidak mau seperti kesalahan yang dilakukan dr. Harry

    “ Semua obat kemoterapi Arya sudah kami pesan di bagian farmasi, dan aku kira tidak butuh waktu lama untuk memulainya, karena tidak banyak orang yang hari ini melakukan kemo’ “ ucap fitri dengan tersenyum.

    “ Memang dalam sekali waktu ada berapa pasien sus ??? “ tanya Arya dengan ramah.

    “ paling banyak sepuluh orang, “ jawan perawat itu.

    Sudah pukul setengah dua belas siang, tetapi bagian farmasi belum selesai menyiapkan obat kemoterapi.

    Aku tidak sepenuhnya mengerti, tapi aku sangat paham perubahan yang akan terjadi yang akan datang. Pada saat kemo berikutnya aku akan lebih tahu kapan tepatnya kami kemari untuk mendapatkan kemoterapi yang lebih cepat.
  • TUJUH BELAS

    Telepon di ruang ini berdering, Fitri mengangkatnya.

    “ Obat kemo Saudara Arya Wirasena Putra Sasongko sudah siap, “ ia berkata kepada Yolanda, mahasiswa keperawatan yang sedang magang. “ Dapatkah kau kesana dan mengambilnya ?? “

    Gadis itu mengangguk dan meninggalkan ruangan. “ ia adalah mahasiswa yang baik, “ Fitri berkata, sedikit membungkuk ke arah kami, “ dan tidak semua mahasiswa perawat yang magang akan ditempatkan disini. “

    “ Ya, “ Kata Arya sambil tersenyum, “ aku tahu “.

    “ Apakah mas Arya pernah memiliki pengalaman dengan pekerja magang juga ?? “

    Arya dan Fitri mengobrol dengan riang mengenai seluk beluk pekerjaan masing – masing. Arya benar benar menunjukan seseorang yang riang, spontan dan ramah, padahal aku tahu betapa gugupnya ia sekarang, ketika ia harus memulai kemoterapi. Kemoterapi dianggap sebagai gunung tinggi yang harus didaki, namun ia masih mampu mendengarkan dengan antusias cerita perawat Fitri.

    Kadang kala aku tidak sengaja bersikap kasar dengan dokter atau perawat, hal ini terjadi setiap kali aku melangkah memasuki rumah sakit. Tak ada yang dapat kulakukan untuk menghentikannya. Aku benci kanker dan aku benci apa yang dilakukan penyakit ini terhadap kehidupan kami. Aku benci terhadap status baru ku sebagai pendamping hidup dari pasien kanker. Aku marah, frustasi dan tak berdaya. Aku marah kepada dokter Abidin, kepada dokter Harry kepada para perawat, kepada para pasien lain, kepada orang yang membangun Rumah Sakit Kanker Dharmais yang menyedihkan karena diabaikan Tuhan ini. Kepada anak muda yang tadi pagi mengendarai mobil yang tidak menyadari lampu sudah hijau, kepada Fitri yang sangat ramah hingga aku dengan sekuat tenaga tidak bisa menganggapnya sebagai perempuan brengsek.

    Dan aku marah kepada diriku sendiri karena sudah merasa marah. Aku marah karena tidak dapat menahan diri, aku tidak dapat menerima kanker yang diderita Arya, aku ini orang yang paling disayang oleh Arya baik duka ataupun suka. Ya, aku datang kemari dengan Arya hari ini , dan tentu saja aku merasa bangga kepada diriku sendiri saat kemarin Arya berkata kepada mamah, ibu ku dan Kara bahwa aku bersedia menemani ia untuk melakukan kemoterapi. Dan tentu saja kami yakin untuk mengatasi kanker ini dengan berani., kami tidak akan membiarkan kanker mengambil yang terbaik dari kami. Tentu saja aku mengetahui semua itu !! memangnya apalagi yang harus kulakukan ?? apakah aku seharusnya memberitahu Arya bahwa pelukanku, ciumanku di pipi dan keningnya, kata – kata menenangkanku, dan ibu jariku yang menyentuh telapak tangannya saat kami berjalan bersama menelusuri koridor hanya karena aku ingin bersikap manis ?? yang aku tahu adalah Aku harus bersikap manis kepada orang yang aku sayangi yang mengidap kanker, karena ini adalah naluriku akan kehormatan dan rasa sayangku kepadanya.

    Si mahasiswa magang itu akhirnya muncul dengan kotak tupperware.

    “ Cepat sekali “, Fitri berkata dengan riang. “ Aku hanya tinggal memanggil dokternya untuk memulai kemoterapi oral ini. “

    Dokternya adalah seorang laki – laki muda pemalu dalam balutan jakaet berwarna putih.

    “ Pria itu perlu batuan Frans, ini kemo pertama baginya . “ kata Fitri mengarah ke Arya.

    Frans dokter muda yang kira – kira seumuran denganku atau Arya ini menjabat tangan Arya dan wajahnya merona. Dan Saat aku menyadari ada seorang laki – laki yang memandang Arya seperti dr Frans, aku akan merasa bangga dan aku akan menatap orang yang bersangkutan dengan sedningin mungkin. Kau menyukai laki – laki tampan yang sedang kau pandangi itu ?? Pecundang !! teruslah bermimpi !! Dan aku akan benar benar bangga memilih Arya menjadi pendamping hidup ku.

    Karena Arya direkomendasikan untuk kemoterapi secara oral, maka aku sedikit tenang. Aku tidak harus melihat bagaimana jarum besar menusuk ke bagian tubuh Arya. Arya cukup meminum empat kapsul kemoterapi. Namun kami harus menunggu reaksi dari obat kemoterapi tersebut.

    Beberapa menit berikutnya, Arya berkata bahwa ia terasa mual, ia merasa lemas. dr Frans kemudian memeriksa sejauh mana obat kemo berreaksi terhadap tubuh Arya. Obat kemo berjalan baik pada terapi pertama ini, namun karena rasa mual lemas maka dr Frans memutuskan untuk melakukan terapi mual dan menginfus Arya.

    “ Ya ini akan membuat menjadi lebih baik.” dr Frans berkata dengan senyuman yang sungguh manis kepada Arya. Yang aku sangat sebal adalah dr Frans meraih tangan kiri Arya dan membelainya, sementara aku dengan tidak sadar mengeluarkan air mata, aku duduk disebelah Arya menekankan kepala Arya didadaku agar ia tidak melihat jarum yang ditusukkan dr Frans. Arya sangat takut terhadap jarum.

    “ Maaf saya harus melakukannya, walaupun Anda takut kepada jarum, “ dr Frans berkata dengan penuh penyesalan, lalu ia menjabat tangan kiri Arya dengan canggung. “ Sampai jumpa lagi “ tanpa memandang ke arah kami dan kemudian ia pergi ke luar ruangan.

    “ Apakah kalian mau duduk bersama dengan yang lain ?? atau kalian mau berada di ruanga sebelah ?? “ suster Fitri menawarkan kepada kami.

    “ Ayo, kita keluar dan duduk dengan pasien yang lain. “ Arya tertawa.

    Aku tidak yakin, apakah aku perlu bergaul dengan mereka. Aku sadar aku sedikit malu didepan mereka. Si pemuda, bapak – bapak tanpa alis mata, peremupuan dengan suaminya dan dua orang yang sama dengan Arya melakukan kemoterapi oral. Aku tahu mereka semua sudah tahu hubunganku dengan Arya, karena berkali – kali aku mencium kening Arya. Menghibur seseorang yang kita sayangi sama saja artinya dengan melucuti celanamu sendiri. Aku sedang mempertunjukan sisi mesra ku kepada Arya. Namun mungkin Arya benar, kami harus bergabung dengan mereka. Semua orang yang berada diruangan ini ternyata sungguh benar – benar memberikan pelajaran, mereka pun tidak menolak kami sebagai pasangan gay.

    Aku berjalan untuk membuat kopi, Arya mendekat dan berdiri disampingku. Akal sehatku menyatakan bahwa Arya tidak ingin sendirian diantara kawan – kawan pasien kanker.

    “ ini tidak mudah bukan ?? “ kata perempuan tua yang terapi kali ini ditemani oleh Suaminya. Cairan merah menetes melewati slang ke dalam tangannya.

    “ Ya “, kata Arya

    “ Apakah ini pertama kali Anda menjalani kemoterapi ?? “

    “ Ya ibu, “

    “ Jangan khawatir kau pasti akan terbiasa. “

    “ kuharap demikian... “

    “ Tapi pasti semua ini tidak akan menyenangkan “, suaminya berkata dengan riang dalam logat batak yang kuat.

    “ Selama mereka mengurus kita lebih baik dari pada mengurus tanaman itu, ‘ kata perempuan itu, menganggukan kepala ke arah tanaman yang tampak menyedihkan, perempuan itu tertawa. Dan tentu Arya pun ikut tertawa. Aku lebih banyak tertawa dengan suami dan istri itu, tentunya begitu pula dengan Arya. Saat kami bercanda dengan suami istri itu kami melihat mahasiswa perawat yang magang sedang bergegas menghampiri pemuda dan menempelkan salah satu slang kecil yang lain ke dalam sebuah mesin. Aku melihat dua dari tiga kantong di gantungan infusnya sudah kosong.

    “ Keren ,,, mesin kemo disini, “ Arya mengedipkan mata

    Kami mulai bertingkah konyol sekarang ini.

    “ Demi Tuhan, perempuan itu benar – benar juling, “ aku berbisik di telinga Arya .

    Arya mengangguk dan mengigit bagian dalam pipinya untuk menawan tawa.

    “ Haruskah kita memanggilnya suster Spongebob ? “aku bertanya dengan polos.

    Arya tersedak air teh yang diminumnya dan memuncratkannya. Ia benar – benar terkejut. Aku berpura - pura, aku tersandung roda gantungan infus hingga terjengkang. Dengan kejengkelan yang pura – pura, aku memutar tubuh ku dan menirukan gaya Mr, Bean

    “ Kumohon Verza !! “ Arya berteriak sambil tertawa, Suster Fitri tersenyum kearah Arya , ia terlihat senang melihat Arya tertawa. “ Kedengarannya Anda sudah lebih baik, “ katanya kepada Arya, dan mengedipkan matanya ke arah ku. Wajah ku merona, kurasa ia sudah tahu apa yang kubisikan ke Arya ada kaitannya dengan dirinya. Dan aku menyadari bahwa Suster Fitri akan melakukan apa pun sebisanya untuk membantu mengurangi penderitaan pasien – pasiennya.

    Aku lalu bangkit dan duduk disamping Arya. Ia menciumku didepan Suster Fitri. “ Jarang – jarang aku mendapatkan pasien seperti Anda, aku terharu mendengar kisah Anda’ “ senyum suster Fitri sambil melepaskan infus di tanganku.

    Arya kembali menciumku dan berbisik bahwa ia mencintaiku. Aku menatapnya dengan tatapan memuja dan merasa bangga terhadap diri kami sendiri. Teater tawa telah menyembuhkan krisis kemo yang pertama.
  • @Rendesyah, Tema ceritanya berbeda, lebih mirip kisah gay di luar sana. Ku salut ama pengarangnya. Lanjut kan yah
  • @erickhidayat ,, coba mas ke kanker dhramais,, dan tanyakan sama perawat disana apakah ada cerita seperti ini ?? kalau betapa indahnya,, makasih mas atas semangatnya,,
  • @Rendesyah, maksudnya ini kisah nyata yg trjadi ama bro? Aku sih percaya aja, ku gak perlu cek dan ricek, ku biarkan hanyut dlm tulisan bro sudah cukup. indah.
  • @erickhidayat ,, hehehehe,, biar pembaca yang mengambil kesimpulan ini kisah nyata atau bukan,, hehehehe,, maaksih ya mas,, kadang kala berfikir tulisan ku gak laku,, habis jarang yang baca dan komen kayanya,, tapi aku harus bertanggung jawab menyelesaikannya
  • DELAPAN BELAS

    Esok harinya saat memasuki kantor, Rama bertanya kepadaku bagaimana kemoterapi Arya kemarin.

    “ Tidak terlalu buruk, kami bahkan sanggup untuk tertawa. ‘

    “ Oh,,, itu bagus sekali. Dan bagaimana kabar Arya ?? “

    “ Tadi pagi sehabis sholat shubuh ia sempat kaget dengan mulai rontoknya rambut, ia juga masih mual. “

    “ Dimana Arya sekarang ?? “

    “ Di rumah,, ditemani mamah dan mbok meni. “

    Rama adalah mantan kekasihku, kami pernah berpacaran selama dua tahun. Rama sebelum menjadi bos disini adalah seorang model yang cukup cerdas dibidangnya, sampai suatu saat ia menyadari bahwa ilmu yang selama ini ia pelajari harus digunakan. Ia akhirnya pensiun dari dunia model dan fokus dengan ilmu manajeman nya, harus diakui ia sangat ahli dengan bidang manajeman Jasa. Aku sempat kaget ketika pertama kali diterima di kantor ini meiliki bos yang merupakan mantan ku. Rama adalah orang yang spontan dan jauh dari kata bodoh. Pada awal – awal hubungan aku dengan Arya, aku dan Rama masih berhubungan diam – diam, namun kemudian tiba waktunya saat kami berdua berhenti, menurutnya Arya terlalu baik untuk disakiti. Sampai saat ini kadang – kadang kami bertukar kecupan demi masa lalu. Enam bulan setelah kami resmi tidak menjalin hubungan keadaan di luar kendali, diatas bantal – bantal di sudut ruang santai Rama kami melakukannya, tapi semuanya berhenti disitu. Bahkan Rama pernah mendampratku karena perselingkuhanku. Pada dasarnya aku sepakat dengan pendapat Rama untuk aku berhenti berselingkuh. Menurut Rama aku telah meletakkan kehancuran kalau saja aku tetap berselingkuh dengan siapa pun itu. Bahakan Rama sudah hafal dengan tingkah lakuku, termasuk menaklukan pria atau wanita di tempat hiburan malam. Rama kelihatan hancur saat tahu bahwa Arya terkena Leukimia.

    Saat aku menyalakan komputer akau tidak ingin membicarakan kanker lagi. “ Apakah bar dan kasino singapura telah mengabari tentang estimasi yang kita berikan ?? “

    Chandra menggelengkan kepala

    Bagus,, itu memberiku kesempatan untuk menyemburkan amarahku kepada seseorang.

    “ Sialan, kalau begitu telepon mereka !! kita tidak ingin menunggu para pecundang itu. Kau sendiri harus menghubungi mereka !!

    Chandra mengabaikan ledakan amarah ini.

    Pada saat yang bersamaan aku mengklik sebuah email khusus aku dan arya yang kami pergunakan untuk keperluan pribadi bersama keluarga. Email itu dikirim 4 hari yang lalu oleh Mas Andri, kakak kandung Arya yang saat ini dinas di Perbatasan Papua dengan Papua Nugini sebagai Kepala Batlyon.

    Dari : Andri.sasongko@yahoo.co.id
    Dikirm : 24 Juni 2008
    Kepada : AryaVerzaAdityaSasongko@yahoo.co.id
    Subjek : Adik ku yang berharga

    Sasongko Junior Tersayang

    Aku ingat ketika mengendarai mobil, setelah Papah meninggal karena kecelakaan saat tugas. Walaupun saat itu pagi sudah menjelang siang, namun bulan tampak masih jelas dilangit. Setiba dirumah aku menulis sajak pendek ;

    Bulan Dilangit Pagi
    Bergantung Pada Tangan – Tangan Tuhan
    Menanti Untuk Dilihat dan Dicintai
    Oleh Setiap Orang yang Melihat dan Mencintai

    Kau menyerupai bulan De, Tak pernah semenit pun hidup ini kutempuh tanpa kau dan rembulan. Rasanya aneh saat menyadari bulan akan menghilang selamanya dan aku sama sekali tak berdaya mencegahnya agar hal itu tidak terjadi. Malam setelah mendengar bahwa kau mengidap kanker dari mamah, aku berjalan di tepi pantai yang sepi. Malam yang jernih yang jarang kali terjadi. Saat memandang keatas, aku dapat melihat bima sakti, melintas dari kaki langit ke kaki langit lainnya. Aku langsung merasa pening, perasaan yang membuat ku limbung, sehingga aku harus berpegangan kalau tidak ingin jatuh terseret ke dalam spiral ratusan miliar bintang yang berkilau.

    Entah kemana kau akan jatuh saat kanker membawamu nanti De. Akankah kau berada di suatu tempat di antara bintang gemintang, atau masih disini, melayang keluar masuk pikiran orang – orang yang menyayangimu ??

    Aku ingat ketika kita masih kecil, dan mamah berkata “ ketika ada sesuatu yang hilang, dan tak dapat ditemukan, sesuatu itu mungkin ada di bulan. “ Aku menyukai kata – kata mamah karena membuatku merasa seakan – akan barang berharga yang hilang itu sebetulnya tidak benar – benar hilang, hanya menunggu waktu untuk ditemukannya kembali. Aku ingin kau pun tidak benar – benar pergi, bahwa kau berada disuatu tempat menungguku menemukkan kembali. Mungkin kau akan berada di bulan, seperti yang dikatakan mamah.

    Malam itu bulan tampak dipantai. Pemandangan yang indah untuk sepasang mata yang sedang gundah. Tampak seakan – akan semburat berwarna merah muda keemasan terbit diatas Samudra Hindia, bersinar terang laksana sumbu di dalam cekungan lilin yang dalam. Rasanya belum pernah bulan begitu indah, Mungkin bulan mulai berubah, atau akukah yang berubah.

    Aku bukan orang yang taat beragama sepertimu, Bukan karena aku tidak berusaha, hanya saja aku belum pernah menemukan Tuhan dalam setiap sujudku. Aku merasa senang mengetahui ke mana aku akan pergi dan dengan siapa aku ke alam baka nanti. Teatapi ,, kurasa alam semesta terlalu penuh misteri sehingga hal itu hanya bisa kuketahui saat aku tiba disana kelak. Jika ada orang yang betul – betul tahu jawbannya, maknanya pasti sangat besar bagiku, seperti menemukan Surga.

    Aku sedang tidak meremahkan perjuangan mu, de. Justru aku iri atas kekuatan yang diberikan oleh keimananmu.

    Sulit menghindari pohon yang mengering untuk melihat bagaimana pohon itu menyuburkan hutan. Tapi, begitulah yang terjadi. Menurutku, jika hal – hal buruk tidak terjadi pada orang – orang baik, mungkin baik dan buruk tidak lagi memiliki arti. Mungkin hidup kita juga tidak memiliki arti.

    Aku harus menjalani hidup pada saat kau masih bersamaku. De. Tak ada amarah atau penyesalan, hanya rasa syukur. Kurasa kau juga ingin seperti itu, karena kau adalah anugerah yang indah bagiku.

    Sulit bagiku untuk memutuskan mengakhiri surat ini. Aku tahu kau kesakitan dan aku ingin memilih kata – kata yang tepat yang dapat meringankan penderitaanmu melalui tulisan ini. Tapi, semuanya seperti membuat diriku menjadi orang sok tahu, padahal perasaanku tentang dirimu begitu nyata, tak ada kata yang dapat mengungkapkannya. Lalu, aku menyadari bahwa kata – kata bukanlah yang kau butuhkan, nada pada gendang tidak diucapkan, tetapi dipukulkan. Dan jika dipukulkan dengan cara yang tepat, kita menjadi tahu apa yang dimaksud dengan nada yang harmonis.

    DI dekat jendela mess ku terdapat burung kakak tua, kicauannya menyakitkan telinga karena ia selalu bernyanyi sebelum matahari terbit. Lucunya, biasanya aku tidak keberatan di bangunkan dimalam hari. Nyanyiannya sangat inda, de. Aku ingin kau dapat mendengarnya. Hanya cara itu lah yang dapat membuatmu mengerti, karena sebuah nyanyian seperti itu tidak untuk dijelaskan, hanya untuk didengar. Mendengarnya memberiku kebahagian.

    Kau juga punya nyanyian, de. Lagu yang kau nyanyikan sepanjang hidupku. Percayalah, nyanyian itu lebih merdu daripada nyanyian burung kakak tua ku disini.

    Salam hangat untuk Mas mu Verza dan Si Kecil Karen, dan maaf aku belum bisa pulang melihat kalian.

    Andri Prabadaru Putra Sasongko


    Selesai membaca email, aku melihat handphone ku, dan terdapat sms dari Arya

    “ Hai,, kekasihku yang berharga,, Aku merasa agak mual, tapi akan berangsur – angsur membaik. Aku hanya ingin mengatakan bahwa aku bahagia karena kau mau menemaniku, dan aku tidak akan sendirian untuk menjalani pengobatan ini,, Aku mencintaimu, Verza Mahawira Adithya,, “

    Aku bangkit dengan cepat, dan tanpa menatap Chandra, aku berjalan menuju toilet. Begitu aku sampai disana, air mata yang kutahan dua hari ini pun tumpah. Setelah beberapa menit aku menghapusnya, membuang ingus, mencuci muka selama bebrapa kali, mengecek apakah penampilan ku cukup normal. Menghela napas sekali lagi, dan kembali ke ruangan. Dan delapan pekerja di ruangan ku bertingkah seakan – akan mereka tidak menyadari satu hal pun.

    Obat anti mual itu tidak berfungsi baik, selama dua hari Arya muntah – muntah. Pada Kamis malam keadaanya mulai membaik. Hari jumat aku mengantar Arya kekantor, sebenarnya cuti sakit Arya lima hari hingga hari jumat, namun ia tetap memohon kepada ku, agar dapat diizinkan masuk kantor. Jadwal kemoterapi berikutnya adalah dua minggu yang akan datang, kami akan mencoba bertingkah seolah – olah semuanya baik saja, walaupun kami berdua tahu bahwa diri kami hanya berpura – pura.
  • Topik cerita @Rendesyah memang berbeda. Dimana banyak cerita yang mengisahkan perjuangan mendapatkan cinta, bro menulis cerita dari titik awal sudah berpasangan dan sedang uji kekuatan cinta nya. Terus maju pantang mundur yah, ku dukung apapun nanti endingnya.
  • SEMBILAN BELAS

    Hari minggu kami berada di rumah mamah, Karen bermain dengan mbok Meni, sementara aku, Arya dan mamah duduk diteras taman melihat Karen bermain.

    “ Apakah kalian berdua sudah bisa menerimanya ?? “, tanya mamah tiba – tiba kepada kami.

    “ Aku memikirkan hal itu setiap menit mah. “ ucap Arya.

    Sudah sejak hari kamis malam hingga tadi pagi Aku dan Arya tidak sama sekali membicarakan Kanker, Bahkan kehidupan kami saat itu sama halnya sebelum kanker tiba.

    “ Apakah ada sesuatu yang membuat kamu menjadi tenang nak dalam beberapa hari ini ?? “ tanya mamah sambil menuangkan teh.

    Arya memikirkannya.

    “ Mungkin saat kamu bermain dengan Karen, atau saat menidurkannya ?? “ mamah kembali berbicara, karena Arya masih diam.

    “ Tidak. “ Arya berkata, mengelengkan kepala.

    “ Mah,, pertanyaan mamah membuat ku kepikiran, bahwa aku mungkin tidak akan pernah melihat Karen tumbuh besar. “, aku menggenggam tangan Arya. “ Oh iya mah, setelah dipikir – pikir, sabtu kemarin aku sedikit mengurus kebun, setelah itu aku merasa tenang. “

    “ Namun setelahnya tentu Kamu akan bertanya – tanya nak, Apakah akan melihat tanaman itu tahun depan.... “

    Oh Tuhan Maha Besar, sekarang bendungan Air mata Arya terbuka begitu saja. Aku benar – benar kaget dengan apa yang dikatakan mamah.

    “ Dan kamu nak Verza, Jujurlah, tidakkah kamu berfikir, apa salah dirimu sehingga nak verza mendapatkan semua ini ?? “ Sebuah hantaman dari mamah.

    Saat Arya, Chandra, Rama, Graha dan Kara gagal, justru mamah berhasil dengan komentar pertama yang diarahkan kepadaku. Mamah benar – benar menghantam diriku secara emosional. Aku tidak pernah memberi tahu siapapun, aku selalu berusaha agar orang lain tidak melihat ku, namun itu benar. Aku merasa bahwa kanker telah memberikan pukulan yang sama kerasnya, tamparan ini tidak hanya dirasakan Arya yang menderita kanker tetapi aku pun juga. Dan hari ini aku benar – benar tertangkap basah oleh mamah.

    Aku menundukan kepala, mengangguk dan merasakan air mataku menggenang. Sial. Mengapa harus sekarang mamah menghardik diriku. Dengan kepala yang tertunduk dan selembar tisu yang diberikan Arya, aku benar – benar menangis hebat.

    “ Jadi apakah nak verza merasa bahwa sebenarnya kanker itu mengerikan bagi kamu nak ?? “ tanya mamah.

    “ Yeah,,, sedikit,,, “ aku mendengus, merasa sangat malu pada diriku sendiri. Dalam berminggu – minggu ada suara yang lirih berkata di kepala ku yang terus mengganggu,, aku kadang kala bisa menerima kanker Arya, namun kadang kala aku marah – marah sendiri. Kadang aku berfikir kalau Arya menyerah lalu meninggal.

    “ Sayang, kau tidak usah merasa bersalah seperti itu, itu mungkin terasa lebih buruk bagimu daripada bagiku, “ tiba – tiba Arya menceletuk.

    Baru beberapa saat kemudian aku memahami apa yang dikatakannya, Aku menatap Arya dengan terkejut.

    “ Ya, “ Arya melanjutkan, “ Kau sehat, kau tidak pernah meminta hal ini terjadi, dan disinilah kau berada duduk bersama aku yang menangis dan bersedih sepanjang waktu dan, “ Arya mendengus dan menunggu selama satu detik ‘ tidak lagi aku botak. “

    Aku dapat melihat bahwa Arya bersungguh – sungguh. Arya benar – benar berfikir bahwa hal itu memang buruk bagiku.

    “ Nak kalian lupa mamah ini bukan hanya psikolog, mamah adalah juga seorang psikoterapis, tidak ada maksud buat kalian bersedih, mamah hanya ingin kalian jujur dengan kondisi kalian saat ini. Mulai hari ini, mamah sendiri yang akan menjadi Psikoterapis mu“ ucap mamah dengan senyuman dan, memeluk kami berdua.

    Mamah lalu berkata bahwa status psiko emosional – relasional kami adalah sebagai berikut :

    1. Arya yang mengidap kanker, memiliki rasa bersalah yang cukup besar kepada aku karena ia melakukan ini kepada ku.
    2. Aku, yang pendamping hidupnya menderita kanker memiliki rasa bersalah yang cukup besar pula kepada Arya, karena aku berpikir semua yang kulakukan saat ini hanya karena mengasihani diri sendir

    Hari ini mamah memulai terapi kami berdua, mamah berkata Sholat Duha, Sholat Malam dan Sholat lima waktu adalah terapi yang paling bagus. Mamah melakukan gerakan sholat bagi pasiennya yang non islam ketika terapis. Mamah meminta kami menvisualisasikan kanker darah, lalu Arya diminta untuk menggambar sum – sum tulang, aku pun demikian.

    Hingga sore kami berada di rumah mamah, mulai minggu depan kami akan memulai kelas Psikoterapi bersama mamah.

    Namun harus aku akui percakapan dengan mamah membuat kami lebih baik. Aku dan Arya saling memberitahu perasaan kami secara jujur. Jadi aku bisa mengatakan kepada Arya bahwa aku tidak suka ia pergi dinas ke luar kota, atau aku lebih suka bukan dr Frans yang akan menjadi dr pendamping selama kemoterapi, dan aku juga berkata bahwa betapa menyenangkannya kalau aku pergi bekerja berarti aku memasuki kawasan bebas kanker. Dan Arya sebaliknya memberitahuku bahwa sejujurnya ia tidak dapat menanggung semua ini, ia berpikir ada kalanya ia akan meninggal dan tidak kuat lagi, dan sebelum kemoterapi pertama ia benar – benar ketakutan dengan jarum.

    Hal – hal yang tabu adalah hal – hal yang akan menjadi kenyataan setelah kemo seperti kematian. Aku jadi teringat pesan mamah, pemikiran negatif memberikan dampak kurang baik bagi perkembangan penyakit Arya, dan tentu itu akan membuat ku semakin merasa bersalah.

    Kata mamah, statistik adalah musuh kami, dan kata mamah mengabaikan semua grafik dan tingkat keberlangsungan hidup dengan sikap acuh kadang kala penting. Metode mamah untuk menggempur kanker dengan pemikiran postif, gerakan – gerakan sholat sebagai meditasi dan tehnik visualisasi sudah terbukti secara ilmiah. Pikiran itu memang lebih kuat dari pada tubuh!! Kami akan berhasil. Biarkan semua orang mencintai kami, mendukung kami dalam pertempuran untuk pengetahuan yang lebih hebat. Dan selamat bergabung kepada Mamah kami dalam memenangkan permainan ini.
  • buat teman - teman,, karena harus pergi dinas dari jumat sampai selesa,, jadi gak update dulu sampai selesa besok,, ini gw update satu lagi,,
  • DUA PULUH

    Rambut Arya mulai rontok, saat ia bangun tidur, seluruh permukaan bantalnya ditutupi rontokan rambut. Bahkan ketika ia menarik rambut dari kepalanya tanpa rasa sakit.

    “ Perhatikan, “ ia berkata saat aku pulang ke rumah pada malam hari, “ Aku sudah latihan menjabak rambutku sendiri sepanjang hari.......”

    Arya datang dan berdiri dihadapanku, membuat wajah hampa yang mengerikan, menatapku dengan mata membelalak, mengigit bibir untuk menahan nafas dan menjambak rambutnya dengan kedua tangan

    “ Bagus, bukan ?? “ia berkata, tawanya meledak.

    Arya memang tidak suka dengan kepala botak, aku pernah memotong rambut ku botak setengah sentimeter pada waktu aku mendekati dirinya dulu. Dan reaksinya saat itu Arya memarahiku dan kami tidak bertemu satu minggu lamanya.

    Malam harinya di dalam kamar mandi, ia berdiri dan menatap pantulan dirinya di cermin, kepalanya agak ditundukan.

    “ Rambutku sudah sangat tipis, ya kan ?? Tidak hanya di kepala tapi hampir di setiap bagian tubuh ku yang berbulu “

    “ Hmm. Tapi masih banyak yang tersisa. “

    “ Tidak, tidak dalam waktu yang lama, lihat ini, “ ia berkata dan menjambak segumpal rambut lagi dari kepalanya.\, dan aku melihat ada beberapa kulit kepala yang tanpa rambut sama sekali.

    “ Aku tidak mau terus seperti ini, aku sangat takut pada saat aku pergi kerja atau ketika berkumpul dengan teman – teman dan semua orang akan melihatnya. “ Arya berbicara antara marah dan air mata.

    “ Apa yang kau inginkan ?? “ aku bertanya. Walaupun Arya adalah laki – laki, namun ia benar – benar tidak suka dengan rambut botak, ini adalah momen yang kutakutkan selama berminggu – minggu.

    “ Aku mau rambutku dipotong sayang “, ia berkata ragu – ragu.

    “ Kau mau aku yang melakukannya ?? “ aku berkata dan menatapnya melalui cermin.

    “ Aku harap seperti itu, karena aku sangat malu bila harus memotong di luar. “

    “ Tentu saja aku akan melakukannya untuk mu “

    Ia menatap dirinya di cermin sekali lagi, lalu berkata “ lakukan sekarang sayang . “

    “ Baiklah, “ aku berkata, dan mengambil alat cukur elektrik dari lemari disamping cermin.

    Aku mengambil selembar saputangan putih dan meletakkannya di bahu Arya. Ia masih menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Aku memeriksa bagian belakang kepalanya, menggerakan tanganku layaknya seorang tukang cukur terlatih dari sebelah kiri ke kanan dan dari atas ke bawah. Aku menghela nafas dalam – dalam, meyalakan alat cukur, dan membuat satu garis selebat empat sentimeter, yang dimulai di tengkuknya. Pada saat bersamaan aku mengecup pipinya. Dari cermin ia dapat melihat rambutnya terjatuh di saputangan, menutupi mulutnya, Arya mulai menangis. Aku menelan ludah, namu dengan tekad kuat melanjutkan cukuranku, mencium kepalanya setiap beberapa detik. Kami tidak mengatakan apapun. Sepuluh menit kemudian, Arya benar benar botak plontos.

    Sabtu ini Rama datang ke rumah, mereka mengajak Karen ke kebun binatang ragunan. Ada rangkaian kemo lain pada hari selasa kemarin, padahal pada saat itu kondisi Arya sedang membaik. Akhir pekan ini aku benar – benar hancur lembur, setelah tiga hari mengurus Arya dan Karen dan ditambah aku pekerjaan kantor yang sedang banyak – banyaknya. Berkat Rama aku bisa tidur hari ini, dan hasilnya ketika aku bangun aku mendapatkan energi baru, sehingga aku mungkin akan bersenang – senang dengan Rama dan teman – teman ku disalah satu club malam ibu kota. Namun aku belum memberitahu Arya tentang rencana ku nanti malam.

    “ Ngomong – ngomong, Rama malam ini mau pergi ke Equinox, kau tahu pasti tempat itu. “ ucapku kepada Arya yang sedang sibuk dengan analisis datanya di depan laptop.

    “ Aku lagi tidak ingin memikirkan hal itu, “ ucap Arya, Ia memang sedang menjalani hari hari yang memang tidak menyenangkan minggu ini. “ Dan aku juga tidak ingin kau pergi, karena aku pasti disini sendrian bersama Karen. “
    “ Tidak, buka itu rencananya sayang, “ aku berbohong.

    “ Oke,, aku hanya kau ingin tahu , kalau aku tidak mengizinkan kau pergi ke club itu , “ Arya berkata, tidak sam sekali melihat diriku, ia benar – benar fokus dengan data – datanya.

    “ Yeah,, kan sudah aku bilang,, buka seperti itu rencananya.“

    Hening.

    “ Oh, benda BRENGSEK INI!! “Arya berteriak dan melepaskan topi kupluknya, dan menggaruk kepalanya.

    “ SAYANG, copot benda itu sekarang juga !! “

    “ Tidak !! aku tidak ingin kelihatan konyol, camku itu baik – baik di dalam kepalamu sekarang juga, “

    Beberapa menit kemudia bel pintu berbunyi, aku bangkit dan berjalan menuju pintun depan.

    “ Ia benar – benar anak yang manis, ‘ Kata Rama, Pria itu kemudian membelai rambut Karen. Karen sedang tertidur digendongannya.

    “ Belum apa – apa saja, Verza sudah melompat – melompat kegirangan karena memikirkan ingin pergi dengan mu ke Equinox, “ Arya berceloteh dan tertawa dengan riang bersama Rama.

    “ Chandra dan beberapa teman lain juga akan datang. “ Kata Rama.

    “ Kami akan bersenang – senang saja di rumah, “ kata Arya
  • Rendesyah wrote: »
    @erickhidayat ,, hehehehe,, biar pembaca yang mengambil kesimpulan ini kisah nyata atau bukan,, hehehehe,, maaksih ya mas,, kadang kala berfikir tulisan ku gak laku,, habis jarang yang baca dan komen kayanya,, tapi aku harus bertanggung jawab menyelesaikannya

    sebenarnya aku sudah baca sejak posting pertama, cuma baru komen skrg.
    sekedar saran, biasanya orang tertarik baca karena judulnya. dan judul 'kehidupan cinta' terlalu biasa.
  • cerita nya menarik.cara berceritanya juga asyik.narasinya mengalir lancar enak untuk di baca .cerita yg bagus adalah cerita yang penuh konflik.ada tokoh antagonis dan protagonis bagaimana si tokoh menghadapi konflik itu hingga membuatnya punya karakter yang kuat.sallut buat penulisnya
  • @Rendesyah, sudah banyak dukungan mengalir tanpa batas untuk tulisan bro. Jalan terus, akan kami tapaki jalan derita melalui kata2 bro....
Sign In or Register to comment.